I. PENDAHULUAN Ikan gurame merupakan salah komoditas unggulan Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan kenaikan produksi pertahunnya sebesar 4,9% (KKP, 2010), namun untuk pembenihan ikan gurame banyak dilakukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk memenuhi kebutuhan benih di luar Jawa dilakukan dengan transportasi secara tertutup. Transportasi benih ikan biasanya dilakukan dalam kepadatan yang sedikit lebih tinggi untuk mengefisiensikan biaya transportasi. Semakin padat ikan yang dibawa dalam suatu wadah maka kemungkinan terjadi stres akan semakin besar. Stres yang timbul akan mengakibatkan aktifitas fisiologis ikan meningkat yang dapat memperburuk kualitas air yaitu ketersedian oksigen terlarut yang menurun, konsentrasi CO2 dan NH3 yang semakin tinggi. Kualitas air yang buruk dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan. Kandungan NH3 merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan transportasi ikan dan bersifat toksik yang dapat menyebabkan kematian ikan. Untuk mengurangi pengaruh kandungan tersebut maka digunakan zeolit dan karbon aktif. Penelitian Ghozali (2007) menambahkan zeolit 20 g/ℓ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, menghasilkan SR 100% dengan lama pengangkutan 120 jam. Secara umum 1 g zeolit dapat menyerap 1 mg TAN. Selain itu, penelitian Ardiyanti (2007) tentang pemberian zeolit sebanyak 10 g/ℓ dan C-aktif sebanyak 10 g/ℓ pada pengangkutan ikan coridoras ukuran 2 g/ℓ dengan kepadatan 20 ekor/ℓ menghasilkan SR sebesar 100%. Zeolit mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap amoniak, karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul (Anwar et al., 1985). Karbon aktif merupakan bahan yang berfungsi melalui adsorbsi (jerapan) dan absorbsi (serapan), adsorbsi adalah suatu proses partikel “menempel” pada suatu permukaan akibat “perbedaan” muatan lemah diantara kedua benda (gaya van der waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis partikel-partkel halus pada permukaan tersebut, kemudian sifat absorpsi yaitu proses suatu partikel terperangkap ke dalam struktur suatu media seolah-olah 1 menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut (Sembiring dan Sinaga, 2003). Penambahan garam terhadap air yang digunakan sebagai media transportasi bertujuan untuk menurunkan perbedaan kadar mineral antara air dan darah ikan yang akan menurunkan efek dari ketidakseimbangan tekanan osmotik. Garam akan membebaskan insang dari kelebihan air, merangsang pelepasan amoiak dan nitrat dari dalam darah terutama membantu menciptakan keseimbangan kadar darah dan jaringan tubuh lainya. Permintaan benih ikan gurame rata-rata ukuran ±4 cm, dengan kepadatan pengepakan yang biasa diterapkan oleh petani sebesar 10-15 ekor/ℓ. Kepadatan tersebut diharapkan dapat ditingkatkan sehingga diperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Untuk mengefisienkan biaya maka perlu dilakukan penelitian tentang kepdatan optimum dan penambahan bahan ke dalam media yang bertujuan mengurangi kematian saat transportasi. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan percobaaan penentuan kepadatan optimum transportasi gurame. Dihasilkan kepadatan optimum sebesar 40 ekor/ℓ (Maria, 2010). Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan efisiensi transportasi, khususnya untuk komoditas benih gurame agar kematian ikan bisa diminimalisir sehingga berdampak pada peningkatan keuntungan usaha khususnya pada biaya transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas penambahan garam pada media yang telah diberi zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air media pengangkutan dengan kepadatan tinggi, sehingga dapat meminimalisasi tingkat kematian pada pengangkutan tertutup benih gurame yang diangkut selama 72 jam dan mempertahankan tingkat kelangsungan hidup ikan pasca pengangkutan. 2