BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pengelolaan Organisasi Remaja Masjid a. Pengertian Pengelolaan Pengelolaan merupakan usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajemen sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan Manullang, (1996: 1) mendefinisikan manajemen sebagai fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Mengacu pada pengertian pengelolaan yang dikemukakan tersebut maka pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses yang terlibat dalam bentuk kompetensi yang dimiliki seseorang dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi atas kegiatan yang dilakukan melalui kerja sama kooperatif dengan memperhatikan secara seksama prinsip-prinsip efisiensi, sehingga terlaksana kegiatan yang baik. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” sedang pelaksanaannya disebut manager atau pengelola (Terry dan Leslie, 2003) Mengelola Remaja Masjid pada saat ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajeman. Berbagai metode menajemen modern yang ada saat ini merupa kan alat bantu yang perlu dipergunakan oleh pengurus Remaja Masjid. 8 Pengurus Remaja Masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan melihat perkembangan zaman. Tak ada alasan untuk mengelak. Sebab, bukan saatnya lagi pengurus Remaja Masjid mengandalkan sistem pengelolaan tradisional, yang tanpa kejelasan perencanaan, tanpa pembagian tugas, tanpa laporan pertanggunganjawaban, dan sebagainya. Dengan sistem pengelolalan yang tradisional, Remaja Masjid tak mungkin berkembang. Bukannya maju, mereka malah akan tercecer dan makin lama makin jauh tertinggal bahkan tergilas oleh perputaran zaman. Kegiatannya akan sulit mendapat dukungan dan simpati masyarakat sekitar. Di sinilah pentingnya mempelajari ilmu manajemen modern, atau sekurang-kurangnya menerapkan manajemen praktis dalam mengelola Remaja Masjid. b. Fungsi Pengelolaan Terry (2003:15) membagi fungsi manajemen sebagai berikut: a) Perencanaan Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Perencanaan efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi tidak atas emosi dan keinginan. Membalikkan urutanurutan ini berarti, bahwa kegiatan dikacaubalaukan dengan hasil. Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat menentukan pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan dihadapi pada masa akan datang, akibat adanya ketidaksiapan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Mengadakan survey terhadap lingkungan 2) Menentukan sasaran 3) Meramalkan kondisi-kondisi dimasa yang akan datang 4) Menentukan sumber-sumber yang diperlukan 5) Memperbaiki dan menyelesaikan rencana karena adanya perubahanperubahan kondisi. Terry (2003:17) berpandangan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan langkah untuk menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang gariskan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Rencana merupakan serangkaian keputusan sebagai pedoman pelaksana kegiatan dimasa akan datang. Dalam formulasi yang hampir sama Siagian (1997:108) mendefinisikan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentutan secara matang dari pada hal-hal yang akan di kerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat di atas, perencanaan pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai langkah awal dalam mencari dan menemukan format percapaian tujuan yang paling ideal. Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu dilakukan langkah strategis yang terarah pada pencapain tujuan. Manullang (1996:18) berpendapat bahwa perumusan rencana pada dasarnya bermaksud menjawab enam pertanyaan berikut: (1) tindakan apa yang harus dikerjakan, (2) apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan, (3) dimanakah tindakan itu harus dilakukan, (4) kapankah tindakan itu dilaksanakan, (5) siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu, (6) bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang pada masa yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Gaffer, 1987) dalam Syaiful, 2009:47). Oleh karena itu perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak dari keadaan masa kini kesuatu keadan dimasa yang akan datang sebagai suatu proses yang menggambarkan kerja sama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh. Pendapat diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan perencanaan perlu memperhatikan tingkat ketersediaan sumber daya serta peluang yang ada dalam mengimplementasikan pekerjaan. Termasuk pada bagian ini turut direncanakan siapa yang menjadi pengelola, kapan harus dikelola, serta bagaiman strategi yang harus dilakukan untuk melaksanakan setiap rencana yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perencanaan sesungguhnya merupakan langkah strategis untuk menetukan arah dan kebijakan tentang yang akan dilakukan sehingga tujuan dapat dicapai. b) Pengorganisasian Kegiatan pengorganisasian merupakan lanjutan dari kegiatan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengorganisasian dilakukan untuk menyusun dan merancang yang direncanakan dapat berjalan dengan baik pengorganisasian terfokus pada kegiatan pengidentifikasian pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui penentuan sumber daya organisasi dengan cara membagi pekerjaan dalam tugas-tugas dalam jabatan-jabatan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan dilaksanakan secara utuh mencapai target yang diharapkan. Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-ugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugastugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian (Syaiful, 2009:47). Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya sebuah tugas dalam berbagai unsur organisasi secara propesional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi pengorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang juga dimaksudkan mengatur mekanisme kerja organisasi, sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin pencapaian yang ditentukan. c) Pelaksanaan Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya ke arah itu. Seperti : Leadership ( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga “gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsurunsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan lansung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap masyarakat dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa masyarakat akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika merasa yakin akan mampu mengerjakan. Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut (1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. (2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan. (3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan. (4) memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. d) Penggerakan Fungsi penggerakan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian. Terry (2003:17). Kegiatan penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawaipegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa kegiatan penggerakan dilakukan untuk mensuport agar setiap personil organisasi bersedia melakukan aktifitas melalui motivasi serta mediasi pimpinan organisasi. Menggerakkan (actuating) menurut Terry (1997:9) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan tugas-tugas dengan antusias dan kemaun yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan organisasi mempunyai peran yang sangat penting menggerakan personel melaksanakan program kerja. Koordinasi (coordination): penerapan system formal untuk mencapai kordinasi lebih besar kepemimpinan terrass sabagai pengaman. Sistem organisasi umumnya tidak efektif karena muncul krisisbirokrasi, dan umunya krisi itu akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit untuk dikelola solusinya adalah kaloborasi. Sedangkan Oteng Sutisna (1983:199) merumuskan organisasi adalah mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dan sumbersimber lain kearah terapainya maksud yang telah ditetapkan. Sementara itu, Purwarto (1984:29) mengemukakan koordinasi adalah aktivitas membawa hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan dalam hubungan yang harmonis dan produktif. e) Pengawasan Pengawasan adalah suatu proses dasar, serupa saja dimanapun ia terdapat dan apapun yang diawasi. Pengawasan ialah cara untuk hubungan-hubungan manusia yang baik. Fungsi pengawasan ialah cara untuk menentukan apakah diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dank arena itu ia haruslah merupakan bagian integral dari sitem manajemen. Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan penelusuran sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang efektif, ada organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan baik. Pengawasan ialah fungsi administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Kemudian Jhonson (1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai fungsi sitem melakukan penyesuaian terhadap rencana. Mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sitem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Aritnya pengawasan adalah sebagai kendala pedoman petugas, proses dan output sesuai dengan rencan, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta, 1988:169 dalam Syaiful Sagala, 2009). Semua fungsi yang telah dijelaskan diatas tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan. Manulang (1996:20) mengartikan pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula. Dengan pengawasan yang intensif maka cenderung akan memberikan hasil yang optimal dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya pengawasan pada setiap pekerjaan perlu dilakukan secara efektif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai yang telah ditentukan. Organisasi bukanlah tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan. Sebagai bagian administrasi, organisasi adalah merupakan wadah dimana kegiatan manajemen dijalankan. Karena itu tujuan dari organisasi adalah juga merupakan tujuan manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan Remaja Masjid, manajemen memiliki peran agar proses pencapaian tujuan tersebut dapat berlangsung secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil guna). Dengan menerapkan prinsip-prinsip management seperti planning, organizing, actuating, controlling dan lain sebagainya tujuan organisasi dapat di upayakan untuk dicapai dengan lebih baik. Management memberi efektivitas dan efisiensi kerja yang lebih baik bagi Pengelola Remaja Masjid dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan tersebut, management memanfaatkan sumber daya yang tersedia atau berpontensi. Adapun sumber daya management (management resources) Remaja Masjid antara: Akhalak (morale), orang (man), mesin (machine) material (material), metoe (method), uang (money), waktu (time), sasaran da’wah (market) dan lain sebagainya. Organisasi Remaja Masjid telah lama hadir di tengah-tengah umat Islam, namun masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Kelemahan disebabkan antara lain oleh minimnya pengetahuan organisasi dan management para aktifitasnya. Padahal dengan pemahaman yang memadai, Insya Allah, akan menghasilkan penelolaan yang baik. Ilmu organisasi dan manajemen yang berkembang selama ini banyak dihasilkan oleh para sarjana non-muslim. Hal ini tentu saja mempengaruhi nilainilai yang ada didalamnya. Namun tidak ada salahnya bila kita mau mengadopsi pengetahuan tersebut asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana mengembangkan menjadi ilmu organisasi dan manajemen yang islami. Supriyanto (dalam Republika: 2005:2) mengemukakan bahwa, keberadaan remaja masjid sangat penting. Ada beberapa alasan yang dikemukakannya. Masa remaja adatlah fase pembentukan yang efektif dan efisien. Remaja masjid dapat memacu solidaritas masyarakat untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Remaja masjid, merupakan entry point yang tepat untuk perkembangan dakwah. Dalam konteks yang bersamaan "Remaja masjid kantong pembinaan generasi muda yang berpengaruh positif terhadap akselerasi kebangkitan Islam," Pandangan di atas menunjukkan bahwa keberadaan remaja masjid sangat diharapkan keberadaanya untuk meningkatkan serta memakmurkan perkembangan masjid serta kemakmuran ummat Islam Jika dicermati bahwa sebagai suatu organisasi, maka remamuda biasanya tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari remaja di lingkungan masjid yang ada pada setaip desa maupun kelurahan untuk menyalurkan aspirasi remaja dalam kegiatan pembangunan. Sebagai suatu organisasi di masyarakat yang beranggotakan pemuda Islam, remamuda bukanlah berdiri dengan begitu saja, organisasi ini berdiri dasar Instruksi Bimas Islam Dan Urusan Haji nomor D/Int/l88/1978. Intruksi tersebut keluar berdasarkan penimbangan-pertimbangan sebagai l) bahwa Masjid sebagai pusat peribadatan bagi Umat Islam mempunyai peran aktif dalam rangka manusia lndonesia seutuhnya yang sejahtera lahir dan bathin 2) bahwa untuk menumbuhkan dan membimbing para remaja Islam sesuai dengan ajaran agama dan tujuan pembangunan perlu adanya wadah untuk mengembangkan kreatifitas dalam mengisi gerak pembangunan. Inilah yang menjadi dasar pertimbangan berdirinya remamuda di masjidmasjid di desa/kelurahan. Bagi masjid yang sudah mempunyai organisasi sesuai insruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/lnt/l978. Khusus remaja sebelum keluarnya lnstruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan haji ini, tidak perlu di bubarkan, hanya di sesuaikan dengan pedoman-pedoman yang terdapat pada Instruksi tersebut. Secara organisatoris remamuda adalah seksi remaja dalam struktur kepengurusan masjid setempat yang bersifat otonom. Karena itu organisasi Remamuda besifat lokal pada masing-masing masjid di desa, tidak mempunyai jaringan secara vertikal ke atas maupun ke bawah Dirjen Bimas Islam (1998:32) bahwa remamuda adalah "perkumpulan remaja Islam yang cinta masjid dan sadar akan dirinya untuk ikut serta membangun desa dalam arti kata yang seluasluasnya. Mengacu pada pengertian remamuda yang dikemukakan di atas, jelas bahwa yang tergabung dalam organisasi remamuda yaitu para remaja Islam yang kepedulian terbadap Islam serta memiliki kepedulian untuk membangun desa kegiatan kegiatan Islami. Oleh karenanya setiap remaja yang tergabung dalam organisasi ini harus kredibel dan menyadari tentang eksistensi organisasi yang perlu ditumbuhkembangkan dalam usaha membangun desa. c. Pengertian Remaja Remaja merupakan peralihan masa anak-anak menuju dewasa, umur mereka berkisar 13-24 tahun, yang popular disebut generasi muda. Masa transisi, dimana remaja dalam proses persiapan dan membina diri sambil masih memperoleh dukungan penjagaan dan petunjuk dari keluarga dan lingkungan masyarakat, menuju kedewasan dan mandiri yang penuh tanggung jawab dengan ditandai oleh berbagai macam gejolak menimbulkan ketidak seimbangan pikiran dan perasaan. Tentu ada yang mampu dan pula yang terjerumus dalam kemungkinan-kemungkinan yang dia tidak mampu mengontrolnya. Gerakan ini semacam ini disebut gerakan mencari identitas diri. Menurut kesepakatan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih konseptual. Dalam konsep tersebut dikemukakan 3 kriteria, yaitu, biologic, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara bertahap berbunyi: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangannya. 2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang kepada keadaan relative lebih mandiri. (http://www.google.com/web/search/remaja) Remaja mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Tranformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinakan mereka tidak hanya mampu mengintergrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan. Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka udah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk dalam golongan orang dewasa. Oleh karena itu remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Remaja merupakan golongan manusia muda. Golongan manusia muda ini berada dalam masa anak-anak dengan masa dewasa yakni sekitar umur 13 sampai dengan 21 tahun. Yang paling dipahami bagi remaja adalah bahwa manusia muda yang berada dalam masa ini yang paling banyak mengalami perubahan yang membawanya pindah dari masa anak-anak menuju dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala kehidupan manusia baik jasmani, rohani, intelegensi perasaan maupun moral. Karena kondisi tersebut maka perhatian terhadap remaja adalah suatu aspek yang sangat penting, sehingga dalam penyesuaian diri tersebut berada dalam keseimbangan. Oleh karena itu maka pembinaan remaja merupakan fokus perhatian baik aspek jasmani, rohani dan sosial. (http://www.google.com/web/search/remaja) Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagaian dan peraturan kerja. Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Dari definisi tersebut dapat diambi; l pengertian, bahwa Remaja Masjid adalah merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang remaja muslim atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid utnuk mencapai tujuan bersama. Sebagai wadah aktivitas kerja sama remaja muslim, maka Remaja Masjid perlu merekrut mereka sebagai anggota. Dipilih remaja muslim yang berusia antara 15 sampai 25 tahun. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan tingkat pemikiran dan kedewasaan mereka. Usia dibawah 15 tahun adalah terlalu muda. Sedang usia di atas 25 tahun, sepertinya sudah kurang layak lagi untuk disebut remaja. Namun,pendapat ini tidak cukup menutup kemungkinan adanya gagasan yang berbeda. (http://www.google.com/web/search/remaja) Tingkat usia perlu dipertimbangkan dengan baik, karena berkaitan dengan pembinaan mereka. Anggota yang memiliki tingkat usia, pemikiran dan latar belakang yang relatif homogen lebih mudah dibina bila dibandingkan dengan yang heterogen. Disamping itu dengan usia yang sebaya, mereka akan lebih muda untuk bekerjasama dalam melaksanakan program-program yang telah direncanakan, sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan. Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, di mana lingkungan sangat berperan. menurut Siswanto (2005:44) bahwa terdapat empat faktor lingkungan yang memberi kontribusi dalam perkembangan remaja: 1. Lingkungan Keluarga Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja, Kasih saying orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekas yang luar biasa Dalam keluarga yang bahagia serta memiliki tauladan keislaman berakhlak mulia sopan santun dan taat ajaran agamanya. Sebaliknya dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang. Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhankeluhannya Dalam masalah ini diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sopan kepada orang tua guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), maupun menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah adalah rumah kedua tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remja belajar dan berlatih meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangannya. Tidak hanya sekadar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kriitis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarannya Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu dipertukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktif dan maju memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Dalam konteks ini guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semuta orang tua kecuali orang tua mereka berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka." 3. Lingkungan Teman Pergaulan Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, Daradjat (dalam Siswanto, 2005:45) menyatakan; kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama kanak-kanaknya." Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja harus diarahkan dan dibina. Keberadaan wadah-wadah pembinaan remaja misalnya; Remaja Masjid, semakin mendesak untuk dihadirkan. Remaja Masjid diharapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remajaremaja Muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya dalam suasana-suasana Islam. Mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk mendakwahkan Islam, sehingga menjadi generasi-generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam mensyiarkan Islam. 4. Lingkungan Dunia Luar. Merupakan lingkungan remaja selain keluarga sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar remaja baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga kita junpai remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan terhadap figur-figur tertentu dan menemukan tokoh-tokoh idola yang digandrungi, seperti tokoh, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi dan lain sebagainya Merupakan salah satu bentuk pencarian itu. Dalam beberapa kejadian dapat kita temukan dari upaya peryataan identitas kelompok (gang) dengan menonjolkan penggunaan narkotika, minuman keras, kebut-kebutan, perkelahian pelajar, free seks. Dalam menemukan identitas diri, remaja banyak mendapat informasi baik dari media cetak, dengar maupun audio visual, seperti; koran, majalah, radio, televisi, bioskop, VCD, DVD, dan lnternet. Berkaitan dengan televisi, sampai saat ini televise masih dituduh sebagai salah satu penyebab perilaku menyimpang remaja. Hal ini dikarenakan banyak tayangan televisi yang mendorong perilaku menyimpang remaja, khususnya TV swasta, banyak yaang tidak lagi mengindahkanm oral dan etika religius. d. Pengertian Masjid Masjid merupakan salah sesuatu institusi keagamaan tersebar dalam komunitas muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kehadiran masjid dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya menjadi identitas bagi keberadaan komunitas muslim di lingkungan tersebut. Semangat masyarakat muslim untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun ditengah krisis ekonomi untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun ditengah krisis ekonomi serta himpatan akibat naiknya BBM yang berpengaruh pada kenaikan biaya masyarakat. Istilah berasal dari bahasa Arab, di ambil dari kata “Sejada, yasjuda, sajdan”. Kata “Sajada” artinya bersujud, patuh, taat, serta duduk dengan penuh hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukan suatu tempat kata “Sajada” diubah menjadi masjidun (isim makan) artinya tempat sujud menyembah Allah SWT. Dengan demikian etimologi arti masjid adalah sebagai suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat sholat bersujud menyembah Allah SWT (Ayub, 1997:9). Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajadasujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki kebumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata yang paling nyata dari makna-makna di atas, itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhuskan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya “tempat bersujud” (Ayub, 1997:9). Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian. Disini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamun sebagai cara bercuci pengganti wudu tetapi kata masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT. Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran surat Al-Jin 72: 18, menegaskan yang artinya “Sesungguhnya majid-masjid itu adalah milik Allah, karena janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun” Secara terminologis, makna masjid sebagaimana dipahami dan dicontohkan oleh Rasullah SAW jauh lebih luas daripada sekedar tempat sujud/sholat saja, yaitu masjid menjadi pusat kegiatan dan pembinaan umat. Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh Rasullah SAW. Pertama. Pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah sholat, zikir, membaca Al-Quran dan lain-lain. Kedua, adalah fungsi kemasyarakatan, seperti menjalin hubungan silaturahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian, pembinaan kreatifitas remaja, pendidikan, olahraga dan lain-lain (1993:8). Dari perkembangan kedua aspek itu, kemudian fungsi masjid berkembang menjadi pusat peradaban Islam. Dari masjid lahir gagasan-gagasan yang cemerlang, baik bagi pembinaan individual, keluarga dan pembinaan kehidupan sosial kemasyarakatan. Dari masjid lahir pula berbagai konsep dan strategi dakwah Islam, pengembangan kesehjateraan, sampai konsep dan strategi perang. Dengan demikian masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan strategis, terutama dalam kerangka pembinaan umat. Dalam sejarah Islam masjid memainkan peranan penting dalam pembinaan umat Islam. Masjid yang didirikan selalu dilengkapi dengan perpustakaan dan disediakan pula guru-guru yang siap mengajarkan pengetahuan diberbagai bidang. Masjid disamping sebagai pusat kegiatan ibadah juga tempat memberikan pelajaran agama dan pengetahuan kemasyarkatan. Bahkan pada masa permulaan islam, masjid berfungsi sebagai balai pertemuan, antara lain untuk tempat peradilan, berkumpul dalam mengatur strategi dan tempat menerima duta-duta dari luar negeri. (http://immasjid.com/cetak.php?id=523). Secara historis pembangunan masjid dilakukan pertama kali oleh Rasullah yaitu ketika beliau hizrah ke Madina. Membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapan pelepah kurma, dari sanalah kemudian beliau membangun masjid yang besar sebagai tempat lahirnya benih peradaban baru umat manusia. Masjid Quba dan Masjid Nabawi yang telah didirikan oleh Rasullah yang pada hakekatnya dibangun atas dasar ketakwaan. Oleh karena itu fungsi utamanya yaitu dalam hal ketakwaan sering dengan perkembangan zaman masjid kemudian dijadikan snetral pembinaan umat. Dalam masa pembangunan seperti ini seluruh masyarakat diharapkan dapat berperan serta secara aktif di dalamnya. Pembangunan masyarakat Indonesia berarti pula pembangunan umat Islam. Salah satu sector pembangunan yang sedang dilaksanakan adalah pembangunan mental spiritual, masjid sebagai tempat yang terbuka untuk masyarakt dapat memainkan peranan penting dalam rangka pembinaan umat. Bahkan saja merupakan tempat ibadah, tetapi dapat ditingkatkan menjadi pusat masyarakat Islam, baik dalam belajar mengajar maupun berkomunikasi. Disamping fungisnya yang pokok sebagai tempat ibadah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut diatas, masjid perlu dimakmurkan dan masjid harus dapat menarik minat masyarakat untuk memakmurkannya. Dalam hubungan ini kepengurusan masjid harus mantap dan sarana yang dimiliki harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat bak dewasa, anak-anak, tua, muda, pria wanita yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya maupun miskin. Apabila masjid berfungsi tidak hanya sebagai tempat melaksanakan ibadah, maka orang yang datang di masjid tidak hanya terbatas pada orang-orang yang bermaksud melaksanakan ibadah saja. Selain mereka yang datang pada saatsaat melaksanakan ibadah, maka ramai pula dengan mereka yang mengunjungi masjid untuk keperluan belajar mengajar. Dengan demikian akan ramailah masjid. Sejauh mana tingkat kemakmuran masjid itu, akan banyak tergantung dari besarnya daya tarik dan manfaat yang dapat diambil oleh masyarakat. Kerusakan mental dan spiritual masyarakat, khusunya pemuda generasi penerus bangsa, sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya kasus penyalahgunaan narkoba, seks bebas yang berujung pada aborsi, serta penyebaran HIV AIDS yang sangat merak di usai remaja/pemuda. Belum lagi sikap mental malas, inferior dari bangsa lain tidak mau bekerja keras ingin serba instant dan hal-hal lain yang menyebabkan bangsa akan menjadi bangsa yang punah dimuka bumi ini. (http://www.google.com/web/search/remaja) Berdasrkan hal tersebut di atas maka Pemuda menjadi kunci dalam kehidupan bangsa ini. Selain itu, melihat komposisi jumlah penduduk Indonesia, maka komposisi pemuda merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia, yaitu sebesar 37% dari total penduduk Indonesia yang 220 juta. Masjid sebagai sentral pengembangan dan pemberdayaan mengambil satu peran penting yaitu mengembangkan sayap dakwah dengan target pemuda dan remaja. Remaja masjid merupakan salah satu dari beberapa stake holder dari sebuah organisasi masjid. Pengurus masjid, disadari atau tidak, ternyata membutuhkan peran remaja masjid dalam setiap langkah dan gerak aktivitasnya. Remaja masjid mampu memberikan sentuhan yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya yang tengah dalam proses pencarian jati diri, cenderung labil dan memiliki semangat meluap ingin menonjolkan jati dirinya. Organisasi remaja masjid merupakan pilihan positif dalam rangka pembinaan remaja, karena tanpa mengurangi cirri khas remaja untuk berekreasi dan berkarya, organisasi remaja masjid memberikan wadah positif yaitu kreatifitas dengan tetap menjunjung nilai-nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas tersebut. Organisasi remaja masjid merupakan bagian tidak terpisah dari keberadaan Masjid. Keberadaan Organisasi Remaja Masjid melekat terhadap Masjid, karena memang Organisasi Remaja Masjid merupakan bagian tidak terpisahkan dari Organisasi Masjid Itu sendiri. Keberadaan Organisasi Remaja Masjid ternyata memberikan warna tersendiri bagi pengembangan Masjid. Dan tentunya, diharapkan Organisasi Remaja Masjid biasa menjadi motor pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda/remaja. Definisi remaja menurut RISKA (2005) adalah kumpulan dari remaja yang beraktivitas di masjid dalam rangka memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung bagi keberlangsungan dakwah di masjid dan atau di masyarakat. Visi Remaja/Pemuda Masjid menurut Satria Hadi Lubis dalam (RISKA, 2005) yaitu mengajarkan manusia kepada Allah. Sehinggs masnusia khusnya remaja/pemuda, berpindah dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Sedangkan Misi dari Remaja Masjid adalah Berdakwah dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam. Masih menurut Satria Hadi Lubis, tujuan utama dari sebuah organisasi remaja masjid secara umumd adalah memakmurkan masjid dengan kegiatan-kegiatan dan memberikan wadah untuk remaja sekitar masjid dalam rangka menyalurkan daya kreatifitas mereka. Pemuda yang ada ini, ternyata tidak serta merta memudahkan Organisasi Pemuda Remaja Masjid (OPRM) dalam melaksanakan misinya. Banyak kendala serta hambatan yang membatasi gerak organisasi pemuda yang berbasis masjid. Dalam pelaksanaan organisasi Pemuda/Remaja Masjid tidak berjalan dengan mudah dan mulus, banyak hambatan serta tantangan. Menurut Satria Hadi Lubis (2005:13) 3 hal yang memerlukan serius untuk membuat strategi adalah keuangan, Sumber daya manusia, humas dan pemasaran. Dalam sebuah organisasi seperti organisasi pemuda/remaja masjid, image menjadi sebuah asset penting. Visi & Misi yang dibawa organisasi akan mudah dicapai ketika OPRM mempunyai image atau nama baik. Nama baik/image ternyata tidak mudah untuk diperoleh. Hal tersebut membutuhkan kerja keras serta profesionalisme walaupun hanya organisasi nir laba. Terkait dengan mutu kegiatan, kader serta sumber daya manusia yang bagus, serta system informasi yang transparan, dan juga akuntabilitas dari organisasi menjadi indikator sebuah organisasi bias mendapatkan image yang bagus atau tidak. Untuk itu, peneliti akan memberikan gambaran mengenai kehumasan serta public relations yang menjadi salah satu komponen utama untuk mengelola sumber daya yang tidak terwujud. Jenis organisasi apabila ditinjau dari segi wewenang, tanggungjawab maupun hubungan kerjanya dapat dibedakan dalam bebagai macam. Pemulihan jenis organisasi akan memberi pengaruh terhadap sistem kerja pengurus dalam menjalankan aktifitasnya. Yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Untuk organisasi remaja masjid sebaiknya dipilih jenis organisasi lini dan staf. Dengan menrapkan jenis organisasi ini Insya Allah, akan diperoleh beberapac keuntungan, antara lain : a. Adanya pembagian kerja yang jelas dari masing-masing personil yang pengurus, baik sebagai pimpinan, staf maupun pelaksana. b. Upaya kaderisasi dapat berlangsung dengan baik, karena adanya kesempatan bagi para pengurus untuk mengembangkan diri. c. Menumbuhkan suasana kerja sama yang baik antara pengurus. d. Prinsip penempatan ahlinya pada bidangnya atau the right man on the right place dapat lebih mudah dilakukan. e. Menumbuhkan sikap disiplin, etos kerja, spesialisasi serta profesionalisme masing-masing pengurus. f. Koordinasi dapat dilakukan dengan baik, karena adanya pembidangan kerja yang jelas. g. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan sehat dan cepat, karena melibatkan banyak pengurus dalam bermusyawarah, dan hasil keputusannya lekas diketahui oleh seluruh pengurus. h. Memiliki fleksibelitas yang baik, sehingga mampu menyahuti kebutuhan efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya. i. Dapat dipergunakan oleh remaja masjid yang relative masih sederhana sampai yang besar dan komplek aktivitasnya (Sitompoul, 1993:17). Remaja masjid yang maju, modern dan memiliki kegiatan beraneka ragam serta mampu menigkatkan ketaqwaan anggotanya adalah merupakan organisasi kemasjidan yang sangat diharapkan. Namun untuk mencapai hal tersebut butuh waktu dan perjuangan yang panjang. Ada tiga fase dalam tahap perkembangan organisasi ini, yaitu: fase penumbuhan, pembinaan dan pemgembangan organisasi. Untuk menuju organisasi remaja masjid yang maju diperlukan kerja keras dan kinerja yang rofesionalisme para pengrusnya. B. Jenis-Jenis Aktivitas Remaja Masjid Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Remaja Masjid adalah orgnisasi yang menghimpun remaja muslim yang aktif datang dan beribadah shalat berjamaah di masjid. Karena keterlibatan dengan masjid, maka peran utamanya tidak lain adalah memakmurkan masjid. Ini berarti, kegiatan yang berorientasi pada masjid selalu menjadi program utama Di dalam melaksanakan perannya, Remaja Masjid meletakkan prioritas pada kegiatan-kegiatan peningkatan keislaman, keilmuan dan keterampilan anggotanya. Siswanto, (2005:48) mengemukakan bahwa aktivitas Remaja Masjid yang baik adalah yang dilakukan secara terencana, kontinyu dan bijaksan; di sampingi disamping itu juga memerlukan strategi, metode, taktik dan teknik yang tepat untuk sampai pada aktivitas yang baik tersebut, pada masa sekarang diperlukan pemahaman organisasi dan manajemen yang baik pula. Lebih lanjut Siswanto (2005:48) mengemukakan jenis-jenis aktivitas Remaja Masjid adalah: 1. Memakmurkan Masjid Remaja Masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan masjid. Diharapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk melaksanakan shalat berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain. Karena, shalat berjamaah adalah merupakan indikator utama dalam memakmurkan masjid. Selain itu kedatangan mereka ke masjid akan memudahkan pengurus dalam memberilran informasi, melakukan koordinasi dan mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan aktivitas yang sudah diprogramkan. Dalam mengajak anggota untuk memakmurkan masjid tentu diperlurkan kesabaran. Usaha-usaha secara sistematis harus dilakukan, antaral ain: a. Pengurus memberi contoh dengan sering datang ke masjid b. Menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan masjid sebagai tempat pelaksanaannya c. Dalam menyelenggarakan kegiatan diselipkan cara shalat berjamaah. d. Pengurus menyusun piket jaga kantor sekretariat di masjid. 2. Pembinaan Remaja Muslim Remaja Muslim di sekitar masjid merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga merupakan objek (mad'u) yang paling utama. Pengurus Remaja Masjid membina mereka bertahap dan berkesinambungana agar mampu beriman, berilmu dan beramal dengan baik. Hal ini dilakukan dengan menyusun program kerja yang menghayati keinginan dan kebutuhan mereka. Siswanto, (2005:69) mengemukakan bahwa tujuan utama pembinaan Remaja Masjid adalah pembentukan remaja Muslim yang bertakwa Hal ini nampak dengan hasil benaan berupa remaja-remaja Muslim yang memahami Islam dan rajin beribadah. Di samping itu juga untuk mendidik mereka untuk berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat diandalkan. Dengan pengajian remaja malam bina iman dan takwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir Al-Qur'an, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum, keterampilan berorganisasi dan lain sebagainya tersebut diupayakan untuk tercapai. 3. Kaderisasi Umat Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap mengemban amanah organisasi. anggota remaja masjid dapat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung. Pengkaderan secara langsung dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, dan secara tidak langsung dilakukan melalui kepengurusan, dan aktivitas organisasi lainnya Sistem pengkaderan remaja masjid disusun dalam bentuk pedoman pengkaderan remaja masjid yang memuat konsep secara langsung dan tidak langsung. Konsep tersebut harus aplikatif artinya dapat digunakan dalam aktivitas organisasi secara berkesinambungan. Sebagai wadah generasi muda Islam, remaja masjid berusaha untuk anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai kemampuan yang memadai, baik kemampuan teknis operasional (technical skill), kemampuan mengatur orang (human skill) maupun kemampuan dalam menyusun konsep (lmnceptional skill). Manfaat dari pengkaderan adalah diperolehnya kader-kader organisasi remaja masjid yang "siap pakai", yaitu kader-kader yang beriman, memiliki kemauan dan kemampuan di dalam meneruskan misi organisasi, profesional serta memiliki pengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik. Kader-kader yang siap pakai tersebut dapat bermanfaat dalam menghadirkan calon-calon pemimpin, anggota yang bermotivasi tinggi dan aktivis Islam yang terampil. 4. Pendukung Kegiatan Ta’mir Masjid Sebagai anak organisasi (underbou) ta’mir masjid, remaja masjid harus mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan kegiatankegiatan tertentu, seperti shalat jumat, penyelenggaraan kegiatan ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, peran remaja masjid sangat di butuhkan. Di samping bersifat membantu, kegiatan ini juga merupakan aktivitas yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat secara nyata. Siswanto, (2005:70 mengemukakan bahwa secara umum, remaja masjid dapat memberi dukungan dalam berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab ta'mir masjid di antaranya: a. Mempersiapkan sarana shalat berjamaah dan shalat khusus, seperti: shalat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul Fitri dan Idul Adha. b. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib jumat, Idul Fitri dan ldul Adha. c. Menjadikan panitia-panitia kegiatan kemasjid dan. d. Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat. e. Menjadi pelaksanaan penggalangan dana. f. Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada ta'mir masjid. g. Dan lain sebagainya. 5. Dakwah dan Sosial Remaja masjid adalah organisasi dakwah Islam yang mengambil spesialisasi dalam pembinaan remaja muslim melalui masjid. Organisasi ini berpartispasi secara aktif dalam mendakwakan Islam secara luas disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam, bil fikr dan lain sebagainya dapat diselenggarakan baik oleh pengurus maupun anggota. Meskipun diselenggarakan oleh remaja, remaja masjid tidak membatasi hanya beraktivitas dibidang keremajaan saja tetapi juga melaksanakan aktivitas yang menyentuh masyarakat luas. Aktivitas seperti bakti sosial, kebersihan lingkungan, membantu korban bencana alam, kumpul-kumpul keluarga (familiy gathering) jamaah masjid, kunjungan ke pesantren dan lain sebagainya adalah merupakan contoh-contoh dari kegiatannya. Remaja masjid dapat bekerja semua dengan ta’mir masjid atau majelis talim ibu-ibu dalam merealisasikan kemasyarakatan tersebut. C. Partisipasi Remaja Masjid Partisipasi atau partisipatif dapat pula digunakan atau diterapakan sebagai strategi kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi sebagai pendekatan berarti sebagai suatu metode yang digunakan untuk mengenal lebih dekat dan mengalisiss lebih cepat, sedangkan partisipatif sebagai strategi kebijakan diartikan cara bagaimana mencapai tujuan dan sasaran yang yang telah ditetapkan. Partisipasi sebagai suatu pendekatan dan partisipasi sebagai suatu strategi kebijakan, kedua-duanya adalah perlu diterapkan dan dilaksanakan, agar supaya segala sesuatu yang dihadapi dapat dikenali secara jelas dan penganalisaannya dapat dilakukan secara tepat, dan selanjutnya dapat ditentukan cara bagaimana pemecahannya dan tindakan dan tindakan pencapaian tujuan dan sasarannya dilakukan secara tepat. Selanjutnya supaya pembahasan mengenai partisipatif pembangunan pedesaan lebih lengkap dan mendasar, maka perlu dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Strengh (kekuatan), Weakness (kelemahan, Opportunity (peluang), and Threat (ancaman/hambatan). Faktorfaktor internal dan eksternal harus diidentifikasikan secara jelas, dengan demikian upaya-upaya penyempurnaan dan pengembangan dalam mengimplementasikan partisipasi dapat dirumuskan secara terarah dan terpadu. D. Hakikat Pembangunan Desa Pembangunan desa merupakan usaha yang dilakukan untuk memberdayakan potensi yang dimiliki desa sehingga secara maksimal dapat membantu terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini pembangunan desa pada dasarnya menrpakan usaha yang sistematis dan terencana yang dilakukan unfuk mengoptimalkan berbagai aktivitas sehingga memberi kontribusi yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dunham (datam Tampubolon, 2002:6) merumuskan bahwa pembangunan desa pada dasamya merupakan "organized effirts to improve the conditians of community life, primarily tlvough the enlistment of self-help and cooperative effort from the villagers, but with technical assistancefr Om governmento r voluntary organization.' Pandangan di atas mengandung pengertian bahwa pernbangunan desa merupakan usaha yang terorganisir untuk meningkatkan kondisi-kondisi hidup masyarakat, melalui proses kerjasama dari orang desa, dengan bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi sukarela. Dalam fonnulasi lain Berata (1991:48-49) mengemukakan bahwa hakikat pengertian pembangunan desa merupakan suatu gerakan, dimana usaha peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya ditentukan oleh swakarsa dan swadaya masyarakat sendiri. Oleh karena itu pembangunan desa berintikan kepada usaha peningkatan swakarsa dan swadaya masyarakat sehingga keterlibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu kewajiban. Titik berat pendekatannya manandaskan kepada konsep pembanguan masyarakat, yaitu suatu gerakan untuk memajukan kehidupan yang lebih baik dengan keterlibaran aktif dan swakarsa masyarakat itu sendiri. Pandangan di atas mengandung pengertian bahwa pembangunan desa merupakan usaha yang terorganisasi untuk meningkatkan kondisi-kondisi hidup masyarakat melalui proses kerjasama dari orang desa, dengan bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi sukarela. Aktualisasi program pembangunan desa ini dilaksanakan melalui berbagai bidang pembangunan baik yang terkait dengan agama, ekonomi, sosial budaya, politilq kemasyarakatan dan kepemudaan Berbagai bidang tersebut dibangun secara bertahap namun berkelanjutan untuk mencapai hasil yang maksimal. Titik berat dari pembangunan diberbagai bidang tersebut masih diarahkan pada bidang ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Penekanan pada bidang ekonomi ini bukan berarti mendiskreditkan bidang lain, namun lebih dimaksudkan untuk memacu pembangunan di bidang lain agar memberi kontribusi yang efektif dalam pembangunan secara komprehenship. Tampubolon (2002:6) mengemukakan bahwa terdapat tiga ciri pokok pembangunan desa yaitu: pertama adanya usaha-usaha yang terorganisir untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat kedua, adanya peningkatan usaha kerjasama dan gotong-royong dalam melaksanakan pembangunan; dan ketiga pembangunan masyarakat desa memerlukan bantuan teknis dari pemerintah dan organisasi sukarela Pendapat menunjukkan bahwa pembangunan desa perlu dilakukan secara terorganisir melalui gotong-royong dari segenap komponen masyarakat maupun dengan bantuan pemerintah atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Dunham (dalam Tampubolon, 2002:7) mengemukakan bahwa terdapat empat unsur pembangunan desa yaitu: a) a plan program with afocus on the total needs of the village community;b ) technical assistance;c ) integrating various specialties for the help of the commnunity; and d) a major emphasis upon selfhelp and participation by the residents of the community. Keempat unsur di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat desa adalah suatu program yang terencana, berfokus pada kebutuhan masyarakat memerlukan bantuan teknis dari para ahli dari berbagai bidang, dan mengutamakan kegiatan-kegiatan gotong royong untuk menumbuhkan keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan. Jika dicermati bahwa eksistensi pembangunan desa saat ini merupakan hal yang penting bahwa Indonesia adalah negara agraris, mayoritas penduduk tinggal di desa, di mana kehidupan sosial dan ekonominya tergantung pada usaha tani tradisional dan bidang usaha lainnya Aktualisasi pelaksanaan desa harus dirujuk pada visi serta misi desa. Visi merupakan pandangan jauh ke depan tentang ke mana desa akan dibawa atau akan dibangun.Sedangkan misi menrpakan aktualisasi untuk menunjukkan visi. Dalam konteks pembangunan desa, pengertian misi adalah segala sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang teroganisasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat desa Pandangan ini menunjukkan bahwa misi pada dasarnya segala sesuatu yang terkait dengan aktualisasi berbagai program untuk meningkatkan kemajuan desa melalui pelaksanaan pembangunan yang diselenggarakan secara sistemik dan terencana. Tampubolon (2002:6) mengklarifikasi bahwa misi pembangunan desa antara lain adalah melaksanakan kegiatan desa guna meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Dilaksanakan melalui kegiatan gotong-royong (self-help), usaha bersama (cooperative efort), dan mengutamakan potensi-potensi yang dimiliki masyarakan memberdayakan masyarakat desa melalui jalur pendidikan non fonnal sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan dan sikap mental positif untuk melaksanakan pembangunan, dan melaksanakan pembangunan SDM yang berkualitas melalui kegiatan pendidikan non formal. Mengacu pada uraian di atas jelaslah bahwa desa pada dasarnya merupakan kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk memikirkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga tercipta tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera. Melalui pembangunan desa diharapkan pula akan terjadi perubahan pola sikap dan pola pikir masyarakat agar selalu dinamis dalam mengkreasi berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pembangunan secara komprehenship. E. Keterlibatan Remaja Masjid Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa Remaja Masjid adalah generasi muda sebagai pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional. Oleh karenanya Remaja Masjid perlu menunjukkan eksistensinya sebagai generasi penerus dan pewaris cita-cita perjuangan bangsa. Pencapaian terhadap hal tersebut perlu dibuktikan remaja masjid dengan kegiatan kepemudaan. Organisasi remaja masjid, sejak peneliti mengenal yang namanya remaja sampai sekarang dapat dikatakan hidup segan, disebut mati pun juga tidak mau. Ada yang hanya pajang papan nama di depan masjid tetapi tidak jelas apa kegiatannya. Misalnya, itupun ada setahun sekali. Lebih parah lagi, remajanya tidak mau pergi ke masjid. Memang ada masjid yang mempunyai organisasi remaja masjid yang bagus, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Kondisi ini tidak bisa disalahkan kepada organisasi remaja saja, tetapi juga pemerintah. Selama ini lebih cenderung membina pemuda dari pada remajanya. Dan kegiatannya lebih banyak mengarah kebidang olahraga. Hal ini dibuktikan dengan adanya menteri yang khusus menangani pemuda dan olahraga. Di tingkat provinsi, kabupaten, dan ada juga dinas pemuda dan olahraga. Bahkan di Departemen Agama pun tidak ada bidang secara khusus yang menangani remaja masjid. Karenanya, tidak salah kalau organisasi remaja masjid masih jalan ditempat. Padahal melihat fungsi adanya organisasi remaja masjid sangat penting, khususnya untuk pembinaan remaja ke depan. Tak salah Mustafa al-Gulayani mengatakan sesungguhnya ditangan remaja maju mundurnya umat dan dipundaknya pula hidup dan matinya umat. Terlepas dari semua, usia remaja jangan sampai dibiarkan tanpa ada pembinaan. Ada atau tidaknya pembinaan, remaja masjid harus ada. Dalam AlQuran berfirman, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mau mengubah dirinya sendiri. Dalam konteks remaja masjid, ayat di atas bisa di break down lebih lanjut, Allah tidak akan mengubah nasib remaja masjid, hingga remaja masjid tidak akan mengubah nasibnya sendiri. Diakui atau tidak, remaja sekarang lebih senang megikuti konser musik dari pada mengikuti pengajian. Banyak remaja lebih “pede” menyebut dirinya sebagai geng dari pada remaja masjid. Ada anggapan untuk masuk masjid gengsi. Masjid itu urusannya orang tua. Anggapan inilah yang harus kita tepis bersama. http://formadamarapura.wordpress.com/2012/01/02/mengelola-organisasiremaja-masjid/.com Untuk memaksimalkan hasil yang dicapai dalam kegiatan kepemudaan, remaja masjid harus memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam penyusunan rencana pengembangan kegiatan kepemudaan. Pentingnya keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan mengingat bahwa konsep ini merupakan salah satu faktor determinan yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan remaja masjid. Langkah awal yang dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan adalah dengan memotivasi rcmamuda agar terlibat dalam kegiatan remaja masjid. Dalam konteks yang bersamaan dukungan dari segenap masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh remaja masjid. Muljani (2001:134-135) mengemukakan kebijakan dan langkah-langkah yang telah ditempuh dalam meningkatkan keterlibatan remaja masjid dalam melaksanakan kegiatan yaitu sebagai berikut: a) Pengembangan kesadaran berbangsa dan bernegara serta pengembangan sikap perilaku ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa; Kegiatan ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran terhadap berbangsa dan bernegara melalui peringatan hari-hari besar nasional untuk menjiwai nilai yang terkadung dalam setiap kegiatan tersebut. Demikian juga pengembangan dan peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan melalui kegiatan keagamaan yang terprogram secara sistemik. Implementasi kedua kegiatan ini kehendaknya menjadi wahana pembelajaran bagi rcmaja masjid untuk melaksanakan kegiatan tersebut mengacu pada nilai-nilai keterlibatan sehingga memberikan hasil yang maksimal. b) Pengembangan sikap dan perilaku mewariskan kebudayaan bangsa dengan perhatian utama pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai perjuangan bangsa. Kegiatan ini dimaksudkan agar nilai-nilai budaya bangsa dalam bentuk sikap dan perilaku baik yang dilandasi oleh Pancasila dapat diwarisi secara maksimal oleh seluruh remaja masjid. Pewarisan tehadap nilai-nilai ini diharapkan akan berimplikasi pada kemampuan generasi muda dalam menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi masyarakat pada umumnya. c) Pengembangan sikap dan perilaku dijiwai : (i) rasa tanggung jawab dan memiliki, (ii) semangat perjuangan dan kepoloporan (iii) sikap kepemimpin, serta kemampuan mandiri dan wiraswata (iv) etos kerja dan etos usaha serta peningkatan kemampuan berprestasi, (v) semangat sosial yang bermanfaat, (vi) sikap intelektual dan semangat pengembangan profesional, dan (vii) sikap yang menjunjang tegaknya disiplin nasional. Berbagai usaha yang dilakukan di atas diharapkan mampu memberdayakan potensi generasi muda serta meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan aktivitas kepemudaan Melalui kondisi seperti ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas kegiatan remaja masjid dalam pembangunan desa.