01 LAYOUT A -SEPT 2012) - HAL 1 sd 19.pmd

advertisement
Menemukan Pendidikan Life Skill
dalam Puasa, Idul Fitri dan Tradisi Mudik
Oleh Moh Sholehuddin, M.Ag *)
Prolog
Pendidikan agama Islam –baik
dalam maknanya yang universal, usaha sadar manusia untuk membentuk
individu yang belum dewasa menjadi
individu yang dewasa dan bertakwa,
maupun dalam maknanya yang formalistic, mata pelajaran keagamaan
Islam yang diajarkan di madrasah
maupun sekolah seperti fikih, alQur’an hadits, tarikh, atau PAI -sangat kayanilai (value) baiknilai kognitif, psikomotorik dan afeksi. Tiga
nilai kependidikan tersebut perlu dikembangkan dan diintegrasikan supaya menjadi life skill bagi peserta
didik. Ibadah puasa, beridul fitri dan
tradisi mudik (pulang kampung untuk
bersilaturrahim kepada orang tua dan
kerabat) adalah bagian dari materi pelajaran fikih, al-Qur’an Hadits dan
akhlak. Urgen untuk mengkaji ibadah
puasa, idul fitri dan tradisi mudik dengan menggunakan perspektif life
skill dalam pendidikan Islam agar materi-materi PAI memberi kontribusi
positif kepada peserta supaya ia
mampu menghadapi tantangan hidupnya.
Life Skilldalam PAI
Life skill berasal dari kata life
(hidup) dan skill (kecakapan)Life skill
tidak hanya dipahami sebagai keterampilan untuk mencari penghidupan
atau bekerja, tetapi lebih luas dari itu
yaitumencakup keterampilan untuk
menjalankan tugas hidupnya sebagai
hamba Allah sekaligus khalifah-Nya.
Umat Islam harus menjadi khalifah di
muka bumi atau menjadi pemimpin,
bukan menjadi kuli dimuka bumi. Sebagai pemimpin maka mereka disamping perlu dibekali dengan special
skill, juga perlu life skill dan leader
life skill.
Muhaimin (2003: 173) mengkelompokkan life skill dalam dua ke36
MPA 312 / September 2012
lompok. Pertama adalah general life
skill (kecakapan hidup yang bersifat
umum) yang mencakup: a) Personal
skill atau self awarnes yang mencakup: (1) Penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan yang harus mengabdi
kepada-Nya dan menjadi KhalifahNya, (2) menyadari kelebihan dan kekurangan serta mensyukuri segala
nikmat yang diberikan kepadanya,
sekaligus menjadikannya sebagaia
modal meningkatkan dirinya sebagai
individu yang bermanfaat. b) Thinking skill (kecakapan berfikir)yang
mencakup: (1) Information searching skill atau kecakapan menggali
dan menentukan informasi, (2)Information prosesing and decision making skill atau kecakapan mengolah
informasi dan mengambil keputusan,
(3)Creativeproblem solving skill
atau kecakapan memecahkan masalah
secara kreatif. c) Social skill (kecakapan sosial) yang mencakup: (1) Kecakapan berkomunikasi dengan empati (communication skill), dan (2) Kecakapan bekerja sama.
Kedua adalah specific skill yang
mencakup: a) Academic skill atau kecakapan berfikir ilmiah yang mencakup antara lain: (1) Identifikasi variable, (2) Merumuskan hipotesis, dan
(3) Melaksanakan penelitian.b) Vocational skill atau kecakapan
yang berhubungan dengan profesi.
Ini juga disebut keterampilan kejuruan.
Life Skill dalam Puasa, Idul Fitri
dan Tradisi Mudik
Puasa melatih kesadaran diri
(self awarenes) dan mempertajam kepekaan ruhani, manusia akan kehadiran Tuhan pada dirinya baik kapan,
dimana dan dalam situasi apapun.
Orang yang bisa makan dan minum
enak, tidak sekedar rasanya tapi juga
tempatnya, peralatannya, suasana-
nya dan sebagainya yang serba mewah, sehingga hartanya banyak terkuras untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, sementara biaya dan kesempatan untuk berinfaq dan sedekah
berkurang, ia justru menjadi kikir.
Demi nafsu seksualnya, istri dibelikan
berbagai model busana atau pakaian
serba keren dan modis, perhiasan dan
berbagai alat kosmetik yang serba
mewah, kemudian ia harus mengikuti
senam kebugaran dan berbagai jenis
senam lainny. Biaya hidup diperioritaskan ke arah pemenuhan kebutuhan fisik-biologisnya, yang pada gilirannya tidak sempat untuk berinfaq
atau sedekah, atau mungkin sempat
dilakukan tetapi porsinya jauh lebih
rendah dibandingkan dengan harta
kekayaan yang dimilikinya. Akhirnya
ia bersikap materialis, individualis,
egois, hedonis, kurang memiliki kepedulian sosial. Social skill-nyaatau
rasa empatinya menjadi lemah.
Pengendalian diri terhadap hawa
nafsu (perut dan seksual) perlu dilatih melalui ibadah puasa.Dilihat dari
segi subtansinya, ibadah puasa merupakan sarana yang ampuh untuk mengembangkan pendidikan life skill,
dan terutama yang menyangkut life
skillaspekself awarenes (mengenal
diri), dan bahkan social skill seperti
uraian diatas. Bila seseorang sudah
mengenal diri, maka akan muda merasa mengenal Tuhannya (man’arafa
nafsahu faqad ‘arafah rabbahu), bila
sudah mengenal diri dan Tuhannya,
maka akan mudah sekali mengenal
orang lain, dan juga mengenal makhluk ciptaan-Nya.
Mudiknya seseorang di Idul Fitri bermaksud untuk mengaktualisasikan sebagian sifat – sifat tersebut
diatas. Hal ini sejalan dengan makna
‘Idul Fitri itu, yakni: “kembali ke tempat keadaan semula, kembali keasal
kejadian, kembali ke ajaran agama
yang benar, dan kembali kepada kesucian”dengan mudik lebaran atau
beridul fitri, seseorang hendak menyadari bahwa: (1) Pada asalnya ia
dermawan, yang dilambangkan dengan kesediaan untuk membayar
zakat fitrah, atau lambang kesediaan
setiap muslim untuk memberi hidup
dan kehidupan kepada orang lain. (2)
Pada asalnya manusia adalah suci
dan berpihak kepada kesucian. Allah
adalah Maha Suci (al-Quddus) , sehingga manusia yang suci pada asalnya berpihak kepada Tuhan Yang
Mahasuci, siap mengabdi kepadaNya; (3) pada manusia bersifat kasih
sayang terhadap sesama,
suka memaafkan dan mengampuni
kesalahan orang lain.
Sebaliknya, jika manusia bersifat
kikir,rakus, lupa terhadap Tuhan Yang
Mahasuci, tidak mau menjalankan
sholat, puasa, zakat bahkan selalu
menyingkirkan Tuhan dalam hidupnya, tidak mengakui kesalahn diri dan
tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, bahkan ia angkuh, sombong
dan menganggap dirinya yang paling benar dan baik, semuanya itu menunjukkan bahwa dia telah meninggalkan keadaannya semula (fitrah)
atau belum mudik dan beridul fitri
secara hakiki.
Epilog
Agama dan mata pelajaran PAI
dapat digali dan dikembangkan life
skillnya terutama life skill yang berkaitan dengan life awarenes (penghayatan diri sebagai makhluk Allah
yang harus syukur dan mengabdi kepada-Nya. Penguasaan dan kompetensi dalam bidang Qur’an dan Ha-
dist, guru maupun murid dapat mengembangkan kompetensi penguasaan terhadap Qur’an dan hadist
menjadi vocational skill (kecakapan
profesi) seperti sebagai penceramah
agama (da’i/ da’iyah), instruktur pelatihan metode mengajar baca tulis
al-Qur’an dan qori’. Semuanya adalah media media untuk memperoleh
rezeki yang halal dari Allah SWT.
Materi sholat dan haji dapat
memberi life skill yaitu self awarenes
yang mengarah kepada upaya pendekatan makhluk kepada Allahmelalui
dzikir dan melihat kekuasaan – kekuasaan-Nya. Shalat dan haji dikembangkan menjadi vacational skill.
Sekarang bermunculan apa yang disebut oleh Biyanto (Dosen Ushuluddin IAIN Sunan Ampel) dengan istilah entrepreneur training spiritual
seperti Muhammad Sholeh dengan
program Training Sholat Tahajud.
Abu Sangkan dengan program Training Sholat Khusyu’. Ary Ginanjar
dengan program ESQ Power dan
Agus Mustofa dengan program Tasawuf dan Modernitas adalah orang
yang mengembangkan akhlak Islam
menjadi life skill. Munculnya kelompok – kelompok bimbingan Haji adalah perwujudan vacational life skill
dalam bidang fikih.
*) Penulis adalah penyuluh
agama Islam dan diperbantukan
di Mapenda Kankemenag Kab
Sidoarjo dan sedang menempuh
S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
MPA 312 / September 2012
37
Download