II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carbon Fund Perubahan iklim dalam

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Carbon Fund
Perubahan iklim dalam Stern (2007) adalah kegagalan pasar terluas yang
pernah
terjadi
dan
menghadirkan
tantangan
untuk
ekonomi.7
Untuk
meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial, review ini menyediakan
environmental taxes. Kesimpulan utama The Stern Review adalah manfaat yang
besar dari tindakan awal terhadap perubahan iklim akan jauh lebih besar daripada
biaya yang harus dikeluarkan apabila kita tidak bertindak sama sekali. Tanpa
tindakan, biaya keseluruhan dari perubahan iklim akan setara dengan kehilangan
minimal 5-20% dari Gross Domestic Product (GDP). Review ini mengusulkan
biaya sebesar 1% dari GDP untuk diinvestasikan dalam upaya penanggulangan
menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Perubahan iklim mengancam elemen dasar kehidupan di dunia, terutama
dalam akses terhadap air, produksi pangan, kesehatan dan penggunaan lahan serta
lingkungan. Dampak dari perubahan iklim ini tidak merata, negara-negara
termiskin akan merasakan dampak perubahan yang signifikan dibanding negaranegara maju. Dampak perubahan iklim ini merupakan suatu ancaman serius bagi
negara-negara berkembang, khususnya dalam pengentasan kemiskinan. Pertama,
pengembangan
wilayah
secara
geografis
membawa
kerugian,
karena
pengembangan ini rata-rata dilakukan pada daerah dengan tujuan untuk menjadi
daerah berkembang, pembukaan lahan pun terus dilakukan sehingga membantu
meningkatkan suhu bumi dan variabilitas curah hujan semakin tinggi. Hasilnya
selain mendatangkan manfaat, peningkatan suhu mengakibatkan biaya di negara 7
The Stern Review on the Economics of Climate Change adalah laporan yang dirilis untuk
pemerintah Inggris pada 30 Oktober 2006 oleh Nicholas Stern. Laporan ini membahas efek
pemanasan global dan perekonomian dunia.
9 negara miskin. Kedua, pada negara-negara berkembang yang bergantung pada
sektor pertanian, sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga hasil
pertanian banyak yang tidak sesuai hasil prediksi. Ketiga, dengan pendapatan
yang rendah, membuat masyarakat di negara-negara berkembang kesulitan
beradaptasi terhadap perubahan iklim. Pada tingkat nasional, perubahan iklim
akan memotong pendapatan dan meningkatkan biaya pengeluaran sehingga
menyebabkan memburuknya keuangan publik.
Awalnya, perubahan iklim ini memberikan keuntungan bagi negara maju
dibawah skenario business as usual (BAU). Tetapi apabila suhu meningkat lebih
tinggi dapat pula menyebabkan kerusakan. Di daerah lintang tinggi seperti
Kanada, Rusia dan Skandinavia, peningkatan suhu sebesar 2-3 derajat Celcius
dapat menyebabkan keuntungan melalui peningkatan hasil pertanian. Namun,
daerah ini akan mengalami tingkat pemanasan paling cepat dan akan
mengakibatkan kerusakan infrastruktur, kesehatan manusia, kehidupan lokal serta
keanekaragaman hayati.
Respon yang efektif terhadap perubahan iklim akan tergantung pada
kondisi untuk menciptakan tindakan kolektif internasional. Memang saat ini sudah
banyak negara dan perusahaan bertindak untuk mengurangi emisi, namun hal ini
masih berdampak kecil terhadap pengurangan emisi global. Maka dari itu
diperlukan penanganan secara internasional untuk berkomitmen bersama-sama
dalam pengurangan emisi global. Konvensi kerangka kerja PBB mengenai
perubahan iklim (UNFCCC), Protokol Kyoto dan berbagai kemitraan informal
lainnya mendirikan sebuah kerangka kerja untuk saling bekerja sama
menindaklanjuti tindakan kolektif dalam menanggapi perubahan iklim.
10 Menciptakan sistem carbon price secara global dan menggunakan carbon
finance untuk mempercepat tindakan pengurangan emisi di negara-negara
berkembang. Secara umum carbon price diperlukan untuk menjaga penurunan
keseluruhan biaya dalam upaya membuat pengurangan emisi ini dan dapat dibuat
dalam bentuk pajak, perdagangan, atau peraturan. Transfer teknologi dari negara
maju ke negara berkembang oleh sektor swasta dapat dipercepat melalui aksi
nasional dan kerjasama internasional. Protokol Kyoto telah mendirikan institusiinstitusi terpercaya untuk mendukung perdagangan emisi internasional.
Memperluas aliran carbon finance ke negara-negara berkembang untuk
menunjang kebijakan dan program yang efektif untuk mengurangi emisi akan
mempercepat transisi menuju a low-carbon economy. Negara-negara berkembang
telah mengambil tindakan yang signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi emisi. Sebagai contoh, negara Cina telah mengadopsi
secara ambisius tujuan domestik untuk mengurangi energi yang digunakan untuk
setiap unit dai PDB sebesar 20% selama periode 2006-2010.
CDM dibentuk oleh Protokol Kyoto dan pada saat ini CDM merupakan
saluran utama resmi untuk mendukung investasi low carbon di negara-negara
berkembang. Hal tersebut memngkinkan pemerintah dan sektor swasta untuk
berinvestasi dalam proyek-proyek yang mengurangi emisi di negara berkembang.
Di masa depan, transformasi pada skala dan lembaga-lembaga untuk arus
pendanaan karbon internasional akan diperlukan untuk mendukung pengurangan
emisi yang hemat biaya. Biaya tambahan investasi low carbon di negara-negara
berkembang mungkin setidaknya sebesar 20-30 miliar pertahun. Menyediakan
11 bantuan dengan biaya tersebut akan menimbulkan peningkatan besar skema pada
tingkat ambisi seperti pada Emissions Trading Scheme (EU ETS).
Saat ini banyak kesempatan untuk membangun kepercayaan dan
melahirkan pendekatan-pendekatan yang menciptakan arus skala besar investasi
pengembangan low carbon. Sinyal awal dari skema perdagangan karbon,
termasuk EU ETS yaitu tentang sejauh mana mereka akan menerima kredit
karbon dari negara-negara berkembang. Hal ini akan membantu menjaga
kontinuitas
selama
tahap
penting
untuk
membangun
pasar
dan
mendemonstrasikan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Lembaga-lembaga
keuangan internasional memiliki peran penting dalam mempercepat proses skema
perdagangan karbon ini yaitu melalui pembentukan Clean Energy Investment
Framework oleh Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral lainnya yang
menawarkan potensi untuk mempercepat dan memperluas arus investasi.
Kerjasama internasional yang lebih besar dapat mempercepat inovasi
teknologi dan difusi sehingga akan mengurangi biaya mitigasi. Sektor swasta
adalah pemacu inovasi dan difusi teknologi untuk saat ini, tetapi pemerintah dapat
membantu mempromosikan kolaborasi internasional untuk mengatasi hambatan di
area tersebut melalui pengaturan formal dan pengaturan yang mempromosikan
kerjasama publik-swasta seperti Asia Pasific Partnership. Kerjasama teknologi
memungkinkan sharing of risks, berbagi keberhasilan dan keuntungan dari
penerapan teknologi serta menjadikan koordinasi sebagai prioritas. Wacana global
baru muncul dari pihak Research and Development dan kemungkinan penyebaran
dukungan pun tidak cukup untuk menitikberatkan perubahan teknologi di negaranegara berkembang, seperti penggunaan biomasa. Hal tersebut memerlukan
12 kerjasama internasional yang dapat dimasukkan dalam perjanjian-perjanjian
multilateral.
Penyebaran dukungan koordinasi kebijakan nasional baik disisi formal
atau pun informal dapat mempercepat pengurangan biaya atas penerapan
teknologi yang ramah lingkungan. Saat ini, banyak negara bagian Amerika Serikat
yang memiliki tujuan dan kerangka kebijakan nasional untuk mendukung
penyebaran teknologi energi terbarukan. Transparansi dan berbagi informasi
diperlukan untuk meningkatkan minat dalam carbon fund. Koordinasi peraturan
internasional dan standar produk bisa menjadi cara efektif untuk mendorong
efisiensi energi sehingga meningkatkan efektivitas, pengurangan biaya, insentif
berinovasi meningkatkan transparansi, dan mempromosikan perdagangan
internasional. Pengurangan hambatan tarif dan non-tarif untuk barang dan jasa
rendah karbon, termasuk dalam negosiasi perdagangan Doha Development Round
of International Trade sehingga membuka lebih jauh kesempatan untuk
mempercepat kunci difusi teknologi.
Penertiban penggundulan hutan adalah salah satu cara yang menghemat
biaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi dari deforestasi sangat
signifikan yaitu menyumbang lebih dari 18% dari keseluruhan total emisi global.
Kebijakan yang menyangkut deforestasi tentunya harus dibentuk dan dipimpin
oleh negara di mana hutan tersebut berada. Pada tingkat nasional, mendefinisikan
property rights untuk areal hutan dan menentukan hak serta tanggung jawab
pemilik tanah, masyarakat dan logger adalah kunci manajemen hutan yang efektif.
Hal tersebut tentunya harus melibatkan masyarakat setempat, menghormati hakhak informal dan struktur sosial, bekerja dengan tujuan-tujuan pembangunan dan
13 memperkuat proses perlindungan hutan. Pasar karbon dapat memainkan peranan
penting dalam memberikan insentif perbaikan lahan hutan jangka panjang.
Upaya adaptasi di negara berkembang harus dipercepat dan didukung,
termasuk
melalui
bantuan
pembangunan
internasional.
Negara-negara
berkembang yang miskin akan terkena paling awal dan parah karena terjadinya
perubahan iklim ini, meskipun mereka telah berkontribusi sedikit sebagai
kontributor dalam emisi global. Pendapatan rendah menjadi faktor sulitnya
masyarakat negara berkembang untuk beradaptasi keuangan. Masyarakat
internasional mempunyai kewajiban untuk mendukung mereka dalam adaptasi
terhadap perubahan iklim. Selain itu, upaya harus ditingkatkan untuk membangun
kemitraan publik-swasta terkait asuransi climate-relate serta memperkuat
mekanisme untuk meningkatkan manajemen resiko dan kesiapsiagaan. Tindakan
awal mitigasi yang kuat merupakan peran kunci dalam membatasi biaya jangka
panjang adaptasi. Tanpa hal tersebut, biaya adaptasi akan meningkat secara
drastis.
Saat ini, membangun dan mempertahankan tindakan kolektif merupakan
tantangan
yang
mendesak.
Kerangka
utama
tindakan
kolektif
yaitu
mengembangkan pemahaman tujuan bersama jangka panjang untuk kebijakan
iklim, membangun lembaga-lembaga yang efektif dalam kerjasama, serta
menunjukkan tanggung jawab untuk membangun rasa kepercayaan. Tindakan
harus menyertakan mitigasi, inovasi dan adaptasi. Ada banyak kesempatan untuk
mulai sekarang, termasuk mendapatkan manfaat langsung dan program skala
besar memberikan pengalaman yang berharga.
14 Tantangan saat ini adalah memperluas dan memperdalam partisipasi
disemua dimensi tindakan relevan, termasuk kerjasama untuk membuat harga
karbon di pasar, mempercepat inovasi dan penyebaran teknologi karbon rendah,
mengurangi emisi dari perubahan penggunaan lahan dan membantu negara-negara
miskin beradaptasi terhadap dampak terburuk perubahan iklim. Masih ada waktu
untuk menghindari dampak teburuk perubahan iklim jika tindakan kolektif
dimulai dari sekarang. Tinjauan Stern ini berfokus pada resiko dalam ekonomi
dan ketidakpastian, menggunakan beberapa alat ekonomi untuk mengatasi
tantangan masalah global yang memiliki implikasi jangka panjang yang besar.
Diperlukan kerja yang lebih keras untuk para ilmuwan dan ekonom untuk
mengatasi tantangan analitis dan menyelesaikan beberapa ketidakpastian di
cakupan luas. Tetapi, secara keseluruhan terlihat jelas bahwa resiko ekonomi tidak
bertindak dalam menghadapi perubahan iklim. Ada cara lain untuk mengurangi
resiko perubahan iklim, yaitu dengan cara memberikan insentif yang tepat.
Dengan insentif yang tepat, sektor swasta akan merespon dan memberikan solusi.
Alat-alat kebijakan yang ada dapat menciptakan insentif yang diperlukan
untuk mengubah pola investasi ekonomi ke arah low-carbon. Hal ini
membutuhkan suatu kemitraan antara publik-swasta, bekerja dengan masyarakat
sipil dan individu. Masih ada kesempatan untuk menghindari dampak terburuk
perubahan iklim yaitu dengan melakukan tindakan awal yang kuat melalui aksi
kolektif. Penundaan tindakan tentunya akan berdampak pada biaya yang semakin
mahal dan kondisi alam yang semakin berbahaya bagi kehidupan.
15 2.2
Analisis Perhitungan Emisi CO2
Perhitungan efisiensi emisi menggunakan persamaan perhitungan emisi
CO2 yang berasal dari Greenhouse Gas Protocol8, yaitu Calculation Tool for
Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0. Proses pembakaran
adalah pengoksidasian secara cepat terhadap suatu zat yaitu bahan bakar dengan
cara pelepasan energi panas. Oleh karena itu jumlah panas yang dibebaskan dari
proses pembakaran maupun jumlah CO2 yang dihasilkan adalah fungsi dari
jumlah karbon dalam bahan bakar. Sebagian kecil karbon dalam bahan bakar
kemungkinan dapat tidak teroksidasi dan tetap sebagai padatan setelah proses
pembakaran, yaitu dalam bentuk jelaga atau abu.
Akhir-akhir ini, berkembang penggunaan biomas dan limbah sebagai
bahan bakar alternatif. Komposisi kimia akhir dari proses pembakaran untuk
bahan bakar biomasa sangat mirip dengan bahan bakar fosil. Namun, asal-usul
karbon dari dua jenis bahan bakar tersebut berbeda. Karbon yang terkandung
dalam biomasa ini berasal dari biogenic origin, yaitu baru-baru ini karbon
dihasilkan dari jaringan pernapasan makhluk hidup, sedangkan karbon yang
terkandung dalam bahan bakar fosil telah terperangkap dalam formulasi geologi
selama ribuan tahun. Pada proses pembakaran, biomasa juga menghasilkan CO2,
namun karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan diserap kembali
oleh tumbuhan sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer
dan keberadaannya seimbang. Maka dari itu, perhitungan untuk emisi CO2 yang
berasal dari biomasa dihitung secara terpisah dari emisi CO2 bahan bakar fosil.
8
Greenhouse Gas Protocol adalah sebuah kemitraan selama satu dekade antara World Resources
Institute dan WBCSD, mereka bekerja sama dengan beberapa pihak yang terkait, yaitu dengan
industri, pemerintah dan kelompok lingkungan diseluruh dunia untuk membangun program yang
efektif untuk mengatasi perubahan iklim. 16 Penggunaan perhitungan menggunakan metode kalkulasi untuk emisi
CO2. Perhitungan ini memerlukan nilai volume bahan bakar yang dikonsumsi,
konten karbon pada bahan bakar, dan faktor oksidasi untuk menghitung sebagian
kecil karbon yang tersisa sebagai jelaga atau abu. Hasil dari oksidasi sempurna
bahan bakar biasanya dalam bentuk gas (baik gas CO2 atau CH4) dan bagian yang
tidak teroksidasi menjadi abu atau partikel padatan lainnya. Penetapan nilai
karbon konten ini bisa dilakukan pada uji laboratorium atau menggunakan analog
data yang sudah tersedia, seperti nilai karbon konten yang telah ditetapkan oleh
IPCC.
2.3
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut
badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang
berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan
analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Alatalat analisis kelayakan finansial diantaranya yaitu Net Present Value (NPV).
NPV atau keuntungan bersih suatu proyek adalah nilai sekarang dari arus
tambahan manfaat bagi pelaksanaan
proyek, dihitung berdasarkan tingkat
diskonto. Jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek dapat dikatakan layak.
Apabila nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan
persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal, sebaliknya jika NPV
lebih kecil dari nol, berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya
yang dipergunakan dan proyek tidak layak dilakukan (Kadariah et.al. 1999). Cara
perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis
untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Namun, cara ini
17 tidak terlepas dari kelemahan-kelamahan, kelemahan ini terletak pada keharusan
menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode digunakan
(Soekartawi et.al. 1986).
2.4
Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait Alternative Fuel and Raw Material (AFR) ini diteliti
oleh Rahmawati (2011). Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui cara
meganalisis awal limbah B3 yang akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif
dalam produksi semen untuk menentukan pengelompokkan jenis limbah untuk
nantinya dianalisis lebih lanjut sehingga tidak berdampak negatif terhadap
kesehatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Objek yang diteliti adalah
limbah B3 dari suatu industri, yaitu dust grinding, WWT sludge, used catalyst,
copper slag, dan limbah cake. Hasil dari laporan ini semua limbah B3 dari analisa
mengandung gas ammonium, tetapi belum bisa dikatakan berbahaya karena belum
dianalisis lebih lanjut kandungannya dalam kosentrasi tinggi atau rendah dan
semua limbah B3 dari analisis berupa limbah padat tetapi mempunyai bentuk
warna yang berbeda-beda.
Penelitian lainnya yang terkait penggunaan AFR di industri semen diteliti
oleh Pramesthi (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat
keberlanjutan bahan bakar alternatif, menganalisis pengaruh penggunaan bahan
bakar alternatif terhadap proses pembakaran, dan mengetahui pengaruh
penggunaan biaya pengelolaan limbah pada produksi. Pengaruh penggunaan
bahan bakar alternatif terhadap pengurangan emisi proses pembakaran mencapai
7,49% dan penghematan biaya terhadap pengelolaan produksi mencapai 8,95%.
18 
Download