i. pendahuluan - IPB Repository

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (2009) Indonesia menempati posisi keempat dalam jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia. Pola hidup dan lingkungan yang tidak sehat merupakan faktor utama yang
menyebabkan tingginya paparan mikroorganisme dan radikal bebas. Pada saat ini sebagian besar atau
50% penduduk di Indonesia dapat dikatakan tidak sakit tetapi juga dapat dikatakan tidak dalam
kondisi yang sehat.
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia adalah tingginya angka penderita
diabetes. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini
ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk pencegahan komplikasi maupun perawatan sakit. DM
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan oleh tubuh
yang tidak dapat memproduksi insulin sehingga penderita kekurangan insulin dalam darahnya dan
membutuhkan suntikan insulin. DM tipe 2 terjadi bila tubuh tidak cukup memproduksi insulin atau
kehilangan sensitifitas dalam membuat insulin. Menurut International Diabetes Federation (2005),
pada tahun 2003 Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam hal banyaknya jumlah penderita penyakit
diabetes. Pada tahun 2025, diramalkan bahwa posisi Indonesia naik menjadi peringkat ke 3 dalam hal
jumlah penderita penyakit diabetes terbesar. Hal tersebut bahkan menggeser posisi Rusia yang
sebelumnya pada tahun 2003 menduduki peringkat ke 3 dan pada tahun 2025 diramalkan akan turun
ke peringkat ke 5 dalam hal negara dengan jumlah penderita penyakit diabetes terbanyak.
Masalah kesehatan lainnya yang dihadapi oleh penduduk Indonesia adalah masalah
ketidakseimbangan dalam asupan energi. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh masalah gizi
berlebih adalah obesitas, yaitu kelebihan berat badan akibat dari penimbunan lemak yang berlebihan
pada tubuh. Penyakit ini dapat memicu timbulnya beberapa penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
peningkatan resistensi insulin, dyslipidemia, obstructive sleep apnea (OSA), disfungsi endothelial,
disfungsi sistolik dan diastolik, gagal jantung, coronary heart disease, peningkatan systemic
inflamation dan prothrombic state, beberapa jenis kanker dan kardiovaskular (CVD) (Lavie 2009).
Saat ini, 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih
(overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015,
diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas
(Depkes 2009). Obesitas terjadi akibat beberapa faktor, antara lain adalah aktivitas fisik, pola makan,
kelainan endokrin (hormon), dan faktor-faktor lainnya. Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan
energi yang melebihi kebutuhan tubuh untuk keperluan metabolisme dasar yang mencakup
metabolisme basal, aktivitas jasmani, dan pembuangan sisa makanan dan energi untuk pertumbuhan.
Salah satu cara pencegahan obesitas adalah dengan menaikan jumlah energi yang dipakai atau
menurunkan jumlah energi yang masuk.
Teh adalah minuman yang berasal dari pucuk tanaman teh (Camellia sinensis) yang sudah
banyak diteliti memiliki banyak khasiat. Komponen bioaktif yang terkenal ada pada teh adalah
polifenol yang berkontribusi sebesar 25-30% berat kering (Ullah 1991). Berdasarkan proses
pengolahannya, teh pada umumnya digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh
oolong.
Teh hijau diproses tanpa fermentasi, teh oolong diproses dengan setengah fermentasi, dan teh
hitam difermentasi dengan sempurna. Pada teh hijau terkandung komponen polifenol yang terdiri dari
katekin, flavonol dan glikosida, anthocyanins dan leucoanthocyanidins, serta asam fenolat dan
depsides (Wan et al. 2003). Katekin diketahui mempunyai banyak manfaat bagi tubuh diantaranya
adalah memiliki efek antioksidatif dan dapat menekan proliferasi sel tumor (Lin 2009). Teh hijau juga
dapat digunakan untuk menjaga berat badan (Shi et al. 2009).
Pada tahun 2005, produksi teh hijau dunia mencapai angka 883.9 juta ton dan menempati
25.23% produksi teh secara global. Menurut International Tea Committee (2006), Indonesia
menempati posisi ke empat diantara negara-negara didunia dalam hal konsumsi teh hijau. Sebanyak
31 juta ton konsumsi teh hijau di Indonesia pada tahun 2005, hal ini membuat Indonesia bersama
dengan Vietnam mengonsumsi teh hijau sebanyak 5.56% dari total konsumsi teh hijau didunia yang
sebanyak 883.9 juta ton pada tahun 2005.
Teh hijau memiliki komponen bioaktif yang diduga mampu menghambat enzim-enzim
pencernaan seperti enzim alfa amilase dan alfa glukosidase. Kedua enzim tersebut berperan penting
dalam pemecahan karbohidrat kompleks menjadi glukosa yang akan diserap tubuh. Penghambatan
kedua enzim oleh teh diharapkan dapat mereduksi jumlah glukosa pada usus sehingga dapat
digunakan untuk mengurangi asupan kalori yang berlebih bagi tubuh.
2
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi ekstrak teh hijau dalam menghambat asupan
kalori asal pati yang berlebih.
2. Tujuan khusus
 Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suhu penyeduhan teh hijau terhadap aktivitas
penghambatan enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase secara in vitro.
 Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu penyeduhan teh hijau terhadap
aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase secara in vitro.
 Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh interaksi antara waktu dan suhu penyeduhan
teh hijau terhadap aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase secara in
vitro.
 Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh proses pencernaan secara in vitro, terhadap
aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase secara in vitro.
Download