PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Elvika Fianasari NIM 12111247005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015 i PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Elvika Fianasari NIM 12111247005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015 Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL KELOMPOK TK DI LABSCHOOL RUMAH CITTA YOGYAKARTA IMPLEMENTATION MULTICULTURAL LEARNING OF KINDERGARTEN IN THE LABSCHOOL RUMAH CITTA YOGYAKARTA oleh: Elvika Fianasari, paud/pks-pgpaud [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran multikultural kelompok TK di Labschool Rumah Citta. Subyek penelitian terdiri dari 6 guru, 27 anak, dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian meliputi: (1) kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan memiliki kekhasan. Perencanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan perkembangan, latar belakang anak, dan melibatkan anak. (2) Kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik usia anak TK yaitu memberikan stimulai kelima aspek perkembangan anak dan kegiatan terdiri dari (a) kegiatan pra pembelajaran dilakukan dengan kegiatan transisi dan apersepsi di circle awal. (b) kegiatan inti mengenalkan identitas budaya, ras dan keberagaman yang ada di sekitar dengan pembelajaran yang konkret. (c) kegiatan penutup dilakukan di circle akhir yaitu melakukan review, refleksi, mengevaluasi, dan informasi kegiatan berikutnya. (3) faktor bawaan anak diantaranya agama, bahasa, suku, budaya, kebutuhan, kemampuan, dan usia. (4) bawaan guru diantaranya latar belakang pendidikan, budaya, suku, agama, dan pengalaman hidup. (5) pedagogi yaitu strategi pembelajaran dan metode. (6) faktor pendukungnya adalah adanya keberagaman yang ada disekitar. Faktor penghambatnya adalah guru dan kurikulum secara umum belum memuat multikultural dalam kebijakan kurikulum nasional. Kata kunci: pembelajaran multikultural, multikultural This research aimed to describe impelementation multicultural of kindergarten in the Labschool Rumah Citta Yogyakarta. The subjects of the study consisted of 6 teachers, 27 children, and 1 principal. This research used a qualitative approach with descriptive research. Methods of data collection using observation, interviews, and documentation. The instrument of this study is the researchers themselves and to use guidelines for observation, interviews, and documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis technique. Results of the research include: (1) curriculum used is created its own curriculum and its uniqueness. Learning plan drawn up with regard to the development, the background of children, and involving children. (2) Learning activities in accordance with the characteristics of kindergarten age children that provide stimulation fifth aspects of child development and the activities consist of (a) pre- learning activities performed by the transition activities and apersepsi in early circle. (b) core activities introducing cultural identity, race, and diversity that exists around the concrete learning. (c) activities cover performed at the end of the circle is conducting a review, reflect, evaluate, and update the next activity. (3) child congenital factors including religion, language, ethnicity, culture, needs, abilities, and age. (4) congenital teachers including educational background, culture, ethnicity, religion, and life experiences. (5) pedagogy of learning strategies and methods (6) supporting factor is the diversity that exist around. Inhibiting factor are teacher and general curriculum multicultural policies have not loaded the national curriculum. keywords: multicultural learning, multicultural 2 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 (masyarakat); yang terintegrasi dalam bentuk PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keberagaman kultur terbanyak di dunia, gender, etnik, ras, suku, bangsa, kepercayaan, dan agama. Pembelajaran yang mengimplementasikan terbukti dari adanya keberagaman kultur, bahasa dan geografis yang ada di Indonesia. Kondisi nilai-nilai pendidikan negara kita yang memiliki banyak keberagaman pembelajaran yang tidak membedakan manusia, suku, budaya, bahasa, etnis, agama, ras, dan di mana semua manusia status sosial lembaga pendidikan yang ada di sama. Semua manusia mempunyai hak untuk Indonesia seyogyanya tidak hanya mendidik anak menerima untuk mendiskriminasikan kognitifnya saja, melainkan untuk membentuk karakter dengan menanamkan nilai- kecacatan, nilai kemampuan multikulutural, humanisme, dan yang tidak agama, etnis, jenis kelamin dan lainnya. Sama halnya yang Ainul Yaqin dikutip dalam M pintar, Masngud dkk dapat dengan bahasa, dijelaskan juga memiliki hak yang pendidikan keberagaman. Anak tidak hanya cerdas dan melainkan multikultural adalah (2010: 126) “pendidikan mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan, multikultural adalah strategi pendidikan yang menghargai perbedaan, menghormati hak asasi diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran orang lain, dan memaknai keberagaman. dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan Nilai-nilai pendidikan multikultural menjadi kultural yang ada pada para siswa seperti penting dalam melakukan pembelajaran, sama perbedaan agama, bahasa, gender, kelas sosial, halnya yang dikemukakan pakar pendidikan ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar dalam Bhikhu Parekh (2008: 301) “Pembelajaran menjadi efektif dan mudah”. Lembaga yang yang mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan memperhatikan pendidikan multikultur adalah multikultural yang lembaga yang menyiapkan lembaganya untuk menghargai keberagaman dan perbedaan kultur menghargai keberagaman kultur. Pendidikan yang mulikultural ada adalah pada anak. pembelajaran Keberagaman dan tidak bisa lepas dari paham perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para multikulturalisme di mana Akhmad Hidayatullah siswa seperti perbedaan agama, bahasa, gender, Al kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur”. Nilai “Multikulturalisme menciptakan sekolah di mana pendidikan dalam berbagai perbedaan yang berkaitan dengan ras, pembelajaran, multikulturalisme sangat penting etnis, gender, orientasi seksual, keterbatasan, dan untuk dipahami setiap orang. Menurut Siti kelas sosial diakui dan seluruh siswa dipandang Imzanah dikutip dalam Masngud dkk (2010: 126) sebagai sumber yang berharga untuk memperkaya multikulturalisme adalah paham atau aliran yang proses belajar mengajar”. multikultural dilakukan Arifin (2012: 75) berpendapat bahwa mengakui tentang adanya keberagaman dan Dalam analisis, Maurianne Adams and perbedaan dalam kehidupan manusia; baik secara Barbara J. Love (2006) dikutip dari Akhmad fisik (jasmani) maupun secara psikis (jiwa); baik Hidayatullah Al Arifin (2012: 75) menyebutkan secara bahwa “ada empat faktor yang terdapat dalam individu maupun secara sosial Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 3 proses pembelajaran yaitu faktor bawaan siswa, pembelajaran adalah perpaduan dari urutan faktor bawaan guru, faktor pedagogi, dan faktor kegiatan, cara pengorganisasian materi kepada isi kurikulum” dan sejalan dengan pendapat siswa, peralatan dan bahan yang digunakan, dan James A.Banks (2001) guru yang ada di kelas waktu harus memiliki pengetahuan tentang etnik budaya pembelajaran agar mencapai tujuan yang sudah dan pengalaman untuk mengintegrasi etnik, ditentukan. Guru dalam melakukan pembelajaran pengalaman, dan point dari isi kurikulum. diharuskan dapat mengelola semua kebutuhan “factors in cross-cultural teaching and learning : yang ada di kelasnya. Sama halnya yang 1) from home to school and home again, 2)the diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 107) presence of history, 3) the role of racial or tentang kecakapan yang harus dimiliki guru “guru cultural identity, 4) multifaceted discussions, 5) adalah manager of instrucion. Oleh karena itu, authority shared and shifting, 6) anatomy of a agar dapat mengelola kelas dengan baik, guru failure: the impact of curriculum / the power of perlu memiliki kecakapan sebagai designer of pedagogy, 7) a breadth of materials: reading instruction (perancang pembelajaran), manager of within and across cultural line, 8) a pedagogy of instruction belonging: evaluator of of student learning (penilaian toward a pedagogy of multiculturalism.” yang digunakan (pengelola dalam pembelajaran), proses dan prestasi belajar siswa)”. Kutipan di atas James A.Banks (2003: 7- Menurut Muslich dalam Jamil 10) menyebutkan beberapa faktor-faktor dalam Suprihatiningrum (2013: 119), menyebutkan tiga belajar mengajar untuk lintas budaya yang dapat aspek dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu membantu guru dan siswa dalam interaksi sehari- kegiatan hari di kelas multikultural. Faktor tersebut pembelajaran, dan kegiatan penutup. Kegiatan diantaranya (1) dari rumah ke sekolah dan rumah pembelajaran melibatkan komponen-komponen lagi, (2) menghadirkan sejarah, (3) peran identitas yang satu dengan yang lain, komponen tersebut ras dan budaya, (4) multifaset diskusi (diskusi saling terkait dan menunjang untuk mencapai dengan berbagai macam segi), (5) otoritas tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam bersama dan pergeseran, (6) anatomi kegagalan: program pembelajaran. Hal ini seperti yang dampak kurikulum/kekuatan diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 77) luasnya materi, (8) pedagogi, pedagogi: (7) pedagogi multikulturalisme. Jamil pra pembelajaran, “komponen-komponen dalam kegiatan inti pembelajaran tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan, 119) media, dan sarana prasarana”. Guru harus dapat mendefinisi tentang pelaksanaan pembelajaran mengkoordinasi komponen-komponen tersebut “pelaksanaan cara sehingga terjadi interaksi aktif antara siswa menguraikan, dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa melakukan Suprihatiningrum pembelajaran atau (2013: merupakan menyajikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi dengan komponen belajar. pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan Pembelajaran anak usia dini adalah proses tertentu”. Hal ini menjelaskan bahwa strategi interaksi antara anak dengan anak dan anak 4 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 dengan orang dewasa yang ada di lingkungan kognitif, sosial-emosional, bahasa, individu, dan untuk Interaksi budaya anak. George S. Morisson (2012: 260) merupakan suatu hubungan yang mempengaruhi berpendapat bahwa “kurikulum TK tidak hanya tujuan pembelajaran tercapai, di mana anak akan mencakup aktivitas yang mendukung anak secara mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam emosi dan sosial dalam belajar, tetapi juga hidup. Menurut Vigotsky (Berk, mempelajari mencapai perkembangan. 1994) dalam pengalaman akademis seperti Sofia Hartati (2005: 29) berpendapat bahwa matematika, membaca dan menulis. Hal ini harus “pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang mempertimbangkan kemampuan dan keinginan penting bagi perkembangan proses berpikir anak usia lima dan enam tahun untuk bermain anak”. Prinsip pembelajaran yang dikemukakan sambil belajar”. Bredekamp dan Rosergrant (Slamet Suyanto, 2005: 8-29) “konkret dan dapat (1992) dilihat langsung, bersifat pengenalan, seimbang Reaching Potentials: Appropriate Curriculum antara kegiatan fisik dan mental, berhati-hati and Assessment for young children, dalam Slamet dengan pertanyaan mengapa, sesuai tingkat Suyanto (2005: 141-144) menyarankan agar perkembangan anak, sesuai kebutuhan individual, pengembangan mengembangkan kecerdasan, sesuai langgam mengikuti pola yaitu (1) berdasarkan keilmuan belajar anak, kontekstual dan multi konteks, PAUD, (2) mengembangkan anak menyeluruh, terpadu, menggunakan esensi bermain, belajar (3) relevan, menarik, dan menantang, (4) kecakapan hidup, dan multikultur”. mempertimbangkan Perkembangan anak usia Taman Kanakkanak adalah antara usia empat sampai dengan mengemukakan pendapat kurikulum di untuk kebutuhan buku PAUD anak, (5) mengembangkan kecerdasan, (6) menyenangkan, (7) fleksibel, dan (8) unified dan intergrated. enam tahun menurut Fred Ebbeck (1998) dikutip Permasalahan yang ditemui di lapangan dari Masitoh dkk (2005: 7) pada masa ini adalah banyak sekolah yang ada di Indonesia “merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat belum dan sekaligus paling sibuk, pada masa ini anak dalam pembelajaran di sekolah. Dinas pendidikan sudah memiliki keterampilan dan kemampuan belum membuat kebijakan terkait dengan aturan walaupun Karakteristik yang menerapkan pendidikan multikultural ke perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran sekolah. Sama halnya yang menurut Masitoh dkk (2005: 8-12) terdiri dari 1) diungkapkan Hemas di Harian Jogja.com “Dinas perkembangan 2) Pendidikan sendiri kurang memahami betapa perkembangan kognitif, 3) perkembangan emosi, pentingnya keberagaman harus ditanamkan di 4) lingkungan sekolah negeri. Setidaknya harus ada belum sempurna”. fisik perkembangan dan sosial, 5) motorik, perkembangan bahasa. menerapkan pendidikan multikultural pola kurikulum pendidikan yang bisa menyentuh Kurikulum untuk anak kelompok Taman nilai-nilai lokal kedaerahan sehingga multikutural Kanak-kanak dirancang dan dibuat harus berpusat didalamnya toleransi bisa melekat pada sektor pada anak dan mendukung perkembangan anak. pendidika di kota gudeg”. Wakil ketua DPD RI, Aspek perkembangan yang mencangkup fisik, GKR Hemas dalam Harian Jogja.com Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 5 bahwa Pendidikan DIY. Pendidikan yang sudah terasa “pendidikan berkarakter nilai keberagaman dan menyimpang dari nilai-nilai keberagaman dan penanaman budi pekerti menjadi multikultur yang toleransi di sekolah negeri agar lebih fakus untuk harus tumbuh di sekolah-sekolah”. diseriusi. Dinas Pendidikan harus memahami mengungkapkan hal Labschool yang Rumah sama Citta merupakan kondisi DIY dalam kontek multikultur dan sekolah yang berada di Yogyakarta di mana mengembalikan mengaplikasikan sekolah maupun perguruan tinggi”. dijadikan pendidikan strategi multikultural pembelajaran di kelas. nilai-nilai Labschool Rumah kebangsaan Citta baik menghargai Labschool Rumah Citta menerima anak dengan adanya keberagaman yang ada pada anak, anak berbagai diantaranya berhak mendapatkan pendidikan yang baik, tanpa adalah anak dengan perbedaan fisik, kecacatan, memandang fisik, intelektual, bahasa, etnis, etnik dan budaya, intelektual, emosi, agama, budaya, emosi, agama, ekonomi dan sebagainya. bahasa, kemiskinan dan anak yang kurang Nilai pendidikan yang ada memaknai kehidupan beruntung dan terpinggirkan. Guru dan siswa anak di masa sekarang dan yang akan datang. yang beragam, memberikan kebebasan dan Nilai-nilai yang disampaikan bersifat universal kesempatan yang sama kepada semua untuk dengan kearifan lokal. Nilai yang dimaksud belajar bersama dalam melakukan pembelajaran adalah nilai kedamaian, kerjasama, penghargaan, sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini tidak cinta, tanggung jawab, kebahagiaan, kejujuran, terjadi di sekolah yang lain, sekolah yang mau kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, dan menerima keberagaman guru dan anak, dan juga persatuan. Penghargaan terhadap keberagaman memberikan kebebasan serta kesempatan untuk meyakini bahwa pendidikan untuk menghargai belajar bersama dalam melakukan pembelajaran dan peduli penting diberikan sejak dini. Hal multikultur di kelas. tersebut memberi ruang para pendidik, anak dan macam Istri keberagaman, Gubernur perasaannya di DIY Harian mengungkapkan Jogja.com bahwa orang tua untuk mengembangkan mengeskpresikan kekhasan dan masing-masing “pendidikan anak usia dini sekarang sudah individu. Labschool Rumah Citta memiliki dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu. Guru filosofi kebudayaan lokal dilestarikan. Pelestarian PAUD yang mustinya dari daerah setempat, tapi dan pengembangan budaya akan berhasil jika justru diajar dari daerah luar”. Istri Gubernur DIY sejak dini anak sudah mengenal dan mencintai merasakan budayanya. kecemasan keberagaman bangsa tentang mengadakan program perayaan hari besar agama yang diintegrasikan untuk dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia. mengevaluasi kondisi pendidikan yang ada di Hal ini tidak terinformasikan kepada masyarakat DIY bahwa “Dinas Pendidikan DIY untuk segera luas yang ada di Yogyakarta, sehingga tidak mendapat evaluasi. Meski tidak mudah mendapat banyak masyarakat tahu tentang pembelajaran pejabat persepsinya multikultural memadai soal keberagaman mengisi Dinas Rumah Citta. yang hilang. Sekolah Hemas mengungkapkan akan nilai-nilai pendapatnya kemampuan dan yang dilakukan di Labschool 6 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 Berhubungan dengan penjabaran di atas, maka peneliti akan mendiskripsikan pelaksanaan menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. pembelajaran multikultural kelompok TK, faktor pendukung, dan faktor penghambat di Labschool Teknik Analisis Data Rumah Citta. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif METODE PENELITIAN dengan langkah-langkah yang dikembangkan Jenis Penelitian oleh Huberman dan Miles. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian Prosedur deskriptif. Penelitian kualitatif ini, menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Huberman dan Miles. Kegiatan analisis dan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Labschool Rumah pengumpulan data dilakukan interaktif dan Citta yang beralamat di jalan DI. Panjaitan nomor merupakan proses siklus yang berulang-ulang, 70 Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan berlanjut secara terus menerus dan saling selama 3 bulan yaitu bulan Februari sampai April menyusun sampai kegiatan akhir. Komponen 2015. analisis data dipaparkan sebagai berikut : 1. Data yang diperoleh dari lapangan yang Subyek Penelitian Subyek (educator, Reduksi data penelitian asissten dan meliputi 6 guru banyak, kompleks dan rumit direduksi datanya shadow teacher) dengan merangkum, memilih yang penting, kelompok TK yaitu 3 guru TK Besar dan 3 guru menggolongkan, TK Kecil, 1 kepala sekolah, 27 anak yaitu 13 memfokuskan data sesuai dengan tema dan tujuan anak TK Besar dan 14 anak TK Kecil Labschool penelitian. Agar data yang diperoleh menjadi Rumah Citta. lebih jelas, mempermudah penelitian ini dalam melakukan mengorganisir pengumpulan data, data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen mempermudah langkah selanjutnya. Penelitian 2. Teknik pengumpulan data menggunakan dan dan Penyajian data Data direduksi selesai, langkah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses selanjutnya adalah melakukan penyajian data observasi dan wawancara sangat mendalam yang diperoleh dari proses penelitian berlangsung dilakukan dalam pengumpulan data, karena menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat diharapkan mampu menggali informasi tentang naratif dan diperkuat oleh catatan wawancara aplikasi pembelajaran multikultural. Instrumen (CW), observasi catatan lapangan (CL) dan penelitian dokumentasi (CD). ini adalah peneliti sendiri Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 7 3. pengetahuan Penarikan kesimpulan atau verifikasi Langkah terakhir proses pengumpulan nilai-nilai multikultural dan keberagaman. Guru yang memiliki pedagogi yang data adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan. baik Kesimpulan dilakukan dari awal, di mana sifatnya berhasil, dan dapat memanage kelas dengan baik. masih sementara dikuatkan dengan bukti-bukti Sama yang Suprihatiningrum (2013: 107). mendukung dari pengumpulan data, akan membuat halnya yang Kegiatan kemudian melakukan reduksi dan penyajian data. pembelajaran menjadi diungkapkan yang dilakukan Jamil dalam Peneliti melakukan verifikasi dari hasil observasi, pembelajaran multikultural di Labschool Rumah wawancara, Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK dan mempertahankan dokumentasi untuk memberikan jaminan dan yaitu memberikan stimulasi kelima aspek perkembangan anak. Sama halnya karakteristik keabsahan data. perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang diungkapkan Masitoh dkk (2005: 8-12). Penelitian ini menganalisa temuan baru Peneliti menganalisa pelaksanaan dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural di pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Labschool Rumah Citta yaitu pembelajaran yang Citta meliputi beberapa faktor sebagai berikut: menghadirkan dan memperhatikan bawaan anak, 1. bawaan guru dan pedagogi. Pelaksanaan Kurikulum Mulikultural Labschool Rumah Citta Kurikulum pembelajaran multikultural yang tidak bisa lepas yang digunakan dalam dari faktor bawaan anak, guru, dan pedagogi, hal pembelajaran multikultural di Labschool Rumah ini Citta adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan menjadi kelebihan dari pembelajaran multikultural yang ada di Labschool Rumah memiliki Citta. Pembelajaran yang menggunakan bawaan pelaksanaan ke dalam pembelajaran, diantaranya setiap inklusif, berpusat pada anak, multiple intelligence anak untuk mengikutsertakan menjadi bawaan pertimbangan, yang terpadu dalam sebagai (kecerdasan jamak), pendidikan nilai universal, pelengkap, dan memperhatikan pedagogi dalam ramah lingkungan hidup, menghormati kearifan pelaksanaan multikultural. lokal, mandiri dan kreatif, dan adil gender. Pembelajaran yang menghadirkan bawaan guru Kurikulum yang dibuat dengan berbagai gradasi dan anak untuk dijadikan bahan pembelajaran usia dan disesuaikan dengan kemampuan anak di bersama dan metode yang paling utama adalah setiap usianya. Hal ini sesuai dengan teorinya metode George S. Morisson (2012: 260). pembelajaran diskusi. Guru dan guru kekhasan anak memiliki kesempatan dan ototritas yang sama di dalam Guru menyusun perencanaan multikultural memperhatikan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teorinya pembelajaran James A. Banks (2003: 7-10). perkembangan dan latar belakang anak dan juga Kurikulum dan pedagogi guru juga melibatkan anak dalam menyusun kegiatan kelas. berperan penting dalam melakukan pembelajaran. Guru menulis Guru memahami kurikulum sekolah, memiliki diintegrasikan ide dengan kegiatan anak dan indikator yang akan 8 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 dicapai selama satu minggu di program kelas. Guru mengaplikasikan multikultural 2. Kegiatan Pembelajaran Multikultural di Labschool Rumah Citta diintegrasikan ke dalam tema kelas dengan Pelaksanaan pembelajaran multikultural di mengambil nilai-nilai positif yang muncul dari Labschool Rumah Citta selalu melibatkan anak di tema kelas yang ada kaitannya dengan nilai-nilai segala multikultural. Guru mendiskusikan nilai-nilai pembelajarannya. Kegiatan yang dilakukan dalam tersebut bersama anak dan diaplikasikan ke dalam pembelajaran multikultural di Labschool Rumah kehidupan Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK sehari-hari di kelas. Guru sesi dalam melakukan kegiatan mengkoordinasi semua yang muncul di kelas, yaitu seperti ide anak, indikator yang ada di kurikulum, perkembangan anak. Sama halnya karakteristik nilai-nilai yang akan dikenalkan, tema kelas, dan perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak metode apa yang akan digunakan agar semuanya yang diungkapkan Masitoh dkk (2005: 8-12). memberikan stimulasi kelima aspek bisa diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan multikultural. Hal ini sesuai dengan teori yang pendahuluan yaitu transisi dan apersepsi di circle diungkapkan Jamil Suprihatiningrum (2013: 77). awal, kegiatan inti, kegiatan penutup yaitu dalam melakukan review, refleksi, mengevaluasi, dan dalam informasi kegiatan berikutnya dilakukan di circle pembelajaran multikultural adalah kurikulum dan akhir. Hal ini sama dengan pelaksananaan keberagaman yang ada di sekitar, diantaranya pembelajaran anak, guru, orang tua, staff yang beragam bisa Muslich dalam Jamil Suprihatiningrum (2013: menjadi sumber belajar dalam pembelajaran 119). multikultural. a) Kegiatan pra pembelajaran atau pendahuluan Faktor pendukung mengimplementasikan kurikulum Kurikulum yang ke digunakan memudahkan guru mengembangkan sendiri dan yang sudah dijabarkan oleh secara fleksibel dapat disesuaikan dengan umur Kegiatan pra pembelajaran multikultural dan kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan di Labschool Rumah Citta terdiri dari dari pendapat Bredekamp dan Rosergrant (1992) kegiatan transisi dan apersepsi. Kegiatan transisi dalam Slamet Suyanto (2005: 141-144). dilakukan dengan cara anak diajak untuk Faktor penghambatnya adalah guru yang kurang Berdasarkan ada di sekitar, contoh kegiatannya adalah bermain analisa tersebut peneliti memberikan solusi yaitu permainan tradisional, bermain bebas, senam, dan dengan adanya budaya lembaga saling belajar, cerita pihak lembaga menggunakan sesi rapat mingguan dengan mengajak anak untuk bercerita atau untuk share kegiatan kelas untuk mengevaluasi berdiskusi bersama teman dan guru terkait kegiatan, merefresh nilai-nilai inklusifitas terkait dengan kegiatan atau tema kelas di circle awal. dengan memahami kurikulum. berkegiatan bersama dengan teman dan guru yang pembelajaran multikultural, saling menguatkan satu sama lain dan memperdalam pemahaman tentang kurikulum. kabar. Kegiatan apersepsi dilakukan Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 9 melakukan pembelajaran multikultural adalah semua orang dan semua benda yang ada di sekitar. Gambar. 1 anak TK Besar dan guru melakukan circle awal (sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta jumat, 8 Februari 2013) Faktor pendukung kegiatan pra pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah guru memberikan kesempatan kepada semua anak untuk Gambar. 2 anak TK Besar dan TK Kecil menari tarian papua dalam rangka memestakan hari natal budaya Papua (sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta senin, 14 Januari 2015) berpendapat menggunakan pengetahuan dan pengalamannya. Faktor penghambatnya adalah di saat guru hanya menggunakan pendapat dan idenya sendiri dan tidak menghargai pendapat dan idenya anak. Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan solusi yaitu guru harus selalu menghargai pendapat anak, melibatkan anak dari semua proses kegiatan pembelajaran, dan kepala sekolah selalu memberikan supervisi terkait dengan pendampingan yang sudah dilakukan guru saat bermain bersama anak. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah anak dan guru selalu melakukan diskusi terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan inti dilakukan dengan mengenalkan identitas budaya dan ras dengan cara guru mengajak anak untuk melihat keberagaman yang ada di sekitar dan dengan pembelajaran budaya yang konkret. Sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan inti untuk Faktor pendukung dalam melakukan kegiatan inti pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah adalah sumber belajar yang ada di sekitar. Guru dan anak bisa mendapatkan informasi dan mendapatkan nilainilai positif yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengolah informasi atau materi yang didapat kemudian disesuaikan dengan kebutuhan anak. Faktor penghambatnya adalah Guru yang kurang memahami materi yang akan diberikan ke anak, akibatnya adalah anak tidak mendapatkan nilai-nilai positif yang bisa diambil dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan solusi yaitu kesiapan guru dilakukan dijauh hari dalam mencari informasi, agar guru memiliki waktu untuk belajar memahami dan mencari informasi yang lengkap untuk mendukung pembelajaran. c) Kegiatan penutup Kegiatan penutup pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah 10 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 kegiatan yang dilakukan di circle akhir, di mana sumber belajar bersama, hal ini sesuai dengan setiap anak dan guru mendapatkan kesempatan yang diungkapkan oleh Akhmad Hidayatullah Al yang sama untuk menceritakan pengalaman Arifin (2012:75). Faktor pendukung bawaan anak dalam kegiatan. Guru dan anak di circle akhir melakukan review atau refleksi yaitu melakukan pembelajaran multikultural di menceritakan pengalaman main dan nilai-nilai Labschool Rumah Citta adalah guru menyiapkan positif apa yang sudah dilakukan selama seharian kegiatan yang bergradasi dan bermacam-macam berkegiatan yang bersama. Guru bersama anak disesuaikan dengan kebutuhan dan mengevaluasi kegiatan dengan mengungkapkan kelebihan anak. Guru melakukan pembelajaran perasaannya, beserta guru memberikan informasi anak usia dini harus mempertimbangkan prinsip kegiatan untuk hari berikutnya. pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai Faktor pendukung melakukan kegiatan dengan pembelajaran yang dikemukakan (Slamet penutup dalam pembelajaran multikultural di Suyanto, 2005:8-29). Faktor penghambatnya Labschool Rumah Citta adalah guru selalu adalah waktu, di saat guru memiliki waktu yang melibatkan anak untuk merefleksi, mereview, dan sedikit untuk menyiapkan kegiatan bergradasi dan mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan bermacam-macam bersama-sama. Faktor penghambatnya adalah kebutuhan dan kelebihan anak, yang terjadi waktu. Guru terkadang tidak melakukan review, adalah kegiatan dibuat hanya satu macam dan refleksi, dan evaluasi bersama anak di saat waktu tidak bergradasi. Berdasarkan analisa tersebut yang tersisa tinggal sedikit dan sudah terburu- peneliti memberikan solusi yaitu guru harus buru untuk segera pulang. Berdasarkan analisa belajar dari pengalaman yang sudah terjadi dan tersebut peneliti memberikan solusi yaitu guru belajar untuk bisa memanage waktu lebih baik. harus belajar dari pengalaman yang sudah terjadi Guru utama atau lebih dikenal dengan sebutan dan belajar untuk bisa memanage waktu lebih edukator harus bisa menciptakan budaya di team baik. Guru selalu melakukan evaluasi kegiatan kelas untuk saling membantu, mengingatkan, dan setelah selesai kelas bersama team kelas dan menguatkan satu sama lain. mencari solusi di setiap masalah yang muncul. 4. 3. disesuaikan dengan Bawaan Guru Peneliti menganalisa tidak hanya bawaan Bawaan Anak Peneliti yang faktor anak saja yang berpengaruh dalam melakukan bawaan anak berpengaruh dalam melakukan pembelajaran multikultural di Labschool Rumah pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta, tetapi bawaan guru juga memberikan Citta. Guru dalam melakukan pembelajaran yaitu pengaruh yang besar. Bawaan guru diantaranya melibatkan memiliki pengalaman perkembangan dan latar belakang yang berbeda- pendidikan, beda diantaranya agama, suku, bahasa, budaya, pengalaman hidup. Sejarah guru dan anak kebutuhan, kelebihan, kemampuan dan usia anak. dijadikan bahan untuk diskusi bersama dalam Keberagaman menganalisis anak. yang Setiap ada bahwa anak disekitar dijadikan pendidikan, suku, budaya, latar belakang agama, dan Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 11 pembelajaran multikultural, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan James A. Banks (2003:7-10). Faktor pendukung bawaan guru dalam melakukan pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah guru yang selalu menempatkan dirinya sama dengan anak-anak, tidak ada pembatas dan perbedaan otoritas antara anak dan guru. Faktor penghambatnya adalah guru yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap anak. Anak menjadi sangat peniru ulung dari semua sikap, cara bicara, dan kebiasaan yang dilakukan guru. Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan solusi yaitu Gambar. 3 Anak dan guru TK Kecil dan TK Besar sedang berkegiatan di rumah Didi Nini Towok penari Yogyakarta yang mengharukan negara Indonesia di kanca Internasional. (sumber: CD. 10 Labschool Rumah Citta jumat, 15 November 2013.) guru Faktor pendukung melakukan pedagogi membiasakan bersikap atau berbicara dengan dalam pembelajaran multikultural di Labschool baik dan sewajarnya di depan anak-anak, Rumah Citta adalah budaya belajar bersama dan berusaha memberikan contoh yang baik kepada lembaga memberikan fasilitas pengayaan untuk anak-anak. meningkatkan kualitas guru. Faktor penghambat 5. nya adalah terletak pada individu guru masing- Pedagogi Bawaan guru menjadi salah satu yang masing yang memiliki sifat yang tidak mau berpengaruh terhadap pembelajaran multikultural berkembang di Labschool Rumah Citta, secara tidak langsung Berdasarkan analisa tersebut peneliti memberikan pedagogi guru termasuk salah satu faktor yang solusi yaitu kepala sekolah selalu memberikan berpengaruh dalam pembelajaran multikultural. supervisi kepada guru dan menjalin hubungan Strategi pembelajaran multikultural di Labschool baik dengan semua guru. Agar kepala sekolah Rumah Citta adalah guru membuat kegiatan yang dapat memberikan semangat belajar kepada guru berpusat dengan sistem pendekatan secara personal. pada anak. Metode pembelajaran dan memperkualitaskan diri. multikultural yang digunakan adalah metode diskusi, proyek, area, bermain bersama, SIMPULAN DAN SARAN karyawisata, bercerita, eskperimen, demonstrasi, Pelaksanaan pembelajaran multikultural di tanya jawab, dan bermain peran. Selain itu Guru Labschool Rumah Citta meliputi beberapa faktor memiliki pengetahuan dan pengalaman yang yaitu kurikulum, kegiatan pembelajaran, bawaan berhubungan dengan budaya, hal ini sesuai siswa, bawaan guru dan pedagogi. dengan yang diungkapkan (2001). James A. Banks Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan memiliki kekhasan yang terpadu dalam pelaksanaan ke dalam pembelajaran. perencanaan Guru menyusun pembelajaran dengan 12 Jurnal Pendidikan Guru PAUD S1 Edisi 5 Tahun ke-4 2015 memperhatikan perkembangan, latar belakang memahami nilai-nilai multikultural, kurikulum, anak pendidik anak usia dini, wawasan yang kurang dan juga melibatkan anak dalam luas, penyusunan. pengalaman pendidikan yang sedikit, dalam kemampuan berkomunikasi yang kurang baik pembelajaran multikultural di Labschool Rumah dengan orangtua atau anak dan juga kurikulum Citta sesuai dengan karakteristik anak usia TK secara umum belum memuat multikultural dalam yaitu kebijakan kurikulum nasional. Kegiatan yang memberikan dilakukan stimulasi kelima aspek Berdasarkan perkembangan anak. Pembelajaran multikultural data hasil kesimpulan di Labschool Rumah Citta terdiri dari: (1) penelitian, sebagai bentuk rekomendasi maka kegiatan pra pembelajaran terdiri dari kegiatan peneliti menyampaikan saran kepada pihak-pihak transisi yaitu anak diajak untuk berkegiatan yang terkait, sebagai berikut: bersama dan apersepsi yaitu 1. mengajak anak Saran untuk guru di Labschool Rumah Citta, untuk bercerita atau berdiskusi bersama di circle selalu awal, (2) kegiatan inti mengenalkan identitas keterampilan budaya, ras dan keberagaman yang ada di sekitar multikultural. dengan pembelajaran budaya yang konkret. 2. memperbaiki dalam pengetahuan dan pembelajaran Saran untuk sekolah Labschool Rumah Citta, Sumber belajar yang digunakan adalah semua selalu meningkatkan kualitas wawasan dan orang, semua benda mati atau hidup yang ada pengetahuan terkait dengan pembelajaran disekitar. (3) kegiatan penutup dilakukan di circle multikultural. akhir yaitu anak dan guru untuk melakukan 3. Saran untuk pengambil kebijakan, belum ada review, refleksi, mengevaluasi dan informasi aturan kegiatan berikutnya. Pembelajaran multikultural multikultural, misalnya: memuat nilai-nilai mempertimbangkan antara lain: (1) bawaan anak multikultural ke dalam kurikulum nasional. diantaranya agama, bahasa, suku, bawaan guru diantaranya pengalaman pendidikan, latar belakang pendidikan, budaya, suku, agama, dan pengalaman hidup, (3) pedagogi yaitu strategi pembelajaran dan metode yang digunakan guru. Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran multikultural di Labschool Rumah Citta adalah adanya keberagaman yang ada disekitar diantaranya anak, guru, staff dan orangtua. Faktor penghambatnya adalah adanya guru yang belum sepenuhati mempercayai nilainilai multikultural dan juga yang selaras dengan nilai-nilai budaya, kebutuhan, kelebihan, kemampuan dan usia anak, (2) yang belum DAFTAR PUSTAKA Akhmad Hidayatullah Al Arifin. (2012). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. (Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012). Hlm. 72-82. Banks, James A & Banks, Cherry A. McGee. (2001). Multicultural Education: Issues & Perspectives. 4th ed. The United of America: John Wiley & Sons, Inc. Banks, James A. (ed). (2003). Thriving in the Multicultural Classroom (Principle and Practices for Effective Teaching): Multikultural Education Series. New York: Dilg, Mary. Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural .... (Elvika Fianasari) 13 Endro Guntoro. (2015). Sekolah Jogja: Sudahkan Sekolah Terapkan Pendidikan Multikultural. Harian Jogja. Minggu, 29 Maret 2015 07:20 WIB. Diakses dari http://jogja.solopos.com/baca/2015/03/29/s ekolah-jogja-sudahkan-sekolah-terapkanpendidikan-multikultural-589269. pada tanggal 3 Juli 2015, jam 08.30 WIB. Hariyanto. (2011). Pendidikan Multikultural pada Anak Usia Dini di TK Harapan Bangsa Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Tesis. PGRA/PAUDI-UIN. Diakses dari http://digilib.uinsuka.ac.id/6823/1/BAB%20I%2CIV.pdf. pada tanggal 23 Januari 2015, jam 16.30 WIB. Jamil Suprihatiningrum. (2013). Pembelajaran: Teori dan Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Strategi Aplikasi. Lwin, May. et al. (2003). How to Multiplay Your Child’s Intelligence (Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan). Alih Bahasa: Christine Sujana. Indonesia: Penerbit PT Indeks. Masitoh, dkk (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Masngud, dkk. (2010). Pendidikan Multikultural (Pemikiran dan Upaya Implementasinya). Yogyakarta: Idea Press. Morrison, Gearge S. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks. Parekh, Bhikhu. (2008). Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory. 2nd ed. Penerjemah: Bambang Kukuh Adi. Yogyakarta: Kanisius. Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.