MATERI DAN METODE Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium riset Bagian Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Balai Besar Pengujuan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dan di Animal Health Laboratory PT CPJF, Ancol, Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian adalah dari bulan April sampai Oktober 2010. Alat Dan Bahan a. Hewan percobaan Penelitian ini menggunakan ayam broiler yang dibagi menjadi 8 kelompok percobaan.Selain itu juga menggunakan kelinci untuk produksi poliklonal antibodi untuk imunohistokimia. b. Peralatan Delapan set kandang kawat lengkap dengan tempat pakan dan minum. Kemudian satu set peralatan nekropsi (pisau bedah, gunting bedah, pinset, formalin 10%). Selain itu juga satu set peralatan histologi dan imunohistokimia, yaitu mikrotom, gelas obyek, cover glass, kit DAB, antibodi primer, hematoksilin, entelan, serta mikroskop dan kameral. Peralatan elisa meliputi satu set kit elisa, komputer yang dilengkapi dengan software, reader dan pipet dengan tipnya. Sedangkan peralatan untuk persiapan virus dan vaksin berupa satu set peralatan kultur jaringan, telur ayam berembrio 9 hari, antibiotik, telur ayam SPF yang berembrio 8-9 hari, dan media kultur. Metode Penelitian Ayam dibagi menjadi 8 kelompok percobaan : Kelompok I(Infected) :kontrol positif, tidak divaksin tetapi diinfeksi. Kelompok NI(Not Infected) :kontrol negatif, tidak divaksin dan tidak diinfeksi. Kelompok V1I (Vaccine 1 + Infected) :divaksin IBD strain V1, diinfeksi. 19 Kelompok V1NI (Vaccine 1 + Not Infected): divaksin IBD strain V1, tidak diinfeksi. Kelompok V2I (Vaccine 2 + Infected) :divaksin IBD strain V2, diinfeksi. Kelompok V2NI (Vaccine 2 + Not Infected): divaksin IBD strain V2, tidak diinfeksi. Kelompok V3I (Vaccine 2 + Infected) :divaksin IBD strain V3, diinfeksi. Kelompok V3NI (Vaccine 2 + Not Infected): divaksin IBD strain V3, tidak diinfeksi. Vaksin strain V1 adalah strain W2512, golongan intermediate plus yang diaplikasikan di hatchery. Vaksin strain V2 adalah strain D78, golongan intermediate yang diaplikasikan pada umur 13 hari. Sedangkan Vaksin strain V3 adalah strain 228E, golongan intermediate plus yang diaplikasikan pada umur 13 hari. Setiap kelompok diambil 2 macam sampel untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan di laboratorium, yaitu sampel darah dan organ.Organ yang diambil meliputi bursa Fabricius, limpa, timus, seka tonsil dan proventrikulus. Sampel darah diambil 3 kali, yaitu pada DOC, sebelum diinfeksi pada umur 21 hari dan setelah diinfeksi yaitu pada umur 29 hari. Ayam dinekropsi dan diambil organ-organnya pada umur 29 hari dan kemudian difiksasi untuk selanjutnya dipersiapkan sebagai preparat histologi/imunohistokimia. Persiapan Antibodi Primer Antibodi primer dibuat dengan mengimunisasikan virus IBD strain Kediri dan vaksin V3 pada dua kelinci, sementara satu ekor kelinci digunakan sebagai kontrolnegatif. Setelah 3 minggu kemudian kelinci dibooster dengan mengimunisasikan ulang virus/ vaksin yang sama. Enam minggu kemudian kelinci diambil darahnya untuk diperiksa serumnya, diukur titernya.Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan metode SN (serum neutralization). 20 Persiapan Virus dan Vaksin Persiapan virus dilakukan dengan cara mempropagasi isolat virus IBD strain Kediri-Jawa Timur, kemudian diukur titernya dengan titrasi pada telur dan dengan kultur jaringan. Virus diinokulasikan pada telur ayam bertunas, dan diamati adanya infeksi sampai 7 hari.Infeksi ditandai dengan adanya kematian embrio, bintil-bintil pox dan kekerdilan embrio. Langkah berikutnya adalah menghitung titer dengan melalui angka EID 50 dari virus tersebut, dengan rumus : PD = % > 50 – 50/ % > 50 - % < 50 EP50 = - Log pengenceran > 50% + PD EP50 = - Log EID50 Titer virus = EID50/ 1 inokulum Pada kultur jaringan dapat dilakukan dengan menanam virus pada embrio ayam SPF berumur 8-9 hari dan diamati selama 5 hari. Kultur kemudian diamati adanya CPE-nya (Cytopathic effect).Titer didapatkan dengan menghitung angka TCID50 dari virus. Pemeliharaan, Vaksinasi dan Infeksi Broiler Pemeliharaan ayam dilakukan pada tempat terpisah antara kelompok yang diinfeksi dan yang tidak. Infeksi dilakukan terhadap kelompok I, V1I, V2I dan V3I pada hari ke 21 dengan virus IBD strain Kediridengan dosis infeksi : 105EID50 (Suwarno, 2010, Komunikasi pribadi). Kemudian ayam dinekropsi pada umur 29 hari, untuk kemudian diambil beberapa organnya. Pengambilan darah dilakukan pada umur 1 hari, umur 21 hari sebelum ayam diinfeksi dan 29 hari sebelum ayam dinekropsi. Darah kemudian diamati titer antibodi IBDnya.Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan 2 kali, dengan menggunakan 2 macam antibodi primer yang berbeda. Antibodi primer pertama adalah dari strain virus yang sama dengan yang digunakan untuk menginfeksi (virus tantang). Sedangkan antibodi primer kedua adalah dari virus vaksin (V3). 21 Gambar 6Skema pemeliharaan ayam percobaan dari DOC sampai umur 29 hari. Pemeriksaan ELISA dan Imunohistokimia ELISA dilakukan mengikuti prosedur kit ELISA tersebut. Dalam hal ini kit yang digunakan adalah Biochek (Babiker, 2008b). Serum diencerkan dengan perbandingan 1:500 dengan buffer diluent.Kontrol negatif dimasukkan pada lubang A1 dan A2 pada plate yang sudah ditempeli dengan antigen, kemudian diteruskan kontrol positif pada A3 dan A4.Sedangkan Reference Kontrol pada lubang A5. Serum yang telah diencerkan dengan perbandingan1 : 500 kemudian dimasukkan pada lubang A6, A7, A8 dan seterusnya. Plate tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 22-270 C selama 30 menit. Plate kemudian dicuci selama 3-5 kali dan kemudian ditambahkan konjugat pada semua lubangnya. Inkubasi juga dilakukan selama 30 menit pada suhu yang sama. Setelah itu plate dicuci 3-5 kali, dan diteruskan dengan penambahan substrat dan diinkubasi selama 15 menit. Pada saat inkubasi tepat 15 menit, ditambahkan stop solution untuk menghentikan reaksi pada plate. Selanjutnya plate dibaca OD-nya, yang kemudian dikonfersikan ke dalam titer. Imunohistokimia digunakan dengan mengikuti prosedur dari Biocare dan dengan menggunakan DAB (Diamino Benzidine) sebagai kromogen. Ayam yang telah dinekropsi diambil organ-organnya, kemudian difiksasi dengan buffered Neutral Formalin 10%. . Kemudian dilanjutkan dengan 22 proses deparafinisasi dan blocking endogenous activitydengan 3% H2O2 dalam methanoldan snipper block.Penambahan antibodi primer ditambahkan sesudah blocking dan diteruskan dengan antibodi sekunder. Langkah berikutnya adalah dengan penambahan label, dan terakhir dengan pewarna DAB. Untuk memberikan latar belakang maka diwarnai dengan hematoksilin. Langkah terakhir dari pewarnaan ini yaitu dengan cara hidrasi, yaitu dengan mencelupkan slide ke dalam alkohol bertingkat dan kemudian ke dalam xylol. Pengamatan terhadap organ yang telah diwarnai dengan DAB dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Secara kualitatif dengan menyatakan negatif atau positif. Penilaiankuantitatif dinyatakan dengan : 1. – (tidak ditemukan antigen pada semua lapang pandang) 2. + (jumlah antigen 1-10pada satu lapang pandang) 3. ++ (jumlah antigen 11-30pada satu lapang pandang) 4. +++ (jumlah antigen > 30pada satu lapang pandang) 23