BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal
Disease (SRMD) pada pasien kritis pertama kali muncul lebih dari empat dekade
lalu. Beberapa penelitian berikutnya mempelajari kondisi ini dan dampaknya
terhadap prognosis pada pasien kritis. SRMD biasanya terjadi di lambung,
esofagus,
atau
duodenum,
kadang-kadang
menyebabkan
perdarahan
gastrointestinal (GI). Penelitian sebelumnya melaporkan terjadinya perdarahan GI
pada 5 - 25% dari pasien kritis (Alshamsi dkk., 2016)
Pada tahun 1969, Skillman dan rekannya melaporkan adanya komplikasi
dari SRMD hingga menyebabkan kematian pada 7 dari 150 (5%) pasien ICU.
Pasien ini memiliki kesamaan kegagalan pernapasan, hipotensi, dan sepsis (Marik,
2010). Menurut Guillamondegui dkk. (2008) tingkat perdarahan pada saluran cerna
bagian atas pada pasien ICU cukup rendah, dan saat ini jarang terlihat sebagai
komplikasi dari penyakit kritis karena beberapa faktor potensial, termasuk rejimen
profilaksis yang ketat. Penggunaan agen profilaksis dapat menyebabkan setidaknya
penurunan secara signifikan sebesar 50% dalam perdarahan klinis.
Sebuah studi RCT telah menyelidiki kelas yang berbeda dari obat untuk
profilaksis SRMD. Baru-baru ini, sebuah studi meta-analisis dari 29 RCT
menunjukkan bahwa profilaksis dengan proton pump inhibitor (PPI) atau antagonis
histamin-2-reseptor (H2RAs) dikaitkan dengan risiko perdarahan yang lebih
rendah pada GI dibandingkan dengan plasebo atau tanpa profilaksis, namun
1
2
efektivitas relatif dari dua kelas agen masih belum jelas. PPI lebih kuat untuk
meningkatkan pH lambung dari H2RAs dan mempertahankan pH lambung antara
3,5 dan 5,0, serta dapat meminimalkan risiko cedera mukosa lambung. Dari empat
meta-analisis yang membandingkan PPI dan H2RAs, tiga menyatakan bahwa PPI
lebih unggul dari H2RAs dan satu tidak. Surviving Sepsis Campaign (SSC)
menyarankan menggunakan profilaksis stres ulcer pada pasien sakit kritis dengan
faktor risiko (misalnya, pasien ventilasi mekanik, dan pasien dengan koagulopati).
Termasuk rekomendasi yang bersifat lemah untuk menggunakan PPI daripada
H2RAs (Dellinger dkk, 2012). Saran ini sesuai dengan sebuah studi observasional
terbaru yang menunjukkan bahwa PPI adalah agen profilaksis yang paling umum
digunakan di ICU. Dalam hal dampak relatif dari PPI dan H2RAs, efek samping
juga menjadi perhatian. Secara khusus, studi observasional retrospektif baru-baru
ini lebih menyatakan bahwa penggunaan PPI pada pasien kritis berhubungan
dengan risiko yang lebih tinggi pada kejadian pneumonia dan infeksi Clostridium
difficile dibandingkan dengan H2RA (Alshamsi dkk., 2016). Menurut Brett. (2004),
agen ideal untuk profilaksis stres ulcer harus efektif dalam mengurangi risiko
ulserasi dengan potensi rendah untuk efek samping dan interaksi obat, serta harus
memiliki karakteristik farmakokinetik yang memfasilitasi penggunaannya pada
pasien dengan disfungsi organ dan dengan biaya yang lebih rendah, termasuk biaya
administrasi dan monitoring.
Pantoprazol dan omeprazol injeksi merupakan salah satu agen PPI yang saat
ini paling sering digunakan di rumah sakit, karena hanya kedua produk tersebut
yang sudah tersedia dalam sediaan iv dan memiliki produk generik, sehingga
3
harganya akan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat luas. Saat ini di
Indonesia belum ada studi yang membandingkan tentang efektivitas penggunaan
pantoprazol dan omeprazol, tetapi sebuah studi di Kroasia membandingkan
efektivitas penggunaan omeprazol dan pantoprazol pada pasien dengan reflux
aesofagitis. Studi single blind, membandingkan uji klinis secara acak efikasi antara
pantoprazol (PAN) 40 mg / hari dan omeprazol (OME) 20 mg / hari pada pasien
dengan kelas I dan II GERD (klasifikasi Savary-Miller). Sebanyak 120 pasien
dilibatkan (PAN = 60 dan OME = 60). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pantoprazol dan omeprazol ditoleransi dengan baik tanpa efek samping yang serius
terkait obat. Pantoprazol 40 mg / hari memiliki efektivitas terapi dan keamanan
yang sebanding dengan omeprazol 20 mg / hari dalam pengobatan jangka pendek
untuk refluks esofagitis (kelas I dan II) (Vcev dkk., 1999). Sebuah studi lain
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas antara penggunaan omeprazol
dan pantoprazol, tetapi pantoprazol dapat digunakan tanpa penyesuaian dosis pada
pasien dengan disfungsi organ dan memiliki potensi rendah untuk interaksi obat,
oleh karena itu diantara agen yang tersedia saat ini pantoprazol mungkin memiliki
keunggulan dalam profilaksis SRMD untuk kelompok pasien tertentu di ICU (Brett,
2004).
Menurut Udeh dkk. (2010) bahwa omeprazol merupakan agen PPI yang
penggunaan biayanya paling rendah dibandingkan agen PPI yang lain. Biaya
penggunaan omeprazol sebagai profilaksis SRMD adalah US$ 12.390,77 untuk
menghindari terjadinya perdarahan. Lanzoprazol merupakan agen dengan
efektivitas biaya kedua sejumlah US$ 13.043,78 dan pantoprazol membutuhkan
4
biaya US$ 18.966,44 untuk menghindari terjadinya perdarahan. Hasil penelitian di
atas belum tentu sama dengan di Indonesia, karena perbedaan genetik dan tempat
penelitian yang berbeda. Mengingat tingginya penggunaan PPI sebagai profilaksis
SRMD pada pasien di ICU. Sehingga peneliti ingin melihat, apakah ada perbedaan
efektivitas terapi dan biaya antara pantoprazol dan omeprazol sebagai profilaksis
SRMD.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.
Apakah efektivitas pengunaan pantoprazol lebih baik dibandingkan
omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di
Intensive Care Unit ?
2.
Apakah biaya pengunaan pantoprazol lebih besar dibandingkan dengan
omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di
Intensive Care Unit ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui apakah efektivitas penggunaan pantoprazol lebih baik
dibandingkan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal
Disease (SRMD) di Intensive Care Unit
2.
Untuk mengetahui apakah biaya penggunaan pantoprazol lebih besar
dibandingkan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal
Disease (SRMD) di Intensive Care Unit
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian penggunaan pantoprazol dan omeprazol sebagai profilaksis
Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di ICU ini belum pernah dilakukan RS
Bethesda Yogyakarta. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1.
Manfaat bagi rumah sakit
a.
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan jenis
PPI yang dapat dimasukkan dalam formularium Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta.
b.
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan
standart terapi penggunaan PPI untuk pofilaksis Stress Related Mucosal
Disease (SRMD) di ICU RS Bethesda Yogyakarta.
c.
Dapat sebagai masukan untuk Rumah Sakit dalam mengevaluasi biaya
anggaran belanja PPI di RS Bethesda Yogyakarta.
2.
Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan baru dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi
peneliti.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai kajian efektivitas dan biaya penggunaan omeprazol
dan pantoprazol untuk terapi profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD)
yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya
banyak membandingkan antara PPI ataupun PPI dengan H2RAs pada penanganan
reflux esophagitis, sedangkan penelitian ini tentang profilaksis pada SRMD. Agen
6
terapi yang digunakan pada penelitian sebelumnya banyak membandingkan antara
PPI dengan H2RAs, tetapi tidak ada yang membandingkan antara omeprazol dan
pantoprazol sebagai profilaksis pada SRMD. Selain perbedaan diatas, penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang lain adalah dalam hal waktu pengambilan data dan
tempat penelitian.
7
Tabel 1. Daftar penelitian sebelumnya terkait dengan penggunaan PPI sebagai SRMD
Nama
Peneliti,
Tahun
Vcev dkk,.
(Vcev
dkk., 1999)
Judul
Metode
Penelitian
Hasil
Perbedaan
Pantoprazole
versus
omeprazole
in
the
treatment
of
reflux
esophagitis
Prospective.
single blind,
randomized
clinical trial
Zheng.,
(Zheng,
2009a)
Comparative study of
omeprazole,
lansoprazole,
pantoprazole
and
esomeprazole
for
symptom relief in
patients
with
reflux
esophagitis
Cost-Effectiveness
Analysis: Stress Ulcer
Bleeding
Prophylaxis
with
Proton Pump Inhibitors,
H2RAs
Kajian Efektivitas dan
Biaya
Terapi
Penggunaan Omeprazol
dan Ranitidin Sebagai
Profilaksis Stress Ulcer
pada Bangsal ICU
Prospective,
randomized
control trial
Kedua obat ditoleransi dengan baik tanpa efek samping
terkait obat yang serius. Pantoprazol 40 mg / hari lebih
aman dan efektif dibanding dengan omeprazol 20 mg /
hari dalam pengobatan jangka pendek untuk refluks
esofagitis (kelas I dan II).
Rata-rata nilai heartburn pada pasien yang diobati
dengan esomeprazol lebih cepat menurun dibandingkan
mereka yang menerima PPI lainnya. resolusi lengkap
heartburn juga lebih cepat pada pasien yang diobati
dengan esomeprazol selama 5 hari dibandingkan dengan
omeprazol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
empat kelompok di tingkat penyembuhan endoskopi
refluks esofagitis pada minggu ke 8.
PPI profilaksis adalah strategi profilaksis yang paling
efisien pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya Stress
Ulcer Bleding ( SUB) bila dibandingkan dengan
menggunakan H2RAs.
Penelitian ini untuk pasien dengan
GERD grade 1 dan 2. Sedangkan yang
akan diteliti adalah profilaksis untuk
Stress Related Mucosal Disease
(SRMD)
Penelitian ini dilakukan pada pasien
dengan erosive reflux esophagitis,
Sedangkan yang akan diteliti adalah
profilaksis untuk Stress Related
Mucosal Disease (SRMD)
Omeprazol lebih efektif tetapi lebih mahal jika
dibandingkan dengan ranitidin sebagai terapi profilaksis
stress ulcer
Penelitian
ini
membandingkan
efektivitas dan biaya antara omeprazol
dan ranitidin. Sedangkan sedangkan
yang akan diteliti membandingkan
efektivitas dan biaya antara omeprazpl
dan pantoprazol
Barkun
dkk.,
(Barkun
dkk., 2013)
Dewi
(Dewi,
2016)
randomized
trials
Retrospektif
Pada penelitian ini tidak menyebutkan
secara spesifik PPI yang digunakan.
Sedangkan yang akan diteliti lebih
spesifik
membandingkan
antara
omeprazol dan pantoprazol.
8
Lanjutan Tabel 1
Nama
Peneliti,
Tahun
Octavia
(Octavia,
2016)
Judul
Metode
Penelitian
Hasil
Perbedaan
Kajian Efektivitas dan
Biaya
Terapi
Penggunaan Lanzoprazol
dan Pantoprazol Sebagai
Profilaksis Stress Ulcer
pada Bangsal ICU
Retrospektif
Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara lanzoprazol
dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcer. Biaya
untuk profilaksis stress ulcer lebh rendah pada
penggunaan pantoprazol dibandingkan lanzoprazol.
Penelitian
ini
membandingkan
efektivitas
dan
biaya
antara
Lanzoprazol
dan
Pantoprazol.
Sedangkan peneliti membandingkan
efektivitas dan biaya antara omeprazol
dan pantoprazol. Selain itu peneliti
menggunakan produk generik pada
kedua obat, sedangkan studi diatas
menggunakan produk branded pada
lanzoprazol dan produk generik pada
pantoprazol
Download