PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL KELOMPOK

advertisement
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA
YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Elvika Fianasari
NIM 12111247005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2015
i
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA
YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Elvika Fianasari
NIM 12111247005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2015
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 1
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA
YOGYAKARTA
IMPLEMENTATION MULTICULTURAL LEARNING OF KINDERGARTEN IN THE
LABSCHOOL RUMAH CITTA YOGYAKARTA
oleh: Elvika Fianasari, paud/pks-pgpaud
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran multikultural kelompok TK di
Labschool Rumah Citta. Subyek penelitian terdiri dari 6 guru, 27 anak, dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan menggunakan
pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian meliputi: (1) kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan
memiliki kekhasan. Perencanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan perkembangan, latar belakang anak,
dan melibatkan anak. (2) Kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik usia anak TK yaitu memberikan
stimulai kelima aspek perkembangan anak dan kegiatan terdiri dari (a) kegiatan pra pembelajaran dilakukan dengan
kegiatan transisi dan apersepsi di circle awal. (b) kegiatan inti mengenalkan identitas budaya, ras dan keberagaman
yang ada di sekitar dengan pembelajaran yang konkret. (c) kegiatan penutup dilakukan di circle akhir yaitu
melakukan review, refleksi, mengevaluasi, dan informasi kegiatan berikutnya. (3) faktor bawaan anak diantaranya
agama, bahasa, suku, budaya, kebutuhan, kemampuan, dan usia. (4) bawaan guru diantaranya latar belakang
pendidikan, budaya, suku, agama, dan pengalaman hidup. (5) pedagogi yaitu strategi pembelajaran dan metode. (6)
faktor pendukungnya adalah adanya keberagaman yang ada disekitar. Faktor penghambatnya adalah guru dan
kurikulum secara umum belum memuat multikultural dalam kebijakan kurikulum nasional.
Kata kunci: pembelajaran multikultural, multikultural
This research aimed to describe impelementation multicultural of kindergarten in the Labschool Rumah Citta
Yogyakarta. The subjects of the study consisted of 6 teachers, 27 children, and 1 principal. This research used a
qualitative approach with descriptive research. Methods of data collection using observation, interviews, and
documentation. The instrument of this study is the researchers themselves and to use guidelines for observation,
interviews, and documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis technique. Results of the
research include: (1) curriculum used is created its own curriculum and its uniqueness. Learning plan drawn up
with regard to the development, the background of children, and involving children. (2) Learning activities in
accordance with the characteristics of kindergarten age children that provide stimulation fifth aspects of child
development and the activities consist of (a) pre- learning activities performed by the transition activities and
apersepsi in early circle. (b) core activities introducing cultural identity, race, and diversity that exists around the
concrete learning. (c) activities cover performed at the end of the circle is conducting a review, reflect, evaluate,
and update the next activity. (3) child congenital factors including religion, language, ethnicity, culture, needs,
abilities, and age. (4) congenital teachers including educational background, culture, ethnicity, religion, and life
experiences. (5) pedagogy of learning strategies and methods (6) supporting factor is the diversity that exist
around. Inhibiting factor are teacher and general curriculum multicultural policies have not loaded the national
curriculum.
keywords: multicultural learning, multicultural
2 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
(masyarakat); yang terintegrasi dalam bentuk
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki keberagaman kultur terbanyak di dunia,
gender, etnik, ras, suku, bangsa, kepercayaan, dan
agama.
Pembelajaran yang mengimplementasikan
terbukti dari adanya keberagaman kultur, bahasa
dan geografis yang ada di Indonesia. Kondisi
nilai-nilai pendidikan
negara kita yang memiliki banyak keberagaman
pembelajaran yang tidak membedakan manusia,
suku, budaya, bahasa, etnis, agama, ras, dan
di mana semua manusia
status sosial lembaga pendidikan yang ada di
sama. Semua manusia mempunyai hak untuk
Indonesia seyogyanya tidak hanya mendidik anak
menerima
untuk
mendiskriminasikan
kognitifnya
saja,
melainkan
untuk
membentuk karakter dengan menanamkan nilai-
kecacatan,
nilai
kemampuan
multikulutural,
humanisme,
dan
yang
tidak
agama,
etnis,
jenis
kelamin
dan
lainnya.
Sama
halnya
yang
Ainul
Yaqin
dikutip
dalam
M
pintar,
Masngud
dkk
dapat
dengan
bahasa,
dijelaskan
juga
memiliki hak yang
pendidikan
keberagaman. Anak tidak hanya cerdas dan
melainkan
multikultural adalah
(2010:
126)
“pendidikan
mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan,
multikultural adalah strategi pendidikan yang
menghargai perbedaan, menghormati hak asasi
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran
orang lain, dan memaknai keberagaman.
dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan
Nilai-nilai pendidikan multikultural menjadi
kultural yang ada pada para siswa seperti
penting dalam melakukan pembelajaran, sama
perbedaan agama, bahasa, gender, kelas sosial,
halnya yang dikemukakan pakar pendidikan
ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar
dalam Bhikhu Parekh (2008: 301) “Pembelajaran
menjadi efektif dan mudah”. Lembaga yang
yang mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan
memperhatikan pendidikan multikultur adalah
multikultural
yang
lembaga yang menyiapkan lembaganya untuk
menghargai keberagaman dan perbedaan kultur
menghargai keberagaman kultur. Pendidikan
yang
mulikultural
ada
adalah
pada
anak.
pembelajaran
Keberagaman
dan
tidak
bisa
lepas
dari
paham
perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para
multikulturalisme di mana Akhmad Hidayatullah
siswa seperti perbedaan agama, bahasa, gender,
Al
kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur”. Nilai
“Multikulturalisme menciptakan sekolah di mana
pendidikan
dalam
berbagai perbedaan yang berkaitan dengan ras,
pembelajaran, multikulturalisme sangat penting
etnis, gender, orientasi seksual, keterbatasan, dan
untuk dipahami setiap orang. Menurut Siti
kelas sosial diakui dan seluruh siswa dipandang
Imzanah dikutip dalam Masngud dkk (2010: 126)
sebagai sumber yang berharga untuk memperkaya
multikulturalisme adalah paham atau aliran yang
proses belajar mengajar”.
multikultural
dilakukan
Arifin
(2012:
75)
berpendapat
bahwa
mengakui tentang adanya keberagaman dan
Dalam analisis, Maurianne Adams and
perbedaan dalam kehidupan manusia; baik secara
Barbara J. Love (2006) dikutip dari Akhmad
fisik (jasmani) maupun secara psikis (jiwa); baik
Hidayatullah Al Arifin (2012: 75) menyebutkan
secara
bahwa “ada empat faktor yang terdapat dalam
individu
maupun
secara
sosial
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 3
proses pembelajaran yaitu faktor bawaan siswa,
pembelajaran adalah perpaduan dari urutan
faktor bawaan guru, faktor pedagogi, dan faktor
kegiatan, cara pengorganisasian materi kepada
isi kurikulum” dan sejalan dengan pendapat
siswa, peralatan dan bahan yang digunakan, dan
James A.Banks (2001) guru yang ada di kelas
waktu
harus memiliki pengetahuan tentang etnik budaya
pembelajaran agar mencapai tujuan yang sudah
dan pengalaman untuk mengintegrasi etnik,
ditentukan. Guru dalam melakukan pembelajaran
pengalaman, dan point dari isi kurikulum.
diharuskan dapat mengelola semua kebutuhan
“factors in cross-cultural teaching and learning :
yang ada di kelasnya. Sama halnya yang
1) from home to school and home again, 2)the
diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 107)
presence of history, 3) the role of racial or
tentang kecakapan yang harus dimiliki guru “guru
cultural identity, 4) multifaceted discussions, 5)
adalah manager of instrucion. Oleh karena itu,
authority shared and shifting, 6) anatomy of a
agar dapat mengelola kelas dengan baik, guru
failure: the impact of curriculum / the power of
perlu memiliki kecakapan sebagai designer of
pedagogy, 7) a breadth of materials: reading
instruction (perancang pembelajaran), manager of
within and across cultural line, 8) a pedagogy of
instruction
belonging:
evaluator of of student learning (penilaian
toward
a
pedagogy
of
multiculturalism.”
yang
digunakan
(pengelola
dalam
pembelajaran),
proses
dan
prestasi belajar siswa)”.
Kutipan di atas James A.Banks (2003: 7-
Menurut
Muslich
dalam
Jamil
10) menyebutkan beberapa faktor-faktor dalam
Suprihatiningrum (2013: 119), menyebutkan tiga
belajar mengajar untuk lintas budaya yang dapat
aspek dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu
membantu guru dan siswa dalam interaksi sehari-
kegiatan
hari di kelas multikultural. Faktor tersebut
pembelajaran, dan kegiatan penutup. Kegiatan
diantaranya (1) dari rumah ke sekolah dan rumah
pembelajaran melibatkan komponen-komponen
lagi, (2) menghadirkan sejarah, (3) peran identitas
yang satu dengan yang lain, komponen tersebut
ras dan budaya, (4) multifaset diskusi (diskusi
saling terkait dan menunjang untuk mencapai
dengan berbagai macam segi), (5) otoritas
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam
bersama dan pergeseran, (6) anatomi kegagalan:
program pembelajaran. Hal ini seperti yang
dampak
kurikulum/kekuatan
diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 77)
luasnya
materi,
(8)
pedagogi,
pedagogi:
(7)
pedagogi
multikulturalisme.
Jamil
pra
pembelajaran,
“komponen-komponen
dalam
kegiatan
inti
pembelajaran
tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan,
119)
media, dan sarana prasarana”. Guru harus dapat
mendefinisi tentang pelaksanaan pembelajaran
mengkoordinasi komponen-komponen tersebut
“pelaksanaan
cara
sehingga terjadi interaksi aktif antara siswa
menguraikan,
dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa
melakukan
Suprihatiningrum
pembelajaran
atau
(2013:
merupakan
menyajikan,
memberi contoh, dan memberi latihan isi
dengan komponen belajar.
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
Pembelajaran anak usia dini adalah proses
tertentu”. Hal ini menjelaskan bahwa strategi
interaksi antara anak dengan anak dan anak
4 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
dengan orang dewasa yang ada di lingkungan
kognitif, sosial-emosional, bahasa, individu, dan
untuk
Interaksi
budaya anak. George S. Morisson (2012: 260)
merupakan suatu hubungan yang mempengaruhi
berpendapat bahwa “kurikulum TK tidak hanya
tujuan pembelajaran tercapai, di mana anak akan
mencakup aktivitas yang mendukung anak secara
mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam
emosi dan sosial dalam belajar, tetapi juga
hidup. Menurut Vigotsky (Berk,
mempelajari
mencapai
perkembangan.
1994) dalam
pengalaman
akademis
seperti
Sofia Hartati (2005: 29) berpendapat bahwa
matematika, membaca dan menulis. Hal ini harus
“pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang
mempertimbangkan kemampuan dan keinginan
penting bagi perkembangan proses berpikir
anak usia lima dan enam tahun untuk bermain
anak”. Prinsip pembelajaran yang dikemukakan
sambil belajar”. Bredekamp dan Rosergrant
(Slamet Suyanto, 2005: 8-29) “konkret dan dapat
(1992)
dilihat langsung, bersifat pengenalan, seimbang
Reaching Potentials: Appropriate Curriculum
antara kegiatan fisik dan mental, berhati-hati
and Assessment for young children, dalam Slamet
dengan pertanyaan mengapa, sesuai tingkat
Suyanto (2005: 141-144) menyarankan agar
perkembangan anak, sesuai kebutuhan individual,
pengembangan
mengembangkan kecerdasan, sesuai langgam
mengikuti pola yaitu (1) berdasarkan keilmuan
belajar anak, kontekstual dan multi konteks,
PAUD, (2) mengembangkan anak menyeluruh,
terpadu, menggunakan esensi bermain, belajar
(3) relevan, menarik, dan menantang, (4)
kecakapan hidup, dan multikultur”.
mempertimbangkan
Perkembangan anak usia Taman Kanakkanak adalah antara usia empat sampai dengan
mengemukakan
pendapat
kurikulum
di
untuk
kebutuhan
buku
PAUD
anak,
(5)
mengembangkan kecerdasan, (6) menyenangkan,
(7) fleksibel, dan (8) unified dan intergrated.
enam tahun menurut Fred Ebbeck (1998) dikutip
Permasalahan yang ditemui di lapangan
dari Masitoh dkk (2005: 7) pada masa ini
adalah banyak sekolah yang ada di Indonesia
“merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat
belum
dan sekaligus paling sibuk, pada masa ini anak
dalam pembelajaran di sekolah. Dinas pendidikan
sudah memiliki keterampilan dan kemampuan
belum membuat kebijakan terkait dengan aturan
walaupun
Karakteristik
yang menerapkan pendidikan multikultural ke
perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak
dalam pembelajaran sekolah. Sama halnya yang
menurut Masitoh dkk (2005: 8-12) terdiri dari 1)
diungkapkan Hemas di Harian Jogja.com “Dinas
perkembangan
2)
Pendidikan sendiri kurang memahami betapa
perkembangan kognitif, 3) perkembangan emosi,
pentingnya keberagaman harus ditanamkan di
4)
lingkungan sekolah negeri. Setidaknya harus ada
belum
sempurna”.
fisik
perkembangan
dan
sosial,
5)
motorik,
perkembangan
bahasa.
menerapkan
pendidikan
multikultural
pola kurikulum pendidikan yang bisa menyentuh
Kurikulum untuk anak kelompok Taman
nilai-nilai lokal kedaerahan sehingga multikutural
Kanak-kanak dirancang dan dibuat harus berpusat
didalamnya toleransi bisa melekat pada sektor
pada anak dan mendukung perkembangan anak.
pendidika di kota gudeg”. Wakil ketua DPD RI,
Aspek perkembangan yang mencangkup fisik,
GKR
Hemas
dalam
Harian
Jogja.com
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 5
bahwa
Pendidikan DIY. Pendidikan yang sudah terasa
“pendidikan berkarakter nilai keberagaman dan
menyimpang dari nilai-nilai keberagaman dan
penanaman budi pekerti menjadi multikultur yang
toleransi di sekolah negeri agar lebih fakus untuk
harus tumbuh di sekolah-sekolah”.
diseriusi. Dinas Pendidikan harus memahami
mengungkapkan
hal
Labschool
yang
Rumah
sama
Citta
merupakan
kondisi DIY dalam kontek multikultur dan
sekolah yang berada di Yogyakarta di mana
mengembalikan
mengaplikasikan
sekolah maupun perguruan tinggi”.
dijadikan
pendidikan
strategi
multikultural
pembelajaran
di
kelas.
nilai-nilai
Labschool
Rumah
kebangsaan
Citta
baik
menghargai
Labschool Rumah Citta menerima anak dengan
adanya keberagaman yang ada pada anak, anak
berbagai
diantaranya
berhak mendapatkan pendidikan yang baik, tanpa
adalah anak dengan perbedaan fisik, kecacatan,
memandang fisik, intelektual, bahasa, etnis,
etnik dan budaya, intelektual, emosi, agama,
budaya, emosi, agama, ekonomi dan sebagainya.
bahasa, kemiskinan dan anak yang kurang
Nilai pendidikan yang ada memaknai kehidupan
beruntung dan terpinggirkan. Guru dan siswa
anak di masa sekarang dan yang akan datang.
yang beragam, memberikan kebebasan dan
Nilai-nilai yang disampaikan bersifat universal
kesempatan yang sama kepada semua untuk
dengan kearifan lokal. Nilai yang dimaksud
belajar bersama dalam melakukan pembelajaran
adalah nilai kedamaian, kerjasama, penghargaan,
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini tidak
cinta, tanggung jawab, kebahagiaan, kejujuran,
terjadi di sekolah yang lain, sekolah yang mau
kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, dan
menerima keberagaman guru dan anak, dan juga
persatuan. Penghargaan terhadap keberagaman
memberikan kebebasan serta kesempatan untuk
meyakini bahwa pendidikan untuk menghargai
belajar bersama dalam melakukan pembelajaran
dan peduli penting diberikan sejak dini. Hal
multikultur di kelas.
tersebut memberi ruang para pendidik, anak dan
macam
Istri
keberagaman,
Gubernur
perasaannya
di
DIY
Harian
mengungkapkan
Jogja.com
bahwa
orang
tua
untuk
mengembangkan
mengeskpresikan
kekhasan
dan
masing-masing
“pendidikan anak usia dini sekarang sudah
individu. Labschool Rumah Citta memiliki
dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu. Guru
filosofi kebudayaan lokal dilestarikan. Pelestarian
PAUD yang mustinya dari daerah setempat, tapi
dan pengembangan budaya akan berhasil jika
justru diajar dari daerah luar”. Istri Gubernur DIY
sejak dini anak sudah mengenal dan mencintai
merasakan
budayanya.
kecemasan
keberagaman
bangsa
tentang
mengadakan
program
perayaan hari besar agama yang diintegrasikan
untuk
dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia.
mengevaluasi kondisi pendidikan yang ada di
Hal ini tidak terinformasikan kepada masyarakat
DIY bahwa “Dinas Pendidikan DIY untuk segera
luas yang ada di Yogyakarta, sehingga tidak
mendapat evaluasi. Meski tidak mudah mendapat
banyak masyarakat tahu tentang pembelajaran
pejabat
persepsinya
multikultural
memadai soal keberagaman mengisi Dinas
Rumah Citta.
yang
hilang.
Sekolah
Hemas
mengungkapkan
akan
nilai-nilai
pendapatnya
kemampuan
dan
yang
dilakukan
di
Labschool
6 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
Berhubungan dengan penjabaran di atas,
maka peneliti akan mendiskripsikan pelaksanaan
menggunakan pedoman observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
pembelajaran multikultural kelompok TK, faktor
pendukung, dan faktor penghambat di Labschool
Teknik Analisis Data
Rumah Citta.
Analisis
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif
METODE PENELITIAN
dengan langkah-langkah yang dikembangkan
Jenis Penelitian
oleh Huberman dan Miles.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
Prosedur
deskriptif.
Penelitian kualitatif ini, menggunakan
langkah-langkah
yang
dikembangkan
oleh
Huberman dan Miles. Kegiatan analisis dan
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Labschool Rumah
pengumpulan data dilakukan interaktif dan
Citta yang beralamat di jalan DI. Panjaitan nomor
merupakan proses siklus yang berulang-ulang,
70 Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan
berlanjut secara terus menerus dan saling
selama 3 bulan yaitu bulan Februari sampai April
menyusun sampai kegiatan akhir. Komponen
2015.
analisis data dipaparkan sebagai berikut :
1.
Data yang diperoleh dari lapangan yang
Subyek Penelitian
Subyek
(educator,
Reduksi data
penelitian
asissten
dan
meliputi
6
guru
banyak, kompleks dan rumit direduksi datanya
shadow
teacher)
dengan merangkum, memilih yang penting,
kelompok TK yaitu 3 guru TK Besar dan 3 guru
menggolongkan,
TK Kecil, 1 kepala sekolah, 27 anak yaitu 13
memfokuskan data sesuai dengan tema dan tujuan
anak TK Besar dan 14 anak TK Kecil Labschool
penelitian. Agar data yang diperoleh menjadi
Rumah Citta.
lebih jelas, mempermudah penelitian ini dalam
melakukan
mengorganisir
pengumpulan
data,
data,
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
mempermudah langkah selanjutnya.
Penelitian
2.
Teknik pengumpulan data menggunakan
dan
dan
Penyajian data
Data
direduksi
selesai,
langkah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses
selanjutnya adalah melakukan penyajian data
observasi dan wawancara sangat mendalam
yang diperoleh dari proses penelitian berlangsung
dilakukan dalam pengumpulan data, karena
menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat
diharapkan mampu menggali informasi tentang
naratif dan diperkuat oleh catatan wawancara
aplikasi pembelajaran multikultural. Instrumen
(CW), observasi catatan lapangan (CL) dan
penelitian
dokumentasi (CD).
ini
adalah
peneliti
sendiri
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 7
3.
pengetahuan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Langkah terakhir proses pengumpulan
nilai-nilai
multikultural
dan
keberagaman. Guru yang memiliki pedagogi yang
data adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan.
baik
Kesimpulan dilakukan dari awal, di mana sifatnya
berhasil, dan dapat memanage kelas dengan baik.
masih sementara dikuatkan dengan bukti-bukti
Sama
yang
Suprihatiningrum (2013: 107).
mendukung
dari
pengumpulan
data,
akan
membuat
halnya
yang
Kegiatan
kemudian melakukan reduksi dan penyajian data.
pembelajaran
menjadi
diungkapkan
yang
dilakukan
Jamil
dalam
Peneliti melakukan verifikasi dari hasil observasi,
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
wawancara,
Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK
dan
mempertahankan
dokumentasi
untuk
memberikan
jaminan
dan
yaitu
memberikan
stimulasi
kelima
aspek
perkembangan anak. Sama halnya karakteristik
keabsahan data.
perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yang diungkapkan Masitoh dkk (2005: 8-12).
Penelitian ini menganalisa temuan baru
Peneliti
menganalisa
pelaksanaan
dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural di
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
Labschool Rumah Citta yaitu pembelajaran yang
Citta meliputi beberapa faktor sebagai berikut:
menghadirkan dan memperhatikan bawaan anak,
1.
bawaan
guru
dan
pedagogi.
Pelaksanaan
Kurikulum Mulikultural Labschool
Rumah Citta
Kurikulum
pembelajaran multikultural yang tidak bisa lepas
yang
digunakan
dalam
dari faktor bawaan anak, guru, dan pedagogi, hal
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
ini
Citta adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan
menjadi
kelebihan
dari
pembelajaran
multikultural yang ada di Labschool Rumah
memiliki
Citta. Pembelajaran yang menggunakan bawaan
pelaksanaan ke dalam pembelajaran, diantaranya
setiap
inklusif, berpusat pada anak, multiple intelligence
anak
untuk
mengikutsertakan
menjadi
bawaan
pertimbangan,
yang
terpadu
dalam
sebagai
(kecerdasan jamak), pendidikan nilai universal,
pelengkap, dan memperhatikan pedagogi dalam
ramah lingkungan hidup, menghormati kearifan
pelaksanaan
multikultural.
lokal, mandiri dan kreatif, dan adil gender.
Pembelajaran yang menghadirkan bawaan guru
Kurikulum yang dibuat dengan berbagai gradasi
dan anak untuk dijadikan bahan pembelajaran
usia dan disesuaikan dengan kemampuan anak di
bersama dan metode yang paling utama adalah
setiap usianya. Hal ini sesuai dengan teorinya
metode
George S. Morisson (2012: 260).
pembelajaran
diskusi.
Guru
dan
guru
kekhasan
anak
memiliki
kesempatan dan ototritas yang sama di dalam
Guru
menyusun
perencanaan
multikultural
memperhatikan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teorinya
pembelajaran
James A. Banks (2003: 7-10).
perkembangan dan latar belakang anak dan juga
Kurikulum
dan
pedagogi guru
juga
melibatkan anak dalam menyusun kegiatan kelas.
berperan penting dalam melakukan pembelajaran.
Guru
menulis
Guru memahami kurikulum sekolah, memiliki
diintegrasikan
ide
dengan
kegiatan
anak
dan
indikator
yang
akan
8 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
dicapai selama satu minggu di program kelas.
Guru
mengaplikasikan
multikultural
2.
Kegiatan Pembelajaran Multikultural di
Labschool Rumah Citta
diintegrasikan ke dalam tema kelas dengan
Pelaksanaan pembelajaran multikultural di
mengambil nilai-nilai positif yang muncul dari
Labschool Rumah Citta selalu melibatkan anak di
tema kelas yang ada kaitannya dengan nilai-nilai
segala
multikultural. Guru mendiskusikan
nilai-nilai
pembelajarannya. Kegiatan yang dilakukan dalam
tersebut bersama anak dan diaplikasikan ke dalam
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
kehidupan
Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK
sehari-hari
di
kelas.
Guru
sesi
dalam
melakukan
kegiatan
mengkoordinasi semua yang muncul di kelas,
yaitu
seperti ide anak, indikator yang ada di kurikulum,
perkembangan anak. Sama halnya karakteristik
nilai-nilai yang akan dikenalkan, tema kelas, dan
perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak
metode apa yang akan digunakan agar semuanya
yang diungkapkan Masitoh dkk (2005: 8-12).
memberikan
stimulasi
kelima
aspek
bisa diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan
multikultural. Hal ini sesuai dengan teori yang
pendahuluan yaitu transisi dan apersepsi di circle
diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 77).
awal, kegiatan inti, kegiatan penutup
yaitu
dalam
melakukan review, refleksi, mengevaluasi, dan
dalam
informasi kegiatan berikutnya dilakukan di circle
pembelajaran multikultural adalah kurikulum dan
akhir. Hal ini sama dengan pelaksananaan
keberagaman yang ada di sekitar, diantaranya
pembelajaran
anak, guru, orang tua, staff yang beragam bisa
Muslich dalam Jamil Suprihatiningrum (2013:
menjadi sumber belajar dalam pembelajaran
119).
multikultural.
a) Kegiatan pra pembelajaran atau
pendahuluan
Faktor
pendukung
mengimplementasikan
kurikulum
Kurikulum
yang
ke
digunakan
memudahkan guru mengembangkan sendiri dan
yang
sudah
dijabarkan
oleh
secara fleksibel dapat disesuaikan dengan umur
Kegiatan pra pembelajaran multikultural
dan kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan
di Labschool Rumah Citta terdiri dari dari
pendapat Bredekamp dan Rosergrant (1992)
kegiatan transisi dan apersepsi. Kegiatan transisi
dalam Slamet Suyanto (2005: 141-144).
dilakukan dengan cara anak diajak untuk
Faktor penghambatnya adalah guru yang
kurang
Berdasarkan
ada di sekitar, contoh kegiatannya adalah bermain
analisa tersebut peneliti memberikan solusi yaitu
permainan tradisional, bermain bebas, senam, dan
dengan adanya budaya lembaga saling belajar,
cerita
pihak lembaga menggunakan sesi rapat mingguan
dengan mengajak anak untuk bercerita atau
untuk share kegiatan kelas untuk mengevaluasi
berdiskusi bersama teman dan guru terkait
kegiatan, merefresh nilai-nilai inklusifitas terkait
dengan kegiatan atau tema kelas di circle awal.
dengan
memahami
kurikulum.
berkegiatan bersama dengan teman dan guru yang
pembelajaran
multikultural,
saling
menguatkan satu sama lain dan memperdalam
pemahaman tentang kurikulum.
kabar.
Kegiatan
apersepsi
dilakukan
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 9
melakukan pembelajaran multikultural adalah
semua orang dan semua benda yang ada di
sekitar.
Gambar. 1 anak TK Besar dan guru melakukan circle awal
(sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta jumat, 8 Februari
2013)
Faktor
pendukung
kegiatan
pra
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
Citta adalah guru memberikan kesempatan
kepada
semua
anak
untuk
Gambar. 2 anak TK Besar dan TK Kecil menari tarian
papua dalam rangka memestakan hari natal budaya Papua
(sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta senin, 14 Januari
2015)
berpendapat
menggunakan pengetahuan dan pengalamannya.
Faktor penghambatnya adalah di saat guru hanya
menggunakan pendapat dan idenya sendiri dan
tidak menghargai pendapat dan idenya anak.
Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan
solusi yaitu guru harus selalu menghargai
pendapat anak, melibatkan anak dari semua
proses kegiatan pembelajaran, dan kepala sekolah
selalu memberikan supervisi terkait dengan
pendampingan yang sudah dilakukan guru saat
bermain bersama anak.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran multikultural
di Labschool Rumah Citta adalah anak dan guru
selalu melakukan diskusi terkait dengan kegiatan
yang akan dilakukan. Kegiatan inti dilakukan
dengan mengenalkan identitas budaya dan ras
dengan cara guru mengajak anak untuk melihat
keberagaman yang ada di sekitar dan dengan
pembelajaran budaya yang konkret. Sumber
belajar yang digunakan dalam kegiatan inti untuk
Faktor
pendukung
dalam
melakukan
kegiatan inti pembelajaran multikultural di
Labschool Rumah Citta adalah adalah sumber
belajar yang ada di sekitar. Guru dan anak bisa
mendapatkan informasi dan mendapatkan nilainilai positif yang dapat diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Guru mengolah informasi
atau materi yang didapat kemudian disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Faktor penghambatnya
adalah Guru yang kurang memahami materi yang
akan diberikan ke anak, akibatnya adalah anak
tidak mendapatkan nilai-nilai positif yang bisa
diambil dan diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan analisa tersebut peneliti
memberikan solusi yaitu kesiapan guru dilakukan
dijauh hari dalam mencari informasi, agar guru
memiliki waktu untuk belajar memahami dan
mencari
informasi
yang
lengkap
untuk
mendukung pembelajaran.
c)
Kegiatan penutup
Kegiatan
penutup
pembelajaran
multikultural di Labschool Rumah Citta adalah
10 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
kegiatan yang dilakukan di circle akhir, di mana
sumber belajar bersama, hal ini sesuai dengan
setiap anak dan guru mendapatkan kesempatan
yang diungkapkan oleh Akhmad Hidayatullah Al
yang sama untuk menceritakan pengalaman
Arifin (2012:75).
Faktor pendukung bawaan anak dalam
kegiatan. Guru dan anak di circle akhir
melakukan
review
atau
refleksi
yaitu
melakukan
pembelajaran
multikultural
di
menceritakan pengalaman main dan nilai-nilai
Labschool Rumah Citta adalah guru menyiapkan
positif apa yang sudah dilakukan selama seharian
kegiatan yang bergradasi dan bermacam-macam
berkegiatan
yang
bersama.
Guru
bersama
anak
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
mengevaluasi kegiatan dengan mengungkapkan
kelebihan anak. Guru melakukan pembelajaran
perasaannya, beserta guru memberikan informasi
anak usia dini harus mempertimbangkan prinsip
kegiatan untuk hari berikutnya.
pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai
Faktor pendukung melakukan kegiatan
dengan pembelajaran yang dikemukakan (Slamet
penutup dalam pembelajaran multikultural di
Suyanto, 2005:8-29). Faktor penghambatnya
Labschool Rumah Citta adalah guru selalu
adalah waktu, di saat guru memiliki waktu yang
melibatkan anak untuk merefleksi, mereview, dan
sedikit untuk menyiapkan kegiatan bergradasi dan
mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
bermacam-macam
bersama-sama. Faktor penghambatnya adalah
kebutuhan dan kelebihan anak, yang terjadi
waktu. Guru terkadang tidak melakukan review,
adalah kegiatan dibuat hanya satu macam dan
refleksi, dan evaluasi bersama anak di saat waktu
tidak bergradasi. Berdasarkan analisa tersebut
yang tersisa tinggal sedikit dan sudah terburu-
peneliti memberikan solusi yaitu guru harus
buru untuk segera pulang. Berdasarkan analisa
belajar dari pengalaman yang sudah terjadi dan
tersebut peneliti memberikan solusi yaitu guru
belajar untuk bisa memanage waktu lebih baik.
harus belajar dari pengalaman yang sudah terjadi
Guru utama atau lebih dikenal dengan sebutan
dan belajar untuk bisa memanage waktu lebih
edukator harus bisa menciptakan budaya di team
baik. Guru selalu melakukan evaluasi kegiatan
kelas untuk saling membantu, mengingatkan, dan
setelah selesai kelas bersama team kelas dan
menguatkan satu sama lain.
mencari solusi di setiap masalah yang muncul.
4.
3.
disesuaikan
dengan
Bawaan Guru
Peneliti menganalisa tidak hanya bawaan
Bawaan Anak
Peneliti
yang
faktor
anak saja yang berpengaruh dalam melakukan
bawaan anak berpengaruh dalam melakukan
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
Citta, tetapi bawaan guru juga memberikan
Citta. Guru dalam melakukan pembelajaran yaitu
pengaruh yang besar. Bawaan guru diantaranya
melibatkan
memiliki
pengalaman
perkembangan dan latar belakang yang berbeda-
pendidikan,
beda diantaranya agama, suku, bahasa, budaya,
pengalaman hidup. Sejarah guru dan anak
kebutuhan, kelebihan, kemampuan dan usia anak.
dijadikan bahan untuk diskusi bersama dalam
Keberagaman
menganalisis
anak.
yang
Setiap
ada
bahwa
anak
disekitar
dijadikan
pendidikan,
suku,
budaya,
latar
belakang
agama,
dan
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 11
pembelajaran multikultural, hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan James A. Banks (2003:7-10).
Faktor pendukung bawaan guru dalam
melakukan
pembelajaran
multikultural
di
Labschool Rumah Citta adalah guru yang selalu
menempatkan dirinya sama dengan anak-anak,
tidak ada pembatas dan perbedaan otoritas antara
anak dan guru. Faktor penghambatnya adalah
guru yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap
anak. Anak menjadi sangat peniru ulung dari
semua sikap, cara bicara, dan kebiasaan yang
dilakukan guru. Berdasarkan analisa tersebut
peneliti
memberikan
solusi
yaitu
Gambar. 3 Anak dan guru TK Kecil dan TK Besar sedang
berkegiatan di rumah Didi Nini Towok penari Yogyakarta
yang mengharukan negara Indonesia di
kanca
Internasional. (sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta
jumat, 15 November 2013.)
guru
Faktor pendukung melakukan pedagogi
membiasakan bersikap atau berbicara dengan
dalam pembelajaran multikultural di Labschool
baik dan sewajarnya di depan anak-anak,
Rumah Citta adalah budaya belajar bersama dan
berusaha memberikan contoh yang baik kepada
lembaga memberikan fasilitas pengayaan untuk
anak-anak.
meningkatkan kualitas guru. Faktor penghambat
5.
nya adalah terletak pada individu guru masing-
Pedagogi
Bawaan guru menjadi salah satu yang
masing yang memiliki sifat yang tidak mau
berpengaruh terhadap pembelajaran multikultural
berkembang
di Labschool Rumah Citta, secara tidak langsung
Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan
pedagogi guru termasuk salah satu faktor yang
solusi yaitu kepala sekolah selalu memberikan
berpengaruh dalam pembelajaran multikultural.
supervisi kepada guru dan menjalin hubungan
Strategi pembelajaran multikultural di Labschool
baik dengan semua guru. Agar kepala sekolah
Rumah Citta adalah guru membuat kegiatan yang
dapat memberikan semangat belajar kepada guru
berpusat
dengan sistem pendekatan secara personal.
pada
anak.
Metode
pembelajaran
dan
memperkualitaskan
diri.
multikultural yang digunakan adalah metode
diskusi,
proyek,
area,
bermain
bersama,
SIMPULAN DAN SARAN
karyawisata, bercerita, eskperimen, demonstrasi,
Pelaksanaan pembelajaran multikultural di
tanya jawab, dan bermain peran. Selain itu Guru
Labschool Rumah Citta meliputi beberapa faktor
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
yaitu kurikulum, kegiatan pembelajaran, bawaan
berhubungan dengan budaya, hal ini sesuai
siswa, bawaan guru dan pedagogi.
dengan yang diungkapkan
(2001).
James A. Banks
Kurikulum
yang
digunakan
adalah
kurikulum yang dibuat sendiri dan memiliki
kekhasan yang terpadu dalam pelaksanaan ke
dalam
pembelajaran.
perencanaan
Guru
menyusun
pembelajaran
dengan
12 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015
memperhatikan perkembangan, latar belakang
memahami nilai-nilai multikultural, kurikulum,
anak
pendidik anak usia dini, wawasan yang kurang
dan
juga
melibatkan
anak
dalam
luas,
penyusunan.
pengalaman
pendidikan
yang
sedikit,
dalam
kemampuan berkomunikasi yang kurang baik
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
dengan orangtua atau anak dan juga kurikulum
Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK
secara umum belum memuat multikultural dalam
yaitu
kebijakan kurikulum nasional.
Kegiatan
yang
memberikan
dilakukan
stimulasi
kelima
aspek
Berdasarkan
perkembangan anak. Pembelajaran multikultural
data
hasil
kesimpulan
di Labschool Rumah Citta terdiri dari: (1)
penelitian, sebagai bentuk rekomendasi maka
kegiatan pra pembelajaran terdiri dari kegiatan
peneliti menyampaikan saran kepada pihak-pihak
transisi yaitu anak diajak untuk berkegiatan
yang terkait, sebagai berikut:
bersama dan apersepsi yaitu
1.
mengajak anak
Saran untuk guru di Labschool Rumah Citta,
untuk bercerita atau berdiskusi bersama di circle
selalu
awal, (2) kegiatan inti mengenalkan identitas
keterampilan
budaya, ras dan keberagaman yang ada di sekitar
multikultural.
dengan pembelajaran budaya yang konkret.
2.
memperbaiki
dalam
pengetahuan
dan
pembelajaran
Saran untuk sekolah Labschool Rumah Citta,
Sumber belajar yang digunakan adalah semua
selalu meningkatkan kualitas wawasan dan
orang, semua benda mati atau hidup yang ada
pengetahuan terkait dengan pembelajaran
disekitar. (3) kegiatan penutup dilakukan di circle
multikultural.
akhir yaitu anak dan guru untuk melakukan
3.
Saran untuk pengambil kebijakan, belum ada
review, refleksi, mengevaluasi dan informasi
aturan
kegiatan berikutnya. Pembelajaran multikultural
multikultural, misalnya: memuat nilai-nilai
mempertimbangkan antara lain: (1) bawaan anak
multikultural ke dalam kurikulum nasional.
diantaranya
agama,
bahasa,
suku,
bawaan
guru
diantaranya
pengalaman
pendidikan, latar belakang pendidikan, budaya,
suku,
agama,
dan
pengalaman
hidup,
(3)
pedagogi yaitu strategi pembelajaran dan metode
yang digunakan guru.
Faktor
pendukung
pelaksanaan
pembelajaran multikultural di Labschool Rumah
Citta adalah adanya keberagaman yang ada
disekitar diantaranya anak, guru, staff dan
orangtua. Faktor penghambatnya adalah adanya
guru yang belum sepenuhati mempercayai nilainilai
multikultural
dan
juga
yang
selaras
dengan
nilai-nilai
budaya,
kebutuhan, kelebihan, kemampuan dan usia anak,
(2)
yang
belum
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Hidayatullah Al Arifin. (2012).
Implementasi Pendidikan Multikultural
dalam Praksis Pendidikan di Indonesia.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi
dan Aplikasi. (Volume 1, Nomor 1, Juni,
2012). Hlm. 72-82.
Banks, James A & Banks, Cherry A. McGee.
(2001). Multicultural Education: Issues &
Perspectives. 4th ed. The United of
America: John Wiley & Sons, Inc.
Banks, James A. (ed). (2003). Thriving in the
Multicultural Classroom (Principle and
Practices
for
Effective
Teaching):
Multikultural Education Series. New York:
Dilg, Mary.
Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 13
Endro Guntoro. (2015). Sekolah Jogja: Sudahkan
Sekolah
Terapkan
Pendidikan
Multikultural. Harian Jogja. Minggu, 29
Maret 2015 07:20 WIB. Diakses dari
http://jogja.solopos.com/baca/2015/03/29/s
ekolah-jogja-sudahkan-sekolah-terapkanpendidikan-multikultural-589269.
pada
tanggal 3 Juli 2015, jam 08.30 WIB.
Hariyanto. (2011). Pendidikan Multikultural pada
Anak Usia Dini di TK Harapan Bangsa
Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta.
Tesis. PGRA/PAUDI-UIN. Diakses dari
http://digilib.uinsuka.ac.id/6823/1/BAB%20I%2CIV.pdf.
pada tanggal 23 Januari 2015, jam 16.30
WIB.
Jamil
Suprihatiningrum.
(2013).
Pembelajaran:
Teori
dan
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Strategi
Aplikasi.
Lwin, May. et al. (2003). How to Multiplay Your
Child’s
Intelligence
(Cara
Mengembangkan Berbagai Komponen
Kecerdasan). Alih Bahasa: Christine
Sujana. Indonesia: Penerbit PT Indeks.
Masitoh, dkk (2005). Pendekatan Belajar Aktif di
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Masngud, dkk. (2010). Pendidikan Multikultural
(Pemikiran dan Upaya Implementasinya).
Yogyakarta: Idea Press.
Morrison, Gearge S. (2012). Dasar-dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Indeks.
Parekh,
Bhikhu.
(2008).
Rethingking
Multiculturalism: Cultural Diversity and
Political Theory. 2nd ed. Penerjemah:
Bambang Kukuh Adi. Yogyakarta:
Kanisius.
Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran Untuk
Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar
pada Anak Usia Dini.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan
Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Download