Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Saham

advertisement
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Saham Syariah Regional
terhadap Risiko Jakarta Islamic Index (JII)
(Analisis Time Series ARCH-GARCH)
Oleh :
Abdul Azzis
NIM. 1113086000037
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HUDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Fakultas
Program Studi
: Abdul Azzis
: 1113086000037
: Ekonomi dan Bisnis
: Ekonomi Syariah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Utama UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta karya ilmiah saya yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Saham Syariah Regional
terhadap Risiko Jakarta Islamic Index”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Utama UIN Sayrif
Hidayatullah Jakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk database data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya via internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Abdul Azzis
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juli 1995
3. Alamat
: Jl. Pondok Kelapa Raya Duren Sawit,
Jakarta Timur
II.
4. Telepon
: 085813119869
5. E-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN
1. SD Negeri Pondok Kelapa 10 Pagi Jakarta
Tahun 2000-2007
2. MTs Daarul Uluum Lido Boarding School
Tahun 2007-2010
3. MA Daarul Uluum Lido Boarding School
Tahun 2011-2013
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Kusni
2. Pekerjaan Ayah : Pengusaha
3. Ibu
: Aedah
4. Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Jl. Pondok Kelapa Raya Rt.02/Rw.02 No.41 Jakarta
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi : PASKIBRA SALSABILA
Jabatan
: Komisi Disiplin
Tahun
: 2012-2013
Tahun
: 2013-2014
2. Organisasi : AIESEC in South Tangerang
Jabatan
: Manager of Service Quality
3. Organisasi : Kelompok Studi Pasar Modal FEB UIN Jakarta
Jabatan
: Analis Data dan Trading
vi
Tahun
: 2014-2016
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the effect of BI rate, inflation rate, IDRUSD exchange rate, Dow Jones Islamic U.S index (DJIUS), Dow Jones Islamic
U.K index (DJIUK), FTSE Japan Shariah 100 index (FTSJP) and FTSE
Malaysia Hijrah Shariah index (FTSMY) on risk of Jakarta Islamic Index
during the period of 2007-2016. The analysis method used in this research is
Auto Regressive Conditional Heteroscedastic-Generalized Auto Regressive
Conditional Heteroscedastic (ARCH-GARCH). The result of this research
showed that all variables i.e BI rate, inflation rate, IDR-USD exchange rate,
DJIUS index, DJIUK index, FTSJP index and FTSMY index have
simultanously significant impact on risk of JII. While t-test results show that
BI rate, IDR-USD exchange rate, DJIUK index and FTSMY index have
significant impact on risk of JII. The results also showed that the value of
adjusted R square is 59,49%.
Keywords : BI rate, inflation, IDR-USD exchange rate, DJIUS index, DJIUK
index, FTSJP index, FTSMY index, ARCH
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh BI rate, inflasi, kurs IDRUSD, indeks Dow Jones Islamic U.S (DJIUS), indeks Dow Jones Islamic U.K
(DJIUK), indeks FTSE Japan Shariah 100 (FTSJP) dan indeks FTSE Malaysia
Hijrah Shariah (FTSMY) terhadap risiko Jakarta Islamic Index selama periode
2007-2016. Metode analisis yang digunakan adalah Auto Regressive
Conditional Heteroscedastic-Generalized Auto Regressive Conditional
Heteroscedastic (ARCH-GARCH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan variabel BI rate, inflasi, kurs IDR-USD, indeks DJIUS, indeks
DJIUK, indeks FTSJP dan indeks FTSMY memiliki pengaruh signifikan
terhadap risiko JII. Sedangkan pengujian secara parsial hanya variabel BI rate,
kurs IDR-USD, indeks DJIUK dan indeks FTSMY yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap risiko JII. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai adjusted
R square sebesar 59,49%.
Kata kunci : BI rate, inflasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, DJIUS, DJIUK,
FTSJP, FTSMY, risiko JII, ARCH
viii
KATA PENGANTAR
Puja serta puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan kemudahan bagi setiap hambanya yang berusaha untuk mencapai
kesuksesan. Allah SWT senantiasa memberikan kami inayah sehingga peneliti dapat
menyelesaikan
penelitian
yang
berjudul
“Analisis
Pengaruh
Variabel
Makroekonomi dan Indeks Saham Syariah Regional terhadap Risiko Jakarta
Islamic Index (JII) ” ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir jaman
kelak. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Terkait dengan penelitian ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan masukan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah yang
dalam kesempatan ini beliau juga merangkap sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas bimbingan
skripsinya pak Yoghi dan semoga cepat jadi doktor!
5. Kepada Bapak dan Mamah yang selalu berperan sebagai orang tua yang tidak
pernah mengenal lelah dalam hal mendidik anak-anaknya. Dukungan moril dan
materiil Bapak dan Mamah begitu berarti dalam terselesaikannya penelitian ini.
Semoga Bapak dan Mamah selalu diberi nikmat Iman Islam serta nikmat sehat
wal afiat.
ix
6. Segenap keluarga yakni Ka Ina, Icha, Nanda, Diana, dan Rafi serta ponakanku
Gin Gin yang lucu dan gemesin. Terutama ka Ina yang juga telah memberikan
motivasi dan dukungan materiil. Semoga Allah selalu memberikan kelapangan
dan keberkahan rizki ya kaa (big hug).
7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8. Teman-teman AIESEC batch 2014 yang sudah banyak membantu gue selama
kuliah di sini. Terutama sahabat gue Irfan dan Gita thanks berat yaah buat giftnya!
9. Teman-teman Galeri Investasi yang udah jadi temen sharing dan teman
organisasi yang gak bisa gue sebutin satu per satu namanya.
10. Teman-teman Pasdreks yang selalu kompak berkumpul dan memberikan
hiburan. Mereka adalah Musa, Bung Moko, Erik, Reja, Fadli, Pak Lur, Bewok,
Indra, dan Rahman.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan konsentrasi Ekonomi Moneter Angkatan
2013.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Ekonomi Syariah Angkatan 2013
serta atas doa, dukungan, kebersamaan, dan bantuan informasi selama ini.
Walaupun begitu, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan kritik ataupun saran yang
membangun. Semoga hasil penelitian yang ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menjadi amal saleh bagi peneliti.
Jakarta, 11 November 2016
Peneliti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF..........................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................iv
LEMBAR KESEDIAN PUBLIKASI.........................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................................vi
ABSTRACT................................................................................................................vii
ABSTRAK ................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.................................................................................................ix
DAFTAR ISI...............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xvi
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xviii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................10
C. Batasan Masalah.............................................................................11
D. Tujuan Penelitian............................................................................12
E. Manfaat Penelitian..........................................................................12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................14
A. Landasan Teori...............................................................................14
1. Keuangan Islam.....................................................................14
2. Investasi................................................................................15
xi
a. Pengertian Investasi.......................................................15
b. Tujuan Investasi.............................................................16
3. Dasar – Dasar Risiko ............................................................17
a. Pengertian Risiko...........................................................17
b. Preferensi Investor Terhadap Risiko...........................18
c. Jenis-Jenis Risiko...........................................................19
4. Pasar Modal Indonesia..........................................................22
a. Pengertian Pasar Modal................................................22
b. Instrumen Pasar Modal.................................................24
c. Pasar Modal Syariah......................................................26
5. Jakarta Islamic Index............................................................28
6. Ekonomi Makro.....................................................................30
a. Inflasi...............................................................................30
b. BI rate............................................................................34
c. Nilai Tukar......................................................................36
7. Indeks Saham Syariah Regional..........................................39
B. Penelitian Terdahulu....................................................................42
C. Kerangka Berpikir.......................................................................48
1. Inflasi terhadap risiko JII........................................................48
2. BI rate terhadap risiko JII.......................................................49
3. Kurs IDR-USD terhadap risiko JII........................................50
4. Bursa saham asing terhadap risiko JII..................................51
D. Hipotesis........................................................................................54
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN........................................................57
A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................57
xii
B. Metode Pengumpulan Data.........................................................57
C. Tahapan Pengolahan Data...........................................................58
D. Metode Analisis Data...................................................................62
1. Uji Stasioneritas.....................................................................62
2. Uji Heteroskedastisitas..........................................................63
3. ARCH GARCH.....................................................................64
4. Koefisien Determinasi...........................................................68
5. Uji-t (Testing Hypotesis ).......................................................69
6. Uji-F .......................................................................................70
E. Operasional Variabel Penelitian................................................71
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN.....................................................74
A. Perkembangan Kondisi Makroekonomi di Indonesia..............74
1. Inflasi......................................................................................74
2. BI rate.....................................................................................77
3. Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat..................79
B. Perkembangan Kondisi Indeks Saham Syariah Regional........81
1. Dow Jones Islamic Market U.S Index..................................82
2. Dow Jones Islamic Market U.K. Index................................83
3. FTSE Shariah Japan 100 Index...........................................85
4. FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index.....................86
C. Analisis Ekonometri Pengaruh Variabel Makroekonomi dan
Indeks Saham Syariah Regional terhadap Risiko Jakarta Islamic
Index.................................................................................87
1. Uji Stasioneritas Data JII.....................................................87
2. Tes Heteroskedastisitas JII...................................................88
xiii
3. Analisis Regresi ARCH GARCH.............................................89
1) Koefisien Determinasi....................................................93
2) Pengujian Hipotesis........................................................93
a) Uji F.........................................................................93
b) Uji t...........................................................................95
BAB V : PENUTUP..........................................................................................107
A. Kesimpulan.................................................................................107
B. Saran............................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................109
LAMPIRAN........................................................................................................113
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Indeks Harga Saham Global pada Periode Krisis........8
2.1
Penelitian Terdahulu..........................................................................41
4.1
Ikhtisar Stasioneritas Data..............................................................87
4.2
Uji Heteroskedastisitas..................................................................88
4.3
Regresi ARCH-GARCH................................................................90
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Tipe Risiko.....................................................................................21
2.2
Hubungan Korporasi, Pasar Finansial dan Investor.......................23
2.3
Seleksi Syariah JII..........................................................................29
2.4
Inflasi Tekanan Permintaan............................................................30
2.5
Inflasi Dorongan Biaya..................................................................32
2.6
Stagflasi..........................................................................................33
2.7
Hubungan suku bunga dengan investasi........................................35
2.8
Nilai tukar dalam valuta asing........................................................38
2.9
Kerangka Pemikiran.......................................................................53
3.1
Flowchart Pengolahan Data...........................................................61
xvi
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Nomor
1.1
Perkembangan JII Periode 2005-2016.............................................2
1.2
Perkembangan JII dan BI rate periode 2007-2016...........................5
1.3
Perkembangan JII dan Inflasi periode 2007-2016...........................6
1.4
Perkembangan JII dan kurs rupiah terhadap dolar AS 2007-2016..7
1.5
Perkembangan Indeks Saham Syariah Regional 2007-2016.........10
4.1
Perkembangan Inflasi periode 2007-2016.....................................75
4.2
Perkembangan BI rate periode 2007 – 2016..................................78
4.3
Perkembangan Kurs IDR/USD Periode 2007-2016.......................80
4.4
Perkembangan DJIUS Periode 2007 – 2016..................................83
4.5
Perkembangan DJIUK Periode 2007 – 2016.................................84
4.6
Perkembangan FTSE Shariah Japan 100 2007-2016.....................85
4.7
Perkembangan FTSE Malaysia Hijrah Syariah 2007-2016...........86
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1.
Uji Stasioneritas Risiko JII (level)...............................................113
2.
Uji Stasioneritas BI rate (level)....................................................114
3.
Uji Stasioneritas BI rate (1 difference)........................................115
4.
Uji Stasioneritas inflasi (level).....................................................116
5.
Uji Stasioneritas inflasi (1 difference).........................................117
6.
Uji Stasioneritas kurs IDR-USD (level).......................................118
7.
Uji Stasioneritas kurs IDR-USD (1 difference)...........................119
8.
Uji Stasioneritas DJIUS (level)...................................................120
9.
Uji Stasioneritas DJIUS (1 difference)........................................121
10.
Uji Stasioneritas DJIUK (level)...................................................122
11.
Uji Stasioneritas DJIUK (1 difference)........................................123
12.
Uji Stasioneritas FTSJP (level)....................................................124
13.
Uji Stasioneritas FTSJP (1 difference).........................................125
14.
Uji Stasioneritas FTSMY (level).................................................126
15.
Uji Stasioneritas FTSMY (1 difference)......................................127
16.
Uji Heteroskedastisitas Data........................................................128
17.
Uji Normalitas Data.....................................................................128
18.
Uji Autokorelasi...........................................................................129
19.
Uji Multikolinearitas....................................................................130
xviii
20.
Model GARCH (1,1) ...................................................................130
21.
Uji Autokorelasi Model GARCH (1,1) .......................................131
22.
Model GARCH (2,2) ...................................................................132
23.
Model GARCH (1,2) ...................................................................133
24.
Model GARCH (2,1) ...................................................................134
25.
Data Historis Variabel Dependen dan Independen......................135
26.
Data JII untuk Pencarian Risiko JII.............................................138
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran sentral dalam suatu perekonomian.
Kemajuan suatu negara antara lain antara lain ditandai dengan adanya pasar
modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik ( Purnomo, 2013 : 16). Hal
ini dikarenakan pasar modal dapat mewadahi invetasi untuk kegiatan
produktif suatu korporasi. Investasi sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi,
karena
pengeluaran
investasi
tidak
hanya
mempengaruhi
permintaan agregat, tetapi juga penawaran agregat melalui pengaruhnya
terhadap kapasitas produksi (Rodoni, 2009 : 242). Tanpa peran pasar modal,
suatu perekonomian tidak mampu untuk mencapai kapasitas produksi yang
maksimal.
Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu wadah berinvestasi
para pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus party) melalui pembelian
berbagai instrumen seperti saham, obligasi, warran dan sebagainya. Terkait
dengan hal tersebut, investasi saham di pasar modal Indonesia kini dapat
dilakukan baik secara konvensional maupun syariah. Setidaknya terdapat dua
indeks saham yang dapat dijadikan preferensi bagi para investor muslim
dalam membentuk portofolio saham syariah secara pasif yakni, JII dan ISSI
yang memiliki komponen saham dengan ketentuan sharia compliance.
Namun begitu, baik investasi pada saham syariah maupun konvensional,
1
investor pada aset finansial tetap menghadapi eksistensi risiko (risk) dan
pengembalian (return).
Grafik 1.1 Perkembangan JII periode 2005 - 2016
Sumber. Bursa Efek Indonesia
Risiko
merupakan
aspek
yang
perlu
diperhatikan
dalam
berinvestasi. Ini disebabkan karena dunia finansial tidak terlepas dari
pertimbangan risiko. Diantara hal tersebut, risiko pasar menempati posisi
yang penting untuk diperhitungkan dalam investasi saham. Kasidi (2010)
menjelaskan bahwa risiko pasar muncul akibat harga pasar bergerak ke arah
yang merugikan dimana risiko tersebut merupakan gabungan yang terbentuk
akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar, serta hal lain yang
mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas maupun komoditas.
2
Menurut TICMI (The Indonesia Capital Market Institute) sebagai
lembaga yang melayani edukasi dan sertifikasi profesi pasar modal
menyebutkan setidaknya terdapat 3 risiko dalam investasi saham. Pertama,
risiko kebangkrutan (bankcruptcy risk) yang mungkin meliputi risiko
kehilangan seluruh nilai investasi yang ditanamkan karena emiten mengalami
kebangkrutan. Kedua, risiko likuiditas yang dapat terjadi jika transaksi saham
tersebut di pasar sekunder mengalami penyusutan. Risiko ini dapat
mengakibatkan kejatuhan harga saham pada level terendah yang diizinkan
oleh bursa. Ketiga, risiko fluktuasi yang muncul akibat dinamika ekonomi
yang terjadi baik secara makro maupun mikro yang bersifat sementara.
Kerugian yang dapat timbul dari risiko fluktuasi tidak akan mencapai seluruh
nilai investasi yang ditanamkan dan juga tidak akan mencapai harga terendah
yang ditetapkan oleh bursa.
Harapan investor untuk memperoleh pengembalian yang positif
perlu dilakukan dengan melakukan analisa yang baik, terutama terhadap
kondisi
makroekonomi.
Hal
ini
disebabkan
kondisi
makroekonomi
mempengaruhi kinerja setiap perusahaan sehingga terjadi risiko volatilitas
harga saham di pasar modal. Kemampuan investor untuk memahami dan
meramalkan kondisi makroekonomi di masa yang akan datang akan sangat
bermanfaat dalam membuat keputusan investasi yang menguntungkan
(Subakti, 2016 : 214). Dengan demikian, seorang investor seharusnya
mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi seperti tingat suku
3
bunga,
tingkat
inflasi
dan
nilai
tukar
sebagai
indikator
yang
merepresentasikan risiko pasar.
Tingkat suku bunga sebagai salah satu indikator makroekonomi
dapat mempengaruhi aktivitas investasi di pasar saham. Hal ini disebabkan
tingkat suku bunga dapat berpengaruh pada perubahan tingkat keuntungan
perusahaan. Kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan ongkos
produksi dan biaya investasi sehingga laba yang diperoleh akan berkurang.
Sementara itu, penurunan laba merupakan indikator fundamental penurunan
nilai saham. BI rate menunjukkan tren kenaikan per Desember 2007 –
November 2008 di angka 9,5% dan diikuti oleh koreksi JII sebesar 47%.
Peningkatan BI rate selama periode Desember 2007 – November 2008 telah
memberikan efek
yang negatif terhadap
fluktuasi JII. Sebaliknya,
kecenderungan BI rate yang menurun setelah periode tersebut hingga Januari
2013 telah memberikan sinyal penguatan indeks saham di pasar modal,
khususnya indeks JII.
Grafik 1.2 Perkembangan JII dan BI rate periode 2007-2016
4
Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia
Tingkat Inflasi mencerminkan kenaikan harga barang secara
keseluruhan dalam suatu perekonomian. Inflasi yang cukup tinggi dapat
menimbulkan biaya sosial seperti penurunan daya beli masyarakat. Ini berarti
kemampuan masyarakat untuk melakukan konsumsi atas barang dan jasa
akan berkurang sehingga pendapatan penjualan perusahaan dapat menurun.
Pada krisis keuangan global 2008, inflasi mencapai angka 11,85% tertinggi
dalam periode tersebut diikuti dengan penurunan indeks JII sekitar 47% per
Agustus 2007 – November 2008. Berdasarkan grafik pada periode tersebut,
kenaikan tingkat inflasi telah memberikan pengaruh pada pelemahan indeks
JII secara signifikan. Sebaliknya, inflasi yang menurun dan cenderung stabil
dapat menjadi salah satu sinyal penguatan indeks harga saham di pasar modal
sebagaimana dapat diamati pada perkembangan indeks JII periode Juli 2008
hingga Januari 2013.
Grafik 1.3 Perkembangan JII dan Inflasi periode 2007-2016
Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia
5
Ketiga, nilai tukar turut pula berpengaruh terhadap aktivitas
perekonomian. Perubahan nilai tukar dapat berdampak pada perubahan
kinerja industri. Kondisi nilai tukar yang terdepresiasi dapat meningkatkan
pendapatan ekspor perusahaan. Kesempatan ekspor terjadi karena harga
barang dalam negeri menjadi lebih kompetitif dengan harga jual yang lebih
rendah secara kurs riil. Namun begitu, instabilitas nilai tukar yang
terdepresiasi juga akan mengganggu kinerja berbagai industri, terutama
industri yang memanfaatkan bahan baku impor dan pelunasan kewajiban
berdenominasi mata uang asing. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
indeks harga saham di bursa. Per Agustus 2007 – November 2008
terdepresiasi sebesar 22% sementara indeks JII terkoreksi sebesar 47 %
berdasarkan periode tersebut.
Grafik 1.4 Perkembangan JII dan kurs rupiah terhadap dolar AS
periode 2007-2016
Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia
6
Seiring dengan
globalisasi
dan integrasi
ekonomi,
faktor
makroekonomi yang berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian saham
tidak hanya berasal dari wilayah domestik, tetapi juga berasal dari faktor
internasional. Gejolak yang terjadi pada perekonomian suatu negara dapat
berpengaruh terhadap perekonomian negara lainnya. Dengan kata lain, risiko
sistemik terjadi pada kondisi tersebut. Simorangkir (2016) menjelaskan
bahwa penyebaran kegagalan yang terjadi pada suatu elemen terhadap elemen
lainnya merupakan risiko sistemik. Sementara itu, Wahyudi (2013)
mengungkapkan bahwa risiko sistemik adalah risiko yang dampaknya
menyebabkan terjadinya efek domino yakni menyeret proyek atau institusi
atau sektor atau bahkan negara lain untuk terkena dampak risiko tersebut,
atau berdampak pada keseluruhan pasar atau sistem yang ada. Faktor risiko
ini umumnya terkait dengan variabel makroekonomi atau kondisi sektoral
atau geografis atau indikator pasar lainnya (Wahyudi, 2013 : 5). Dengan kata
lain, risiko sistemik dapat dikatakan sebagai risiko pasar.
Sejarah memperlihatkan jatuhnya harga obligasi yang di-hold oleh
Lehman Brothers (mortgage backed securities) berakhir pada kebangkrutan
salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat. Kebangkrutan tidak
hanya berhenti pada institusi tersebut. Kolapsnya Lehman Brothers
menyebabkan krisis kepercayaan publik di pasar. Tidak berhenti sampai
disitu, institusi keuangan terkemuka lainnya seperti Nothern Rock, Wachovia,
FORTIS, AIG dan Merry Lynch menyusul turut mengalami kebangkrutan
pada krisis mortgage 2008. Krisis juga menyebar ke berbagai regional seperti
7
Eropa dan Asia dengan terkoreksinya indeks harga saham di regional
tersebut. Padahal, sumber krisis berasal dari Amerika Serikat.
Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Global pada Periode Krisis
Negara
Indeks Harga Saham
Chg
AS
AS
Inggris
Prancis
Jepang
Hong Kong
Malaysia
Indonesia
Standard and Poor's (S&P 500)
Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Financial Times Stock Exchange (FTSE)
Cotation Assistee en Continu (CAC 40)
Nikkei 225 (N225)
Hang Seng Index (HSI)
Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
↓
↓
↓
↓
↓
↓
↓
↓
Perubahan Indeks Harga Saham
Per Juli 2007 - November 2008
-43%
-33%
-33%
-43%
-51%
-40%
-37%
-47%
Sumber : Investing.com dengan pengolahan
Sebagai seorang investor, perkembangan indeks saham sebagai
benchmark of profitability dapat memicu mobilitas dana. Dengan demikian,
krisis yang terjadi di AS juga telah menyebabkan pasar saham di berbagai
regional terkoreksi secara mendalam. Krisis subprime mortgage membuat
repatriasi dolar AS terjadi selama krisis keuangan global sehingga berbagai
indeks saham regional mengalami koreksi. Hal ini dimungkinkan terjadi
karena penurunan indeks harga saham merepresentasikan benchmark
keuntungan yang negatif. Selain itu, adapun penarikan kepemilikan saham
oleh para investor pada periode krisis 2008 merupakan tindakan yang rasional
guna menghindari terjadinya kerugian yang lebih besar.
Bursa saham di negara maju yang dinilai berpengaruh terhadap
bursa saham di negara lainnya diantaranya adalah bursa saham di Amerika
8
Serikat, Inggris dan Jepang. Sebagai bursa saham yang berpengaruh, volume
transaksi pada pasar modal di negara-negara tersebut memiliki nilai yang
tinggi karena didukung dengan jumlah perusahaan yang telah go public,
jumlah instrumen investasi, dan kapitalisasi pasarnya. Berdasarkan World of
Federation Exchanges, kapitalisasi pasar bursa saham NYSE mencapai
19.223 milyar dolar AS, sementara bursa saham Jepang mencapai 4.485
milyar dolar AS. Bursa saham di negara maju dipersepsikan mampu
memobilisasi dana (capital mobility) para investor sehingga dana investor
dari berbagai negara dapat berpindah dengan mudah. Selain itu, pasar saham
syariah di Malaysia turut pula berpengaruh sebagai destinasi investasi secara
syariah oleh para investor muslim.
Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Saham Syariah Regional periode 2007-2016
Sumber : Investing.com dengan pengolahan
Pada dasarnya penelitian terkait investasi saham sudah banyak
dilakukan di berbagai negara. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Shabri
9
dkk (2009) di Malaysia menunjukkan bahwa inflasi dan kurs berpengaruh
negatif terhadap indeks harga saham. Sementara itu, suku bunga berpengaruh
positif terhadap indeks harga saham. Namun begitu, kelemahan penelitian
tersebut adalah tidak memasukkan pengaruh indeks regional dalam
menjelaskan pengaruhnya terhadap pengembalian indeks saham. Sementara
itu, penelitian yang dilakukan oleh Subakti dkk (2016) menunjukkan DJIA
dan kurs berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Sementara itu, BI
rate, inflasi dan harga emas tidak memiliki efek yang signifikam terhadap
volatilitas indeks harga saham. Penelitian tersebut masih memiliki
keterbatasan karena indeks regional yang diteliti yakni hanya Dow Jones
Industrial Average (DJIA) dan tidak memasukkan indeks regional yang telah
maju lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan
penelitian tentang “analisis pengaruh variabel makroekonomi dan indeks
saham syariah regional terhadap risiko Jakarta Islamic Index (JII)”.
Penelitian tersebut akan melengkapi dan menyempurnakan penelitianpenelitian sebelumnya sehingga temuan empiris penelitian ini diharapkan
menjadi kontribusi terkait faktor yang mempengaruhi risiko indeks saham.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh inflasi, kurs IDR-USD, BI rate, DJIUS, DJIUK,
FTSE Shariah Japan 100 (FTSJP), dan FTSE Bursa Malaysia Hijrah
Shariah (FTSMY) terhadap risiko JII ?
10
2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap risiko JII ?
3. Bagaimana pengaruh kurs IDR-USD terhadap risiko JII ?
4. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap risiko JII ?
5. Bagaimana pengaruh indeks DJIUS terhadap risiko JII ?
6. Bagaimana pengaruh indeks DJIUK terhadap risiko JII ?
7. Bagaimana pengaruh indeks FTSE Shariah Japan 100 terhadap risiko JII?
8. Bagaimana pengaruh indeks FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah
terhadap risiko JII ?
C. Batasan Masalah
Untuk mencegah meluasnya pembahasan, terdapat beberapa pembatasan
dalam penelitian ini. Untuk penggunaan variabel makroekonomi dibatasi
dengan tiga variabel, yaitu BI rate, tingkat inflasi, dan kurs rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat. Sedangkan indeks saham syariah regional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Dow Jones Islamic-US Large
Capitalisation (DJIUS index), Dow Jones Islamic-UK (DJIUK index),
Financial Time Stock Exchange Japan 100 Shariah (FTSJP) dan Financial
Time Stock Exchange Malaysia Hijrah Shariah (FTSMY).
Selain pembatasan dari variabel makroekonomi dan indeks saham syariah
regional terdapat pembatasan untuk periode waktu pada objek penelitian.
Rentang waktu objek penelitian ini adalah bulan November 2007 – Juli 2016.
Dengan adanya pembatasan masalah ini diharapkan akan mencegah
terjadinya bias dan meluasnya pembahasan. Selain itu, observed variable
11
dalam pengukuran indeks saham syariah tersebut dilakukan dengan
menggunakan kurs indeks pada closing price yang terjadi pada akhir
perdagangan pasar saham.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, kurs IDR-USD, BI rate, DJIUS,
DJIUK, FTSE Shariah Japan 100 (FTSJP), dan FTSE Bursa Malaysia
Hijrah Shariah (FTSMY) secara bersama-sama terhadap risiko JII.
b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap risiko JII.
c. Untuk mengetahui pengaruh kurs IDR-USD terhadap risiko JII.
d. Untuk mengetahui pengaruh BI rate terhadap risiko JII.
e. Untuk mengetahui pengaruh indeks DJIUS terhadap risiko JII.
f. Untuk mengetahui pengaruh indeks DJIUK terhadap risiko JII.
g. Untuk mengetahui pengaruh indeks FTSE Shariah Japan 100 (FTSJP)
terhadap risiko JII.
h. Untuk mengetahui pengaruh indeks FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah
(FTSMY) terhadap risiko JII.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara garis besar memberikan dua manfaat :
a. Manfaat Teoritis
12
Bagi ilmu ekonomi, pasar modal dan sistem keuangan, penelitian ini
bermanfaat
guna
memberikan
kontribusi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja indeks saham syariah sekaligus mengantisipasi
perubahan faktor ekonomi yang dinilai berpengaruh signifikan terhadap
kinerja indeks harga saham.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat bagi para praktisi di dunia pasar modal dalam
mengambil keputusan yang terkait dengan variabel makroekonomi dan
indeks regional. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi
pemerintah dan otoritas moneter terkait faktor yang mempengaruhi
mobilitas dana investor.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keuangan Islam
Pondasi dari seluruh pemikiran Islam adalah al Quran.
Segala keilmuan Islam, termasuk bidang keuangan, memiliki akar-akar
di dalam al Quran (Bacha, 2013 : 13). Keuangan Islam merupakan
prinsip-prinsip kehidupan komersial keuangan yang diderivasikan dari
epistimologi Islam (Rodoni, 2009 : 26). Perkembangan keuangan Islam
adalah suatu tanda masuknya hukum-hukum keislaman dalam wilayah
kehidupan
komersial.
Keuangan
Islam
dibangun
atas
prinsip
persaudaraan dan kerjasama yang berdiri untuk sebuah sistem yang
menerapkan bagi modal, bagi risiko, dan bagi keuntungan antara pihak
yang surplus dan pihak yang defisit (Omar, 2014 : 18). Setidaknya
terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam menderivasikan nilai-nilai
Islam dalam aspek komersialisasi keuangan. Pertama, disiplin yang
memajukan alternatif-alternatif baru terhadap keuangan komersial yang
konvesional. Hal tersebut membutuhkan penafsiran ajaran agama untuk
mendapatkan alternatif baru yang dapat memberikan manfaat yang lebih
besar dibandingkan dengan mudharat. Kedua, melakukan evaluasi
kembali terhadap konsep dan praktik keuangan konvensional yang telah
ada dengan fiqh. Evaluasi tersebut dilakukan guna memberikan penilaian
mengenai kesesuaian konsep dan praktik tersebut dengan ajaran Islam.
14
Penilaian tersebut akan berujung pada penilaian hukum seperti halal,
sunah,mubah, makruh dan haram.
Menurut Rodoni (2009), prinsip-prinsip dan petunjuk
fundamental al Quran yang dapat dibangun dalam tataran muamalah,
khususnya dalam pembiayaan dan investasi keuangan, antara lain :
a. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau
kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat
b. Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta
akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut
c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.
Tindakan maupun informasinya harus transparan dan tidak boleh
menimbulkan keraguan yang dapat merugikan salah satu pihak.
d. Pemilik harta dan emiten tidak boleh mengambil risiko yang
melebihi kemampuannya dan dapat menimnulkan kerugian
e. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian
baik pada investor maupun emiten.
2. Investasi
a. Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber
daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang yang
sesuai dengan syariah Islam ( Rodoni, 2009 : 46). Investor
15
melakukan keputusan untuk berinvestasi dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang sebagai pengorbanan atas
waktu dan risiko yang telah ditanggungnya. Selain itu, investasi juga
dilakukan guna mempersiapkan masa depan melalui perencanaan
kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini.
b. Tujuan Investasi
Terdapat beberapa tujuan dari investasi diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang
akan datang. Investasi berarti menunda konsumsi atas
penggunaan dana yang tersedia saat ini guna meningkatkan daya
konsumsi di masa yang akan datang. Hal tersebut akan
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik pada masa
mendatang.
2) Mengurangi
tekanan
inflasi.
Inflasi
cenderung
bersifat
menurunkan nilai kekayaan yang dimiliki. Apabila kekayaan
seseorang tidak diinvestasikan , kekayaan tersebut akan tergerus
sedikit demi sedikit oleh inflasi. Pengembangan kekayaan
dengan berinvestasi mencegah penurunan nilai oleh inflasi
sepanjang pengembalian yang didapat berada diatas tingkat
inflasi.
16
3) Kesempatan menghemat pajak. Diantara strategi pemerintah
untuk meningkatkan investasi adalah dengan memberikan
insentif pajak kepada individu perorangan maupun badan usaha
yang berminat melakukan investasi.
3. Dasar-Dasar Risiko
Berinvestasi
keuntungan
atau
pada
dasarnya
pengembalian,
para
selain
investor
mengharapkan
perlu
juga
mempertimbangkan risiko. Segala aktivitas ekonomi pasti memiliki
risiko, namun tingkat risiko tersebut berbeda-beda. Pertimbangan atas
risiko dalam berinvestasi juga diperkuat dengan prinsip no risk no return.
Ini merupakan sebuah kepastian bahwa setiap instrumen investasi yang
memiliki pengembalian yang tinggi pasti diikuti dengan risiko yang
tinggi pula dan begitu pula sebaliknya.
a. Pengertian Risiko
Dalam
teori
portofolio,
risiko
dinyatakan
sebagai
kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa lebih besar maupun lebih kecil
dari return yang diharapkan. Atas dasar tersebut, konsep ukuran
penyebaran atas penyimpangan dari nilai yang diharapkan terjadi.
Risiko diukur dengan menggunakan standard deviation (simpangan
baku) (Murhadi, 2009 : 36). Standar deviasi dalam situasi dimana
17
semua
hasil
investasi
dapat
diketahui
dan
probabilitasnya
diasumsikan sama, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
√∑
Dimana : ζ = standar deviasi
ri = return aset/saham i
ra = rata-rata hasil investasi
n = jumlah pengamatan terhadap aset/saham
Semakin tinggi nilai standar deviasi semakin tinggi pula risiko atas
aset tersebut, demikian pula sebaliknya.
b. Preferensi Investor Terhadap Risiko
Sikap investor terhadap risiko antara satu dengan yang lainnya akan
memiliki perbedaan (Murhadi, 2009 : 38). Investor, menurut Rodoni
(2009), berdasarkan perilakunya terhadap risiko dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)
Merupakan investor yang jika dihadapkan pada pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan
risiko yang berbeda, maka investor tersebut akan memilih
investasi dengan risiko yang lebih besar. Investor tipe ini
bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan.
18
2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)
Merupakan tipe investor yang meminta kenaikan pengembalian
yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor tersebut
bersifat prundet (berhati-hati) dalam mengambil keputusan
investasi.
3) Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter)
Merupakan tipe investor yang memilih investasi denga risiko
yang lebih kecil jika terdapat dua pilihan investasi dengan
tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda.
c. Jenis-Jenis Risiko
Secara tradisional, Tandeilin (2001) menjelaskan bahwa risiko total
yang terdapat pada aset keangan bersumber dari :
1) Interest rate risk. Risiko tersebut muncul akibat perubahan
tingkat suku bunga. perubahan tingkat suku bunga dapat
berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.
2) Market risk. Risiko tersebut muncul akibat fluktuasi dalam
keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.
3) Inflation risk. Terjadinya inflasi dapat menurunkan daya beli
pada pendapatan riil. Kenaikan inflasi menyebabkan para
pemilik dana membutuhkan premi risiko atas inflasi untuk
mengganti penurunan daya beli.
19
4) Business risk. Risiko yang melekat karena melakukan bisnis
pada industri tertentu.
5) Financial risk. Risiko yang timbul karena penggunaan
pengungkitan keuangan (financial leverage) oleh perusahaan.
6) Liquidity risk. Risiko tersebut berhubungan dengan pasar
sekunder dimana sekuritas diperdagangkan. Instrumen investasi
bersifat
likuid
jika
investor
mampu
memperjualbelikan
instrumen tersebut dengan mudah tanpa penurunan harga yang
berarti.
7) Exchange rate risk. Risiko yang terjadi akibat fluktuasi kurs
mata uang asing.
8) Country risk. Risiko yang berkaitan dengan kondisi politik suatu
negara.
Pada
perkembangan
selanjutnya,
analisis
moderen
membagi total risiko menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan
risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang
disebabkan oleh faktor –faktor makro yang mempengaruhi semua
sekuritas
sehingga
tidak
dapat
dieliminasi
dengan
strategi
diversifikasi. Faktor risiko sistematis dapat berupa inflasi, suku
bunga, kebijakan pajak dan lain-lain. Risiko sistematis dinyatakan
dengan beta saham. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas dan risiko
20
tersebut dapat dieliminasi dengan strategi diversifikasi. Risiko tidak
sistematis adalah risiko yang timbul karena faktor-faktor mikro yang
terdapat pada perusahaan industri tertentu sehingga pengaruhnya
hanya terbatas pada perusahaan dan industri tersebut. Diantara faktor
tersebut adalah struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas,
ukuran perusahaan dan lingkungan kerja.
Gambar 2.1 Tipe Risiko
Risiko
Risiko tidak sistematis
Total Risiko
Risiko sistematis
0
Sumber : Werner R. Murhadi,
Analisis Saham Pendekatan Fundamental, 2009
21
4. Pasar Modal Indonesia
a. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan bagian dari pasar finansial. Pasar
modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara menjual
sekuritas (Rodoni, 2009 : 46). Pasar modal juga dapat diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan
sekuritas yang memiliki
jangka waktu yang panjang. Sementara itu, pasar uang adalah pasar
yng memperdagangkan berbagai instrumen investasi yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan spesifik para investor dengan jangka
waktu yang pendek. Instrumen yang diperdagangkan dalam pasar
uang adalah sertifikat deposito, SBI, SBIS, commercial paper dan
lain-lain.
Hubungan antara sektor pasar modal sebagai pasar
finansial, korporasi dan investor dapat dijelaskan melalui bagan
berikut.
22
Gambar 2.2 Hubungan Korporasi, Pasar Finansial dan Investor
Sumber : Ross, Westerfeld & Jordan
Pengantar Keuangan Perusahaan, 2009
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal
merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1
tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai
instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. UndangUndang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran
penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
23
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lainlain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrument. Fungsi pasar modal secara eksplisit dapat
dilihat pada gambar mengenai hubungan korporasi, pasar finansial
dan investor.
b. Instrumen Pasar Modal
Terdapat beberapa macam instrument pasar modal di Indonesia,
diantaranya adalah :
1) Saham biasa (common stock)
Saham biasa dianggap paling menarik, baik bagi pemodal
ataupun bagi emiten. Secara sederhana, saham didefinisikan
sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan.
2) Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen adalah saham yang berkarakterik antara obligasi
dan saham biasa. Hak-hak investor pemegang saham preferen
24
diantaranya adalah hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap
aktiva jika perusahaan dilikuidasi. Akan tetapi, saham preferen
umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh
saham biasa ( Hartono, 2016 : 169).
3) Obligasi
Obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisi
kontrak antara pemberi dana atau pemodal dengan emiten atau
yang diberi dana. Sehingga surat obligasi adalah selembar kertas
yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli
hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi.
4) Obligasi konversi (convertible bond)
Obligasi konversi adalah obligasi yang memiliki keunikan,
yakni ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu
tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. Persyaratan
ini tidak sama diantara obligasi konversi yang satu dengan yang
lainnya.
5) Right
Right adalah surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal
untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right
adalah produk derivative dari saham.
6) Warran
Waran seperti halnya right merupakan hak untuk membeli
saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan.
25
Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain,
seperti obligasi atau saham.
7) Reksadana
Reksadana adalah pilihan lain untuk berinvestasi untuk para
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko
atas investasi mereka. Reksa Dana dibangun sebagai sarana
untuk menghimpun dana masyarakat yang bermodal, memiliki
keinginan untuk berinvestasi, hanya saja memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas.
c. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah
kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua
produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan
dengan hukum muamalat Islamiyah (Rodoni, 2009 : 62). Di
Indonesia,
pasar
modal
menerapkan
sistem
syariah
dalam
operasionalnya masih dalam bentuk indeks yaitu Jakarta Islamic
Index (JII) dan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) di Bursa Efek
Indonesia. Diantara prinsip syariah dalam pasar modal saat
26
penawaran umu di pasar perdana yang perlu diperhatikan oleh
emiten maupun investor adalah sebagai berikut :
1) Efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip
syariah, seperti saham syariah dan sukuk yang terhindar dari
riba dan gharar (ketidakpastian informasi yang menimbulkan
penyesalan dan pertengkaran)
2) Emiten yang menerbitkan efek syariah harus menaati semua
aturan syariah, maka produk barang dan jasa harus sesuai
dengan ajaran Islam. Usaha casino, perusahaan rokok dan
miras akan menyebabkan emiten tidka boleh masuk dalam
pasar modal syariah
3) Semua efek harus berbasis pada hrta (aset) atau transaksi riil
(„ain), bukan mengharapkan keuntungan dari kontrak hutang
piutang.
4) Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang
berlebihan (gharar) atau spekulasi.
5) Mematuhi semua syariat Islam yang berhubungan dengan
utang piutang, seperti tidak dibenarkan jual-beli utang secara
terdiskonto, emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk
membayar kembali utang (bay’ dayn di dayn). Dengan
demikian, dana yang terhimpun atas penerbitan efek harus
diinvestasikan pada usaha riil, tidak boleh ada kompensasi
yang berdasarkan pada restrukturisasi utang, dan tidak
27
dibenarkan pula melakukan jual beli masa mendatang
(forward) untuk transaksi valuta asing.
5. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang
dikembangkan oleh BEI yang bekerjasama dengan Danareksa Investment
Management untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah. JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai 100).
JII terdiri dari 30 saham dengan memperhatikan kriteria kapitalisasi pasar
dan volume nilai perdagangan tertentu (likuiditas). Selain itu, indeks
harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Indeks diharapkan memiliki lima fungsi di pasa
modal (Rodoni, 2009 : 71) yaitu :
a. Sebagai indikator trend saham
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan
c. Sebagai tolak ukut (benchmark) kinerja suatu portofolio
d. Memfasilitasi pembentukan potofolio dengan strategi pasif
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif
28
Berikut adalah proses seleksi saham syariah pada Jakarta Islamic Index
(JII) :
Gambar 2.3 Seleksi Syariah JII
Emiten tidak menjalankan usaha perjudian /permainan yang
tergolong judi dan perdagangan yang dilarang
Emiten :



Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional
Tidak memproduksi, memprediksikan dan memperdagangkan
makanan dan minumam haram
Bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan
menyediakan barang dan jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat
Seleksi Kapitalisasi
Proses ini menyaring 60 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi
di bursa saham
Seleksi Nilai Volume Transaksi
Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata- rata
tertinggi
Evaluasi emiten setiap 6 bulan sekali
29
6. Ekonomi Makro
Ilmu ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari
perekonomian secara keseluruhan, dan berfokus pada determinan
pendapatan nasional total, berkaitan dengan agregat seperti konsumsi dan
investasi agregat, dan melihat tingkat harga secara keseluruhan. Beberapa
permasalahan yang berada pada ruang lingkup makro ekonomi adalah
peningkatan harga secara keseluruhan (inflasi), tingkat pertumbuhan
output
agregat,
dan
tingkat
pengangguran.
Diantara
indikator
makroekonomi tersebut, tiga variabel ekonomi sering digunakan untuk
memperbaiki kondisi ekonomi seperti Inflasi, tingkat suku bunga (BI
rate), dan nilai tukar.
a. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus (Rahardja, 2013 : 359). Terjadinya inflasi
karena terpenuhinya tiga karakteristik yakni 1) kenaikan harga 2)
bersifat umum dan 3) berlangsung secara terus-menerus. Inflasi
dapat diukur melalui Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB), dan Indeks Harga Implisit (GDP
deflator). Inflasi dapat mengakibatkan biaya sosial yakni penurunan
tingkat kesejahteraan masyarakat, buruknya distribusi pendapatan
dan terganggunya stabilitas ekonomi. Inflasi tidak hanya merugikan
masyarakat yang melakukan konsumsi, tetapi juga mengganggu
pemerintah. Defisit anggaran belanja akan semakin besar karena
30
penerimaan anggaran pendapatan didasarkan atas harga-harga
sebelumnya, sedangkan penerimaan pajak tidak dapat menutupi
pengeluaran yang terus menerus meningkat akibat naiknya harga (
Ariyanti, 2011 : 118).
Mempertahankan inflasi agar tetap terkendali telah lama
menjadi tujuan pemerintah. Atas dasar besarnya laju inflasi, dapatlah
inflasi dibagi dalam tiga kategori, yakni : merayap (creeping
inflation), inflasi menengah (galloping inflation) serta inflasi tinggi
(hyper inflation) (Nopirin, 1998 : 27). Sementara itu, kajian ekonomi
konvensional membagi penyebab inflasi menjadi tiga yakni:
1) Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi tekanan permintaan adalah inflasi yang
terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Dengan
kata lain, keinginan masyarakat untuk melakukan konsumsi atas
barang dan jasa begitu kuat. Inflasi yang didasarkan pada
tingginya permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva
AD0 menjadi AD1. Tekanan tersebut menyebabkan output
perekonomian meningkat, namun disertai inflasi yang dapat
diamati dengan naiknya tingkat harga secara umum.
31
Gambar 2.4 Inflasi Tekanan Permintaan
P
AS
P1
P0
AD1
AD0
0
Y0
Y1
Y
Sumber : Raharja & Manurung,
Pengantar Ilmu Ekonomi, 2013
2) Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation) terjadi
karena kenaikan biaya produksi seperti kenaikan harga barang
mentah atau barang setengah jadi yang merupakan input suatu
produk. Selain itu, kenaikan Upah Minimum Regional (UMR)
dan barang-barang strategis seperti BBM akan meningkatkan
biaya produksi pada berbagai sektor industri. Inflasi ini
menyebabkam akan mengurangi produksi atau suplai output
sehingga pergeseran kurva AS ke kiri dan tingkat harga
meningkat.
32
Gambar 2.5 Inflasi Dorongan Biaya
P
AS1
AS0
P1
P0
AD
0
Y1 Y0
Y
Sumber : Raharja & Manurung,
Pengantar Ilmu Ekonomi, 2013
3) Kombinasi Tekanan Permintaan dan Dorongan Biaya
Inflasi ini terjadi akibat tekanan permintaan dan
kenaikan input produksi terjadi secara bersamaan dalam suatu
perekonomian. Kondisi ini dapat dideskripsikan sebagai
perekonomian dengan jumlah output relatif tidak bertambah
namun disertai dengan inflasi. Dengan demikian, kurva AD
akan bergeser ke kanan sementara AS akan bergeser ke kiri.
Kondisi kombinasi antara inflasi dan stagnasi perekonomian ini
disebut stagflasi.
33
Gambar 2.6 Stagflasi
P
AS1
P1
AS0
P0
AD1
AD0
0
Y0
Y
Sumber : Raharja & Manurung,
Pengantar Ilmu Ekonomi, 2013
b. BI rate
Menurut Bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Bunga adalah ongkos yang dibayar oleh peminjam kepada yang
meminjamkan uang untuk menggunakan dananya (Case, 2007 :
151). Sementara itu, teori modern mengenai tingkat suku bunga oleh
John M. Keynes menjelaskan bahwa permintaan uang dipengaruhi
oleh tiga faktor yakni motif bertransaksi, motif berspekulasi dan
motif berjaga-jaga. Permintaan uang dengan motif spekulasi
dipengaruhi oleh tingkat bunga, dimana tingkat bunga memiliki
hubungan negatif dengan permintaan uang untuk spekulasi. Dengan
demikian, para investor mungkin akan lebih memilih membeli
34
obligasi ketika suku bunga tinggi dengan harapan menjualnya ketika
tingkat bunga turun.
Case dan Fair (2007) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan terbalik antara tingkat investasi yang direncanakan dan
suku bunga. Investasi yang direncanakan (planned investment)
adalah penambahan pada stok modal dan persediaan yang
direncanakan oleh perusahaan (Case & Fair, 2007 : 77). Kenaikan
tingkat suku bunga akan menurunkan investasi yang direncanakan.
Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga akan meningkatkan
investasi yang direncanakan. Keputusan investasi perlu dilakukan
jika penerimaan lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan,
dimana biaya bunga merupakan salah satu komponen biayanya.
Gambar 2.7 Hubungan suku bunga dengan investasi
r%
9
6
3
I
0
I2
I1
I0
I
Sumber : Karl & Case,
Prinsip-prinsip Ekonomi, 2007
35
c. Nilai Tukar
Nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan
sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing (Karim, 157 : 2008). Para ekonom
membedakan kurs menjadi dua jenis yakni kurs nominal dan kurs
riil. Pertama, kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara. Sebagai contoh, jika kurs dolar AS dan rupiah Indonesia
adalah 10.000 rupiah per dolar, maka 1 dolar dapat ditukar dengan
10.000 rupiah. Kedua, kurs riil adalah harga relatif dari barangbarang di antara dua negara (Mankiw, 128 : 2006). Kurs riil dapat
juga disebut terms of trade.
Setidaknya terdapat dua rezim besar dalam nilai tukar yang dapat
diaplikasikan oleh otoritas moneter suatu negara :
1) Kurs mengambang (floating exchange rate)
Kurs ditentukan oleh pasar dan dibiarkan berfluktuasi dengan
bebas untuk menanggapi kondisi perekonomian yang sedang
berubah (Mankiw, 2006 : 333). Pada rezim kurs ini, kurs e
akan menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan simultan di
pasar barang dan pasar uang. Perubahan diantara faktor
makroekonomi akan memungkinkan kurs untuk bergerak ke
nilai keseimbangan baru.
36
2) Kurs tetap ( fixed exchange rate)
Di bawah kurs tetap, bank sentral mengumumkan nilai kurs
dan siap untuk membeli dan menjual mata uang domestik
untuk mempertahankan kurs sesuai dengan tingkat yang
diumumkan (Mankiw, 2006 : 337).
Nilai tukar suatu negara dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Adapun nilai tukar disebabkan oleh permintaan dan penawaran
valuta asing. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan valuta
asing adalah sebagai berikut.
1) Pembayaran untuk impor
Semakin tinggi impor atas barang dan jasa, semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan
cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, jika impor menurun,
maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong
apresiasi nilai tukar.
2) Aliran modal keluar (capital inflow)
Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar
permintaan terhadap valas sehingga nilai tukar akan cenderung
terdepresiasi. Aliran modal keluar meliputi pembayaran utang
penduduk suatu negara kepada pihak asing dan penempatan
dana penduduk luar negeri.
37
3) Kegiatan spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing oleh para
spekulan, maka semakin besar permintaan terhadap valuta
asing sehingga nilai tukar domestik cenderung terdepresiasi.
Selain itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah
1) Penerimaan hasil ekspor
Semakin besar penerimaan ekspor atas barang dan jasa,
semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki suatu negara
sehingga
nilai
tukar
domestik
cenderung
terapresiasi.
Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing
yang diterima akan menurun sehingga nilai tukar cenderung
terdepresiasi.
2) Aliran modal masuk (capital inflow)
Semakin besar aliran modal yang masuk ke suatu negara, maka
nilai tukar cenderung mengalami apresiasi. Aliran modal
tersebut dapat berupa utang luar negeri, penempatan dana
jangka pendek oleh pihak asing (portfolio investment), ataupun
investasi langsung oleh pihak asing (foreign direct investment)
Penjelasan permintaan dan penawaran valuta asing dapat
dijelaskan melalui kurva berikut:
38
Gambar 2.8 Nilai tukar dalam valuta asing
e
Sf
depresiasi
E
10.000
Df
0
Q
apresiasi
Q
e : Kurs rupiah dalam USD
Q : kuantitas
Sf : Penawaran terhadap valas
Df : Permintaan terhadap valas
Sumber : Raharja & Manurung,
Pengantar Ilmu Ekonomi, 2013
7. Indeks Saham Syariah Regional
Integrasi ekonomi membuat kondisi perekonomian berbagai negara
saling terkait.
Hal tersebut berimplikasi bahwa perubahan indikator
makroekonomi
pada
suatu
perekonomian
akan
berdampak
pada
perekonomian negara lainnya. Diantara indikator yang dapat diamati adalah
perkembangan indeks saham. Indeks tersebut berfungsi sebagai barometer
kinerja industri dan kondisi perekonomian nasional. Semakin baik kinerja
industri suatu perekonomian, semakin positif pula tren yang ditunjukkan oleh
indeks tersebut. Pengaruh bursa saham asing terhadap bursa saham lainnya
39
terjadi melalui pergerakan indeks tersebut sehingga memicu mobilitas modal
(capital mobility). Setidaknya terdapat beberapa bursa saham di negara maju
yang dapat dikatakan berpengaruh yakni bursa saham Amerika Serikat
(DJIUS), bursa saham Inggris (DJIUK) dan bursa saham Jepang (FTSE
Shariah Japan 100). Sementara itu, bursa saham Malaysia (FTSE Bursa
Malaysia Hijrah Shariah) dinilai berpengaruh sebagai destinasi investasi
secara syariah.
Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1999 oleh Dow Jones Index. DJIMI diluncurkan pada 8
Februari 1999 di Manama, Bahrain. Pencetus perintisan ide tersebut adalah
A. Rushdi Siddiqui yang berprofesi sebagai analis saham pada perusahaan
investment bank di Wall Street. Sebagai seorang analis, Rushdi bertugas
meneliti saham-saham yang ada di bursa. Beliau meneliti kesesuaian usaha
emiten-emiten tersebut dengan ketentuan Islam. Kemudian, Rushdi berhasil
mengumpulkan 1.708 emiten yang berasal dari 34 negara di dunia.
Berdasarkan temuan tersebut, Rushdi mengajukan usulan pembentukan
indeks syariah kepada David Moran sebagai bos Dow Jones Index. Moran
tertarik dengan usulan pembentukan indeks syariah tersebut dan mengajak
Rushdi bergabung dengan Dow Jones. Dua bulan kemudian, Rushdi berhasil
merealisasikan indeks syariah dengan nama Dow Jones Islamic Market Index.
Peluncuran indeks tersebut mendapat tanggapan yang positif dengan nilai
kapitalisasi pasar dari 1.708 saham sebesar hampir 10 triliun dolar AS.
40
Adapun indeks Dow Jones Islamic Market U.S (DJIUS) dan indek
Dow Jones Islamic Market U.K (DJIUK) merupakan sub set dari Indeks Dow
Jones Islamic Market yang telah melewati proses penyaringan untuk
kepatuhan syariah. DJIUS merupakan representasi pasar saham syariah
dengan urutan kapitalisasi pasar yang terbesar (large capitalisation) di
Amerika Serikat sementara DJIUK merupakan representasi pasar saham
syariah di Inggris.
Indeks FTSE Shariah Japan 100 telah didesain untuk digunakan
sebagai produk – produk investasi dengan dasar kepatuhan terhadap syariah
Islam untuk memenuhi kebutuhan investor muslim di Jepang dan
internasional. Proses seleksi secara independen (independent screening)
dilakukan oleh Yasaar Limited, sebuah organisasi dengan jaringan global
yang terdiri dari para ahli di bidang syariah. Menggunakan saham-saham
berkapitalisasi besar dan menengah dari FTSE Global Index Series sebagai
dasar, konstituen 100 saham dengan sharia compliance terbesar berdasarkan
kapitalisasi pasar kemudian dipilih untuh membentuk FTSE Shariah Japan
100 index.
FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah telah didesain untuk
digunakan sebagai dasar dari produk – produk investasi dengan ketentuan
sharia compliant
yang memenuhi tuntutan penyaringan (screening
requirement) dari para investor muslim. Emiten – emiten dalam indeks
tersebut disaring oleh Dewan Penasihat Syariah (SAC) pada Komisi Sekuritas
41
Malaysia dan juga oleh konsultan syariah global terkemuka yakni, Yasaar
Ltd, untuk panduan prinsip yang jelas.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Empiris
1
Emta Hariati
The Impact of
Dependent Variable :
DJIA dan Kurs (IDR-
Surbakti,
Macroeconomic
Stock Return
USD) memiliki hubungan
Noer Azam
Variables on JCI‟s
Independent Variable:
positif signifikan terhadap
Achsani,Tuba Stock Return
Dow Jones Industrial
volatilitas return JCI.
gus Nur
Volatility in Pre and
Average, Exchange
BI rate (-), inflasi
Ahmad
Post Global
Rate (IDR-USD), BI
(-) dan harga emas (+)
Maulana
Economic Crisis
rate, inflation, Gold
tidak memiliki efek yang
(2014)
(ARCH-GARCH
price.
signifikan terhadap
model)
2
volatilitas return JCI.
Dionysia
The Influence of
Independent
Bursa saham asing dan
Kowanda,
Foreign Stock
Variables: Dow Jones
variabel makroekonomi
Rowland
Market Index and
Industrial Average,
secara simultan
Bismark
Macroeconomic
Shanghai Stock
berpengaruh signifikan
Fernando
Variables Toward
Exchange Composite,
terhadap IHSG. Namun,
Pasaribu,
Jakarta Composite
Strait Times Index,
pengujian secara parsial
Ahmad Fajri
Index During 2010-
and macroecnomic
hanya bursa STI dan kurs
Shauti (2014)
2014 (Multi Linear
variables:
yang berpengaruh
Regression by OLS
Inflation rate, BI Rate,
terhadap IHSG. Adapun
Method)
World Oil Prices,
hasil good fitness test
Exchange Rate
menunjukkan bahwa
IDR/USD
model penelitian mampu
42
Dependent Variable :
menjelaskan variasi
Jakarta Composite
IHSG sebesar 49,7 persen.
Index.
3
 TERST memiliki
Husam
The Effects of
Independent Variables
Rjoub,
Macroeconomic
: Interest rate
pengaruh positif
Turgut
Factors on Stock
(TERST),
terhadap return pada 9
Tursoy and
Returns: Istanbul
Unanticipated
portofolio
Nil Gunsel
Stock Market
inflation (UNINF),
(2009)
(OLS method)
Risk Premium
pengaruh positif
(RIKPR), Exchange
terhadap return pada 13
Rate (EXCGR),
portofolio
Unemployment Rate
 UNINF memiliki
 RIKPR memiliki
(UNEMP) and
pengaruh positif
Money Supply
terhadap return pada 8
(MONSP).
portofolio
Dependent Variables:
Stock Return
 EXCGR memiliki
pengaruh positif pada
return 2 portofolio dan
negatif pada 6
portofolio lainnya
 MONSP memiliki
pengaruh positif
terhadap return pada 7
portofolio dan negatif
pada 3 portofolio
lainnya
 UNEMP memiliki
pengaruh positif
terhadap return pada 8
portofolio.
43
4
 IPI tidak memiliki
M. Shabri
Long-run
KLSI is the Kuala
Abd. Majid
Relationship
Lumpur Syari‟ah
pengaruh signifikan
and Rosylin
between
Index; M3 is broad
terhadap KLSI baik
Mohd. Yusof
Islamic Stock
money supply, TBR is
pada model 1 dan
(2009)
Returns and
treasury bill rates, IPI
model 2
Macroeconomic
is industrial
Variables : An
production index,
positif signifikan
Application of the
REER is real efective
terhadap KLSI pada
Autoregressive
exchange rate and
model 1
DistributedLag
FFR is federal reserve
Model (ARDL)
rates.
 M3 memiliki pengaruh
 REER pada model 1 &
2 memiliki pengaruh
negatif signifikan
terhadap KLSI
 TBR pada model 2 dan
FFR pada model 1 & 2
memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap KLSI.
5
 Hasil penelitian
Anthony
Impact of
Variabel Dependen :
Kyereboah-
macroeconomic
GSE all-share-index
menunjukkan bahwa
Coleman
indicators on stock
(GSI).
seluruh variabel
Kwame F.
market performance:
Variabel Independen :
dependen berpengaruh
Agyire-
The case of the
Inflation, Real
signifikan terhadap GSI
Tettey (2008)
Ghana Stock
exchange rate, Interest
pada tingkat
Exchange (Error
rates dan Loan to
signifikansi 5%, kecuali
Correction Model)
Deposit Ratio (LDR)
variabel tingkat suku
bunga.
 Variabel Inflasi dan
44
Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh
negatif terhadap indeks
GSI
 Variabel Real
Exchange Rate
berpengaruh positif
terhadap indeks GSI
6
 Estimasi VECM jangka
Irfan Syauqi
Pengaruh Indeks
Variabel Dependen:
Beik & Sri
Harga Saham
JII
Wulan
Syariah Internasional Variabel Independen :
DJIJP pada lag 3
Fatmawati
dan Variabel
IPI, CPI, M2, Nilai
berpengaruh positif
(VECM)
Makroekonomi
Tukar, BI rate, SBIS,
signifikan terhadap JII.
(2013)
Terhadap Jakarta
DJIEU,
Sementara IPI pada lag
Islamic Indeks
IMUS,DJIMY, DJIJP.
2 berpengaruh negatif
pendek menunjukkan
signifikan terhadap JII
 Estimasi VECM jangka
panjang : BI rate, Nilai
tukar, berpengaruh
negatif namun tidak
signifikan terhadap JII.
IPI berpengaruh positif
signifikan terhadap JII.
M2 dan SBIS
berpengaruh negatif
signifikan terhadap JII.
 Sementara itu, DJIEU
dan DJIMY
berpengaruh secara
45
positif signifikan
terhadap JII. Berbeda
dengan kedua pasar
tersebut, DJIJP dan
IMUS berpengaruh
negatif signifikan
terhadap JII.
7

Alfin
Pengaruh Variabel
Variabel
Merancia
Makroekonomi dan
makroekonomi :
penyebab instabilitas
(2010)
Indeks Regional
inflasi, nilai tukar, dan
Risiko JII dan IHSG.
Tesis
terhadap
Sertifikat Bank
Untuk variabel
Pusat Studi
Risiko Jakarta
Indonesia (SBI)
dependen Risiko
Kajian Timur
Islamic Index (JII)
Indeks regional :
Jakarta Islamic Index
Tengah
dan Indeks Harga
Indeks Dow Jones dan
(JII), variabel
Universitas
Saham
Indeks Nikkei
independen Kurs, SBI,
Indonesia
Gabungan (IHSG)
Indeks Dow Jones, dan
Metode Analisis
Nikkei signifikan
:ARCH-GARCH &
mempengaruhi risiko
OLS regression
JII, sedangkan inflasi
Suku bunga adalah
tidak signifikan
mempengaruhi.

Di lain pihak untuk
variabel dependen
Risiko Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG), variabel
independen SBI, dan
Indeks Dow Jones
signifikan terhadap
46
risiko IHSG sedangkan
Inflasi, Kurs dan
Indeks Nikkei tidak
signifikan.
8
Wistriati
Analisis Pengaruh
Variabel Dependen:
(2011)
Variabel
JII
Skripsi FEB
Makroekonomi
Variabel Independen :
UIN Jakarta
terhadap Nilai
Kurs IDR-USD,
Jakarta Islamic
Money Supply, GDP,
Index (Error
Inflation.

Variabel independen
secara simultan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
indeks JII
Correction Model)

dalam jangka panjang
terdapat pengaruh
antara variabel kurs,
M2, inflasi dan PDB
terhadap nilai JII

Sedangkan dalam
jangka pendek tidak
terdapat pengaruh
antara kurs, M2 dan
inflasi terhadap nilai
JII, hanya variabel
PDB yang
mempengaruhi nilai JII
dalam jangka pendek
47
C. Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir
merupakan
model
konseptual
tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting (Priadana, 2009 : 89). Penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko Jakarta Islamic Index.
Proksi risiko Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini adalah volatilitas poin
indeks yang dihimpun berdasarkan data bulanan. Sementara itu, variabel
makroekonomi yang digunakan adalah inflasi, kurs IDR-USD, dan BI rate
serta indeks DJIUS, indeks DJIUK, indeks FTSE Shariah Japan 100 (FTSJP)
dan indeks FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah (FTSMY) sebagai
representasi bursa saham asing. Hubungan antar variabel independen dengan
variabel dependen adalah sebagai berikut.
1. Inflasi terhadap risiko JII
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus. Terjadinya inflasi karena terpenuhinya tiga
karakteristik yakni 1) kenaikan harga 2) bersifat umum dan 3)
berlangsung secara terus-menerus. Setidaknya terdapat beberapa biaya
sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi, diantaranya penurunan
tingkat kesejahteraan rakyat yang akan mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Tingkat kesejahteraan secara sederhana dapat diukur
dengan daya beli dari pendapatan yang diperoleh. Adanya inflasi telah
menyebabkan daya beli semakin rendah terutama bagi masyarakat
48
berpendapatan tetap dan kecil. Hubungan antara inflasi dan indeks
saham syariah terjadi ketika tingkat daya beli masyarakat menurun
karena inflasi yang tinggi sehingga mengurangi belanja (konsumsi)
masyarakat atas produk/output perekonomian. Kondisi tersebut disertai
dengan kecenderungan peningkatan velositas dalam penggunaan
pendapatan. Hal ini akan mengurangi laba berbagai indusrti akibat
penurunan pendapatan penjualan. Secara deskriptif, hubungan inflasi
dengan indeks harga saham dapat dinyatakan negatif. Mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Emta Hariati dkk (2014) menunjukkan
bahwa hubungan inflasi dengan kinerja indeks saham adalah negatif
namun tidak signifikan.
2. BI rate terhadap risiko JII
Menurut Bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
BI rate dipersepsikan berpengaruh terhadap indeks harga saham karena
BI rate memiliki peran yang sentral terhadap berbagai aspek dalam
suatu perekonomian. Peningkatan BI rate dapat menyebabkan
peningkatan biaya produksi, terutama beban bunga atas pinjaman
kepada kreditor. Adapun pengaruh BI rate terhadap perusahaan yang
termasuk dalam JII dapat ditemui dalam skema pembiayaan langsung
maupun pembiayaan tidak langsung. Hal ini akan menyebabkan total
49
biaya suatu perusahaan meningkat sehingga mengikis laba yang
dihasilkan pada tahun berjalan. Selain itu, peningkatan tingkat suku
bunga juga akan meningkatkan harga jual yang lebih tinggi. Hal ini
akan menyebabkan konsumen menunda konsumsi mereka dan
menabung uang mereka di bank. Sebagai implikasinya, penjualan
perusahaan akan menurun dan menyebabkan penurunan profitabilitas
dan indeks harga saham. Hubungan antar kedua variabel tersebut secara
deskriptif dapat dinyatakan negatif. Penelitian yang dilakukan oleh
Emta Hariati Surbakti, Noer Azam Achsani, dan Tubagus Nur Ahmad
Maulana (2016) memperlihatkan bahwa BI rate memiliki hubungan
negatif terhadap indeks saham. Namun, hubungan tersebut tidak
memiliki efek yang signifikan terhadap return JCI. Ini artinya BI rate
memiliki
kekuatan
prediktif
yang
lemah
dalam
menjelaskan
hubungannya terhadap JCI.
3. Kurs IDR-USD terhadap risiko JII
Nilai tukar uang sebagai salah satu variabel makroekonomi
turut
mempengaruhi
performa
korporasi
dan
industri
secara
keseluruhan. Depresiasi yang terjadi pada nilai tukar rupiah
menyebabkan harga barang lokal menjadi lebih kompetitif di pasar
internasional. Hal tersebut akan memberikan peluang bagi setiap
korporasi untuk melakukan ekspor karena harga barang tersebut yang
menjadi lebih murah secara kurs riil. Penjualan secara ekspor di tengah
50
kondisi nilai tukar yang terdepresiasi dapat meningkatkan pendapatan
(revenue) korporasi. Namun begitu, depresiasi nilai tukar juga mampu
mengganggu kinerja industri. Hal tersebut disebabkan depresiasi akan
meningkatkan ongkos barang impor yang digunakan sebagai bahan
baku produksi dan juga meningkatkan kewajiban korporasi yang
berdenominasi mata uang asing. Hubungan antara kurs IDR-USD
terhadap risiko JII dengan demikian dapat dinyatakan positif secara
deskriptif. Karena depresiasi nilai tukar mampu menstimulasi sektor
korporasi untuk melakukan ekspor dan meningkatkan pendapatan
sehingga indeks saham tersebut dapat mengalami peningkatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Emta Hariati Surbakti, Noer Azam
Achsani, dan Tubagus Nur Ahmad Maulana (2016) memperlihatkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara nilai tukar dan
JCI. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Alfin Merancia (2010)
bahwa kurs berpengaruh positif terhadap risiko JII dan IHSG.
4. Bursa saham asing terhadap risiko JII
Dengan berkembangnya globalisasi dan integrasi keuangan,
faktor yang mempengaruhi stabilitas kondisi makroekonomi suatu
negara tidak hanya berasal dari faktor domestik, namun juga berasal
dari faktor internasional. Salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk melihat stabilitas makroekonomi adalah indeks harga saham.
Gejolak krisis pada suatu negara dapat berpengaruh terhadap kondisi
51
perekonomian negara lainnya. Pengalaman krisis subprime mortgage di
AS tahun 2008 menyebabkan beberapa bursa saham di berbagai
regional terkoreksi. Koreksi pada bursa saham yang telah maju dengan
cepat bertransmisi ke bursa saham lainnya, temasuk bursa saham di
negara berkembang. Dengan kata lain, risiko sistemik telah terjadi.
Simorangkir (2016) menjelaskan bahwa penyebaran kegagalan yang
terjadi pada suatu elemen terhadap elemen lainnya merupakan risiko
sistemik. Wahyudi (2013) mengungkapkan bahwa risiko sistemik
adalah risiko yang dampaknya menyebabkan terjadinya efek domino
yakni menyeret proyek atau institusi atau sektor atau bahkan negara lain
untuk terkena dampak risiko tersebut, atau berdampak pada keseluruhan
pasar atau sistem yang ada. Faktor risiko ini umumnya terkait dengan
variabel makroekonomi atau kondisi sektoral atau geografis atau
indikator pasar lainnya
(Wahyudi, 2013 : 5). Indeks harga saham
sebagai indikator pasar mampu memicu terjadinya efek domino pada
sektor pasar modal.
Penarikan kepemilikan saham oleh para investor pada saat
krisis terjadi merupakan tindakan yang rasional guna menghindari
kerugian yang besar. Hal tersebut dapat dilihat dari pergerakan indeks
saham yang negatif selama periode krisis. Tindakan tersebut membuat
repatriasi dana para investor terjadi, baik di pasar saham negara maju
maupun negara berkembang. Selanjutnya, para investor akan mencari
52
pasar saham dengan perkembangan yang baik pasca krisis untuk
menanamkan modalnya kembali.
Penelitian yang dilakukan oleh Emta Hariati Surbakti, Noer
Azam
Achsani,
dan
Tubagus
Nur
Ahmad
Maulana
(2014)
memperlihatkan bahwa indeks DJIA memiliki hubungan positif yang
signifikan terhadap JCI. Hasil penelitian yang sama diperoleh dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dionysia Kowanda, Rowland Bismark
Fernando Pasaribu, Ahmad Fajri Shauti (2014) menemukan hubungan
yang positif antara pasar modal AS dan Indonesia. Sementara itu, pasar
modal Inggris dan Jepang memiliki hubungan positif. Hasil riset
lainnya menemukan pasar modal syariah AS memiliki hubungan
negatif dengan pasar modal syariah di Indonesia, sementara pasar
modal syariah Inggris memiliki hubungan yang positif. Argumentasi
yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan tersebut adalah
pada dasarnya investor selalu menginginkan tingkat pengembalian
tertinggi denga risiko tertentu. Sejalan dengan krisis 2007, investor
menganggap AS sebagai suatu pasar, sedangkan Indonesia, Jepang dan
Inggris sebagai pasar alternatif. Terjadinya krisis di AS mendorong para
investor untuk memindahkan dana investasinya untuk menghindari
kerugian. Mereka memindahkan dananya ke pasar saham Indonesia,
Jepang dan Inggris.
Itulah mengapa hubungan antara pasar saham
Indonesia dan AS adalah negatif, sementara hubungan antara IndonesiaJepang dan Indonesia-Inggris adalah positif.
53
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, hubungan antar variabel
akan dijelaskan dengan kerangka pemikiran berikut :
Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran
Inflasi (x1)
Kurs IDR-USD (x2)
BI rate (x3)
Risiko JII (Y)
(Variabel
Dependen)
DJIIUS (x4)
DJIUK (x5)
FTSJP (x6)
FTSMY (x7)
(Variabel Independen)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian (Priadana, 2009 : 90). Dikatakan sementara karena
54
jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Selain itu, Bungin (2005) menjelaskan bahwa hipotesis juga berfungsi
sebagai guide yang membimbing arah peneliti dalam menyelesaikan
penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis
yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Inflasi terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap risiko JII
2. BI rate terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh BI rate terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh BI rate terhadap risiko JII
3. Kurs IDR-USD terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh kurs IDR-USD terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh kurs IDR-USD terhadap risiko JII
4. Indeks DJIUS terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh indeks DJIUS terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh indeks DJIUS terhadap risiko JII
5. Indeks DJIUK terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh indeks DJIUK terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh indeks DJIUK terhadap risiko JII
55
6. Indeks FTSJP terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh indeks FTSJP terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh indeks FTSJP terhadap risiko JII
7. Indeks FTSMY terhadap risiko JII
H0 : Tidak terdapat pengaruh indeks FTSMY terhadap risiko JII
H1 : Terdapat pengaruh indeks FTSMY terhadap risiko JII
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan statistika induktif
dengan data time series. Statistika Induktif digunakan untuk mengetahui
karakteristik populasi berdasarkan karakteristik sampel serta menganalisis
dan menginterpretasikan hasilnya menjadi sebuah kesimpulan atau informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan (Suharyadi, 2009 : 4). Sementara
itu, time series merupakan data satu individu yang diobservasi dalam
rentangan waktu (Usman, 2006 : 183).
Penelitian ini dilakukan berdasarkan data – data variabel makroekonomi
dan indeks regional yakni data yang dipublikasikan dalam kurun waktu
November 2007 – Juli 2016 dengan skala bulanan. Penelitian ini mencari
risiko/volatilitas yang terjadi pada Jakarta Islamic Index (JII). Selanjutnya,
penelitian ini menggunakan data variabel makroekonomi dan indeks regional
untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko Jakarta Islamic Index (JII).
B. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur.
Studi Literatur (Library Research) dilakukan dengan mempelajari data
atau bahan dari sumber majalah, buku teks, jurnal, paper ilmiah dan
57
lain sebagainya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai
upaya untuk memperoleh data yang valid.
2. Karakteristik Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah historical data
(time series). Sesuai dengan sifat data time series, maka data tersebut
cenderung bersifat heteroskedastis dan bersifat autokorelasi. Data yang
dianalisis adalah basis poin dari setiap indeks saham yang setiap hari
mengalami perubahan. Basis poin pada indeks saham dapat berubah dari
nilai pembukaan dan nilai penutupan. Peneliti dalam penelitian ini
melakukan analisis terhadap nilai penutupan (closing price) untuk
menghindari kerancuan.
3. Periode Data dan Jumlah Data
Data yang diambil dalam penulisan merupakan data bulanan,
periode waktu data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah selama
delapan tahun sepuluh bulan (Periode November 2007 – Juli 2016). Total
total data dari periode waktu penelitian berjumlah 105 data, sesuai
dengan jumlah bulan dalam periode penelitian.
C. Tahapan Pengolahan Data
Penelitian ini secara garis besar terdiri dari beberapa tahap dalam rangka
pencarian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Penjabaran tahapan penelitian ini dilakukan agar alur pelitian ini mudah
dipahami. Berikut adalah penjelasan setiap tahap :
58
Tahap Pencarian Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen
1. Menentukan seluruh 105 data bulanan untuk variabel independen
(Inflasi, BI rate, Kurs IDR-USD, DJIUS, DJIUK, FTSMY, FTSJP)
dan menggunakan 105 data risiko JII yang sebagai variabel dependen.
2. Uji stasioneritas untuk setiap variabel penelitian. Jika ADF > Critical
Value (0,05) data tersebut dapat dinyatakan stasioner pada tingkat
pengujian tertentu.
3. Tes Heteroskedastisitas. Jika pada output white heteroscedasticity
nilai kritis (probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka data bersifat
heteroskedastis. Namun jika nilai kritis (probabilitasnya) lebih besar
dari 5% maka data bersifat homoskedastis dan uji autokorelasi dengan
Correlogram Q-Stat.
4. Melakukan
estimasi
menggunakan
model
ARCH
Heteroscedasticity)
multilinier
regression
(AutoRegressive
GARCH
(Generalized
dengan
Conditional
AutoRegressive
Conditional Heteroscedasticity), jika data risiko Jakarta Islamic Index
(JII) bersifat heteroskedastis.
5. Melakukan
estimasi
model
multilinier
regression
dengan
menggunakan dengan OLS (Ordinary Least Square), jika data risiko
Jakarta Islamic Index (JII) bersifat homoskedastis.
6. Uji signifikansi atau juga dikenal uji t-hitung. Sebuah model
dikatakan signifikan jika nilainya lebih kecil dari 5% atau 0,05.
59
Sedangkan jika nilainya lebih besar dari 5% atau 0,05 maka model
tersebut dikatakan tidak signifikan.
7. Melakukan Uji F, dan uji goodness of fit (R2).
8. Membuat analisis dan interpretasi dari hasil yang telah didapat.
Prosedur pengolahan data tahap II akan lebih jelas terlihat dalam
flowchart dibawah ini :
60
Gambar 3.1
Flowchart Pengolahan Data
Data Variabel Dependen & Independen
Uji Stasioneritas
Data Homoskedastis
Data Heteroskedastis
Estimasi Model MLR dengan
Ordinary Least Square
Estimasi Model MLR
dengan ARCH GARCH
Uji F
Uji t
Analisis
Koefisien
Determinasi
Interpretasi
Kesimpulan & Saran
61
D. Metode Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Data times series merupakan himpunan nilai suatu variabel yang
diambil berdasarkan waktu yang berbeda-beda. Setiap data dihimpun
secara berkala pada interval waktu tertentu seperti harian, bulanan,
kuartalan, semesteran ataupun tahunan. Data time series adalah data yang
biasa digunakan dalam penelitian keuangan. Namun data ini banyak
mengandung permasalahan, seperti otokorelasi. Otokorelasi adalah
hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi
lainnya.
Otokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut
waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh
data pada masa-masa sebelumnya (Winarno, 5.29 : 2015). Namun begitu,
otokorelasi juga dapat dimungkinkan terjadi pada penelitian yang
menggunakan data cross section. Otokorelasi ini merupakan penyebab
yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data
dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya,
karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak
stasioner menjadi stasioner sama dengan transformasi data untuk
menghilangkan otokorelasi (Usman, 340 : 2006).
Metode transformasi data (differencing) membuat data yang
bersifat tidak stasioner menjadi data yang stasioner. Data perlu bersifat
stasioner adalah agar peneliti mendapatkan estimasi model yang baik.
62
Untuk menguji stasioneritas, pada software Eviews dapat digunakan uji
unit root test. Pada software tersebut jika nilai ǁADFǁ > ǁCritical Value
(0,05)ǁ data dapat dikatakan stasioner. Hal ini dapat terjadi langsung
pada data di tahap level ataupun differencing tingkat 1 dan 2. Uji ini
dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller.
Untuk hipotesisnya adalah :
H0 : δ = 0 yang berarti data tidak stasioner
H1 : δ ≠ 0 yang berarti data stasioner
2. Uji Heteroskedasitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter
dalam model regresi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation)
maka var (ui) harus sama dengan α² (konstan) atau dengan kata lain,
semua residual atau error mempunyai varian yang sama. Kondisi seperti
itu disebut dengan homoskedastis. Sedangkan bila varian tidak konstan
atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Model regresi yang
baik harus terhindar dari heteroskedastis (Usman, 109 : 2006).
Hanya saja jika data time series menggunakan metode ARCH
GARCH, sehingga memandang heteroskedastisitas bukanlah sebagai
suatu permasalahan. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat
heteroskedastis atau tidak perlu dilakukan pengujian. Pengujian
heteroskedastis untuk peneltian ini meggunakan ARCH LM test dan white
heteroscedasticity (cross term). Uji heteroskedastisitas menggunakan uji
63
White dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas, variabel
bebas kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel bebas terhadap nilai
residual kuadratnya (Suliyanto, 107 : 2011). Hipotesis yang dibentuk
untuk pengujian ini adalah:
H0 : Tidak Terdapat Heteroskedastisitas
H1 : Terdapat Heteroskedastisitas
Jika pada output white heteroscedasticity nilai kritis (probabilitasnya)
lebih kecil dari α = 5% maka berati data bersifat heteroskedastis. Namun,
jika nilai kritis (probabilitasnya) lebih besar dari α = 5% maka data
tersebut bersifat homoskedastis.
3. ARCH – GARCH
Metode ARCH (AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity)
GARCH (Generalized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity)
merupakan suatu model yang tidak memandang heteroskedastisitas
sebagai permasalahan, tetapi justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk
membuat model. Bahkan dengan memanfaatkan sifat heteroskedastisitas
dalam error dengan tepat, maka akan diperoleh estimator yang lebih
efisien (Usman, 419 : 2006). Data dengan karakteristik seperti ini
biasanya terjadi pada: return dari pasar modal, nilai tukar, inflasi, atau
tingkat suku bunga. sebaran data yang terjadi pada data finansial
cenderung memiliki volatilitas yang tinggi. Terkadang beberapa periode
64
pada data tersebut menunjukkan volatilitas yang rendah dan beberapa
periode menunjukkan volatilitas yang tinggi.
Adanya volatilitas yang tinggi ini tentunya menyulitkan para
peneliti untuk membuat estimasi dan prediksi pergerakan variabel
tersebut (Widarjono, 287 : 2016). Pola volatilitasnya yang demikian
menunjukkan adanya heteroskedastisitas karena terdapat varian error
yang besarnya tergantung pada volatilitas error di masa lalu (Usman, 420
: 2006). Oleh karena itu, data yang mempunyai sifat heteroskedastisitas
seperti
ini
dapat
dimodel
dengan
Autoregresive
Conditional
Heteroscedasticity (ARCH) yang dikenalkan oleh Robert Engle.
a. Model ARCH (p)
Yt = b0 + b1 Xt + et
(i)
Heteroskedastisitas yang terjadi pada data time series disebabkan
karena adanya unsur volatilitas. Data finansial pada periode
tertentu memiliki volatilitas yang tinggi dan variabel errornya juga
tinggi, diikuti suatu periode dengan volatilitas yang rendah dan
variabel error yang juga rendah. Varian variabel error pada kondisi
tersebut akan sangat tergantung dari volatilitas varian variabel
error periode sebelumnya. Dengan kata lain, varian variabel error
sangat dipengaruhi oleh variabel error periode sebelumnya.
Persamaan varian variabel error dalam model ARCH ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
ζ2t = α0 + α1ε2t – 1
65
(ii)
Persamaan (ii) menyatakan bahwa varian variabel gangguan yakni
ζ2t mempunyai dua komponen yaitu konstanta dan variabel error
masa lalu (lag) yang diasumsikan merupakan kuadrat dari variabel
error periode lalu. Model dari variabel error et tersebut adalah
heteroskedastisitas yang bersyarat (conditional heteroscedasticity)
pada variabel error ett–1. Dengan mengambil informasi conditional
heteroscedasticity dari et, parameter b0 dan b1 dapat diestimasi
lebih efisien. Persamaan (i) merupakan persamaan untuk output
dari persamaan rerata (conditional mean) sedangkan persmaan (ii)
disebut persamaan varian (conditional variance).
Jika varian dari variabel error et tergantung hanya dari volatilitas
variabel error kuadrat satu periode yang lalu sebagaimana terdapat
pada persamaan (ii), model tersebut adalah ARCH (1). Dengan
demikian secara umum, model ARCH (p) dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut :
Yt = b0 + b1 Xt + et
ζ2t = α0 + α1ε2t – 1 + α2ε2t – 2 +. . . + αp ε2 t –p
(iii)
(iv)
b. Model GARCH
Model ARCH dari Robert Engle disempurnakan oleh Tim
Bollerslev. Bollerslev menyatakan bahwa varian variabel error
tidak hanya tergantung dari residual periode lalu tetapi juga varian
variabel error periode lalu. Jika kita memasukkan juga varian
residual periode lalu pada persamaan (iv) maka model tersebut
66
dikenal
dengan
Generalized
Autoregressive
Conditional
Heteroscedasticity (GARCH).
Untuk menjelaskan model GARCH, pemahaman dapat diawali
dengan model regresi berikut :
Yt = b0 + b1 Xt + et ; dimana et merupakan residual. (v)
Sedangkan varian residual pada model GARCH dapat ditulis
sebagai berikut :
ζ2t = α0 + α1 ε2t – 1 +λ1ζ2t – 1
(vi)
Pada model GARCH tersebut, varian residual ζ2t tidak hanya
dipengaruhi oleh residual periode yang lalu ε2t – 1 tetapi juga varian
residual periode yang lalu ζ2t – 1. Model residual pada persamaan
(v) disebut model GARCH (1,1) karena varian residual hanya
dipengaruhi oleh residual periode sebelumnya dan varian residual
periode sebelumnya. Secara umum, model GARCH, yakni
GARCH (p,q) dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai
berikut :
ζ2t = α0 + α1 ε2t – 1 + . . . + αp ε2t – p + λ1ζ2t – 1 + . . . + λqζ2t – q
Risiko sendiri ditunjukan oleh model kedua dari persamaan ARCH
GARCH yang dilambangkan dengan simbol ζ2. Selanjutnya setelah
mendapatkan nilai risiko, maka nilai risiko tersebut menjadi
variabel dependen. Variabel makroekonomi dan indeks regional
diperkirakan mempengaruhi risiko tersebut.
67
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan
R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi
(Usman, 20 : 2006). Angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis
regresi yang tersestimasi dengan data sesungguhnya. Artinya, nilai
tersebut mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel dependen Y
dapat diterangkan oleh variabel bebas independen X, semakin besar nilai
R² maka akan semakin besar/kuat hubungan antara variabel independen
dan dependen maka semakin baik model regresi yang diperoleh.
R2 didefinisikan berdasarkan langkah-langkah sebagaimana yang
dilakukan pada tabel ANOVA. Adapun rumusnya adalah :
R2 =
Keterangan :
SST : Variasi dari data
SSR : variasi dari garis regresi yang dibuat
Baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R²nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. Ketentuannya :
1) Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R² = 0), artinya
variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali
2) Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 1 (R² = 1), artinya
variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
68
Dengan kata lain semua titik-titik pengamatan berada tepat pada
garis regresi.
Dengan demikian baik tidaknya suatu persamaan regresi antara lain
ditentukan oleh besaran nilai R² yang dimiliki, dimana nilainya berkisar
antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 ≤ R² ≤ 1
5. Uji-t (Testing Hypotesis)
Uji-t
merupakan
suatu
pengujian
yang
digunakan
untuk
mendeteksi signifikansi variabel independent secara individual terhadap
variabel dependent yang digunakan. Adapun langkah-langkah dalam uji
ini adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan Hipotesis
H0 : α = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan secara statistik
antara variabel independent terhadap variabel dependent
H1 : α ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan secara statistik antara
variabel independent terhadap variabel dependent
2) Menentukan tingkat signifikansi atau daerah kritis (t-tabel)
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% dan degree of
freedom (df) = n-k dalam menetukan derajat bebas penyebut.
3) Menghitung t-hitung.
Nilai t-hitung untuk setiap koefisien variabel independen dapat
dirumuskan sebagai berikut.
69
4) Menetapkan kriteria pengujian dan menentukan daerah keputusan
H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau -t-hit < -t-tabel
H1 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau -t hit > -t-tabel
5) Menentukan keputusan
6. Uji-F
Uji-F merupakan suatu pengujian yang bertujuan mendeteksi
signifikansi semua variabel independent secara simultan terhadap
variabel dependent yang digunakan. Adapun langkah-langkah dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan Hipotesis
H0 : α = 0, artinya secara bersama-sama variabel independent tidak
berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel dependent.
H0 : α ≠ 0, artinya secara bersama-sama variabel independent
berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel dependent.
2) Menentukan tingkat signifikansi atau daerah kritis (F tabel)
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% dan degree of
freedom (df) = n-k dalam menetukan derajat bebas penyebut dan k-1
dalam menentukan derajat bebas pembilang.
3) Menghitung F-hitung.
Nilai F-hitung ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
F = [R2/(k-1)]/[(1-R2)/(n-3)]
70
4) Menetapkan kriteria pengujian dan menentukan daerah keputusan
H0 ditolak apabila : F-hit > F-tabel
H0 diterima apabila : F-hit < F-tabel
5) Memutuskan hipotesis.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return JII sebagai proksi
risiko JII. Jakarta Islamic Index adalah himpunan saham-saham yang
bersifat likuid, 30 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan
memenuhi prinsip syariah Islam.
2. Variabel Independen Penelitian
a. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus menerus. Inflasi dapat dihitung dengan menggunakan Indeks
harga konsumen.
Perhitungannya adalah : Inflasi
Di mana : P0 = Harga barang/ jasa pada awal periode
P1 = Harga barang/jasa pada akhir periode
b. BI rate
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI rate yang ditetapkan oleh Bank
71
Indonesia yang seringkali dijadikan acuan dalam menentukan suku
bunga pinjaman atau suku bunga deposito.
c. Kurs IDR-USD
Kurs adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing
(foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) atau harga mata uang domestik dalam mata uang asing.
Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs nominal yang
merupakan harga relatif dari mata uang dua negara.
d. Indeks Dow Jones Islamic Market U.S Index (DJIUS)
Dow Jones Islamic Market U.S Index (DJIUS) adalah indeks pasar
saham yang merupakan family dari Dow Jones Islamic Market
sebagai sebuah benchmark untuk mengukur performa saham syariah
dengan kapitalisasi pasar terbesar (large capitalisation) di Amerika
Serikat.
e. Indeks Dow Jones Islamic Market U.K (DJIUK)
Indeks Dow Jones Islamic Market U.K (DJIUK) adalah indeks pasar
saham yang merupakan family dari Dow Jones Islamic Market
sebagai sebuah benchmark untuk mengukur performa saham syariah
di Inggris.
f. FTSE Shariah Japan 100
FTSE Shariah Japan adalah indeks pasar saham yang digunakan
untuk mengukur performa 100 saham syariah di Jepang
72
g. FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah
FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah adalah indeks pasar saham
yang digunakan untuk mengukur performa saham syariah di
Malaysia.
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kondisi Makroekonomi di Indonesia
Kondisi makroekonomi pada suatu negara memegang peran yang
cukup penting dalam mendukung berbagai kegiatan ekonomi seperti
konsumsi dan investasi. Tidak jarang kiranya instabilitas finansial akibat
volatilitas makroekonomi menyebabkan perekonomian berjalan dengan
tidak optimal. Istilah instabilitas finansial (financial instability) itu sendiri
bisa didefinisikan sebagai perubahan drastis atas harga-harga aset-aset
finansial (Prasetyantoko, 2008 : 17). Jika instabilitas tersebut tidak
ditangani oleh perumus kebijakan pada sektor terkait, maka tujuan negara
dalam mencapai kesejahteraan masyarakatnya dapat terganggu. Karena
memiliki nilai yang vital, Prasetyantoko (2008) bahkan menjelaskan
bahwa stabilitas keuangan sudah menjadi barang publik. Dengan
demikian, stabilitas makroekonomi patut diwujudkan, terutama guna
mendukung kegiatan investasi di sektor finansial.
1. Inflasi
Inflasi sebagai indikator makroekonomi selalu menjadi perhatian
bagi para perumus kebijakan. Hal tersebut dikarenakan inflasi
merupakan tingkat harga yang terjadi pada perekonomian sehingga
berpengaruh pada daya beli masyarakat. Inflasi yang terkendali akan
mendukung kegiatan perekonomian baik skala kecil maupun skala
74
yang lebih besar. Selain itu, inflasi berkaitan dengan perkembangan
nilai investasi karena inflasi dapat merepresentasikan sektor riil.
Bahkan pemerintah pun turut mempertimbangkan tingkat inflasi
dalam penetapan APBN sebagai asumsi makroekonomi. Dengan
demikian, kinerja para perumus kebijakan dapat dikatakan baik jika
mampu mewujudkan stabilitas harga dengan perekonomian yang
berekspansi.
Fluktuasi tingat inflasi pada dasarnya disebabkan oleh berbagai
faktor. Secara teoritis faktor tersebut dapat berupa permintaan agregat
(demand pull inflation), peningkatan biaya produksi (cost push
inflation) dan inflasi yang disebabkan barang-barang impor (imported
inflation). Inflasi di Indonesia secara khusus mengalami fluktuasi
yang
disebabkan
dinamika
perekonomian
dalam
negeri
dan
perekonomian global. Berikut ini adalah perkembangan inflasi dalam
kurun waktu 2007-2016.
Grafik 4.1 Inflasi 2007-2016
Sumber : Bank Indonesia
75
Berdasarkan informasi pada grafik tersebut, inflasi tertinggi terjadi
pada September 2008 yakni 12,14% dan inflasi terendah terjadi pada
Oktober 2009 yakni 2,57%. Namun begitu, inflasi pada periode
setelahnya berfluktuasi pada rentang 4% – 8% antara Juli 2010 hingga
Mei 2016. Meningkatnya inflasi pada tahun 2008 disebabkan karena
meningkatnya harga komoditas global diantaranya minyak dunia.
Peningkatan harga minyak dunia sebagai komoditas global turut
menyebabkan lonjakan harga pada barang yang ditentukan pemerintah
(administered prices) yakni melalui kebijakan pemerintah yang
menaikkan harga BBM bersubsidi. Adapun bensin premium naik
menjadi Rp 6.000 per liter dan minyak solar sebesar Rp 5.500 per
liter. Harga baru tersebut berlaku untuk konsumsi rumah tangga,
usaha kecil, transportasi, dan pelayanan umum. Setelah bulan
September 2008, tingkat inflasi mulai turun karena turunnya harga
komoditi internasional, pangan dan energi dunia. Penyebab lain dari
terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan Pemerintah yang
menurunkan harga BBM jenis premium pada Desember 2008
berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 38 Tahun 2008, pemerintah menurunkan harga jual eceran
BBM jenis bensin premium menjadi Rp 5.500 per liter. Selain itu,
turunnya angka inflasi pada akhir 2008 juga disebabkan produksi
pangan dalam negeri yang relatif bagus.
76
2. BI rate
BI rate merupakan kebijakan diskonto yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur sebagai suku bunga acuan.
Dalam perkembangannya, BI rate tidak lagi diterapkan sebagai suku
bunga acuan dan digantikan oleh BI 7 day Repo Rate per Agustus
2016. Keputusan Bank Indonesia atas hal tersebut didasarkan pada
kenyataan BI Rate tak cukup efektif untuk mengendalikan inflasi.
Diantara contoh konkretnya adalah BI sering merevisi target inflasi
pada pertengahan tahun. Bahkan revisi tersebut juga meleset dengan
realitas inflasi yang terjadi pada akhir tahun. Sebagai contoh, pada
APBN 2005, inflasi ditargetkan sebesar 5,5 persen. Namun, target
tersebut menyimpang dengan realisasi inflasi akhir tahun ternyata di
level 17,11 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Contoh lainnya, target inflasi dipatok 6,5 persen pada tahun 2008.
Kenyataannya, akhir tahun inflasi mencapai 11,1 persen. Atas dasar
tersebut, BI menilai BI 7-day Repo Rate, yang bertenor pendek, akan
membuat transmisi kebijakan moneter menjadi lebih efektif dan lebih
cepat sehingga dapat mencapai target inflasi yang ditetapkan.
Suku bunga dalam suatu perekonomian berperan sebagai ongkos
yang dibayarkan debitur kepada debitur atas penggunaan dananya.
Dengan kata lain, peningkatan tingkat suku bunga akan meningkatkan
biaya produksi. Efek peningkatan biaya tersebut dapat terjadi pada
berbagai skala usaha, baik UMKM maupun korporasi. Peningkatan
77
suku bunga dapat menurunkan minat investasi sektor usaha. Hal ini
dapat dipahami bahwa kenaikan tingkat suku bunga merupakan
kenaikan biaya investasi. Kondisi sebaliknya akan terjadi jika terjadi
penurunan suku bunga dimana minat investasi akan meningkat.
Dengan demikian, upaya pemerintah dalam meningkatkan investasi di
berbagai sektor industri dalam perekonomian dapat dilakukan salah
satunya dengan mewujudkan tingkat suku bunga acuan yang rendah
sehingga investasi berkembang.
Berikut adalah perkembangan BI rate pada rentang waktu Agustus
2007 hingga Juli 2016.
Grafik 4.2 Perkembangan BI rate periode 2007 - 2016
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan informasi tersebut, BI rate berada pada titik tertinggi
yakni 9,25% pada September 2008. Sementara, titik terendah terjadi
78
pada Januari 2012 – Maret 2013 dengan suku bunga yang stabil yakni
5,75%.
BI
rate
pada
perkembangan
selanjutnya
mengalami
peningkatan dan kembali konstan pada level 7,5% sejak November
2013 hingga Oktober 2015.
Secara grafis, BI rate mengalami peningkatan secara bertahap
sebesar 0,25 basis poin terhitung April 2008 yakni 8% – November
2008 menjadi 9,5%. Kenaikan BI rate tersebut terjadi seiring dengan
krisis keuangan global tahun 2008. Selain itu, peningkatan suku bunga
acuan tersebut juga ditetapkan guna mengendalikan inflasi pasca
kenaikan harga BBM jenis premium (33%) dan solar (28%) pada 24
Mei 2008. Namun demikian, BI rate mengalami penurunan secara
gradual sebesar 0,25 basis poin per bulannya dimana BI rate per
Desember 2008 yakni 9,25% menjadi 6,5% per Agustus 2009
menyusul dengan keluarnya peraturan menteri ESDM nomor 38 tahun
2009 menjelang akhir tahun 2008.
3. Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat
Nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan
kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam
mata uang asing (Karim, 157 : 2008). Pemilihan kurs rupiah terhadap
dolar AS dipilih karena mata uang dolar AS memiliki peran yang
79
besar dalam transaksi internasional, baik oleh pemerintah, lembaga
kuangan ataupun sektor usaha. Berikut adalah perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Grafik 4.3 Perkembangan Kurs IDR/USD Periode 2007-2016
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan informasi grafis tersebut, nilai tukar rupiah cenderung
stabil pada Agustus 2007 hingga Agustus 2008 pada level 9.095
hingga 9.350 sebelum akhirnya terdepresiasi sekitar 33% pada
November 2008 menjadi Rp 12.025 per dolar AS seiring dengan
terjadinya krisis keuangan global dan meningkatnya harga komoditas
dan pangan dunia. Depresiasi nilai tukar rupiah juga disinyalir akibat
dari struktur modal yang masuk (capital inflow) yang didominasi uang
berjangka pendek (hot money) yang biasanya digunakan oleh pelaku
pasar untuk berspekulasi di pasar uang dan pasar modal. Hal tersebut
80
mengakibatkan mobilitas dana yang cepat sehingga pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS semakin volatil.
Rupiah pada perkembangan selanjutnya menunjukkan tren yang
semakin terdepresiasi per Juni 2011 pada level 8.576 per dolar AS
menjadi 13.212 per dolar AS pada Juni 2016. Pelemahan nilai tukar
rupiah terburuk pada periode tersebut terjadi pada Agustus 2015 yakni
14.050 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai
Rp14.050 per US$1 terjadi seiring dengan fenomena ekonomi global
seperti membaiknya perekonomian AS dan devaluasi mata uang yuan.
B. Perkembangan Kondisi Indeks Saham Syariah Regional
Dewasa kini, sektor pasar modal memiliki peran yang signifikan
dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara.
Sektor pasar modal sebagai wadah direct financing dapat memfasilitasi
setiap korporasi dalam mencari tambahan modal guna pengembangan
usaha. Semakin banyak perusahaan yang go public, maka semakin besar
pula kontribusi sektor pasar modal terhadap perekonomian. Demikian pula
halnya sektor pasar modal sebagai wadah investasi bagi para masyarakat
investor. Semakin baik kinerja emiten, maka diharapkan semakin tinggi
pula harga saham emiten tersebut sehingga meningkatkan kekayaan
mayarakat. Peningkatan kekayaan masyarakat tersebut dapat menjadi
motor penggerak bagi peningkatan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.
81
Semakin berkembangnya perekonomian dunia telah membuat
perekonomian setiap negara semakin terhubung satu sama lain. Kondisi
tersebut dapat diperhatikan pada pergerakan indeks harga saham pada
sektor pasar modal. Kejatuhan sektor pasar modal suatu negara dapat
berimbas pada pasar modal di kawasan yang berbeda. Risiko sistemik
tersebut menyebar dengan cepat di tengah kemajuan arus teknologi dan
informasi. Kondisi ini dapat memburuk dengan tidak terciptanya disiplin
pasar yang baik pada sistem keuangan. Selain itu, ketidakmampuan
otoritas di bidang keuangan dalam menciptakan disiplin pasar juga dapat
menimbulkan herding behaviour oleh para pelaku pasar sehingga pasar
keuangan begitu rentan mengalami penggelembungan (bubble) dan
kejatuhan (crash).
1. Dow Jones Islamic Market U.S Index
Dow Jones Islamic Market U.S (Large Capitalisation) Index
merupakan sub set dari Indeks Dow Jones Islamic Market yang telah
melewati proses penyaringan untuk kepatuhan syariah. DJIUS
merupakan
representasi
pasar
saham
syariah
dengan
urutan
kapitalisasi pasar yang terbesar (large capitalisation) di Amerika
Serikat.
82
Grafik 4.4 Perkembangan DJIUS Periode 2007 – 2016
Sumber : Investing.com
Berdasarkan informasi grafis tersebut, DJIUS memiliki tren yang
fluktuatif ke arah penurunan indeks harga saham pada rentang waktu
November 2007 yakni 3.855 hingga Mei 2015 menjadi 1.650. Dengan
kata lain, pada periode tersebut DJIUS mengalami penurunan sebesar
57%. Setelah periode tersebut, DJIUS mengalami peningkatan
menjadi 2.434 atau meningkat sebesar 47% per Juni 2016.
2. Dow Jones Islamic Market U.K. Index
Dow Jones Islamic Market U.K Index merupakan sub set dari
Indeks Dow Jones Islamic Market yang telah melewati proses
penyaringan untuk kepatuhan syariah. DJIUK merupakan representasi
pasar saham syariah di negara Inggris.
83
Grafik 4.5 Perkembangan DJIUK Periode 2007 – 2016
Sumber : Investing.com
Berdasarkan info grafis tersebut, Indeks DJIUK mengalami
fluktuasi yang cenderung stabil di level 1.700-2.500. Indeks DJIUK
,sebagaimana terdapat pada grafik, terdampak oleh krisis global yang
bersumber dari Amerika Serikat. DJIUK mulai mengalami penuruna
mulai Mei 2008 yakni 2.612 hingga titik terendah pada periode
tersebut yakni Februari 2009 menjadi 1.343. Dengan kata lain, DJIUK
telah mengalami pelemahan sebesar 48% pada periode krisis. Namun
begitu, kejatuhan indeks DJIUK hanya berlangsung temporer. Hal
tersebut dapat terlihat dari penguatan DJIUK secara berangsur-angsur
pasca periode krisis keuangan global 2008.
84
3. FTSE Shariah Japan 100 Index
Indeks FTSE Shariah Japan 100 didesain untuk digunakan sebagai
produk investasi dengan dasar kepatuhan terhadap syariah Islam untuk
memenuhi kebutuhan investor muslim di Jepang dan internasional.
Indeks tersebut terdiri dari 100 saham dengan kapitalisasi pasar besar
dan menengah dengan sharia compliance.
Grafik 4.6 Perkembangan FTSE Shariah Japan 100 2007-2016
FTSE Shariah Japan 100
2000
1500
1000
500
Feb-16
Agust-15
Feb-15
Agust-14
Feb-14
Agust-13
Feb-13
Agust-12
Feb-12
Agust-11
Feb-11
Agust-10
Feb-10
Agust-09
Feb-09
Agust-08
Feb-08
Agust-07
0
FTSE Shariah Japan 100
Sumber : investing.com
Berdasarkan info grafis tersebut, indeks FTSJP terdampak oleh
krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Pada Agustus
2007, FTSJP berada pada 1.725 dan berada pada 782,4 pada Januari
2009. Dengan kata lain, indeks FTSJP mengalami pelemahan sebesar
54% akibat krisis keuangan global. Berbeda dengan DJIUK, indeks
FTSJP nampaknya memiliki waktu yang cukup lama untuk melakukan
85
recovery pasca krisis. Hal ini dapat terlihat pada pergerakan indeks
tersebut yang cenderung stagnan pada kurun waktu Januari 2009
hingga September 2012. Indeks FTSJP baru memperlihatkan kondisi
perbaikan menjelang awal tahun 2013 dengan tren penguatan yang
signifikan.
4. FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index
FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah telah didesain untuk
digunakan sebagai dasar dari produk – produk investasi dengan
ketentuan sharia compliant
yang memenuhi tuntutan penyaringan
(screening requirement) dari para investor muslim. Emiten – emiten
dalam indeks tersebut disaring oleh Dewan Penasihat Syariah (SAC)
pada Komisi Sekuritas Malaysia dan juga oleh konsultan syariah
global terkemuka yakni, Yasaar Ltd, untuk panduan prinsip yang jelas.
Berikut adalah perkembangan indeks FTSE Bursa Malaysia Hijrah
Shariah selama 2007-2016.
Grafik 4.7 Perkembangan FTSE Malaysia Hijrah Syariah 2007-2016
Sumber : investing.com
86
Berdasarkan informasi grafis tersebut, indeks FTSE Malaysia
Hijrah Shariah nampaknya terdampak oleh krisis keuangan global
tahun 2008. Hal ini terlihat dari pelemahan indeks tersebut sebesar
36% sepanjang periode April 2008 – Oktober 2008. Namun begitu,
efek krisis keuangan tidak memiliki efek pada periode yang lama. Hal
ini dapat diamati pada penguatan indeks tersebut yang dimulai dari
Februari 2009 yang memiliki tren penguatan yang cukup baik hingga
Mei 2016.
C. Analisis Ekonometri Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks
Saham Syariah Regional terhadap Risiko Jakarta Islamic Index
Analisis ekonemetrika dalam penelitian ini secara garis besar
terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap tersebut dilakukan untuk mencari
pengaruh variabel makroekonomi dan indeks saham syariah regional
terhadap risiko Jakarta Islamic Index. Analisis menggunakan metode
ARCH
dengan
terlebih
dahulu
melakukan
deteksi
unsur
heteroskedastisitas dengan uji white heteroscedasticity.
a. Uji Stasioneritas Data JII
Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui adanya otokorelasi
pada data time series yang digunakan.
Tabel 4.1 Ikhtisar Uji Stasioneritas
Variabel
Return JII
Tingkat
Level
ADF test Statistic
-7.834047
87
Critical Value
5%
-2.889753
Hasil
Stasioner
BI rate
Inflasi
Kurs IDRUSD
DJIUS
DJIUK
FTSJP
FTSMY
Level
1 difference
Level
1 difference
Level
1 difference
Level
1 difference
Level
1 difference
Level
1 difference
Level
1 difference
-2.228027
-4.434045
-2.480754
-6.461414
-0.618387
-9.130402
-1.886264
-11.50367
-2.672777
-10.16899
-1.399115
-8.733266
-0.586845
-9.101977
-2.890037
-2.890037
-2.890037
-2.890037
-2.889753
-2.890037
-2.889753
-2.890037
-2.889753
-2.890037
-2.889753
-2.890037
-2.889753
-2.890037
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Belum stasioner
Stasioner
Berdasarkan uji stasioneritas tersebut, kita dapat menyimpulkan
bahwa variabel dependen return kurs stasioner pada tahap level.
Sementara
itu,
variabel
independen
secara
keseluruhan
dinyatakan stasioner pada tahap 1 difference karena ADF value >
Critical Value (5%).
b. Tes Heteroskedastisitas JII
Uji heteroskedastisitas digunakan agar dapat menggunakan metode
ARCH GARCH dalam pencarian risiko dari variabel Jakarta Islamic
Index. Ini perlu dilakukan karena heteroskedastisitas merupakan unsur
deteksi ARCH. Pengujian heteroskedatisitas ini dilakukan dengan
menggunakan dengan metode White Heteroscedasticity (No Cross
Term).
88
Tabel 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White (No Cross Trem)
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.772604
17.47294
20.21671
Prob. F(7,95)
Prob. Chi-Square(7)
Prob. Chi-Square(7)
0.0115
0.0146
0.0051
Berdasarkan hasil uji White Heteroscedasticity (No Cross
Term), Obs* R-squared probabilitasnya0. 0.0146 atau lebih kecil
dari 5% atau 0,05. Oleh karena itu, maka data penelitian ini
mengandung heteroskedastisitas. Jika data mengandung unsur
heteroskedastisitas, maka pengujian dapat dilanjutkan pada
metode ARCH GARCH untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependennya.
c. Analisis Regresi ARCH GARCH
Untuk mencari model yang terbaik, dikarenakan data
penelitian ini bersifat heteroskedastis sehingga tidak memenuhi
asumsi-asumsi Teorema Gauss Markov, maka uji signifikansi
pencarian pengaruh variabel independen menggunakan metode
ARCH GARCH. Sedangkan untuk parameter signifikansi
menggunakan critical value yang tetap, dimana dikatakan
signifikan jika nilai signifikansi dibawah 0,05 atau 5%.
Uji signifikansi pengujian variabel independen seperti BI
rate, Inflasi, Kurs, DJIUS, DJIUK, FTSJP dan FTSMY terhadap
variabel risiko Jakarta Islamic Index (JII). Berdasarkan prinsip
89
parsimony, untuk model terbaiknya pada uji kali ini adalah
GARCH (1,1). Berikut ini adalah output regresi ARCH GARCH.
Tabel 4.3 Regresi ARCH GARCH
Dependent Variable: RETURN_JII
Method: ML ARCH - Normal distribution (BFGS / Marquardt steps)
Date: 03/30/17 Time: 10:26
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Failure to improve likelihood (non-zero gradients) after 64 iterations
Coefficient covariance computed using outer product of gradients
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)
D(INFLATION)
D(IDR_USD)
D(DJIUS)
D(DJIUK)
D(FTSJP)
D(FTSMY)
0.010047
-0.065727
-0.001580
-7.66E-05
-8.32E-06
0.000117
0.000133
3.08E-05
0.003667
0.025464
0.006163
1.11E-05
1.95E-05
4.86E-05
7.39E-05
1.14E-05
2.739418
-2.581157
-0.256392
-6.877252
-0.426818
2.413163
1.796800
2.710533
0.0062
0.0098
0.7976
0.0000
0.6695
0.0158
0.0724
0.0067
0.982071
-5.571031
28202.57
0.3261
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
2.26E-05
-0.061891
1.056532
0.622742
0.594944
0.042521
0.171761
192.5293
2.325418
2.30E-05
0.011109
3.75E-05
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
0.006130
0.066810
-3.524841
-3.243462
-3.410873
Berdasarkan output regresi ARCH-GARCH, pengaruh variabel
independen terhadap
risiko
Jakarta
dinyatakan dengan persamaan berikut.
90
Islamic
Index
dapat
ζ2 JII = 0.010047 - 0.065727 BI_RATE - 0.001580 INFLATION
– 0.0000766 IDR_USD - 0.00000823 DJIUS + 0.000117 DJIUK
+ 0.000133 FTSJP + 0.0000308 FTSMY
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar 0.010047
menyatakan bahwa jika nilai BI rate, inflasi, kurs IDR-USD,
DJIUS, DJIUK, FTSJP, dan FTSMY adalah nol, maka dapat
dikatakan bahwa dalam periode 2007-2016 return indeks JII
adalah sebesar 0.010047.
b. Koefisien BI rate menunjukan nilai sebesar – 0.065727 yang
berarti jika nilai BI rate naik 1 % dan variabel lainnya dalam
model tersebut adalah nol, maka return indeks JII akan turun
sebesar 0.065727.
c. Koefisien inflasi menunjukan nilai sebesar - 0.001580 yang
berarti jika inflasi naik 1 % dan variabel lainnya dalam model
tersebut adalah nol, maka return indeks JII akan turun sebesar
0.001580.
d. Koefisien kurs rupiah terhadap dolar AS menunjukan nilai
sebesar -0.0000766 yang berarti jika kurs tersebut naik
(terdepresiasi) 100 dan variabel lainnya dalam model tersebut
adalah nol, maka return indeks JII akan turun sebesar 0.0076.
e. Koefisien indeks DJIUS menunjukan nilai sebesar 0.00000823 yang berarti jika poin indeks DJIUS menguat
91
100 dan variabel lainnya dalam model tersebut adalah nol,
maka return indeks JII akan turun sebesar 0.000823.
f. Koefisien indeks DJIUK menunjukan nilai sebesar 0.000117
yang berarti jika poin indeks DJIUK menguat 100 dan
variabel lainnya dalam model tersebut adalah nol, maka
return indeks JII akan naik sebesar 0.0117.
g. Koefisien indeks FTSJP menunjukan nilai sebesar 0.000133
yang berarti jika poin indeks FTSJP menguat 100 dan
variabel lainnya dalam model tersebut adalah nol, maka
return indeks JII akan naik sebesar 0.0133.
h. Koefisien
indeks
FTSMY
menunjukan
nilai
sebesar
0.0000308 yang berarti jika poin indeks FTSMY menguat
100 dan variabel lainnya dalam model tersebut adalah nol,
maka return indeks JII akan naik sebesar 0.00308.
Selain itu, output di atas juga menunjukkan bahwa variabel
BI rate, kurs rupiah terhadap dolar, indeks DJIUK, dan indeks
FTSMY memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi
return Jakarta Islamic Index (JII), yakni 0.0098, 0.0000, 0.0158
dan 0.0067 atau lebih kecil dari 0,05. Sementara itu, variabel
inflasi, DJIUS dan FTSJP tidak berpengaruh signifikan dalam
mempengaruhi risiko JII. Hal tersebut dikarenakan variabel
inflasi, DJIUS dan FTSJP memiliki nilai signifikansi 0.7976,
92
0.6695, dan 0.0724. Dengan kata lain, variabel inflasi, DJIUS dan
FTSJP memiliki pengaruh prediktif yang lemah terhadap return
Jakarta Islamic Index (JII).
1) Koefisien Determinasi
Untuk
menentukan
seberapa
besar
prediktor
dapat
menjelaskan variabel terikatnya dapat ditunjukkan dengan
nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari nilai adjusted
R square. Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk
mengetahui kesesuaian atau ketepatan antara nilai dugaan
atau garis regresi dengan data sampel (Suharyadi : 2013,
162). Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan
untuk
mengetahui
besarnya
variabel
dependen
yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya. Hasil
output diatas menunjukkan bahwa variabel return Jakarta
Islamic Index (JII) dijelaskan sebesar 0.594944 (59,49%)
oleh variabel BI rate, inflasi, kurs IDR-USD, DJIUS, DJIUK,
FTSJP dan FTSMY secara bersama-sama. Sedangkan
0,405056 (40,5%) sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak masuk dalam model.
93
2) Pengujian Hipotesis
a) Uji F
Pengujian model secara simultan dengan Uji F
digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel independen terhadap variabel dependennya atau
untuk
menguji
ketepatan
model.
Jika
variabel
independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit. Kriteria keputusan tersebut
adalah sebagai berikut :
i.
Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima
ii.
Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak
Dari pengujian simultan diperoleh hasil output sebagai
berikut :
F hitung : [R2/(k-1)]/[(1- R2)/(n-3)]
F hitung : [0,59/(8-1)]/[(1-0,59)/104-3)]
F hitung : 21,05
Sementara itu, F tabel adalah 2,01. Jika F hitung > F
tabel dengan demikian, maka kita menolak H0 dan
94
menerima Ha. Dengan kata lain secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh signifikan secara
statistik terhadap variabel dependen.
b) Uji t
Uji t merupakan pengujian untuk mengukur seberapa
jauh pengaruh variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu BI rate, inflasi, kurs, DJIUS,
DJIUK, FTSJP dan FTSMY secara individual mampu
menjelaskan variabel dependen yakni risiko JII.
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :
i. Apabila t hitung > t tabel atau memiliki tingkat
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
ii. Apabila t hitung < t tabel atau memiliki tingkat
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan
output regresi ARCH GARCH, diketahui bahwa tidak
semua variabel independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen return JII.
Pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut:
95
1) Uji t terhadap variabel BI rate
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa variabel BI rate berpengaruh signifikan
terhadap risiko JII. Hal ini dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0.0098.
Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menolak H0 dan menerima hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel BI rate berpengaruh signifikan
terhadap risiko JII.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
oleh Beik dkk (2013) bahwa BI rate berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap JII. Demikian pula
hasil penelitian yang dilaporkan oleh Surbakti dkk
(2014) bahwa BI rate berpengaruh tidak signifikan
terhadap Jakarta Composite Index.
Hubungan
negatif tersebut sejalan dengan teori hubungan
investasi dan suku bunga. Kenaikan tingkat suku
bunga dapat menurunkan minat sektor korporasi
untuk berinvestasi karena meningkatnya biaya
investasi. Meskipun BI rate tidak secara langsung
berpengaruh terhadap perusahaan yang tergabung
dalam indeks JII, peningkatan BI rate akan
mempengaruhi expected return pada
96
skema
pembiayaan langsung ataupun tidak langsung dalam
konteks perekonomian Indonesia yang menerapkan
dual banking system. Dengan demikian, peningkatan
BI rate dapat menunda investasi sektor korporasi
serta ekspansi usaha sehingga hal tersebut dapat
mencetak profitabilitas yang lebih rendah.
2) Uji t terhadap variabel inflasi
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap risiko JII. Hal ini dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0.7976.
Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menerima H0 dan menolak hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap risiko JII.
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
oleh Surbakti dkk (2014) bahwa inflasi berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap Jakarta Composite
Index. Selain itu, Majid dan Yusof (2009) juga
menemukan hasil penelitian yang sama bahwa
variabel inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap indeks saham syariah. Adanya inflasi telah
97
menyebabkan daya beli semakin rendah terutama
bagi masyarakat berpendapatan tetap dan kecil.
Hubungan antara inflasi dan indeks saham syariah
terjadi ketika tingkat daya beli masyarakat menurun
karena inflasi yang tinggi sehingga mengurangi
belanja (konsumsi) masyarakat atas produk/output
perekonomian. Kondisi tersebut disertai dengan
kecenderungan
penggunaan
peningkatan
pendapatan.
Hal
velositas
tersebut
dalam
akan
mengurangi laba berbagai industri akibat penurunan
pendapatan penjualan. Hal tersebut sejalan dengan
teori inflasi yang berpengaruh negatif terhadap
kesejahteraan masyarakat.
3) Uji t terhadap variabel kurs IDR-USD
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa
variabel
kurs
IDR-USD
berpengaruh
signifikan terhadap return JII. Hal ini dapat dilihat
bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar
0.0000. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menolak H0 dan menerima hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel kurs IDR-USD berpengaruh signifikan
terhadap risiko JII.
98
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
oleh
Majid
dan
Yusof
(2009)
bahwa
kurs
berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks
saham syariah. Sementara itu, hasil penelitian serupa
juga didapatkan oleh Beik dkk (2013) dan Rjoub
dkk (2009) bahwa kurs rupiah terhadap dolar
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
JII.
Pengaruh fluktuasi kurs mata uang berpengaruh
lebih dominan pada perusahaan yang bergerak di
bidang
ekspor
depresiasi
nilai
dan
tukar
impor.
Fluktuasi
secara
langsung
berupa
dapat
mempengaruhi harga barang domestik sehingga
menyebabkan peningkatan biaya produksi suatu
perusahaan. Hal ini akan menurunkan minat investor
untuk berinvestasi membeli saham perusahaan
tersebut.
Selain
itu,
hubungan
negatif
yang
signifikan juga dapat berarti jumlah investor asing
masih mendominasi investasi pada pasar modal
Indonesia. Hal tersebut menyebabkan depresiasi
nilai tukar merupakan sentimen negatif bagi para
investor untuk menarik kepemilikan sahamnya pada
99
pasar modal Indonesia sehingga indeks saham
syariah bergerak melemah.
4) Uji t terhadap variabel DJIUS
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa variabel indeks DJIUS berpengaruh tidak
signifikan terhadap return JII. Hal ini dapat dilihat
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar
0.6695. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menerima H0 dan menolak hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel indeks DJIUS berpengaruh tidak
signifikan terhadap return JII.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
oleh Beik (2013) bahwa pasar saham syariah
Amerika Serikat berpengaruh negatif signifikan
terhadap JII. Hasil penelitan yang sama juga
dinyatakan oleh Wardhana dkk (2009) bahwa pasar
saham syariah AS memiliki hubungan yang negatif
dengan pasar saham syariah Indonesia. Kenaikan
harga saham pada pasar modal syariah di AS akan
menyebabkan harga saham di pasar Indonesia
mengalami penurunan. Demikian pula sebaliknya
jika harga saham pada pasar modal syariah di AS
mengalami
100
penurunan.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa pasar saham syariah AS
adalah kompetitor bagi
pasar
saham
syariah
Indonesia.
Wardhana (2009) menjelaskan bahwa Amerika
Serikat merupakan pasar utama investor saham.
Sementara
Indonesia,
Jepang
dan
Malaysia
merupakan pasar alternatif. Seiring terjadinya krisis
AS 2008, investor
akan memindahkan investasi
sahamnya ke pasar alternatif
di negara-negara
tersebut untuk menghindari kerugian yang lebih
besar. Dengan demikian, penurunan harga saham
syariah di AS akan menyebabkan perpindahan dana
ke pasar saham
Indonesia.
Itulah penjelasan
mengapa terjadi hubungan yang negatif antara kedua
pasar saham syariah tersebut.
Hubungan yang negatif tersebut dapat bermakna
bahwa
para
investor
lebih
memilih
untuk
berinvestasi di negara dengan pasar modal syariah
yang telah maju. Preferensi masyarakat untuk
berinvestasi di negara tersebut juga didukung
dengan penilaian investment grade rating AA+
untuk Amerika Serikat oleh S&P. Meskipun hal
tersebut ditujukan untuk surat utang, penilaian atas
101
investment
grade
rating
tersebut
setidaknya
membuat keamanan dan kenyamanan para investor
saham dari risiko kehilangan dana investasinya
akibat kebangkrutan.
5) Uji t terhadap variabel DJIUK
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa
variabel
indeks
DJIUK
berpengaruh
signifikan terhadap return JII. Hal ini dapat dilihat
bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar
0.0158. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menolak H0 dan menerima hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel indeks DJIUK berpengaruh signifikan
terhadap return JII.
Hasil penelitian ini serupa belakang dengan hasil
penelitian oleh Beik (2013) bahwa pasar saham
syariah regional Eropa berpengaruh secara positif
signifikan terhadap JII. Demikian pula penelitian
yang dilakukan oleh Wardhana dkk (2009) bahwa
pasar saham syariah Inggris memiliki hubungan
yang positif dengan pasar modal syariah Indonesia.
Kenaikan harga saham pada pasar modal syariah di
Inggris akan menyebabkan harga saham di pasar
102
Indonesia mengalami penguatan. Demikian pula
sebaliknya jika harga saham pada pasar modal
syariah di Inggris mengalami penurunan. Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa pasar saham
syariah Inggris adalah komplementer bagi pasar
saham syariah Indonesia.
Hubungan yang posistif tersebut dapat bermakna
bahwa
para
investor
lebih
memilih
untuk
berinvestasi di negara dengan pasar modal syariah
yang telah maju. Sebagai pasar alternatif, pasar
modal syariah di Inggris memiliki daya tarik
investasi yang sama jika dibandingkan dengan pasar
alternatif
di
negara
berkembang.
Preferensi
masyarakat untuk berinvestasi di negara tersebut
juga didukung dengan penilaian investment grade
rating AA untuk Inggris oleh S&P. Meskipun hal
tersebut ditujukan untuk surat utang, penilaian atas
investment
grade
rating
tersebut
setidaknya
membuat keamanan dan kenyamanan para investor
saham dari risiko kehilangan dana investasinya
akibat kebangkrutan.
103
6) Uji t terhadap variabel FTSJP
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa variabel indeks FTSJP berpengaruh tidak
signifikan terhadap return JII. Hal ini dapat dilihat
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar
0.0724. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menerima H0 dan menolak hipotesis alternatif (Ha)
yaitu variabel indeks FTSJP berpengaruh tidak
signifikan terhadap return JII.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian oleh Beik (2013) bahwa pasar saham
syariah Jepang berpengaruh negatif signifikan
terhadap JII. Pasar saham syariah Jepang memiliki
hubungan positif dengan pasar saham syariah
Indonesia. Jika terjadi kenaikan harga saham di
pasar saham syariah Jepang akan diikuti oleh
kenaikan harga saham di pasar saham syariah
Indonesia. Ini berarti bahwa Jepang adalah pasar
komplementer bagi Indonesia.
Hubungan positif antara kedua pasar saham tersebut
dimungkinkan karena pasar saham di Jepang belum
semaju sebagaimana Amerika Serikat. Hal ini
104
berimplikasi jika terjadi krisis keuangan di AS,
maka
para
memindahkan
investor
saham
dananya
ke
syariah
Inggris,
akan
Indonesia,
Malaysia dan Jepang sebagai pasar alternatif. Selain
itu, penilaian Jepang sebagai pasar alternatif juga
didukung dengan investment grade rating A+ oleh
S&P. Pencapaian rating tersebut lebih rendah jika
dibandingkan
investor
dengan
masih
AS.
akan
Dengan
merasa
demikian,
lebih
nyaman
berinvestasi di negara tersebut.
7) Uji t terhadap variabel FTSMY
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa
variabel
indeks
FTSMY
berpengaruh
signifikan terhadap return JII. Hal ini dapat dilihat
bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar
0,0067. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut
menolak H0 dan menerima hipotesis alternatif (Ha)
yaitu
variabel
indeks
FTSMY
berpengaruh
signifikan terhadap return JII.
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
oleh Beik (2013) bahwa indeks harga saham syariah
berpengaruh secara positif signifikan terhadap JII.
105
Pasar saham syariah Malaysia memiliki hubungan
positif dengan pasar saham syariah Indonesia. Jika
terjadi kenaikan harga saham di pasar saham syariah
Malaysia akan diikuti oleh kenaikan harga saham di
pasar saham syariah Indonesia. Ini berarti bahwa
Malaysia
adalah
pasar
komplementer
bagi
Indonesia.
Hubungan positif antara kedua pasar saham tersebut
dimungkinkan karena pasar saham di Malaysia
belum semaju sebagaimana Amerika Serikat. Hal ini
berimplikasi jika terjadi krisis keuangan di AS,
maka
para
memindahkan
investor
saham
dananya
ke
syariah
Inggris,
akan
Indonesia,
Malaysia dan Jepang sebagai pasar alternatif. Selain
itu, penilaian Malaysia sebagai pasar alternatif juga
didukung dengan investment grade rating A- oleh
S&P. Pencapaian rating tersebut lebih rendah jika
dibandingkan
investor
dengan
masih
akan
AS.
merasa
berinvestasi di negara tersebut.
106
Dengan
lebih
demikian,
nyaman
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisa seberapa besar pengaruh variabel ekonomi
makro dan indeks saham syariah regional sebagai variabel independen
terhadap risiko JII. Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Inflasi, BI rate, dan Kurs Rupiah terhadap dolar AS. Sementara
indeks saham syariah regional yang digunakan adalah Dow Jones Islamic
Market US, Dos Jones Islamic Market UK, FTSE Shariah Japan 100, dan
FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah. Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel independen yaitu Inflasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, BI
rate, DJIUS, DJIUK, FTSJP dan FTSMY secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap risiko JII.
2. Variabel inflasi secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap risiko JII
3. Variabel kurs IDR-USD secara parsial berpengaruh negatif signifikan
terhadap risiko JII
4. Variabel BI rate secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap
risiko JII
5. Variabel DJIUS secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap risiko JII
107
6. Variabel DJIUK secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
risiko JII
7. Variabel FTSJP secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap risiko JII
8. Variabel FTSMY secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
risiko JII
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat
sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Peneliti
menggunakan
3
variabel
makroekonomi
sehingga
memungkinkan adanya ketidakakuratan pada hasil penelitian. Oleh
karena itu, disarankan dalam penelitian selanjutnya agar memasukkan
variabel makroekonomi lainnya agar model penelitian tersebut lebih
akurat dengan koefisien determinasi yang lebih besar.
2. Peneltian selanjutnya diharapkan untuk melibatkan indeks saham di
regional lainnya yang telah mengembangkan investasi pada saham
syariah. Hal ini ditujukan agar penelitian tersebut dapat meningkatkan
akurasi hasil penelitiannya.
3. Peneliti berharap penelitian selanjutnya pada bidang yang sama
dilakukan dengan metode analisis yang berbeda dari metode analisis
yang digunakan pada penelitian ini.
108
Daftar Pustaka
Agung, I Gusi Ngurah. 2012. Time Series Data Analysis Using Eviews. Singapore
: John Wiley & Sons
Anthony, Kyereboah-Coleman Kwame F. Agyire-Tettey. 2008. "Impact of
macroeconomic indicators on stock market performance". The Journal of
Risk Finance, Vol. 9 Iss. 4
Bacha, Obiyathulla Ismath dan Abbas Mirakhor. 2013. Islamic Capital Markets :
A Comparative Approach. Singapore : John Wiley & Sons
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Case, Karl & Ray Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Firdaus, Rachmat dan Maya Arianti. 2011. Pengantar Teori Moneter serta
Aplikasinya pada Sistem Ekonomi Konvensional & Syariah. Bandung
: Alfabeta
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta :
BPFE UGM
Karim, Adiwarman A. 2008. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : Rajawali Press
Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor : Ghalia Indonesia
Kowanda, Dionysia, Rowland Fernando Pasaribu, dan Ahmad Fajri Shauti. 2015.
“The Influence of Foreign Stock Market Index and Macroeconomic
Variables Toward Jakarta Composite Index During 2010-2014”. Jurnal
Manajemen Indonesia, Vol. 15 - No. 3
Lewis, Mervin K dan Latifa M. Algoud. 2001. Perbankan Syariah. Jakarta :
Serambi Ilmu Semesta
109
Majid , M. Shabri Abd. dan Rosylin Mohd. Yusof. 2009. “Long-run relationship
between Islamic stock returns and macroeconomic variables: An
application of the autoregressive distributed lag model”, Emerald Journal :
Humanomics, Vol. 25 Iss: 2
Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi. Jakarta : Erlangga
Merancia, Alfin. 2010. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Indeks
Regional Terhadap Risiko Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)”. Tesis Pascasarjana, Program Studi Timur
Tengah dan Islam Universitas Indonesia, Jakarta, 2010
Murhadi, Werner R. 2009. Analisis Saham Pendekatan Fundamental. Jakarta :
Indeks
Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : Lembaga
Penerbit FE UI
Nopirin. 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE UGM
Omar,
Mohd
Azmi,
Muhamad
Abduh
and
Raditya
Sukmana.
2014.
Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets. Singapore : John
Wiley & Sons
Prasetyantoko. 2008. Bencana Finansial : Stabilitas sebagai Barang Publik.
Jakarta : Kompas
Priandana, Moh. Sidik dan Saludin Muis. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi &
Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu
Purnomo, Serfianto dkk. 2013. Pasar Uang & Pasar Valas. Jakarta : Gramedia
110
Pustaka Utama
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
Rjoub, Husam, Turgut Türsoy dan Nil Günsel. 2009."The effects of
macroeconomic factors on stock returns: Istanbul Stock Market", Emerald
Journal : Studies in Economics and Finance, Vol. 26 Iss 1
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Jakarta
Ross, Stephen, Westerfield dan Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan.
Jakarta : Salemba Empat
Simorangir, Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan : Teori dan Praktik di
Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers
Surbakti, Emta Hariati, Noer Azam Achsani dan Tubagus Nur Ahmad Maulana.
2016. “The Impact of Macroeconomic Variables on JCI‟s Stock Return
Volatility in Pre and Post Global Economic Crisis”. International Journal
of Scientific and Research Publications, Volume 6, Issue 3,
Sufian, Fadzlan dan Fakarudin Kamarudin . 2015. “Determinants of revenue
efficiency of Islamic banks”. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, Vol. 8
Suharyadi dan Purwanto S. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern
Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta : Andi
111
el-Tiby, Amr Mohamed. 2011. Islamic Banking : How to Manage Risk and
Improve Profitability. Canada : John Wiley & Sons
Wahyudi, Imam dkk. 2013. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta : Salemba
Empat
Widarjono, Agus. 2016. Ekonomterika : Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta :
UPP STIM YKPN
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
112
LAMPIRAN
1. Uji Stasioneritas Risiko JII (Level)
Null Hypothesis: RETURN_JII has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.834047
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RETURN_JII)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:09
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RETURN_JII(-1)
C
-0.757569
0.004710
0.096702
0.006444
-7.834047
0.730879
0.0000
0.4665
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.377973
0.371814
0.065144
0.428616
136.1684
61.37229
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
113
0.000270
0.082192
-2.605211
-2.554052
-2.584490
2.020055
2. Uji Stasioneritas BI rate (level)
Null Hypothesis: BI_RATE has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.228027
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.1978
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:10
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BI_RATE(-1)
D(BI_RATE(-1))
C
-0.029664
0.682554
0.203194
0.013314
0.072856
0.094162
-2.228027
9.368521
2.157918
0.0281
0.0000
0.0334
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.476992
0.466426
0.122767
1.492112
70.73208
45.14479
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
114
-0.014706
0.168068
-1.328080
-1.250875
-1.296817
2.104581
3. Uji Stasioneritas BI rate (1 difference)
Null Hypothesis: D(BI_RATE) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.434045
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0005
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:10
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BI_RATE(-1))
C
-0.328608
-0.004832
0.074110
0.012442
-4.434045
-0.388394
0.0000
0.6986
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.164304
0.155947
0.125177
1.566930
68.23686
19.66076
0.000024
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
115
0.000000
0.136251
-1.298762
-1.247292
-1.277920
2.039376
4. Uji Stasioneritas inflasi (Level)
Null Hypothesis: INFLATION has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.480754
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.1231
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLATION)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:11
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
INFLATION(-1)
D(INFLATION(-1))
C
-0.071204
0.456250
0.406476
0.028703
0.089538
0.186952
-2.480754
5.095595
2.174221
0.0148
0.0000
0.0321
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.223523
0.207837
0.661413
43.30929
-101.0448
14.24948
0.000004
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
116
-0.040686
0.743131
2.040095
2.117300
2.071358
1.918286
5. Uji Stasioneritas inflasi (1 difference)
Null Hypothesis: D(INFLATION) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.461414
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLATION,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:11
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLATION(-1))
C
-0.583627
-0.027869
0.090325
0.067214
-6.461414
-0.414625
0.0000
0.6793
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.294532
0.287477
0.678244
46.00152
-104.1205
41.74987
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
117
-0.009902
0.803502
2.080794
2.132264
2.101636
1.874821
6. Uji Stasioneritas kurs IDR-USD (Level)
Null Hypothesis: IDR_USD has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.618387
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.8608
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(IDR_USD)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:12
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
IDR_USD(-1)
C
-0.012505
168.0823
0.020222
216.3847
-0.618387
0.776776
0.5377
0.4391
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.003772
-0.006092
349.7396
12354096
-748.4313
0.382403
0.537712
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
118
35.98058
348.6792
14.57148
14.62264
14.59220
1.797741
7. Uji Stasioneritas kurs IDR-USD (1 difference)
Null Hypothesis: D(IDR_USD) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.130402
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(IDR_USD,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:13
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(IDR_USD(-1))
C
-0.908841
34.35072
0.099540
34.87557
-9.130402
0.984951
0.0000
0.3270
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.454637
0.449184
350.2081
12264568
-741.2916
83.36424
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
119
0.313725
471.8704
14.57434
14.62582
14.59519
1.973692
8. Uji Stasioneritas DJIUS (Level)
Null Hypothesis: DJIUS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.886264
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.3376
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DJIUS)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:13
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DJIUS(-1)
C
-0.052035
129.3268
0.027586
77.74858
-1.886264
1.663398
0.0621
0.0993
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.034029
0.024465
190.4891
3664896.
-685.8491
3.557993
0.062132
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
120
-12.98990
192.8629
13.35629
13.40745
13.37701
2.138936
9. Uji Stasioneritas DJIUS (1 difference)
Null Hypothesis: D(DJIUS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-11.50367
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DJIUS,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:14
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DJIUS(-1))
C
-1.114833
-10.35704
0.096911
18.72406
-11.50367
-0.553141
0.0000
0.5814
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.569586
0.565282
188.6264
3557991.
-678.1782
132.3344
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
121
4.937157
286.0872
13.33683
13.38830
13.35767
1.937558
10. Uji Stasioneritas DJIUK (Level)
Null Hypothesis: DJIUK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.672777
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.0823
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DJIUK)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:15
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DJIUK(-1)
C
-0.108992
225.8028
0.040778
87.17180
-2.672777
2.590319
0.0088
0.0110
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.066058
0.056811
113.9567
1311599.
-632.9301
7.143739
0.008773
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
122
-5.247087
117.3385
12.32874
12.37990
12.34946
1.897288
11. Uji Stasioneritas DJIUK (1 difference)
Null Hypothesis: D(DJIUK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.16899
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DJIUK,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:15
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DJIUK(-1))
C
-1.007196
-3.363621
0.099046
11.58612
-10.16899
-0.290315
0.0000
0.7722
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.508378
0.503462
116.8416
1365197.
-629.3254
103.4084
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
123
3.030294
165.8141
12.37893
12.43040
12.39977
1.974561
12. Uji Stasioneritas FTSJP (Level)
Null Hypothesis: FTSJP has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.399115
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.5800
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FTSJP)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:17
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
FTSJP(-1)
C
-0.032148
35.36087
0.022977
26.98512
-1.399115
1.310384
0.1648
0.1930
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.019013
0.009300
69.58869
489101.1
-582.1288
1.957522
0.164842
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
124
-1.155243
69.91456
11.34231
11.39347
11.36303
1.605797
13. Uji Stasioneritas FTSJP (1 difference)
Null Hypothesis: D(FTSJP) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-8.733266
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FTSJP,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:17
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(FTSJP(-1))
C
-0.843088
0.712499
0.096538
6.719155
-8.733266
0.106040
0.0000
0.9158
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.432688
0.427015
67.83666
460181.2
-573.8663
76.26993
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
125
2.256176
89.61751
11.29150
11.34297
11.31234
1.969917
14. Uji Stasioneritas FTSMY (Level)
Null Hypothesis: FTSMY has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.586845
-3.495021
-2.889753
-2.581890
0.8678
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FTSMY)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:18
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
FTSMY(-1)
C
-0.009470
128.8430
0.016136
190.4290
-0.586845
0.676593
0.5586
0.5002
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.003398
-0.006469
390.3540
15389998
-759.7474
0.344387
0.558617
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
126
19.39388
389.0974
14.79121
14.84237
14.81193
1.785810
15. Uji Stasioneritas FTSMY (1 difference)
Null Hypothesis: D(FTSMY) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.101977
-3.495677
-2.890037
-2.582041
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FTSMY,2)
Method: Least Squares
Date: 03/31/17 Time: 08:18
Sample (adjusted): 2008M02 2016M07
Included observations: 102 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(FTSMY(-1))
C
-0.902359
20.96525
0.099139
38.61433
-9.101977
0.542940
0.0000
0.5884
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.453092
0.447623
389.5327
15173571
-752.1465
82.84599
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
127
4.030980
524.1142
14.78719
14.83866
14.80803
2.028453
16. Uji Heteroskedastisitas Data
Heteroskedasticity Test: White (No Cross Trem)
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.772604
17.47294
20.21671
Prob. F(7,95)
Prob. Chi-Square(7)
Prob. Chi-Square(7)
0.0115
0.0146
0.0051
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/30/17 Time: 10:04
Sample: 2008M01 2016M07
Included observations: 103
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)^2
D(INFLATION)^2
D(IDR_USD)^2
D(DJIUS)^2
D(DJIUK)^2
D(FTSJP)^2
D(FTSMY)^2
0.001077
-0.006375
-1.81E-05
2.68E-09
4.52E-09
8.40E-09
1.42E-08
3.54E-10
0.000369
0.004762
0.000226
9.51E-10
2.18E-09
1.41E-08
4.39E-08
1.19E-09
2.916250
-1.338716
-0.080167
2.815364
2.073931
0.596177
0.323342
0.297110
0.0044
0.1839
0.9363
0.0059
0.0408
0.5525
0.7471
0.7670
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.169640
0.108456
0.002534
0.000610
473.7453
2.772604
0.011466
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
17. Uji Normalitas
128
0.001619
0.002684
-9.043598
-8.838958
-8.960712
1.998394
18. Uji Autokorelasi
Date: 03/30/17 Time: 10:08
Sample: 2007M12 2016M07
Included observations: 103
Autocorrelation
*|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|*
**|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
*|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|*
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
*|.
*|.
*|.
*|.
.|.
.|**
*|.
.|.
*|.
*|.
*|.
*|.
.|*
.|*
.|*
.|.
.|.
*|.
.|.
**|.
**|.
.|.
.|.
.|*
.|.
*|.
*|.
.|.
*|.
.|.
*|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
AC
PAC
-0.205
-0.141
-0.004
-0.024
0.049
0.206
-0.217
-0.002
-0.073
-0.036
-0.003
0.019
0.063
0.029
-0.027
-0.066
0.066
-0.046
0.069
-0.151
-0.114
0.057
0.033
0.001
-0.029
-0.149
0.072
0.158
-0.038
0.065
-0.124
0.040
-0.053
0.070
-0.018
-0.084
-0.205
-0.191
-0.083
-0.078
0.013
0.225
-0.113
-0.006
-0.134
-0.110
-0.118
-0.072
0.122
0.076
0.094
-0.052
0.028
-0.127
-0.036
-0.205
-0.218
-0.035
-0.021
0.117
-0.005
-0.086
-0.078
0.011
-0.072
0.027
-0.100
0.045
-0.112
0.016
-0.004
-0.196
129
Q-Stat
4.4443
6.5706
6.5720
6.6330
6.8993
11.609
16.917
16.917
17.534
17.689
17.690
17.731
18.208
18.310
18.401
18.939
19.482
19.750
20.360
23.340
25.058
25.486
25.637
25.637
25.751
28.877
29.617
33.219
33.434
34.052
36.373
36.620
37.061
37.830
37.883
39.010
Prob
0.035
0.037
0.087
0.157
0.228
0.071
0.018
0.031
0.041
0.060
0.089
0.124
0.150
0.193
0.242
0.272
0.302
0.347
0.373
0.272
0.245
0.274
0.318
0.372
0.421
0.317
0.332
0.228
0.261
0.279
0.233
0.263
0.287
0.299
0.339
0.336
19. Uji Multikolinearitas
BI_RATE
INFLATION
IDR_USD
DJIUS
DJIUK
FTSJP
FTSMY
BI_RATE
1.000000
0.759298
0.357850
0.224138
0.049275
0.428235
-0.177132
INFLATION
0.759298
1.000000
0.080957
0.168883
0.103671
0.185829
-0.175426
IDR_USD
0.357850
0.080957
1.000000
-0.574742
0.035339
0.731527
0.579271
DJIUS
0.224138
0.168883
-0.574742
1.000000
-0.430335
-0.510175
-0.878350
DJIUK
0.049275
0.103671
0.035339
-0.430335
1.000000
0.550916
0.627341
20. Model GARCH (1,1)
GARCH (1,1)
Dependent Variable: RETURN_JII
Method: ML ARCH - Normal distribution (BFGS / Marquardt steps)
Date: 03/30/17 Time: 10:26
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Failure to improve likelihood (non-zero gradients) after 64 iterations
Coefficient covariance computed using outer product of gradients
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)
D(INFLATION)
D(IDR_USD)
D(DJIUS)
D(DJIUK)
D(FTSJP)
D(FTSMY)
0.010047
-0.065727
-0.001580
-7.66E-05
-8.32E-06
0.000117
0.000133
3.08E-05
0.003667
0.025464
0.006163
1.11E-05
1.95E-05
4.86E-05
7.39E-05
1.14E-05
2.739418
-2.581157
-0.256392
-6.877252
-0.426818
2.413163
1.796800
2.710533
0.0062
0.0098
0.7976
0.0000
0.6695
0.0158
0.0724
0.0067
0.982071
-5.571031
28202.57
0.3261
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
2.26E-05
-0.061891
1.056532
0.622742
0.594944
0.042521
0.171761
192.5293
2.325418
2.30E-05
0.011109
3.75E-05
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
130
0.006130
0.066810
-3.524841
-3.243462
-3.410873
FTSJP
0.428235
0.185829
0.731527
-0.510175
0.550916
1.000000
0.664377
FTSMY
-0.177132
-0.175426
0.579271
-0.878350
0.627341
0.664377
1.000000
21. Uji Otokorelasi Model GARCH (1,1)
Sample: 2007M12 2016M07
Included observations: 103
Autocorrelation
*|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|*
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|*
*|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|*
.|*
.|.
.|*
*|.
.|.
*|.
.|*
.|.
*|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
*|.
*|.
*|.
.|.
.|.
.|*
*|.
.|.
*|.
*|.
*|.
.|.
.|*
.|.
.|*
.|.
.|.
*|.
.|.
**|.
**|.
.|.
.|.
.|*
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
*|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
AC
PAC
-0.183
-0.136
-0.027
-0.003
0.041
0.109
-0.171
-0.011
-0.065
-0.054
-0.015
0.041
0.073
-0.006
0.073
-0.062
0.030
-0.066
0.086
-0.163
-0.104
0.051
0.031
0.017
-0.030
-0.169
0.113
0.136
-0.032
0.080
-0.139
0.025
-0.089
0.120
-0.023
-0.090
-0.183
-0.176
-0.095
-0.057
0.010
0.118
-0.122
-0.038
-0.124
-0.134
-0.117
-0.036
0.088
0.025
0.143
-0.015
0.018
-0.135
0.004
-0.207
-0.226
-0.032
-0.010
0.108
0.004
-0.132
-0.063
-0.029
-0.089
0.026
-0.117
0.011
-0.149
0.069
0.001
-0.152
*Probabilities may not be valid for this equation specification.
131
Q-Stat
3.5687
5.5600
5.6417
5.6424
5.8311
7.1438
10.456
10.470
10.963
11.305
11.330
11.527
12.159
12.164
12.824
13.306
13.416
13.979
14.931
18.379
19.796
20.147
20.278
20.319
20.445
24.460
26.263
28.926
29.080
30.039
32.936
33.033
34.260
36.518
36.599
37.897
Prob*
0.059
0.062
0.130
0.227
0.323
0.308
0.164
0.234
0.278
0.334
0.416
0.484
0.515
0.593
0.616
0.650
0.708
0.730
0.727
0.562
0.534
0.574
0.625
0.678
0.723
0.550
0.504
0.416
0.461
0.464
0.372
0.416
0.407
0.352
0.394
0.383
22. Model GARCH (2,2)
Dependent Variable: RETURN_JII
Method: ML ARCH - Normal distribution (BFGS / Marquardt steps)
Date: 03/30/17 Time: 10:32
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Failure to improve likelihood (non-zero gradients) after 32 iterations
Coefficient covariance computed using outer product of gradients
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1) + C(13)*GARCH(-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)
D(INFLATION)
D(IDR_USD)
D(DJIUS)
D(DJIUK)
D(FTSJP)
D(FTSMY)
0.006069
-0.078278
0.000623
-7.72E-05
2.95E-05
0.000113
0.000143
3.74E-05
0.004702
0.038717
0.007998
9.54E-06
1.67E-05
5.83E-05
9.12E-05
1.47E-05
1.290893
-2.021804
0.077877
-8.091457
1.770873
1.940357
1.565068
2.539035
0.1967
0.0432
0.9379
0.0000
0.0766
0.0523
0.1176
0.0111
0.967631
3.421669
-1.658096
0.804603
0.056098
0.3332
0.0006
0.0973
0.4210
0.9553
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.000969
0.014939
-0.123373
0.469736
0.030920
0.630954
0.603761
0.042055
0.168022
190.0404
2.397473
0.001002
0.004366
0.074406
0.583811
0.551174
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
132
0.006130
0.066810
-3.437677
-3.105138
-3.302988
23. Model GARCH (1,2)
Dependent Variable: RETURN_JII
Method: ML ARCH - Normal distribution (BFGS / Marquardt steps)
Date: 03/30/17 Time: 10:37
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Failure to improve likelihood (non-zero gradients) after 165 iterations
Coefficient covariance computed using outer product of gradients
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(
-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)
D(INFLATION)
D(IDR_USD)
D(DJIUS)
D(DJIUK)
D(FTSJP)
D(FTSMY)
0.013451
-0.047835
-0.002314
-9.20E-05
-9.62E-06
0.000116
0.000185
2.16E-05
0.004498
0.028171
0.007091
1.22E-05
1.83E-05
5.16E-05
7.77E-05
1.33E-05
2.990529
-1.698049
-0.326298
-7.526913
-0.525155
2.245175
2.385732
1.623942
0.0028
0.0895
0.7442
0.0000
0.5995
0.0248
0.0170
0.1044
2.065209
-2.398124
3.879032
15.07626
0.0389
0.0165
0.0001
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
3.58E-05
-0.081650
0.357546
0.706052
0.602410
0.573114
0.043651
0.181018
191.3336
2.262566
1.73E-05
0.034047
0.092174
0.046832
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
133
0.006130
0.066810
-3.482206
-3.175247
-3.357877
24. Model GARCH (2,1)
Dependent Variable: RETURN_JII
Method: ML ARCH - Normal distribution (BFGS / Marquardt steps)
Date: 03/30/17 Time: 10:36
Sample (adjusted): 2008M01 2016M07
Included observations: 103 after adjustments
Failure to improve likelihood (non-zero gradients) after 30 iterations
Coefficient covariance computed using outer product of gradients
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
D(BI_RATE)
D(INFLATION)
D(IDR_USD)
D(DJIUS)
D(DJIUK)
D(FTSJP)
D(FTSMY)
0.005095
-0.079501
0.000692
-7.81E-05
2.47E-05
0.000113
0.000153
3.83E-05
0.004258
0.036283
0.007352
1.02E-05
1.68E-05
5.27E-05
8.01E-05
1.20E-05
1.196492
-2.191168
0.094151
-7.673272
1.471660
2.149098
1.915398
3.182384
0.2315
0.0284
0.9250
0.0000
0.1411
0.0316
0.0554
0.0015
1.205666
-0.287628
-1.621558
1.077867
0.2279
0.7736
0.1049
0.2811
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.000952
-0.017819
-0.107643
0.526413
0.630221
0.602974
0.042097
0.168356
190.2172
2.399530
0.000789
0.061950
0.066382
0.488385
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
134
0.006130
0.066810
-3.460528
-3.153569
-3.336199
25. Data Historis Variabel Dependen dan Independen
BI rate Inflation IDR/USD DJIUS
8
6,59 9.392,50 3834,05
8
7,36 9.246,50 3391,82
8
7,4
9.065,00 3697,78
8
8,17 9.215,00 3704,51
8
8,96 9.222,00 3644,02
8,25 10,38 9.315,00 3479,97
8,5
11,03 9.220,00 3438,3
8,75
11,9 9.095,00 3669,19
9
11,85 9.150,00 3669,19
9,25 12,14 9.415,00 3645,67
9,5
11,77 10.900,00 3708,86
9,5
11,68 12.025,00 3697,6
9,25 11,06 10.900,00 3841,2
8,75
9,17 11.380,00 3557,09
8,25
8,6 11.980,00 3627,36
7,75
7,92 11.555,00 3701,26
7,5
7,31 10.585,00 3669,48
7,25
6,04 10.290,00 3570,57
7
3,65 10.207,50 3764,55
6,75
2,71 9.925,00 3673,58
6,5
2,75 10.080,00 3713,69
6,5
2,83 9.645,00 3741,72
6,5
2,57 9.550,00 3643,94
6,5
2,41 9.455,00 3705,52
6,5
2,78 9.425,00 3473,41
6,5
3,72 9.350,00 2986,66
6,5
3,81 9.337,00 3130,47
6,5
3,43 9.090,00 3225,07
6,5
3,91 9.012,50 3301,11
DJIUK
2663,14
2461,12
2504,31
2388,48
2577,91
2612,21
2546,56
2384,77
2288,95
1888,7
1600,36
1520,61
1507,99
1444,86
1343,49
1413,91
1519,48
1704,7
1695,26
1806,41
1864,33
1894,83
1963,73
2030,33
2101,01
2006,95
1931,14
2073,62
2015,93
135
FTSJP
1577,84
1415,48
1401,31
1271,46
1404,71
1475,93
1388,27
1341,87
1313,13
1099,56
880,98
828,13
847,27
782,4
768,06
778,49
860,68
915,59
929,04
974,71
987,73
946,05
933,9
873,64
980,82
948,34
935,12
1030,23
1029,59
FTSMY Return JII Periode
11660,06 1,870%
Des-07
-3,253%
11332,27
Jan-08
11299,48 6,703%
Feb-08
10053,91 -11,891% Mar-08
10361,35 -4,534% Apr-08
10329,14 3,170%
Mei-08
9723,32 -2,574%
Jun-08
8991,03 -9,872%
Jul-08
8363,94 -8,177% Agust-08
7680,41 -19,576% Sep-08
6565,9 -32,372% Okt-08
1,038%
6594,18
Nop-08
6640,04 10,476% Des-08
6805,05 -1,184%
Jan-09
0,229%
6812,06
Feb-09
6771,45 10,588% Mar-09
7633,31 18,193% Apr-09
9,744%
7980,21
Mei-09
4,662%
8133,37
Jun-09
8808,66 19,835%
Jul-09
8868,79 -1,186% Agust-09
5,485%
8989,7
Sep-09
9234,53 -4,448% Okt-09
3,706%
9259,9
Nop-09
4,848%
9312,02
Des-09
2,517%
9106,51
Jan-10
-3,262%
9211,92
Feb-10
7,237%
9458,09
Mar-10
7,016%
9614,74
Apr-10
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,5
6
6
6
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
6
6,5
6,75
4,16
5,05
6,22
6,44
5,8
5,67
6,33
6,96
7,02
6,84
6,65
6,16
5,98
5,54
4,61
4,79
4,61
4,42
4,15
3,79
3,65
3,56
3,97
4,5
4,45
4,53
4,56
4,58
4,31
4,61
4,32
4,3
4,57
5,31
5,9
5,57
5,47
5,9
8,61
8,79
9.175,00
9.060,00
8.940,00
9.035,00
8.925,00
8.937,50
9.034,00
9.010,00
9.048,00
8.821,50
8.707,50
8.564,00
8.535,50
8.576,50
8.500,00
8.533,00
8.790,00
8.852,50
9.110,00
9.067,50
8.990,00
9.020,00
9.144,00
9.190,50
9.400,00
9.392,50
9.445,00
9.535,00
9.570,00
9.605,00
9.593,50
9.637,50
9.697,50
9.663,50
9.717,50
9.722,50
9.795,00
9.925,00
10.277,50
10.920,00
3182,35
3342,11
3340,36
3380,57
3450,86
3512,26
3477,72
3607,12
2683,54
2592,23
2595,92
2582,89
2700,51
2718,05
2801,19
2844,62
2902,25
2830,16
2970,57
2903,87
2093,01
2319,07
2332,1
2337,92
2442,24
2545,33
2612
2589,27
2423,33
2510,7
2563,69
2626,11
2076,71
2168,21
2159,14
2292,18
2352,14
2413,52
2407,21
2495,22
1788,45
1680,5
1894,39
1844,18
2031,38
2086,52
2015,09
2201,15
2207,07
2305,32
2245,97
2400,06
2342,33
2280,12
2285,9
2089,98
1846,85
2089,79
2036,36
2002,81
2134,84
2211,39
2136,38
2166,55
1863,72
1963,61
1971,21
2019,46
2077,1
2085,55
2066,79
2116,82
2175,44
2096,68
2106,68
2132,17
2145,83
2013,99
2141,44
2144,83
136
915,4
864,89
884,83
828,35
878,24
864,3
924,56
953,37
969,53
1006,58
947,58
940,13
933,72
936,32
923,01
832,31
814,3
831,37
791,05
787,58
800,1
877,05
893,63
846,42
753,42
802,93
763,92
763,3
763,58
769,08
809,57
871,77
963,3
991,67
1040,95
1145,29
1144,72
1131,63
1125,45
1099,29
9049,27 -6,361% Mei-10
3,522%
9275,39
Jun-10
5,010%
9545,17
Jul-10
9835,21 -1,972% Agust-10
9984,45 11,129% Sep-10
10350,21 2,615%
Okt-10
10283,82 -5,832% Nop-10
10456,86 4,741%
Des-10
10574,64 -10,394% Jan-11
10468,93 4,054%
Feb-11
3,633%
10837,3
Mar-11
10633,94 2,688%
Apr-11
10877,85 0,495%
Mei-11
10995,91 0,877%
Jun-11
10889,99 5,798%
Jul-11
10152,82 -6,693% Agust-11
9765,66 -6,966% Sep-11
10531,64 7,697%
Okt-11
10482,1 -1,830% Nop-11
11022,63 3,178%
Des-11
11085,82 4,748%
Jan-12
0,750%
11459,13
Feb-12
11530,61 3,054%
Mar-12
11522,65 -1,536% Apr-12
11547,92 -8,701% Mei-12
11853,05 3,645%
Jun-12
12109,92 5,428%
Jul-12
12310,64 -0,662% Agust-12
12398,51 5,423%
Sep-12
3,067%
12537,7
Okt-12
11956,57 -4,924% Nop-12
12674,93 1,021%
Des-12
12183,09 1,651%
Jan-13
12125,79 6,717%
Feb-13
12361,87 2,343%
Mar-13
12762,71 3,385%
Apr-13
13432,12 -0,895% Mei-13
13357,33 -2,427%
Jun-13
13437,72 -5,515%
Jul-13
13103,86 -5,090% Agust-13
7
7,25
7,25
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,75
7,75
7,75
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,25
7
6,75
6,75
6,75
6,5
6,5
8,4
8,32
8,37
8,38
8,22
7,75
7,32
7,25
7,32
6,7
4,53
3,99
4,53
4,83
6,23
8,36
6,96
6,29
6,38
6,79
7,15
7,26
7,26
7,18
6,83
6,25
4,89
3,35
4,14
4,42
4,45
3,6
3,33
3,45
3,21
11.580,00
11.272,50
11.962,50
12.170,00
12.210,00
11.609,00
11.360,00
11.561,50
11.675,00
11.855,00
11.577,50
11.690,00
12.185,00
12.085,00
12.204,00
12.385,00
12.667,50
12.925,00
13.075,00
12.962,50
13.224,00
13.332,50
13.527,50
14.050,00
14.650,00
13.687,50
13.835,00
13.787,50
13.775,00
13.372,00
13.260,00
13.185,00
13.660,00
13.212,50
13.098,50
2453,24
2414,47
2375,71
2240,21
1983
1975,6
2098,62
2125,85
2036,09
2077,79
2160,61
2167,2
1974,24
1872,35
1991,53
1901,5
2112,53
1808,76
1724,76
1740,53
1650,48
1500,28
1610,11
1698,89
1774,49
1786,51
1906,04
1928,62
2527,41
2545,38
2356,34
2328,9
2336,03
2434,73
2496,09
2242,43
2304,89
2332,29
2424,93
2317,62
2502,09
2438,17
2546,43
2515,48
2585,56
2531,87
2527,96
2388,39
2295,07
2292,64
2252,46
2215,44
2374,86
2206,02
2341,29
2335,53
2256,31
2311,11
2155,72
2046,09
2184,93
2127,61
2044,3
1923,53
1937,05
2021,64
2089,36
2063,68
2015,62
2122,69
137
1172,64
1182,68
1279,37
1310,19
1265,66
1288,97
1267,93
1231,33
1266,71
1326,95
1370,28
1368,66
1435,46
1434,48
1527,89
1522,03
1543,84
1627,41
1660,99
1695,57
1777,22
1723,23
1748,45
1622,08
1463,83
1633,47
1684,54
1657,21
1533,77
1412,05
1466,23
1479,04
1518,97
1391,08
1458,85
13401,8
13799,59
13899,72
14323,63
13823,34
14139,28
14388,3
14510,93
14446,1
14718,65
14604,52
14485,51
14460,59
14923,94
14942,25
14468,7
14937,28
15168,77
15157,07
15018,51
14337,46
13797,6
13949,96
13131,32
13576,67
14082,52
14142,9
14332,58
13904,43
13686,57
13989,33
13683,89
13305,04
13574,26
13657,63
-1,083%
5,144%
-5,821%
0,904%
3,035%
3,979%
2,162%
1,134%
1,414%
-0,279%
5,405%
0,106%
-0,508%
-2,498%
1,875%
1,176%
2,263%
2,182%
0,845%
-8,706%
5,005%
-5,885%
-2,286%
-6,806%
-7,052%
5,397%
-1,075%
4,062%
1,558%
4,751%
1,687%
0,087%
-0,675%
7,011%
4,648%
Sep-13
Okt-13
Nop-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
Mei-14
Jun-14
Jul-14
Agust-14
Sep-14
Okt-14
Nop-14
Des-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
Mei-15
Jun-15
Jul-15
Agust-15
Sep-15
Okt-15
Nop-15
Des-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
26. Data JII untuk Pencarian Risiko JII
Period
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
JII
483,96
493,01
476,97
508,94
448,42
428,09
441,66
430,29
387,81
356,1
286,39
193,68
195,69
216,19
213,63
214,12
236,79
279,87
307,14
321,46
385,22
380,65
401,53
383,67
397,89
417,18
427,68
413,73
443,67
Period
Apr-10
Mei-10
Jun-10
Jul-10
Agust-10
Sep-10
Okt-10
Nop-10
Des-10
Jan-11
Feb-11
Mar-11
Apr-11
Mei-11
Jun-11
Jul-11
Agust-11
Sep-11
Okt-11
Nop-11
Des-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
Mei-12
Jun-12
Jul-12
Agust-12
JII
474,8
444,6
460,26
483,32
473,79
526,52
540,29
508,78
532,9
477,51
496,87
514,92
528,76
531,38
536,04
567,12
529,16
492,3
530,19
520,49
537,03
562,53
566,75
584,06
575,09
525,05
544,19
573,73
569,93
Period
Sep-12
Okt-12
Nop-12
Des-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
Mei-13
Jun-13
Jul-13
Agust-13
Sep-13
Okt-13
Nop-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
Mei-14
Jun-14
Jul-14
Agust-14
Sep-14
Okt-14
Nop-14
Des-14
Jan-15
138
JII
600,84
619,27
588,78
594,79
604,61
645,22
660,34
682,69
676,58
660,16
623,75
592
585,59
615,71
579,87
585,11
602,87
626,86
640,41
647,67
656,83
655
690,4
691,13
687,62
670,44
683,01
691,04
706,68
Period
Feb-15
Mar-15
Apr-15
Mei-15
Jun-15
Jul-15
Agust-15
Sep-15
Okt-15
Nop-15
Des-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
JII
722,1
728,2
664,8
698,07
656,99
641,97
598,28
556,09
586,1
579,8
603,35
612,75
641,86
652,69
653,26
648,85
694,34
726,61
Download