BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang paling sering dikeluhkan masyarakat adalah karies. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi terjadinya karies mencapai 90,05% (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, didapatkan indeks DMF-T (Decay, Missing, FilledTeeth) sebesar 4,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata setiap orang di Indonesia mempunyai 5 gigi yang mengalami kerusakan gigi akibat karies (Depkes RI, 2013). Tingginya angka tersebut menjadi bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut penduduk indonesia. Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksius mikrobiologis yang menyebabkan disolusi dan kerusakan jaringan terkalsifikasi pada gigi (Roberson, 2006). Karies disebabkan oleh adanya interaksi beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu mikroorganisme (agent), gigi (host), substrat (environment) dan periode waktu. Mikroorganisme merupakan faktor penting dalam menginisiasi terjadinya karies. Salah satu mikroorganisme yang berperan penting dalam terjadinya karies adalah S. mutans (Chandra dkk., 2007). Bakteri S. mutans merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi pada manusia (Nakano dkk., 2007). Streptococcus mutans memiliki beberapa faktor virulensi penyebab terjadinya karies yaitu, kemampuan menghasilkan asam (asidogenik), kemampuan hidup dalam ligkungan asam (asidurik), dan kemampuan untuk melekat pada permukaan (adhesi) (Kuramitsu, 2007). 1 2 Kemampuan bakteri S. mutans untuk melekat pada permukaan gigi merupakan faktor yang sangat penting dalam terjadinya proses karies. Proses perlekatan bakteri S. mutans pada permukaan gigi diawali oleh adanya suatu interaksi non spesifik yaitu hidrofobisitas (Elimelech dkk., 1995). Hidrofobisitas bakteri merupakan kecenderungan sel bakteri untuk menjauhkan diri dari molekul air menuju molekul yang tidak larut air sehingga terjadi perlekatan antara bakteri dengan molekul yang tidak larut air (Ohshima, 2012). Adhesi non spesifik diperlukan bakteri untuk dapat membentuk adhesi spesifik pada permukaan gigi (Busscher dan Van Der Mei, 1997). Adhesi spesifik bakteri merupakan perlekatan yang bersifat ireversible antara komponen permukaan pada bakteri dan reseptor pada permukaan sel host (Todar, 2008). Perlekatan bakteri S. mutans pada permukaan gigi dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu secara sucrose independent dan sucrose dependent. Secara sucrose independent, bakteri S. mutans melekat pada acquired pellicle melalui adhesin berupa Antigen I/II dan secara sucrose dependent disebabkan oleh adanya kerja enzim glucosyltransferase (GTF) yang mengubah disakarida menjadi glukan yang tidak larut air (Hackenbeck dan Chhatwal, 2007). Perlekatan yang terjadi secara sucrose dependent juga dipengaruhi oleh adanya reseptor pada permukaan glukan yang disebut glucanbinding protein (GBP) (KrzyĆciak dkk., 2014). Reseptor tersebut membantu bakteri S. mutans untuk berikatan dengan glukan (Banas dan Vickerman, 2003). Sejak zaman dahulu, bahan-bahan alam telah dimanfaatkan masyarakat di Indonesia untuk membantu menjaga kesehatan. Masih banyak potensi bahanbahan alam tersebut yang belum dieksplorasi lebih lanjut dan belum diteliti secara 3 ilmiah. Daun jambu biji atau nama latin Psidium guajava L. telah dimanfaatkan sebagai salah satu bahan obat tradisional. Daun jambu biji mengandung tanin, flavonoid, karotenoid, terpenoid, seskuiterpen, dan triterpen (Lim, 2012). Efek antiadhesi daun jambu biji diperankan oleh adanya morin-3-O-α-L- arabopyranoside, morin-3-O-α-L-lyxopiranoside, serta guaijaverin dan quercetin (Arima dan Danno, 2002). Guaijaverin dalam daun jambu biji dapat menghambat perlekatan bakteri dengan berikatan pada protein permukaan sel bakteri S. mutans sehingga akan mengurangi sifat hidrofobisitas sel. Quercetin yang terkandung dalam daun jambu biji memiliki mekanisme penghambatan perlekatan dengan cara menghambat aktivasi dari enzim GTF sehingga pembentukan glukan sebagai media perlekatan bakteri pada permukaan gigi tidak terbentuk (Iio dkk., 1984). Efek daun jambu biji terhadap bakteri S. mutans sudah banyak diteliti, antara lain oleh Prabu dkk. (2006). Hasil penelitian membuktikan bahwa quercetin 3-O-α-L-arabopyranoside (guaijaverin) dalam ekstrak methanol P.guajava mampu menghambat pertumbuhan S. mutans MTCC 1943 dan CLSM 001. Hasil penelitian Kraivaphan dkk. (1992) menunjukkan bahwa ekstrak methanol daun P. guajava memiliki sifat bakteriostatik terhadap S. mutans KPSK2 dan GS-5. Limsong dkk. (2004) menyatakan bahwa efek ekstrak daun P.guajava mampu menghambat perlekatan bakteri S. mutans ATCC 25175 dan TPF 1. Jebashree dkk. (2011) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa ekstrak P.guajava memiliki minimal inhibitory concentration (MIC) 0,076 mg/ml terhadap bakteri S. mutans. 4 Pemilihan metode ekstrak untuk mendapatkan khasiat suatu bahan tanaman obat sudah banyak digunakan. Pengolahan tanaman sebagai obat dengan metode ekstraksi harus melalui banyak prosedur dan menggunakan alat-alat yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum. Prosedur yang panjang dan penggunaan alat-alat yang tidak dimiliki masyarakat, membuat tidak semua masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan khasiat dari daun jambu biji. Dalam penelitian ini, bahan yang diuji adalah rebusan daun jambu biji. Perebusan jauh lebih mudah untuk dilakukan oleh masyarakat umum karena dapat dibuat sendiri dengan mudah dan menggunakan peralatan rumah tangga yang terdapat di rumah. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan agar masyarakat lebih mudah menjangkau dan memanfaatkan tanaman tradisional, khususnya daun jambu biji. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana efek rebusan daun jambu biji terhadap kemampuan adhesi bakteri S. mutans. C. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu mengenai efek daun jambu biji terhadap bakteri S. mutans telah dilakukan oleh Limsong dkk. (2004). Hasil Penelitian tersebut membuktikan bahwa ekstrak daun P. guajava mampu menghambat perlekatan bakteri S. mutans ATCC 25175 dan TPF 1. Prabu dkk., (2006) menyebutkan bahwa quercetin 3-O-α-L-arabopyranoside (guaijaverin) dalam ekstrak methanol P. guajava mampu menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik S. mutans MTCC 1943 dan CLSM 001. Razak dan Rahim (2003) menyatakan bahwa 5 ekstrak P.guajava memiliki efek bakteriostatik pada bakteri plak gigi. Sejauh peneliti ketahui, belum ada penelitian mengenai efek rebusan daun jambu biji terhadap kemampuan adhesi S. mutans. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek rebusan daun jambu biji terhadap kemampuan adhesi bakteri S. mutans. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian adalah : 1. Mengetahui efek rebusan daun jambu biji terhadap kemampuan adhesi bakteri S. mutans. 2. Hasil kajian dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian serta eksplorasi lebih lanjut terhadap pemanfaatan kandungan daun jambu biji dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. 3. Hasil kajian dapat dikembangkan sebagai obat herbal alternatif untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan sediaan yang dapat dibuat sendiri secara mudah dan sederhana oleh masyarakat.