BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pengelolaan Organisasi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakikat Pengelolaan Organisasi Remaja Masjid
a.
Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Manullang, (1996: 1) mendefinisikan manajemen sebagai fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan bersama.
Mengacu pada pengertian pengelolaan yang dikemukakan tersebut maka
pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses yang terlibat dalam bentuk
kompetensi
yang
dimiliki
seseorang
dalam
membuat
perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi atas kegiatan yang
dilakukan melalui kerja sama kooperatif dengan memperhatikan secara seksama
prinsip-prinsip efisiensi, sehingga terlaksana kegiatan yang baik.
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasi atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah “managing” sedang pelaksanaannya disebut manager atau
pengelola (Terry dan Leslie, 2003)
Mengelola Remaja Masjid pada saat ini memerlukan ilmu dan
keterampilan manajeman. Berbagai metode menajemen modern yang ada saat ini
merupa kan alat bantu yang perlu dipergunakan oleh pengurus Remaja Masjid.
8
Pengurus Remaja Masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan melihat
perkembangan zaman. Tak ada alasan untuk mengelak. Sebab, bukan saatnya lagi
pengurus Remaja Masjid mengandalkan sistem pengelolaan tradisional, yang
tanpa
kejelasan
perencanaan,
tanpa
pembagian
tugas,
tanpa
laporan
pertanggunganjawaban, dan sebagainya. Dengan sistem pengelolalan yang
tradisional, Remaja Masjid tak mungkin berkembang. Bukannya maju, mereka
malah akan tercecer dan makin lama makin jauh tertinggal bahkan tergilas oleh
perputaran zaman. Kegiatannya akan sulit mendapat dukungan dan simpati
masyarakat sekitar. Di sinilah pentingnya mempelajari ilmu manajemen modern,
atau sekurang-kurangnya menerapkan manajemen praktis dalam mengelola
Remaja Masjid.
b. Fungsi Pengelolaan
Terry (2003:15) membagi fungsi manajemen sebagai berikut:
a) Perencanaan
Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan
dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar
tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Perencanaan efektif haruslah didasarkan atas
fakta-fakta dan informasi tidak atas emosi dan keinginan. Membalikkan urutanurutan ini berarti, bahwa kegiatan dikacaubalaukan dengan hasil.
Perencanaan merupakan kegiatan awal
yang sangat menentukan
pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan
perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan
dihadapi pada masa akan datang, akibat adanya ketidaksiapan. Oleh karena itu
kegiatan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Mengadakan survey terhadap lingkungan
2) Menentukan sasaran
3) Meramalkan kondisi-kondisi dimasa yang akan datang
4) Menentukan sumber-sumber yang diperlukan
5) Memperbaiki dan menyelesaikan rencana karena adanya perubahanperubahan kondisi.
Terry (2003:17) berpandangan bahwa perencanaan pada dasarnya
merupakan langkah untuk menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang gariskan. Kegiatan perencanaan mencakup
kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif
keputusan. Rencana merupakan serangkaian keputusan sebagai pedoman
pelaksana kegiatan dimasa akan datang. Dalam formulasi yang hampir sama
Siagian (1997:108) mendefinisikan perencanaan adalah keseluruhan proses
pemikiran dan penentutan secara matang dari pada hal-hal yang akan di kerjakan
dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan pendapat di atas, perencanaan pada dasarnya merupakan
kegiatan yang dilakukan sebagai langkah awal dalam mencari dan menemukan
format percapaian tujuan yang paling ideal. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perlu dilakukan langkah strategis yang terarah pada pencapain tujuan.
Manullang (1996:18) berpendapat bahwa perumusan rencana pada
dasarnya bermaksud menjawab enam pertanyaan berikut: (1) tindakan apa yang
harus dikerjakan, (2) apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan, (3)
dimanakah tindakan itu harus dilakukan, (4) kapankah tindakan itu dilaksanakan,
(5) siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu, (6) bagaimanakah caranya
melaksanakan tindakan itu.
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai
keputusan yang pada masa yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Gaffer, 1987) dalam Syaiful, 2009:47).
Oleh karena itu perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan
sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan
dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak
dari keadaan masa kini kesuatu keadan dimasa yang akan datang sebagai suatu
proses yang menggambarkan kerja sama untuk mengembangkan upaya
peningkatan organisasi secara menyeluruh.
Pendapat diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan perencanaan perlu
memperhatikan tingkat ketersediaan sumber daya serta peluang yang ada dalam
mengimplementasikan pekerjaan. Termasuk pada bagian ini turut direncanakan
siapa yang menjadi pengelola, kapan harus dikelola, serta bagaiman strategi yang
harus dilakukan untuk melaksanakan setiap rencana yang telah dilakukan. Dengan
demikian maka perencanaan sesungguhnya merupakan langkah strategis untuk
menetukan arah dan kebijakan tentang yang akan dilakukan sehingga tujuan dapat
dicapai.
b) Pengorganisasian
Kegiatan pengorganisasian merupakan lanjutan dari kegiatan perencanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengorganisasian dilakukan untuk
menyusun dan merancang yang direncanakan dapat berjalan dengan baik
pengorganisasian terfokus pada kegiatan pengidentifikasian pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilaksanakan melalui penentuan sumber daya organisasi dengan cara
membagi
pekerjaan
dalam
tugas-tugas
dalam
jabatan-jabatan.
Hal
ini
dimaksudkan agar pekerjaan dilaksanakan secara utuh mencapai target yang
diharapkan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-ugas ini
demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugastugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi kegiatan
pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa akan melaksanakan tugas sesuai
prinsip pengorganisasian (Syaiful, 2009:47).
Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya sebuah tugas dalam
berbagai unsur organisasi secara propesional, dengan kata lain pengorganisasian
yang efektif adalah membagi dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub
atau
komponen-komponen
organisasi
pengorganisasian
diartikan
sebagai
keseluruhan proses untuk memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan
prasarana untuk menunjang juga dimaksudkan mengatur mekanisme kerja
organisasi, sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin pencapaian yang
ditentukan.
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.
Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah
pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari
aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya ke arah itu.
Seperti : Leadership ( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat).
Actuating disebut juga “gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang
manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsurunsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,
sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan lansung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini,
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak
lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan
melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap masyarakat dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung
jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa masyarakat akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika
merasa yakin akan mampu mengerjakan.
Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut (1)
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan. (2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan. (3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan. (4) memotivasi agar semua
pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran
dan produktifitas yang tinggi.
d) Penggerakan
Fungsi penggerakan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang
ditetapkan dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian. Terry (2003:17).
Kegiatan penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawaipegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi
kompensasi kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa kegiatan penggerakan
dilakukan untuk mensuport agar setiap personil organisasi bersedia melakukan
aktifitas melalui motivasi serta mediasi pimpinan organisasi.
Menggerakkan (actuating) menurut Terry (1997:9) berarti merangsang
anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan
kemauan yang baik. Tugas menggerakkan tugas-tugas dengan antusias dan
kemaun yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena
itu kepemimpinan organisasi mempunyai peran yang sangat penting menggerakan
personel melaksanakan program kerja.
Koordinasi (coordination): penerapan system formal untuk mencapai
kordinasi lebih besar kepemimpinan terrass sabagai pengaman. Sistem organisasi
umumnya tidak efektif karena muncul krisisbirokrasi, dan umunya krisi itu akan
terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit untuk dikelola solusinya
adalah kaloborasi.
Sedangkan Oteng Sutisna (1983:199) merumuskan organisasi adalah
mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dan sumbersimber lain kearah terapainya maksud yang telah ditetapkan. Sementara itu,
Purwarto (1984:29) mengemukakan koordinasi adalah aktivitas membawa
hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan dalam
hubungan yang harmonis dan produktif.
e) Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses dasar, serupa saja dimanapun ia terdapat
dan apapun yang diawasi. Pengawasan ialah cara untuk hubungan-hubungan
manusia yang baik. Fungsi pengawasan ialah cara untuk menentukan apakah
diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dank arena itu ia haruslah merupakan
bagian integral dari sitem manajemen.
Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan,
membina dan penelusuran sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas.
Melalui pengawasan yang efektif, ada organisasi, implementasi rencana,
kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan baik.
Pengawasan ialah fungsi administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan
sesuai dengan yang dikehendaki. Mengawasi ialah proses dengan mana
administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya
terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan Hadari
Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasan dalam administrasi berarti
kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi
penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Kemudian
Jhonson (1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai fungsi
sitem
melakukan
penyesuaian
terhadap
rencana.
Mengusahakan
agar
penyimpangan-penyimpangan tujuan sitem hanya dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi. Aritnya pengawasan adalah sebagai kendala pedoman petugas, proses
dan output sesuai dengan rencan, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan
agar tidak lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta, 1988:169 dalam Syaiful
Sagala, 2009).
Semua fungsi yang telah dijelaskan diatas tidak akan efektif tanpa fungsi
pengawasan. Manulang (1996:20) mengartikan pengawasan sebagai salah satu
fungsi manajemen berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan dapat
diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah
digariskan semula. Dengan pengawasan yang intensif maka cenderung akan
memberikan hasil yang optimal dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya
pengawasan pada setiap pekerjaan perlu dilakukan secara efektif untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai yang
telah ditentukan. Organisasi bukanlah tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan.
Sebagai bagian administrasi, organisasi adalah merupakan wadah dimana kegiatan
manajemen dijalankan. Karena itu tujuan dari organisasi adalah juga merupakan
tujuan manajemen.
Dalam usaha mencapai tujuan Remaja Masjid, manajemen memiliki peran
agar proses pencapaian tujuan tersebut dapat berlangsung secara efektif (berdaya
guna) dan efisien (berhasil guna). Dengan menerapkan prinsip-prinsip
management seperti planning, organizing, actuating, controlling dan lain
sebagainya tujuan organisasi dapat di upayakan untuk dicapai dengan lebih baik.
Management memberi efektivitas dan efisiensi kerja yang lebih baik bagi
Pengelola Remaja Masjid dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam mencapai
tujuan tersebut, management memanfaatkan sumber daya yang tersedia atau
berpontensi. Adapun sumber daya management (management resources) Remaja
Masjid antara: Akhalak (morale), orang (man), mesin (machine) material
(material), metoe (method), uang (money), waktu (time), sasaran da’wah (market)
dan lain sebagainya.
Organisasi Remaja Masjid telah lama hadir di tengah-tengah umat Islam,
namun masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Kelemahan disebabkan
antara lain oleh minimnya pengetahuan organisasi dan management para
aktifitasnya. Padahal dengan pemahaman yang memadai, Insya Allah, akan
menghasilkan penelolaan yang baik.
Ilmu organisasi dan manajemen yang berkembang selama ini banyak
dihasilkan oleh para sarjana non-muslim. Hal ini tentu saja mempengaruhi nilainilai yang ada didalamnya. Namun tidak ada salahnya bila kita mau mengadopsi
pengetahuan tersebut asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Yang lebih
penting lagi adalah bagaimana mengembangkan menjadi ilmu organisasi dan
manajemen yang islami.
Supriyanto (dalam Republika: 2005:2) mengemukakan bahwa, keberadaan
remaja masjid sangat penting. Ada beberapa alasan yang dikemukakannya. Masa
remaja adatlah fase pembentukan yang efektif dan efisien. Remaja masjid dapat
memacu solidaritas masyarakat untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Remaja masjid, merupakan entry point yang tepat untuk perkembangan dakwah.
Dalam konteks yang bersamaan "Remaja masjid kantong pembinaan generasi
muda yang berpengaruh positif terhadap akselerasi kebangkitan Islam,"
Pandangan di atas menunjukkan bahwa keberadaan remaja masjid sangat
diharapkan
keberadaanya
untuk
meningkatkan
serta
memakmurkan
perkembangan masjid serta kemakmuran ummat Islam
Jika dicermati bahwa sebagai suatu organisasi, maka remamuda biasanya
tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari remaja di lingkungan masjid yang ada
pada setaip desa maupun kelurahan untuk menyalurkan aspirasi remaja dalam
kegiatan
pembangunan.
Sebagai
suatu
organisasi
di
masyarakat
yang
beranggotakan pemuda Islam, remamuda bukanlah berdiri dengan begitu saja,
organisasi ini berdiri dasar Instruksi Bimas Islam Dan Urusan Haji nomor
D/Int/l88/1978.
Intruksi tersebut keluar berdasarkan penimbangan-pertimbangan sebagai l)
bahwa Masjid sebagai pusat peribadatan bagi Umat Islam mempunyai peran aktif
dalam rangka manusia lndonesia seutuhnya yang sejahtera lahir dan bathin 2)
bahwa untuk menumbuhkan dan membimbing para remaja Islam sesuai dengan
ajaran
agama
dan
tujuan
pembangunan
perlu
adanya
wadah
untuk
mengembangkan kreatifitas dalam mengisi gerak pembangunan.
Inilah yang menjadi dasar pertimbangan berdirinya remamuda di masjidmasjid di desa/kelurahan. Bagi masjid yang sudah mempunyai organisasi sesuai
insruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/lnt/l978. Khusus remaja
sebelum keluarnya lnstruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan haji ini, tidak perlu di
bubarkan, hanya di sesuaikan dengan pedoman-pedoman yang terdapat pada
Instruksi tersebut.
Secara organisatoris remamuda adalah seksi remaja dalam struktur
kepengurusan masjid setempat yang bersifat otonom. Karena itu organisasi
Remamuda besifat lokal pada masing-masing masjid di desa, tidak mempunyai
jaringan secara vertikal ke atas maupun ke bawah Dirjen Bimas Islam (1998:32)
bahwa remamuda adalah "perkumpulan remaja Islam yang cinta masjid dan sadar
akan dirinya untuk ikut serta membangun desa dalam arti kata yang seluasluasnya.
Mengacu pada pengertian remamuda yang dikemukakan di atas, jelas
bahwa yang tergabung dalam organisasi remamuda yaitu para remaja Islam yang
kepedulian terbadap Islam serta memiliki kepedulian untuk membangun desa
kegiatan kegiatan Islami. Oleh karenanya setiap remaja yang tergabung dalam
organisasi ini harus kredibel dan menyadari tentang eksistensi organisasi yang
perlu ditumbuhkembangkan dalam usaha membangun desa.
c.
Pengertian Remaja
Remaja merupakan peralihan masa anak-anak menuju dewasa, umur
mereka berkisar 13-24 tahun, yang popular disebut generasi muda. Masa transisi,
dimana remaja dalam proses persiapan dan membina diri sambil masih
memperoleh dukungan penjagaan dan petunjuk dari keluarga dan lingkungan
masyarakat, menuju kedewasan dan mandiri yang penuh tanggung jawab dengan
ditandai oleh berbagai macam gejolak menimbulkan ketidak seimbangan pikiran
dan perasaan. Tentu ada yang mampu dan pula yang terjerumus dalam
kemungkinan-kemungkinan yang dia tidak mampu mengontrolnya. Gerakan ini
semacam ini disebut gerakan mencari identitas diri.
Menurut kesepakatan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 1974,
WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih konseptual. Dalam konsep
tersebut dikemukakan 3 kriteria, yaitu, biologic, psikologik, dan sosial ekonomi,
sehingga secara bertahap berbunyi:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangannya.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang kepada
keadaan relative lebih mandiri.
(http://www.google.com/web/search/remaja)
Remaja mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
Tranformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinakan mereka
tidak hanya mampu mengintergrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi
juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode
perkembangan. Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka udah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk dalam golongan orang dewasa. Oleh karena itu remaja sering
kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”.
Remaja merupakan golongan manusia muda. Golongan manusia muda ini
berada dalam masa anak-anak dengan masa dewasa yakni sekitar umur 13 sampai
dengan 21 tahun. Yang paling dipahami bagi remaja adalah bahwa manusia muda
yang berada dalam masa ini yang paling banyak mengalami perubahan yang
membawanya pindah dari masa anak-anak menuju dewasa. Perubahan-perubahan
yang terjadi itu meliputi segala kehidupan manusia baik jasmani, rohani,
intelegensi perasaan maupun moral. Karena kondisi tersebut maka perhatian
terhadap remaja adalah suatu aspek yang sangat penting, sehingga dalam
penyesuaian diri tersebut berada dalam keseimbangan. Oleh karena itu maka
pembinaan remaja merupakan fokus perhatian baik aspek jasmani, rohani dan
sosial. (http://www.google.com/web/search/remaja)
Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk
mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagaian dan peraturan kerja.
Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan
secara efektif dan efisien. Dari definisi tersebut dapat diambi; l pengertian, bahwa
Remaja Masjid adalah merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang remaja muslim atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid utnuk
mencapai tujuan bersama.
Sebagai wadah aktivitas kerja sama remaja muslim, maka Remaja Masjid
perlu merekrut mereka sebagai anggota. Dipilih remaja muslim yang berusia
antara 15 sampai 25 tahun. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan tingkat
pemikiran dan kedewasaan mereka. Usia dibawah 15 tahun adalah terlalu muda.
Sedang usia di atas 25 tahun, sepertinya sudah kurang layak lagi untuk disebut
remaja. Namun,pendapat ini tidak cukup menutup kemungkinan adanya gagasan
yang berbeda. (http://www.google.com/web/search/remaja)
Tingkat usia perlu dipertimbangkan dengan baik, karena berkaitan dengan
pembinaan mereka. Anggota yang memiliki tingkat usia, pemikiran dan latar
belakang yang relatif homogen lebih mudah dibina bila dibandingkan dengan
yang heterogen. Disamping itu dengan usia yang sebaya, mereka akan lebih muda
untuk
bekerjasama
dalam
melaksanakan
program-program
yang
telah
direncanakan, sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan.
Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, di mana lingkungan
sangat berperan. menurut Siswanto (2005:44) bahwa terdapat empat faktor
lingkungan yang memberi kontribusi dalam perkembangan remaja:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja, Kasih saying
orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan
mereka. Demikian cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya
orang tua akan sangat memberi bekas yang luar biasa Dalam keluarga yang
bahagia serta memiliki tauladan keislaman berakhlak mulia sopan santun dan taat
ajaran agamanya. Sebaliknya dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan
orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja
akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang.
Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik
dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhankeluhannya Dalam masalah ini diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas,
namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sopan kepada orang tua guru
dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk
akal (logis), maupun menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk.
Melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua
itu tidak lain karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang
lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah rumah kedua tempat remaja memperoleh pendidikan
formal, dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remja belajar dan
berlatih meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah
perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangannya. Tidak hanya
sekadar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kriitis atas
pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarannya
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab
guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu dipertukan guru yang arif
bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktif dan maju
memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan.
Dalam konteks ini guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian
besar remaja Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja.
Dalam pandangan remaja guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja
percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai
kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara
keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semuta orang tua kecuali orang tua
mereka berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka."
3. Lingkungan Teman Pergaulan
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik
itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan
pengaruh kelompok sebaya, Daradjat (dalam Siswanto, 2005:45) menyatakan;
kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian
diri remaja dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula
terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah karena remaja pada umur
ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang
tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang
telah diperolehnya selama kanak-kanaknya."
Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja
harus diarahkan dan dibina. Keberadaan wadah-wadah pembinaan remaja
misalnya; Remaja Masjid, semakin mendesak untuk dihadirkan. Remaja Masjid
diharapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remajaremaja Muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan
kreativitas dan kepribadiannya dalam suasana-suasana Islam. Mereka secara
langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk mendakwahkan Islam,
sehingga menjadi generasi-generasi muda muslim yang siap menerima amanah
dalam mensyiarkan Islam.
4. Lingkungan Dunia Luar.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga sekolah dan teman
pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global.
Lingkungan dunia luar remaja baik secara langsung maupun tidak langsung, baik
itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar
semakin disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi
maupun globalisasi.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga kita junpai
remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan
terhadap figur-figur tertentu dan menemukan tokoh-tokoh idola yang digandrungi,
seperti tokoh, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi dan lain sebagainya
Merupakan salah satu bentuk pencarian itu. Dalam beberapa kejadian dapat kita
temukan dari upaya peryataan identitas kelompok (gang) dengan menonjolkan
penggunaan narkotika, minuman keras, kebut-kebutan, perkelahian pelajar, free
seks.
Dalam menemukan identitas diri, remaja banyak mendapat informasi baik
dari media cetak, dengar maupun audio visual, seperti; koran, majalah, radio,
televisi, bioskop, VCD, DVD, dan lnternet. Berkaitan dengan televisi, sampai saat
ini televise masih dituduh sebagai salah satu penyebab perilaku menyimpang
remaja. Hal ini dikarenakan banyak tayangan televisi yang mendorong perilaku
menyimpang remaja, khususnya TV swasta, banyak yaang tidak lagi
mengindahkanm oral dan etika religius.
d.
Pengertian Masjid
Masjid merupakan salah sesuatu institusi keagamaan tersebar dalam
komunitas muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Kehadiran masjid dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya menjadi
identitas bagi keberadaan komunitas muslim di lingkungan tersebut. Semangat
masyarakat muslim untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun
ditengah krisis ekonomi untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun
ditengah krisis ekonomi serta himpatan akibat naiknya BBM yang berpengaruh
pada kenaikan biaya masyarakat.
Istilah berasal dari bahasa Arab, di ambil dari kata “Sejada, yasjuda,
sajdan”. Kata “Sajada” artinya bersujud, patuh, taat, serta duduk dengan penuh
hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukan suatu tempat kata “Sajada” diubah
menjadi masjidun (isim makan) artinya tempat sujud menyembah Allah SWT.
Dengan demikian etimologi arti masjid adalah sebagai suatu tempat (bangunan)
yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat sholat bersujud menyembah Allah
SWT (Ayub, 1997:9).
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali delapan kali di
dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajadasujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki kebumi, yang kemudian
dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata yang paling
nyata dari makna-makna di atas, itulah sebabnya mengapa bangunan yang
dikhuskan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya “tempat
bersujud” (Ayub, 1997:9).
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekedar tempat sujud
dan sarana penyucian. Disini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan
tempat shalat, atau bahkan bertayamun sebagai cara bercuci pengganti wudu tetapi
kata masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang
mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT.
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat
kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan
mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran surat Al-Jin
72: 18, menegaskan yang artinya “Sesungguhnya majid-masjid itu adalah milik
Allah, karena janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun”
Secara
terminologis,
makna
masjid
sebagaimana
dipahami
dan
dicontohkan oleh Rasullah SAW jauh lebih luas daripada sekedar tempat
sujud/sholat saja, yaitu masjid menjadi pusat kegiatan dan pembinaan umat. Ada
dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh Rasullah SAW.
Pertama. Pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah sholat,
zikir, membaca Al-Quran dan lain-lain. Kedua, adalah fungsi kemasyarakatan,
seperti menjalin hubungan silaturahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian,
pembinaan kreatifitas remaja, pendidikan, olahraga dan lain-lain (1993:8).
Dari perkembangan kedua aspek itu, kemudian fungsi masjid berkembang
menjadi pusat peradaban Islam. Dari masjid lahir gagasan-gagasan yang
cemerlang, baik bagi pembinaan individual, keluarga dan pembinaan kehidupan
sosial kemasyarakatan. Dari masjid lahir pula berbagai konsep dan strategi
dakwah Islam, pengembangan kesehjateraan, sampai konsep dan strategi perang.
Dengan demikian masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan
strategis, terutama dalam kerangka pembinaan umat.
Dalam sejarah Islam masjid memainkan peranan penting dalam pembinaan
umat Islam. Masjid yang didirikan selalu dilengkapi dengan perpustakaan dan
disediakan pula guru-guru yang siap mengajarkan pengetahuan diberbagai bidang.
Masjid disamping sebagai pusat kegiatan ibadah juga tempat memberikan
pelajaran agama dan pengetahuan kemasyarkatan. Bahkan pada masa permulaan
islam, masjid berfungsi sebagai balai pertemuan, antara lain untuk tempat
peradilan, berkumpul dalam mengatur strategi dan tempat menerima duta-duta
dari luar negeri. (http://immasjid.com/cetak.php?id=523).
Secara historis pembangunan masjid dilakukan pertama kali oleh Rasullah
yaitu ketika beliau hizrah ke Madina. Membangun masjid kecil yang berlantaikan
tanah, dan beratapan pelepah kurma, dari sanalah kemudian beliau membangun
masjid yang besar sebagai tempat lahirnya benih peradaban baru umat manusia.
Masjid Quba dan Masjid Nabawi yang telah didirikan oleh Rasullah yang pada
hakekatnya dibangun atas dasar ketakwaan. Oleh karena itu fungsi utamanya yaitu
dalam hal ketakwaan sering dengan perkembangan zaman masjid kemudian
dijadikan snetral pembinaan umat.
Dalam masa pembangunan seperti ini seluruh masyarakat diharapkan
dapat berperan serta secara aktif di dalamnya. Pembangunan masyarakat
Indonesia berarti pula pembangunan umat Islam. Salah satu sector pembangunan
yang sedang dilaksanakan adalah pembangunan mental spiritual, masjid sebagai
tempat yang terbuka untuk masyarakt dapat memainkan peranan penting dalam
rangka pembinaan umat. Bahkan saja merupakan tempat ibadah, tetapi dapat
ditingkatkan menjadi pusat masyarakat Islam, baik dalam belajar mengajar
maupun berkomunikasi.
Disamping fungisnya yang pokok sebagai tempat ibadah. Untuk dapat
menjalankan fungsi tersebut diatas, masjid perlu dimakmurkan dan masjid harus
dapat menarik minat masyarakat untuk memakmurkannya. Dalam hubungan ini
kepengurusan masjid harus mantap dan sarana yang dimiliki harus tepat,
menyenangkan dan menarik semua umat bak dewasa, anak-anak, tua, muda, pria
wanita yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya maupun miskin.
Apabila masjid berfungsi tidak hanya sebagai tempat melaksanakan
ibadah, maka orang yang datang di masjid tidak hanya terbatas pada orang-orang
yang bermaksud melaksanakan ibadah saja. Selain mereka yang datang pada saatsaat melaksanakan ibadah, maka ramai pula dengan mereka yang mengunjungi
masjid untuk keperluan belajar mengajar. Dengan demikian akan ramailah masjid.
Sejauh mana tingkat kemakmuran masjid itu, akan banyak tergantung dari
besarnya daya tarik dan manfaat yang dapat diambil oleh masyarakat.
Kerusakan mental dan spiritual masyarakat, khusunya pemuda generasi
penerus bangsa, sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya
kasus penyalahgunaan narkoba, seks bebas yang berujung pada aborsi, serta
penyebaran HIV AIDS yang sangat merak di usai remaja/pemuda. Belum lagi
sikap mental malas, inferior dari bangsa lain tidak mau bekerja keras ingin serba
instant dan hal-hal lain yang menyebabkan bangsa akan menjadi bangsa yang
punah dimuka bumi ini. (http://www.google.com/web/search/remaja)
Berdasrkan hal tersebut di atas maka Pemuda menjadi kunci dalam
kehidupan bangsa ini. Selain itu, melihat komposisi jumlah penduduk Indonesia,
maka komposisi pemuda merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia,
yaitu sebesar 37% dari total penduduk Indonesia yang 220 juta.
Masjid sebagai sentral pengembangan dan pemberdayaan mengambil satu
peran penting yaitu mengembangkan sayap dakwah dengan target pemuda dan
remaja. Remaja masjid merupakan salah satu dari beberapa stake holder dari
sebuah organisasi masjid. Pengurus masjid, disadari atau tidak, ternyata
membutuhkan peran remaja masjid dalam setiap langkah dan gerak aktivitasnya.
Remaja masjid mampu memberikan sentuhan yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya yang tengah dalam proses pencarian jati diri, cenderung labil dan
memiliki semangat meluap ingin menonjolkan jati dirinya.
Organisasi remaja masjid merupakan pilihan positif dalam rangka
pembinaan remaja, karena tanpa mengurangi cirri khas remaja untuk berekreasi
dan berkarya, organisasi remaja masjid memberikan wadah positif yaitu kreatifitas
dengan tetap menjunjung nilai-nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas
tersebut.
Organisasi remaja masjid merupakan bagian tidak terpisah dari keberadaan
Masjid. Keberadaan Organisasi Remaja Masjid melekat terhadap Masjid, karena
memang Organisasi Remaja Masjid merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Organisasi Masjid Itu sendiri. Keberadaan Organisasi Remaja Masjid ternyata
memberikan warna tersendiri bagi pengembangan Masjid. Dan tentunya,
diharapkan Organisasi Remaja Masjid biasa menjadi motor pengembangan
dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam
umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda/remaja.
Definisi remaja menurut RISKA (2005) adalah kumpulan dari remaja yang
beraktivitas di masjid dalam rangka memberikan kontribusi secara langsung
maupun tidak langsung bagi keberlangsungan dakwah di masjid dan atau di
masyarakat. Visi Remaja/Pemuda Masjid menurut Satria Hadi Lubis dalam
(RISKA, 2005) yaitu mengajarkan manusia kepada Allah. Sehinggs masnusia
khusnya remaja/pemuda, berpindah dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya
Islam. Sedangkan Misi dari Remaja Masjid adalah Berdakwah dengan hikmah dan
pelajaran yang baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam. Masih menurut
Satria Hadi Lubis, tujuan utama dari sebuah organisasi remaja masjid secara
umumd adalah memakmurkan masjid dengan kegiatan-kegiatan dan memberikan
wadah untuk remaja sekitar masjid dalam rangka menyalurkan daya kreatifitas
mereka.
Pemuda yang ada ini, ternyata tidak serta merta memudahkan Organisasi
Pemuda Remaja Masjid (OPRM) dalam melaksanakan misinya. Banyak kendala
serta hambatan yang membatasi gerak organisasi pemuda yang berbasis masjid.
Dalam pelaksanaan organisasi Pemuda/Remaja Masjid tidak berjalan dengan
mudah dan mulus, banyak hambatan serta tantangan. Menurut Satria Hadi Lubis
(2005:13) 3 hal yang memerlukan serius untuk membuat strategi adalah keuangan,
Sumber daya manusia, humas dan pemasaran.
Dalam sebuah organisasi seperti organisasi pemuda/remaja masjid, image
menjadi sebuah asset penting. Visi & Misi yang dibawa organisasi akan mudah
dicapai ketika OPRM mempunyai image atau nama baik. Nama baik/image
ternyata tidak mudah untuk diperoleh. Hal tersebut membutuhkan kerja keras serta
profesionalisme walaupun hanya organisasi nir laba. Terkait dengan mutu
kegiatan, kader serta sumber daya manusia yang bagus, serta system informasi
yang transparan, dan juga akuntabilitas dari organisasi menjadi indikator sebuah
organisasi bias mendapatkan image yang bagus atau tidak. Untuk itu, peneliti akan
memberikan gambaran mengenai kehumasan serta public relations yang menjadi
salah satu komponen utama untuk mengelola sumber daya yang tidak terwujud.
Jenis organisasi apabila ditinjau dari segi wewenang, tanggungjawab
maupun hubungan kerjanya dapat dibedakan dalam bebagai macam. Pemulihan
jenis organisasi akan memberi pengaruh terhadap sistem kerja pengurus dalam
menjalankan aktifitasnya. Yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan dalam
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Untuk organisasi remaja masjid
sebaiknya dipilih jenis organisasi lini dan staf. Dengan menrapkan jenis organisasi
ini Insya Allah, akan diperoleh beberapac keuntungan, antara lain :
a. Adanya pembagian kerja yang jelas dari masing-masing personil yang
pengurus, baik sebagai pimpinan, staf maupun pelaksana.
b. Upaya kaderisasi dapat berlangsung dengan baik, karena adanya
kesempatan bagi para pengurus untuk mengembangkan diri.
c. Menumbuhkan suasana kerja sama yang baik antara pengurus.
d. Prinsip penempatan ahlinya pada bidangnya atau the right man on the right
place dapat lebih mudah dilakukan.
e. Menumbuhkan sikap disiplin, etos kerja, spesialisasi serta profesionalisme
masing-masing pengurus.
f. Koordinasi dapat dilakukan dengan baik, karena adanya pembidangan kerja
yang jelas.
g. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan sehat dan cepat,
karena melibatkan banyak pengurus dalam bermusyawarah, dan hasil
keputusannya lekas diketahui oleh seluruh pengurus.
h. Memiliki fleksibelitas yang baik, sehingga mampu menyahuti kebutuhan
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.
i. Dapat dipergunakan oleh remaja masjid yang relative masih sederhana
sampai yang besar dan komplek aktivitasnya (Sitompoul, 1993:17).
Remaja masjid yang maju, modern dan memiliki kegiatan beraneka ragam
serta mampu menigkatkan ketaqwaan anggotanya adalah merupakan organisasi
kemasjidan yang sangat diharapkan. Namun untuk mencapai hal tersebut butuh
waktu dan perjuangan yang panjang. Ada tiga fase dalam tahap perkembangan
organisasi ini, yaitu: fase penumbuhan, pembinaan dan pemgembangan
organisasi. Untuk menuju organisasi remaja masjid yang maju diperlukan kerja
keras dan kinerja yang rofesionalisme para pengrusnya.
B.
Jenis-Jenis Aktivitas Remaja Masjid
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Remaja Masjid adalah orgnisasi
yang menghimpun remaja muslim yang aktif datang dan beribadah shalat
berjamaah di masjid. Karena keterlibatan dengan masjid, maka peran utamanya
tidak lain adalah memakmurkan masjid. Ini berarti, kegiatan yang berorientasi
pada masjid selalu menjadi program utama Di dalam melaksanakan perannya,
Remaja Masjid meletakkan prioritas pada kegiatan-kegiatan peningkatan
keislaman, keilmuan dan keterampilan anggotanya.
Siswanto, (2005:48) mengemukakan bahwa aktivitas Remaja Masjid yang
baik adalah yang dilakukan secara terencana, kontinyu dan bijaksan; di sampingi
disamping itu juga memerlukan strategi, metode, taktik dan teknik yang tepat
untuk sampai pada aktivitas yang baik tersebut, pada masa sekarang diperlukan
pemahaman organisasi dan manajemen yang baik pula. Lebih lanjut Siswanto
(2005:48) mengemukakan jenis-jenis aktivitas Remaja Masjid adalah:
1. Memakmurkan Masjid
Remaja Masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan masjid.
Diharapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk melaksanakan shalat
berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain. Karena, shalat berjamaah adalah
merupakan indikator utama dalam memakmurkan masjid. Selain itu kedatangan
mereka ke masjid akan memudahkan pengurus dalam memberilran informasi,
melakukan koordinasi dan mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan
aktivitas
yang
sudah
diprogramkan.
Dalam
mengajak
anggota
untuk
memakmurkan masjid tentu diperlurkan kesabaran. Usaha-usaha secara sistematis
harus dilakukan, antaral ain:
a. Pengurus memberi contoh dengan sering datang ke masjid
b. Menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan masjid sebagai tempat
pelaksanaannya
c. Dalam menyelenggarakan kegiatan diselipkan cara shalat berjamaah.
d. Pengurus menyusun piket jaga kantor sekretariat di masjid.
2.
Pembinaan Remaja Muslim
Remaja Muslim di sekitar masjid merupakan sumber daya manusia (SDM)
yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga merupakan objek
(mad'u) yang paling utama. Pengurus Remaja Masjid membina mereka bertahap
dan berkesinambungana agar mampu beriman, berilmu dan beramal dengan baik.
Hal ini dilakukan dengan menyusun program kerja yang menghayati keinginan
dan kebutuhan mereka.
Siswanto, (2005:69) mengemukakan bahwa tujuan utama pembinaan
Remaja Masjid adalah pembentukan remaja Muslim yang bertakwa Hal ini
nampak dengan hasil benaan berupa remaja-remaja Muslim yang memahami
Islam dan rajin beribadah. Di samping itu juga untuk mendidik mereka untuk
berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat
diandalkan. Dengan pengajian remaja malam bina iman dan takwa (MABIT),
bimbingan membaca dan tafsir Al-Qur'an, kajian buku, pelatihan (training),
ceramah umum, keterampilan berorganisasi dan lain sebagainya tersebut
diupayakan untuk tercapai.
3. Kaderisasi Umat
Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap mengemban amanah
organisasi. anggota remaja masjid dapat dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung. Pengkaderan secara langsung dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan yang terstruktur, dan secara tidak langsung dilakukan melalui
kepengurusan, dan aktivitas organisasi lainnya Sistem pengkaderan remaja masjid
disusun dalam bentuk pedoman pengkaderan remaja masjid yang memuat konsep
secara langsung dan tidak langsung. Konsep tersebut harus aplikatif artinya dapat
digunakan dalam aktivitas organisasi secara berkesinambungan.
Sebagai wadah generasi muda Islam, remaja masjid berusaha untuk
anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai kemampuan yang
memadai, baik kemampuan teknis operasional (technical skill), kemampuan
mengatur orang (human skill) maupun kemampuan dalam menyusun konsep
(lmnceptional skill).
Manfaat dari pengkaderan adalah diperolehnya kader-kader organisasi
remaja masjid yang "siap pakai", yaitu kader-kader yang beriman, memiliki
kemauan dan kemampuan di dalam meneruskan misi organisasi, profesional serta
memiliki pengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik. Kader-kader yang
siap pakai tersebut dapat bermanfaat dalam menghadirkan calon-calon pemimpin,
anggota yang bermotivasi tinggi dan aktivis Islam yang terampil.
4. Pendukung Kegiatan Ta’mir Masjid
Sebagai anak organisasi (underbou) ta’mir masjid, remaja masjid harus
mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan kegiatankegiatan tertentu, seperti shalat jumat, penyelenggaraan kegiatan ramadhan, Idul
Fitri dan Idul Adha, peran remaja masjid sangat di butuhkan. Di samping bersifat
membantu, kegiatan ini juga merupakan aktivitas yang sangat diperlukan dalam
bermasyarakat secara nyata.
Siswanto, (2005:70 mengemukakan bahwa secara umum, remaja masjid
dapat memberi dukungan dalam berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab
ta'mir masjid di antaranya:
a. Mempersiapkan sarana shalat berjamaah dan shalat khusus, seperti: shalat
gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul Fitri dan Idul Adha.
b. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib jumat, Idul Fitri dan ldul Adha.
c. Menjadikan panitia-panitia kegiatan kemasjid dan.
d. Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat.
e. Menjadi pelaksanaan penggalangan dana.
f. Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada ta'mir masjid.
g. Dan lain sebagainya.
5. Dakwah dan Sosial
Remaja masjid adalah organisasi dakwah Islam yang mengambil
spesialisasi dalam pembinaan remaja muslim melalui masjid. Organisasi ini
berpartispasi secara aktif dalam mendakwakan Islam secara luas disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil
hal, bil qalam, bil fikr dan lain sebagainya dapat diselenggarakan baik oleh
pengurus maupun anggota.
Meskipun diselenggarakan oleh remaja, remaja masjid tidak membatasi
hanya beraktivitas dibidang keremajaan saja tetapi juga melaksanakan aktivitas
yang menyentuh masyarakat luas. Aktivitas seperti bakti sosial, kebersihan
lingkungan, membantu korban bencana alam, kumpul-kumpul keluarga (familiy
gathering) jamaah masjid, kunjungan ke pesantren dan lain sebagainya adalah
merupakan contoh-contoh dari kegiatannya. Remaja masjid dapat bekerja semua
dengan ta’mir masjid atau majelis talim ibu-ibu dalam merealisasikan
kemasyarakatan tersebut.
C.
Partisipasi Remaja Masjid
Partisipasi atau partisipatif dapat pula digunakan atau diterapakan sebagai
strategi kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah
ditetapkan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi
sebagai pendekatan berarti sebagai suatu metode yang digunakan untuk mengenal
lebih dekat dan mengalisiss lebih cepat, sedangkan partisipatif sebagai strategi
kebijakan diartikan cara bagaimana mencapai tujuan dan sasaran yang yang telah
ditetapkan. Partisipasi sebagai suatu pendekatan dan partisipasi sebagai suatu
strategi kebijakan, kedua-duanya adalah perlu diterapkan dan dilaksanakan, agar
supaya segala sesuatu yang dihadapi dapat dikenali secara jelas dan
penganalisaannya dapat dilakukan secara tepat, dan selanjutnya dapat ditentukan
cara bagaimana pemecahannya dan tindakan dan tindakan pencapaian tujuan dan
sasarannya dilakukan secara tepat.
Selanjutnya supaya pembahasan mengenai partisipatif pembangunan
pedesaan lebih lengkap dan mendasar, maka perlu dilakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Strengh (kekuatan), Weakness
(kelemahan, Opportunity (peluang), and Threat (ancaman/hambatan). Faktorfaktor internal dan eksternal harus diidentifikasikan secara jelas, dengan demikian
upaya-upaya penyempurnaan dan pengembangan dalam mengimplementasikan
partisipasi dapat dirumuskan secara terarah dan terpadu.
D.
Hakikat Pembangunan Desa
Pembangunan
desa
merupakan
usaha
yang
dilakukan
untuk
memberdayakan potensi yang dimiliki desa sehingga secara maksimal dapat
membantu terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini
pembangunan desa pada dasarnya menrpakan usaha yang sistematis dan terencana
yang dilakukan unfuk mengoptimalkan berbagai aktivitas sehingga memberi
kontribusi yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dunham (datam Tampubolon, 2002:6) merumuskan bahwa pembangunan
desa pada dasamya merupakan "organized effirts to improve the conditians of
community life, primarily tlvough the enlistment of self-help and cooperative
effort from the villagers, but with technical assistancefr Om governmento r
voluntary organization.' Pandangan di atas mengandung pengertian bahwa
pernbangunan desa merupakan usaha yang terorganisir untuk meningkatkan
kondisi-kondisi hidup masyarakat, melalui proses kerjasama dari orang desa,
dengan bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi sukarela.
Dalam fonnulasi lain Berata (1991:48-49) mengemukakan bahwa hakikat
pengertian pembangunan desa merupakan suatu gerakan, dimana usaha
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya
ditentukan oleh swakarsa dan swadaya masyarakat sendiri. Oleh karena itu
pembangunan desa berintikan kepada usaha peningkatan swakarsa dan swadaya
masyarakat sehingga keterlibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan
suatu kewajiban. Titik berat pendekatannya manandaskan kepada konsep
pembanguan masyarakat, yaitu suatu gerakan untuk memajukan kehidupan yang
lebih baik dengan keterlibaran aktif dan swakarsa masyarakat itu sendiri.
Pandangan di atas mengandung pengertian bahwa pembangunan desa merupakan
usaha yang terorganisasi untuk meningkatkan kondisi-kondisi hidup masyarakat
melalui proses kerjasama dari orang desa, dengan bantuan teknis dari pemerintah
atau organisasi sukarela.
Aktualisasi program pembangunan desa ini dilaksanakan melalui berbagai
bidang pembangunan baik yang terkait dengan agama, ekonomi, sosial budaya,
politilq kemasyarakatan dan kepemudaan Berbagai bidang tersebut dibangun
secara bertahap namun berkelanjutan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Titik berat dari pembangunan diberbagai bidang tersebut masih diarahkan
pada bidang ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Penekanan pada bidang ekonomi ini bukan berarti
mendiskreditkan bidang lain, namun lebih dimaksudkan untuk memacu
pembangunan di bidang lain agar memberi kontribusi yang efektif dalam
pembangunan secara komprehenship.
Tampubolon (2002:6) mengemukakan bahwa terdapat tiga ciri pokok
pembangunan desa yaitu: pertama adanya usaha-usaha yang terorganisir untuk
memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat kedua, adanya peningkatan usaha
kerjasama dan gotong-royong dalam melaksanakan pembangunan; dan ketiga
pembangunan masyarakat desa memerlukan bantuan teknis dari pemerintah dan
organisasi sukarela Pendapat menunjukkan bahwa pembangunan desa perlu
dilakukan secara terorganisir melalui gotong-royong dari segenap komponen
masyarakat maupun dengan bantuan pemerintah atau organisasi kemasyarakatan
lainnya.
Dunham (dalam Tampubolon, 2002:7) mengemukakan bahwa terdapat
empat unsur pembangunan desa yaitu: a) a plan program with afocus on the total
needs of the village community;b ) technical assistance;c ) integrating various
specialties for the help of the commnunity; and d) a major emphasis upon selfhelp and participation by the residents of the community.
Keempat unsur di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat desa
adalah suatu program yang terencana, berfokus pada kebutuhan masyarakat
memerlukan bantuan teknis dari para ahli dari berbagai bidang, dan
mengutamakan
kegiatan-kegiatan
gotong
royong
untuk
menumbuhkan
keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan.
Jika dicermati bahwa eksistensi pembangunan desa saat ini merupakan hal
yang penting bahwa Indonesia adalah negara agraris, mayoritas penduduk tinggal
di desa, di mana kehidupan sosial dan ekonominya tergantung pada usaha tani
tradisional dan bidang usaha lainnya
Aktualisasi pelaksanaan desa harus dirujuk pada visi serta misi desa. Visi
merupakan pandangan jauh ke depan tentang ke mana desa akan dibawa atau akan
dibangun.Sedangkan misi menrpakan aktualisasi untuk menunjukkan visi. Dalam
konteks pembangunan desa, pengertian misi adalah segala sistem yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang teroganisasi bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat desa Pandangan ini
menunjukkan bahwa misi pada dasarnya segala sesuatu yang terkait dengan
aktualisasi berbagai program untuk meningkatkan kemajuan desa melalui
pelaksanaan pembangunan yang diselenggarakan secara sistemik dan terencana.
Tampubolon (2002:6) mengklarifikasi bahwa misi pembangunan desa
antara lain adalah melaksanakan kegiatan desa guna meningkatkan kesejahteraan
sosial dan ekonomi masyarakat. Dilaksanakan melalui kegiatan gotong-royong
(self-help), usaha bersama (cooperative efort), dan mengutamakan potensi-potensi
yang dimiliki masyarakan memberdayakan masyarakat desa melalui jalur
pendidikan non fonnal sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan
dan sikap mental positif untuk melaksanakan pembangunan, dan melaksanakan
pembangunan SDM yang berkualitas melalui kegiatan pendidikan non formal.
Mengacu pada uraian di atas jelaslah bahwa desa pada dasarnya
merupakan kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk memikirkan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga tercipta tatanan masyarakat
yang adil dan sejahtera. Melalui pembangunan desa diharapkan pula akan terjadi
perubahan pola sikap dan pola pikir masyarakat agar selalu dinamis dalam
mengkreasi berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pembangunan secara
komprehenship.
E.
Keterlibatan Remaja Masjid Dalam Meningkatkan Pembangunan
Desa
Remaja Masjid adalah generasi muda sebagai pewaris, penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional. Oleh
karenanya Remaja Masjid perlu menunjukkan eksistensinya sebagai generasi
penerus dan pewaris cita-cita perjuangan bangsa. Pencapaian terhadap hal tersebut
perlu dibuktikan remaja masjid dengan kegiatan kepemudaan.
Organisasi remaja masjid, sejak peneliti mengenal yang namanya remaja
sampai sekarang dapat dikatakan hidup segan, disebut mati pun juga tidak mau.
Ada yang hanya pajang papan nama di depan masjid tetapi tidak jelas apa
kegiatannya. Misalnya, itupun ada setahun sekali. Lebih parah lagi, remajanya
tidak mau pergi ke masjid. Memang ada masjid yang mempunyai organisasi
remaja masjid yang bagus, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Kondisi ini tidak bisa disalahkan kepada organisasi remaja saja, tetapi juga
pemerintah. Selama ini lebih cenderung membina pemuda dari pada remajanya.
Dan kegiatannya lebih banyak mengarah kebidang olahraga. Hal ini dibuktikan
dengan adanya menteri yang khusus menangani pemuda dan olahraga. Di tingkat
provinsi, kabupaten, dan ada juga dinas pemuda dan olahraga.
Bahkan di Departemen Agama pun tidak ada bidang secara khusus yang
menangani remaja masjid. Karenanya, tidak salah kalau organisasi remaja masjid
masih jalan ditempat. Padahal melihat fungsi adanya organisasi remaja masjid
sangat penting, khususnya untuk pembinaan remaja ke depan. Tak salah Mustafa
al-Gulayani mengatakan sesungguhnya ditangan remaja maju mundurnya umat
dan dipundaknya pula hidup dan matinya umat.
Terlepas dari semua, usia remaja jangan sampai dibiarkan tanpa ada
pembinaan. Ada atau tidaknya pembinaan, remaja masjid harus ada. Dalam AlQuran berfirman, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu
mau mengubah dirinya sendiri. Dalam konteks remaja masjid, ayat di atas bisa di
break down lebih lanjut, Allah tidak akan mengubah nasib remaja masjid, hingga
remaja masjid tidak akan mengubah nasibnya sendiri.
Diakui atau tidak, remaja sekarang lebih senang megikuti konser musik
dari pada mengikuti pengajian. Banyak remaja lebih “pede” menyebut dirinya
sebagai geng dari pada remaja masjid. Ada anggapan untuk masuk masjid gengsi.
Masjid itu urusannya orang tua. Anggapan inilah yang harus kita tepis bersama.
http://formadamarapura.wordpress.com/2012/01/02/mengelola-organisasiremaja-masjid/.com
Untuk memaksimalkan hasil yang dicapai dalam kegiatan kepemudaan,
remaja masjid harus memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam penyusunan
rencana pengembangan kegiatan kepemudaan. Pentingnya keterlibatan dalam
pelaksanaan kegiatan mengingat bahwa konsep ini merupakan salah satu faktor
determinan yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan remaja
masjid.
Langkah awal yang dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan dalam
kegiatan adalah dengan memotivasi rcmamuda agar terlibat dalam kegiatan
remaja masjid. Dalam konteks yang bersamaan dukungan dari segenap
masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh remaja masjid.
Muljani (2001:134-135) mengemukakan kebijakan dan langkah-langkah
yang telah ditempuh dalam meningkatkan keterlibatan remaja masjid dalam
melaksanakan kegiatan yaitu sebagai berikut:
a) Pengembangan kesadaran berbangsa dan bernegara serta pengembangan sikap
perilaku ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa;
Kegiatan ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran terhadap
berbangsa dan bernegara melalui peringatan hari-hari besar nasional untuk
menjiwai nilai yang terkadung dalam setiap kegiatan tersebut. Demikian juga
pengembangan dan peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dilakukan melalui kegiatan keagamaan yang terprogram secara sistemik.
Implementasi kedua kegiatan ini kehendaknya menjadi wahana pembelajaran bagi
rcmaja masjid untuk melaksanakan kegiatan tersebut mengacu pada nilai-nilai
keterlibatan sehingga memberikan hasil yang maksimal.
b) Pengembangan sikap dan perilaku mewariskan kebudayaan bangsa dengan
perhatian utama pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai perjuangan bangsa.
Kegiatan ini dimaksudkan agar nilai-nilai budaya bangsa dalam bentuk
sikap dan perilaku baik yang dilandasi oleh Pancasila dapat diwarisi secara
maksimal oleh seluruh remaja masjid. Pewarisan tehadap nilai-nilai ini diharapkan
akan berimplikasi pada kemampuan generasi muda dalam menyelenggarakan
kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi masyarakat pada umumnya.
c) Pengembangan sikap dan perilaku dijiwai : (i) rasa tanggung jawab dan
memiliki, (ii) semangat perjuangan dan kepoloporan (iii) sikap kepemimpin,
serta kemampuan mandiri dan wiraswata (iv) etos kerja dan etos usaha serta
peningkatan kemampuan berprestasi, (v) semangat sosial yang bermanfaat,
(vi) sikap intelektual dan semangat pengembangan profesional, dan (vii) sikap
yang menjunjang tegaknya disiplin nasional.
Berbagai
usaha
yang
dilakukan
di
atas
diharapkan
mampu
memberdayakan potensi generasi muda serta meningkatkan keterlibatannya dalam
melaksanakan aktivitas kepemudaan Melalui kondisi seperti ini diharapkan
mampu meningkatkan kualitas kegiatan remaja masjid dalam pembangunan desa.
Download