BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi communiaction, massa sebagai diadopsi dari kependekan dari sitilah bahsa Inggris, mass mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunkan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communicatiion (Susanto, 1947).12 Seorang anak sudah di terpa film anak-anak di televisi, kendati anak itu masih balita, belum bisa membaca dan menulis. Berangkat remaja dan dewasa, ia sudah mulai menerapkan dirinya dengan media massa cetak seperti majalah anakanak, majalah remaja, majalah berita mingguan, majalah hiburan, serta surat kabar. Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa komunikasi massa, seperi bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator (penyampaian pesan), pesan media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik. 12 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Grasindo. 2004, hal 69 11 12 Proses komunikasi pada awalnya dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi antarpersona dan komunikasi massa (Blake&Haroldsen, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah dkk 1999). Karakteristik komunikasi antarpersona sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication) dan diantara mereka terjadi saling berbagii ide, informasi dan berbagai sikap. Dalam berbagai kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, komunikasi tatap muka mengalami perkembangan pada saat seorang komunikator harus menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang terdiri dari lima sampai 50 orang, bahkan lebih dari lima puluh orang. Dalam kondisi demikian, meskipun komunikasinya beralngsung secara tatap muka, karakteristik komunikasi antarpersona tidak dapat berlaku pada bentuk komuniksi itu. Dari sini kemudian dikenal istilah komunikasi kelompok kecil (small audience atau small group communication) dan komuniksi kelompok besar (large audience atau large group communication).13 Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) adalah proses penyampaian informasi ide, dan sikap dari seorang kepada orang lain. Sedangkan komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunkan mesin, atau media yang diklasifikasikan ke dalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar/majalah dan film.14 Selain itu, pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau 13 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Op. Cit, hal 2 14 Tommy Suprapto. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo. 2006, hal 11 13 khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu, ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain.15 Menurut (Defleur dan Dennis McQuail, 1985) komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyeberkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan, melalui berbagai cara.16 Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti suarta kabar, majalah,radio, atau televisi.17 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Setelah mengetahui bahwa definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Dan melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa.18 15 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga. 1987, hal 31 16 Riswandi. Ilmu Komunikasi I. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009, hal 103 17 Dani Vardiansyah. Pengantar Ilmu Komunikasi (Pendekatan Taksonomi Konseptual). Ghalia Indonesia. 2004, hal 33 18 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Op. Cit, hal 7-12 14 1. Komunikator Terlambangkan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya, arinya komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komuniaktornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan, berdasarkan usia, gender, pendidikan, pekerjaan, agama, latar belakang, dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Kesermpakan Kelebihan komunikasi massa adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99). Dimensi isi 15 menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Ini merupakan salah satu kelemahan dari komunikasi massa, karena komunikannya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Misalnya, pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatn dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (indirect) Komponen umpan balik atau lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. 2.1.3 Peran Komunikasi Massa Realitanya musisi Iwan Fals menjadi terkenal, karena memulai karirnya dari bawah sebelum menjadi artis papan atas dan musisi ternama karena adanya sentuhan komunikasi massa. Begitupun dalam kancah peraturan para pakar dalam 16 berbagai disiplin ilmu. Menurut Dominick (2000), fenomena terbentuknya selebritas bidang keartisan atau pakar dibidang ilmu tertentu tidak terlepas dari peran yang dimainkan komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Kita mengetahui di mana supermarket menyediakan barang yang kita perlukan karena adanya iklan pada media massa. Melalui komunikasi massa kita menajdi tahu berbagai macam informasi.19 2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah :20 1. Fungsi Informasi Fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya education). Karena media massa banyak mejakin hal-hal mendidik. Salah satu satu cara mendidik yang (mass yang sifatnya dilakukan massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan media yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 19 Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Edisi revisi). Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2007, hal 12 20 Ibid, hal 18 17 3. Fungsi Memengaruhi Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Sedangkan menurut Menurut Dominick fumgsi komunikasi massa terdiri dari21 : 1. surveillance (pengawasan). Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a). Warning or beware surviellance (pengawasan peringatan), fungsi pengawasan peringatan terjadi keti kamedia menginformasikan ancaman dari angintopan, meletusnya gunung merapai, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer . (b). Instrumental surviellance (pengawasan instrumental), penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu kehidupan khalayak sehari-hari. 2. interpretation (penafsiran). Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, teapi juga memmberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian yang penting. 21 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2007, hal 14-17 18 3. linkage (pertalian). Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. transmision of value (penyebaran nilai). Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. 5. dan entertaiment (hiburan). Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataanya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisisetiap hari merupakan tayangan hiburan. 2.1.4.1 Fungsi Terhadap Masyarakat Menurut Lasweel dan Wright (1975) ada empat fungsi komunikasi massa : 1. pengawasan lingkungan fungsi pengawasan lingkungan menunjuk pada upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai beberapa peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan suatu masyarakat. Media massa seperti majalah, koran, televisi, dan film menyebarkan segala kejadian atau peristiwa yang ada sehingga menajdi informasi bagi khalayak luas. 19 2. Korelasi antara bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya. Fungsi korelasi meliputi interpretasi terhadap informasi dan persepsi (memberi petunjuk alternatif) untuk mencapai konsensus dalam upaya mencegah konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginnkan akan terjadi, karena adanya informasi tentang lingkungan tersebut. Setiap sajian berita, apalagi yang menyangkut hidup orang banyak akan menjadi stimuli bagi khalayak untuk memberikan tanggapan atau berbuat sesuatu. 3. Sosialisasi Fungsi sosialisasi menunjuk pada upaya transmisi dan pendidikan nilai0nilai serta norma-norma dari suatu generasi kepada generasi yang berikutnya. Dalam fungsi ini media massa (koran, majalah, TV, radio dan film) telah memberikan kerangka berpikir umum yang sangat penting bagi masyarakat. 4. Hiburan Fungsi hiburan menunukan pada upaya-upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas. Bentuknya mencakup hal-hal seperti kehidupan glamour para artis seni dan film, keindahan tempattempat wisata, koat-kota bersejarah, musik, olahraga,a tau game show (permainan-permainan).22 22 Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002, hal 7. 22-7. 27 20 2.1.4.2 Fungsi Terhadap Individu (Individual Function) Menurut Samuel L. Becker (1985) ada tujuh fungsi komunikasi massa terhadap individu : 1. Pengawasan atau pencarian informasi Segala inforamasi yang menyangkut kehidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Hal ini tentu saja telah memberikan pengetahuan bagi setiap orang,, yang dapat membantu seseorang dalam berbuat sesuatu, mengambil keputusan, dan memiliki keyakinan dalam perilakunya. 2. Mengembangkan konsep diri Setiap individu akan selalu mencari (mengeksplorasi) segala inforamsi yang berhubungan dengan pekerjaannya atau profesinya. Inforamsi ini dapat diperoleh dari media massa seperti koran, radio, televisi, atau film. 3. Fasilitas dalam hubungan sosial Media massa membantu kita dalam pergaulan sosial. Karena media massa selalu menyediakan topik-topik hangat dalam pergaulan kita dengan orang lain. 4. Substitusi dalam hubungan sosial Aspek-aspek psikologis dalam hubungan sosial sering kita jumpai dalam isi pesan media massa. Misalnya, kita terlibat secara serius dalam menonton sebuah drama sineton, sampai-sampai tanpa disadari kita mengeluarkan air mata karena terharu. 21 5. Membantu melegakan emosi Koran, majalah, radio, TV, dan film umumnya memberi hiburan, melepaskan emosi, atau membuat kita tertawa dan bergembira. 6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan Dalam meghadapi pekerjaan sehari-hari kita seringkali mengalami ketegangan (stress), dalam kondisi ini kita akan mencari tempat pelarian dengan cara membaca koran, mendengarkan siaran radio, menonton televisi, atau pergi menonton film. 7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi.23 2.1.5 Bentuk-Bentuk Media Massa Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.24 Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah mendengarkan radio siaran, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau majalah. Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terterpa media 23 24 Ibid, hal 7. 22-7. 27 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi ( revisi). Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2010, hal 126 22 massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah mempengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa (dengan segala bentuk media massa) terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa. Aneka pesan melaui sejumlah media massa (koran, majalah, radio siaran, televisi, film dan media on line/internet), dengan sajian berbagai peristiwa yang memiliki nilai berita ringan sampai berita tinggi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu menerpa kehidupan manusia. Bagi yang tidak suka membaca koran, setidaknya ia akan suka mendengarkan radio siaran atau menonton televisi. Artinya tidak ada orang yang terlepasa dari terpaan media massa.25 Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film, dan media online (internet). Sebuah media massa dapat dirumuskan sebagai alat yang bekerja dalam salah satu dari tiga tingkat berkaitan dengan pengaruhnya pada masyarakat massa.26 25 26 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Op. Cit, hal 1 Reed H. Blake, Edwin O. Haroldsen. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya : Papyrus. 2005, hal 42 23 Selain itu media massa juga dapat diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut.27 2.1.6 Efek Komunikasi Massa Pada umumnya manusia lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media pada manusia daripada apa yang manusia lakukan pada media massa. Donald K. Robert mengungkapkan, ada yang beranggapan bahwa “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.28 2.2 Film Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV.29 Dalam Undang-Undang Perfilman menjelaskan, bahwa film sebagai media komunikasi 27 massa pandang-dengar mempunyai 29 penting bagi Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2006, hal 26 28 peranan Elvinaro ardianto dan Lukiati Komala. Op. Cit, hal 49 Hafied Cangara. Op. Cit, hal 136 24 pengembangan budaya bangsa sebagai salah satu aspek peningkatan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional.30 Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh.31 2.2.1 Sejarah Perkembangan Film Film pertama kali diperkenalkan kepada khalayak Indonesia (Hindia Belanda pada masa itu) pada tanggal 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta), lima tahun setelah film dan bioskop pertama lahir di Perancis. Pada masa ini film disebut sebagai “Gambar Idoep”. Hal ini termaktub dalam iklan SK Bintang Betawi (4 Desember 1900): “ Besok hari Rebo 5 Desember Pertoenjoekan Besar Yang Pertama di dalam satoe roemah di Tanah Abang, Kebondje (menage) moelai poekoek Toedjoe malem. Harga tempat klas satoe f2, klas doewa f1, klas tiga f0,50.” Sedang pembuatan film, baru dikenal tahun 1910-an. Itu pun sebatas pada pembuatan film dokumenter, film berita atau film laporan. Pada tahun1926, 30 31 Heru Effendy. Industri Perfilman Indonesia sebuah Kajian. Jakarta : Erlangga. 2008, hal 62 William L. Rivers-Jay W. Jensen dan Theodore Peterson. Media Massa & Masyarakat Modern II. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2008, hal 252 25 barulah dimulai pembuatan film cerita di Bandung. Sepanjang perekmbangannya, film Indonesia mengalami banyak periode. Film pertama di Indonesia adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu Olanda dan Raja Hertogg Hendrik di kota Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlaly mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton. Selain itu juga diadakan pertunjukan khusus seminggu sekali untuk anak-anak yang harus diantar oleh orangtuanya. Namun, film yang sebenar-benarnya di buat di Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng yang dirilis pada tahun 1926 oleh NV Java Film Company. Disutradarai oleh dua orang Belanda, G. Kruger dan L. Heuveldorp dan dibintangi oleh aktor-aktris pribumi dengan dukungan Wiranatakusumah V (Bupati Bandung pada masa itu. Pemutaran perdananya di kota Bandung berlangsung dari tanggal 31 Desember 1926 sampai 6 Januari 1927 di dua bioskop terkenal Elite dan Oriental Bioscop (Majestic).32 2.2.2 Jenis-Jenis Film Secara umum film terlihat sama, hanya gambar bergerak yang mempunyai tokoh, jalan cerita dan pesan. Tapi sebenarnya film-film itu didefinisikan menjadi beberapa jenis. Berikut adalah jenis-jenis film :33 32 Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi Metacommunication Is Ubiquitous. Widya Padjadjaran. 2010, hal 151 33 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. (revisi-08). Op. Cit, hal 148 26 a. Film Cerita Adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat biasanya berupa fiktif, atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi. b. Film Berita atau Newsreel Adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). c. Film Dokumenter Didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “Karya ciptaan mengenai kenyataan” (Creative treatment of actuality). Film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. d. Film Kartun Film kartun (Cartoon Film) dibuat untukkonsumsi anak-anak. 2.2.3 Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah :34 1. Layar yang luas Film dan televisi sama-sama menggunkan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran besar. Layar film yang luas telah 34 Siti Karlinah. Komunikasi Massa. Jakarta : Universitas Terbuka. 2004, hal 24-26 27 memberikan keleluasaan penontonnya melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. 2. Teknik pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka teknik pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dilaksanakan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pemandangan menyeluruh. 3. Konsentrasi penuh Penonton dapat berkonsentrasi penuh karena ruangan yang terbebas dari hiruk pikuk. 4. Identifikasi psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton)tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai wakyu yang cukup lama, seoerti peniruan terhadap cara berpakain atau model rambut. 2.3 Kesejahteraan Sosial Pengertian sejahtera secara harfiah adalah, 35 aman, sentosa, damai aman sentosa dan makmur ; selamat ( terlepas dari segala macam gangguan ) ; me-nyjah-terakan atau membuat sejahtera ; menyelamatkan ( mengamankan dan memakmurkan ) ; penyejahteraan proses, cara, perbuatanmenyejahterakan : ke-sejah-tera-an hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketentrama; jiwa kesehatan jiwa, sosial keadaan sejahtera msyarakat. 35 Ahmad A.K. Muda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher. 2006 28 Sedangkan pengertian sosial secara bahasa adalah, Sosial : berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum, suka menolong dan memperhatikan orang lain36 Istilah kesejahteraan sosial (social welfare) tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, yakni : Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial. 36 Tim Reality. Kamus terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher. 2008 29 Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.37 Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.38 Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan 37 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan 38 Citra Umbara. Undang-undang R.I Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin. Bandung : 2011, hal 34 30 fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.39 Dalam pasal 2 ayat 1 UU RI No. 6 tahun 1974 tentang ketentuanketentuan pokok kesejahteraan sosial memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menunjang tinggi hak-hak serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Dari sini dapat dipahami bahwa kesejahteraan sosial lebih mudah dipahami sebagai sebuah kondisi Dan pengertian tersebut mengandung pokok-pokok pikiran bahwa tata kehidupan dan penghidupan yang dimaksudkan mencakup seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga Negara sebagai penyelenggara kesejahteraan rakyatnya, mencakup jajaran pemerintah dan masyarakat.40 Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5). Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli : 39 40 Ibid, hal 59 Parmanto B. Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional (SKSN). Departemen Sosial RI : Jakarta. 1998, hal 3-4 31 1. Arthur Dunham Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhankebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok- kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan. 2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usahausaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan kebutuhan masyarakat. sebagai manusia sesuai dengan 32 3. Walter A.Friendlander Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayananpelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat. 4. Perserikatan Bangsa-Bangsa Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial. Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individuindividu, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dan komunitas- komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara luas, kecuali 33 bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu negara. Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumbersumber daya manusia serta sumber-sumber material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa. 5. Alfred J.Khan Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam (Sumarnonugroho,1987:28-35). pemenuhan kebutuhan mereka 34 2.3.1 Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Fadhil Nurdin (1990) 41 , timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial disebabkan oleh 5 hambatan: 1. Ketergantungan Ekonomi. Ketergantungan ekonomi merupakan hambatan utama yang menyebabkan adanya berbagai masalah. Hal ini dapat dilihat pada kesulitan yang dialami individu, kelompok dan masyarakat. Sebab dari ketergantungan ekonomi sebagian besar disebabkan kurangnya pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi standar kehidupan minimal dalam kehidupannya, atau ketidakmampuan mengelola pendapatan mereka yang seharusnya dapat mencukupi. Dari hambatan tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah social antara lain kemiskinan. 2. Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri. Ketidakmampuan menyesuaikan diri ini timbul dari masalah kemiskinan dan emosional, yaitu ketidakmampuan menyesuaikan diri. Hal ini merupakan jenis hambatan yang dikenal dengan istilah “hambatan sosial psikologis”. Masalah yang dapat timbul dari permasalahan ini antara lain: seseorang mengalami perubahan, baik sikap maupun perilakunya dalam berinteraksi dengan orang lain dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan tertentu. Masalah-masalah 41 Fadhil Nurdin. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung : PT. Angkasa. 1990 35 penyesuaian diri dapat menimbulkan berbagai bentuk masalah seperti kenakalan remaja, pelacuran dan lain sebagainya. 3. Kesehatan Yang Buruk. Kesehatan yang buruk dapat disebabkan beberapa faktor lingkungan yang buruk atau kotor, adanya berbagai penyakit dan ketidakmengertian anggota masyarakat itu sendiri. Ketiga faktor tersebut berkaitan pula dengan kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Persoalan-persoalan yang bersumber dari berbagai faktor diatas dapat menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan penyakit-penyakit menular, kekurangan gizi, yang akhirnya menuju kematian. 4. Rekreasi dan Pengisian Waktu Senggang. Rekreasi dan pengisian waktu senggang merupakan kebutuhan yang fundamental bagi kehidupan seseorang serta memiliki fungsi-fungsi lain untuk memberikan keseimbangan dalam kehidupan seseorang, pembebasan dari suasana rutin yang terus menerus, penyegaran dari beban pikiran dan tanggung jawab yang berat, atau perasaan jenuh selama bekerja di kantor. Perlunya memperhatikan rekreasi dan pengisian waktu luang yang positif setiap ada waktu luang yang digunakan dengan baik sifatnya cenderung digunakan secara negative. Pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam masalah seperti kenakalan remaja, perkelahian, penyalahgunaan narkoba, pembunuhan, pencurian dan perampokan. 36 5. Kondisi Sosial.Penyediaan dan Pengelolaan Pelayanan Sosial yang Kurang atau Tidak Baik. Kondisi sosial, penyediaan dan pengelolaan pelayanan sosial yang kurang atau tidak baik misalnya keadaan lingkungan pergaulan yang buruk sehingga dapat dengan kuat mempengaruhi kepribadian individu. Demikian pula halnya dengan penyediaan dan pengelolaan pelayanan sosial yang kurang atau tidak baik, akan mengakibatkan hasil pelayanan yang kurang memadai terhadap para pengguna pelayanan tersebut. Misalnya, kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit, kurangnya sarana pendidikan yang memadai dan sebagainya. Masalah-masalah dapat ditimbulkan oleh kondisi social, pelayanan yang kurang atau tidak baik dapat menjangkau penerima pelayanan. Paling tidak, kelima jenis hambatan diatas (selain banyak lagi masalah sosial lainnya yang belum teridentifikasi) merupakan dasar atau sumber timbulnya masalah-masalah kesejahteraan sosial masyarakat yang mau tidak mau harus diatasi, tidak hanya oleh masing-masing individu, melainkan oleh pemerintah daerah. 2.4 Representasi Representasi adalah istilah yang merajuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya taukah 37 diburukkan. Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.42 Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Dalam representasi, sangat mungkin terjadi misrepresentasi atau ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran. Menurut John Fiske seperti yang dikutip oleh Eriyanto, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok atau seseorang palingg tidak ada tiga proses yang harus dihadapi.43 Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu dikonstruksi sebagai realitas, pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitasa, dan bagaimana realitas tersebut digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis, bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan kedalam kohersi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.44 Representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik pembuatan tandatanda dalam kode-kode dimana kita mencipta makna-makna. Dengan mempelajari representasi kita mempelajari pembuatan, konstruksi makna. Karenanya representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali ( rep-resentating), bukan 42 Eriyanto. Analisis Wacana (pengantar analisis teks media). Yogyakarta : LKIS. 2001, hal 113 43 Ibid, hal 114 44 Ibid, hal 114 38 gagasan asli atau objek fiskal asli, melainkan sebuah representasi atau versi yang dibangun darinya.45 Sedangkan representasi menurut Piliang adalah tindakan menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu lewatsesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.46 2.5 Semiotika Spesies manusia terobsesi dengan kebutuhan untuk mencari alasan keberadaannya di planet ini. Hal ini memaksa kita menciptakan “tanda” dan “sistem tanda”, seperti bahasa, mitos, bentuk seni, sains, dan semacamnya, untuk membantu kita menemukan alasan keberadaan kita. Studi mengenai hal ini dan hukum yang mengaturnya di berbagai budaya diseluruh dunia dirangkum dalam rubrik semiotika. Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan-baik oleh penyampaian maupun penerima (encoder atau decoder). Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif. Para ahli semiotika menggunakan kata kerja seperti menciptakan, membangkitkan atau menegosiasikan untuk mengacu pada proses ini. Negosiasi mungkin merupakan istilah yang paling berguna karena didalamnya menunjukan adanya kesana dan kemari (to and fro). Memberi dan 45 Graeme Burton. Membincangkan Televisi; Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi. Yogyakarta : Jalasutra. 2007, hal 42-43 46 Yasraf Amir Piliang. Hipersemitika;Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta : Jalasutra. 2003, hal 21 39 menerima (give and take), diantara manusia dan pesan. Makna merupakan hasil dari interaksi dinamis antara tanda, interpretant, dan objek makna secara historis ditempatkan dan mungkin akan berubah seiring dengan perjalanan waktu. Mungkin bahkan lebih berguna untuk menggunakan istilah pemaknaan dan menggunakan istilah Pierce “Semiosis” yang jauh lebih aktif untuk tindak pertandaan.47 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua inidapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak saraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, berjalan cepat, bersudut tajam, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda (Zoest, 1993 :18).48 Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasrnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). 47 Jhon Fiske. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra. 2007, hal 68 48 Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra. 2008, hal 12 40 Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek itu hendak berkomunikasi, tetai juga mengkonstitusi system terstrukrur dari tanda.49 Dalam bahasa Yunani, semiotika mengacu kepada “diagnostik” atau pengamatan gejala. Dalam penggunaan zaman sekarang, kata semiotika menjadi pesaing semiologi. Kita menemukan istilah semiotika terutama yang digunakan untuk menyebut system-sistem particular dalam bukunya Louis Hjemslev menyajikan penjelasan tentang semiotika denotative, konotatif dan tentang metasemoitika. Dari tema seman- maka diturunkanlah semantic. Dan dalam beberapa penggunaan tertentu di beberapa Negara berbahasa Inggris, terutama pada pemikiran Morris, semantik itulah yang cenderung disebut sebagai semiotika.50 Semiotika adalah ilmu yang mencoba menjawab pertanyaan berikut : apa yang dimaksud dengan x? x dapat berupa apapun, mulai dari sebuah kata atau isyarat hingga keseluruhan komposisi musik atau film. “Jangkauan” x bisa bervariasi, tapi sifat dasar yang merumuskannya tidak. Jika kita merepresentasikan makna (atau makna-makna) yang dikodifikasi x dengan huruf 49 50 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009, hal 15 Jeanne Martinet. Semiologi Kajian Teori Tanda Saussuran Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi. Yogyakarta : Jalasutra. 2010, hal 4 41 y, maka tugas utama analisis semiotika secara esensial dapat direduksi menajdi upaya untuk menentukan sifat relasi x = y.51 2.5.1 Pengertian Semiotika Secara etimologis, semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berati tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensial sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.52 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak 51 Marcel Danesi. Pesan, Tanda, Makna. Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra. 2010, hal 5 52 Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana media. 2011, hal 5 42 berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistmen terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001: 53).53 Dalam pandangan piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam pelbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang pelbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam pelbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang, 1998: 262).54 Di dalam kajian yang lain menyebutkan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Ilmu semiotik juga dianggap sebagai fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tandatanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.55 Banyak tokoh yang mebahas akan makna semotika. Namun, ada dua tokoh yang paling terkenal yang membahas semiotika yakni, Charles Sander Peirce dan Ferdinand De Saussure. Cara berpikir Pierce pada dasarnya dipengaruhi aliran 53 54 55 Alex Sobur. Op. Cit, hal 15 Sumbo Tinarbuko. Op. Cit, hal 11 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2006, hal 261 43 filsafat pragmatisme yang cenderung bersifat empirisme radikal. Segala sesuatu menurut Pierce adalah lambang, bahkan alam raya ini pula sebenarnya adalah suatu lambang yang bbukan main dahsyat sifatnya (great reperesentamen).56 Sedangkan Saussure lebih memfokuskan perhatiannya langsung pada tanda itu sendiri. Bagi Saussure, tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna atau untuk menggunkan istilahnya sebuah tanda terdiri atas penanda dan petanda.57 2.5.2 Teori Semiotika Pierce Charles Sanders Pierce ialah seorang ahli mateatika dari AS yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari persfektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, Pierce menggunakan istilah representamen yang tak lain adalah lambang (signs) dengan pengertian sebagai something which stands to somebody for something in some respect or capacity ( sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas). Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa bagi Pierce, lambang mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isyarat bahasa tubuh, musik, dan lukisan.58 56 Pawito Ph. D. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS. 2007, hal 158 57 John Fiske. Op. Cit, hal 65 58 Pawito Ph. D. Op. Cit, hal 157 44 Menurut Charles S. Pierce semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga makna atau triangle meaning (Fiske, 1990&Littlejohn, 1998) yang berupa : 59 a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merajuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek. b. Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Penggunaan Tanda (Interpretant) Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Yang dikupas teori segitiga adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan antara tanda, objek, dan interpretant digambarkan Pierce sebagai berikut : 59 Rachmat Kriyantono. Op. Cit, hal 263 45 Sign Interpretant Object Gambar 2.5.2.a Panah dua arah pada unsur makna Pierce menekankan bahwa masingmasing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu diluar dirinya sendiri-objek, dan ini dipahami oleh seseorang, dan ini memiliki efek di benak penggunanya-interpretant.60 Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya dinamakan interpretant dari tanda pertama, tanda itu menunjukan sesuatu, yakni objeknya.61 Pierce menggunakan teori segitiga makna untuk menganalisis makna. Segitiga makna yang dimaksud oleh Pierce yaitu object, sign, dan interpretant. Object adalah seseuatu hal yang secara visual dapat terlihat. Object dapat dibagi menjadi dua, objek verbal yang berupa kata-kata serta objek non-verbal yang berupa gambar, warna, dan sebagainya. Sign adalah keseluruhan tanda dari objek. Sedangkan interpretant merupakan interpretasi atau tafsiran atas sign dan object. Rangkain pemahaman akan berkembang terus seiring dengan rangkaian semiosis yang tidak kunjung berakhir. Selanjutnya terjadi tingkatan rangkaian 60 61 John Fiske. Op. Cit, hal 63 Ibid, hal 63 46 semiosis. Interpretant pada rangkaian semiosis lapisan pertama, akan menjadi dasar untuk menagcu pada objek baru dan dari sini terajdi rangkaian semiosis lapisan kedua. Jadi, apa yang berstatus sebagai tanda pada lapisan pertama berfungsi sebagai penanda pada lapisan kedua, dan demikian seterusnya.62 Semua unsure yang terdapat dalam film merupakan tanda-tanda yang akan di analisis. 62 Sumbo Tinarbuko Op. Cit, hal 14