1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin canggihnya alat transportasi dan komunikasi serta teknologi dewasa ini menyebabkan dunia seakan tanpa batas. Pada era globalisasi seperti sekarang ini tidaklah mengherankan jika seseorang yang awalnya sedang berada di London dalam hitungan jam sudah berada di Bali untuk berwisata. Walaupun di satu sisi keadaan ini memiliki dampak positif, di sisi lain situasi ini juga memberikan dampak negatif, yakni makin mudahnya suatu sumber penyakit berpindah dari satu negara ke negara lain. Adanya kesadaran akan masalahmasalah kesehatan yang mungkin timbul berkenaan dengan perjalanan atau wisata kemudian memunculkan suatu solusi, yakni terciptanya cabang kedokteran baru yang dikenal sebagai travel medicine atau ilmu kedokteran wisata. Kedokteran wisata atau travel medicine adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang bepergian (travellers). Cabang ilmu ini mencakup berbagai disiplin ilmu termasuk epidemiologi, penyakit menular, kesehatan masyarakat, kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri, kedokteran kerja dan sebagainya. Bidang ilmu ini semakin berkembang dalam tiga dekade terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan internasional di seluruh dunia. Pelayanan kedokteran wisata diberikan di travel clinic yang umumnya berada di negara-negara maju untuk memenuhi kebutuhan warga mereka yang akan bepergian ke negara-negara berkembang. Hal itu dikarenakan sampai saat ini negaranegara berkembang dianggap sebagai daerah tujuan wisata yang mempunyai risiko kesehatan tertentu. Bahkan dalam buku panduannya, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa konsultasi pra-travel diperlukan oleh travellers yang bermaksud mengunjungi negara berkembang. Pada zaman sekarang travelling sudah menjadi hal yang umum dilakukan, baik dilakukan sendirian, dengan pasangan, maupun berkelompok. Sebelum melakukan travelling tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti passport, visa, tempat tinggal, jumlah uang yang harus dibawa, dan lain-lain. Hal yang umumnya sering dilupakan adalah mengecek apakah ada penyakit tertentu yang sering menyerang para traveler di negara tujuan tersebut. 2 Traveler diarrhea adalah penyakit yang paling umum menyerang traveler (sekitar 20-50%), dimana hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya ketidakcocokan dengan kuliner negara setempat atau makanan dan lingkungan yang kurang bersih. Penyebab paling sering adalah bakteri khususnya Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC). Pencegahan travel disease tersebut akan sangat membantu bagi para traveler karena apabila sudah terinfeksi saat berada di negara tujuan, kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat setiap negara mempunyai peraturan yang berbeda. 1.2 Rumusan Masalah Mampu menjelaskan definisi travellers disease Mampu menjelaskan jenis-jenis penyakit travellers disease Travellers diare Yellow fever Hepatitis A Food poisoning 1.3 Tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan definisi travellers disease Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis travellers disease,meliputi: Travellers diare Yellow fever Hepatitis A Food Poisoning 1.4 Manfaat Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa dalam pembelajaran di modul travellers medicine,khususnya pada topik travellers disease BAB II PEMBAHASAN 2.1 Travellers Disease 3 Travellers disease adalah penyakit yang didapat oleh seseorang saat atau setelah melakukan perjalanan atau liburan. Ada tiga masalah kesehatan yang umum terjadi saat orang bepergian yaitu jet lag, penyakit ketinggian (altitude sickness), dan diare. Namun hal tersebut bisa diatasi bila kita mengetahuinya terlebih dahulu. Berikut tips untuk mencegah gangguan kesehatan yang umum dirasakan saat berpergian atau berlibur. Tips Perjalanan Aman Dan Sehat: 1) Persiapan Usahakan tidur nyenyak maksimal 6 jam sebelum berangkat. Jangan melakukan perjalanan dalam keadaan lapar atau perut kosong. Jangan mengenakan pakaian yang ketat, pakailah pakaian yang longgar. Siapkan bekal makanan yang tahan lama. Tanggulangi terlebih dahulu penyakit ringan, bawalah obat-obatan seperlunya. 2) Perjalanan Usahakan jangan merokok, karena dapat menyebabkan kekurangan oksigen. Hindari alcohol untuk mencegah dehidrasi. Perbanyak minum air putih. Luruskan kaki sejauh ruangan yang ada dan memungkinkan. Gerakan otot betis dan kaki secata teratur. 3) Pengemudi Jangan paksakan menyetir saat mata terasa lelah. Bila merasa lelah cari tempat untuk parkir, dan istirahatlah. Usahakan tidur minimal 15 menit. Iringi selama perjalanan dengan musik yang tidak menyebabkan kantuk. Banyak minum air putih dan usahakan jangan merokok. 2.2 Jenis-Jenis Travellers Disease I. Travellers diare Definisi Traveller’s Diarrhea adalah penyakit paling umum yang mempengaruhi wisatawan. Diperkirakan10juta orang-20% sampai 50% dari wisatawan internasional berkembang setiap tahun. TD didefinisikan sebagai tiga atau lebih berbentuk tinja dalam 24 jam lewat seorang musafir, umumnya disertai dengan kram perut, mual, dan kembung.Itu diagnosis tidak berarti 4 organisme spesifik, tetapi enterotoksigenik Escherichia coli patogen yang paling sering diisolasi. Sebagian besar kasus adalah self-terbatas, pengobatan tidak rutin diresepkan maupun patogen diidentifikasi kecuali gejala menjadi parah atau berkelanjutan. Traveller’s Diarrhea yang umumnya tidak berbahaya dan akan membaik dalam 1-2 hari tanpa terapi sejumlah 90% kasus membalik dalam 1 minggu dan 98% teratasi dalam 1 bulan. Penyebab sebagian besar penyebab dari traveler diarrhea ini adalah bakteri. dimana yang paling sering adalah enterotoksik E. Coli, dengan prevalensi 70%. Bakteri E. Coli yang paling sering adalah : Enteroinvasive E. coli (EIEC) menyerang (masuk ke dalam) dinding usus sehingga menyebabkan diare berat. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC): Jenis EHEC, E.coli 0157: H7, dapat menyebabkan disentri dan sindrom uremik hemolitik (anemia dan gagal ginjal). Enterotoksigenik E. coli (ETEC), salah satu yang penyebab terbesar travelers diare, menghasilkan racun yang bekerja pada lapisan usus. Enteropathogenic E. coli (EPEC) dapat menyebabkan wabah diare pada pembibitan baru lahir. Enteroaggregative E. coli (EAggEC) dapat menyebabkan diare akut dan kronis pada anak. Faktor pencetus diare a. b. c. d. Tangan yang kotor Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri Ditularkan oleh binatang peliharaan Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkan diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet) e. Baru saja bepergian/melancong. f. Makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa (seafood dan shell fish, terutama yang mentah) g. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks, Aquared immune deficiency syndrome. h. Baru menggunakan obat-obat antimikroba. 5 Manifestasi klinis Gejala klinis yang didapat pada diare antara lain sebagai berikut: Buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam sehari. Volume tinja banyak, warna kuning-hijau, konsisten cair, tidak ada darah, tidak berbau, tidak berbuih. Lamanya sakit 5 - 7 hari. Suhu tubuh meningkat Nyeri perut Penderita dengan kasus ringan gejalanya berlangsung selama 3-5 hari, kemudian sembuh sempurna. Diare karena Adenovirus cenderung ringan dan sembuh sendiri. Gejalanya meliputi demam ringan, tinja cair, muntah dan kadang-kadang ada gejala-gejala pernafasan. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan contoh tinja. Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya, ditemukannya lemak, darah atau zat-zat yang tidak dapat dicerna, dan jumlahnya dalam 24 jam. Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja untuk: Mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya Menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik Mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba dan Giardia. Penatalaksanaan a. Simtomatis Rehidrasi 6 Antipasmodik, antikolinergik Obat anti diare o Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein fosfat. o Aktreotid (sadratatin) o Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang, campura kaolin dan mortin. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon). Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu: o Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K o Preparat besi, zinc,dan lain-lain. Obat ekstrak enzim pankreas. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus. Kausal Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya. Pencegahan Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu : a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil. b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih c. Sanitas air yang bersih d. Kebersihan perorangan e. Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil. f. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban) g. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar 7 Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu : o o o o o II. menyediakan makanan yang higienis mencuci tangan dengan sabun menutup makanan memasak air sampai mendidih dan lain-lain Yellow fever Definisi Yellow fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yellow fever. Infeksi Flavivirus, demam yellow fever dapat berwujud, mulai dari penyakit tanpa gejala ke-onset akut viral hepatitis dan demam berdarah. Dokumen menarik bagaimana perjuangan manusia dengan demam kuning telah membentuk sejarah dunia. Aedes aegypti merupakan vektor yang efektif di perkotaan. Spesies lain Aedes dan nyamuk Haemagogus memainkan peran penting dalam kasus sporadis demam kuning di daerah hutan hujan. Siklus Transmisi termasuk sylvatic, menengah, dan perkotaan. The sylvatic, atau hutan, siklus dipelihara oleh monyet terinfeksi oleh nyamuk. Manusia yang masuk hutan hujan akan terinfeksi oleh nyamuk yang menular. Flaviviruses, termasuk yang menyebabkan demam kuning, juga memiliki potensi digunakan sebagai senjata biologis. Dari seluruh kasus yang terjadi, 90% nya terjadi di Afrika. Transmisi di Afrika terutama disebabkan karena tingginya populasi nyamuk pembawa virus tersebut dan tingginya populasi manusia yang tidak di vaksin di daerah tersebut. Di Amerika Seltan, angka kejadian yellow fever lebih sedikit dibandingkan dengan di Afrika, karena tingginya angka vaksinasi pada populasi di Amerika Selatan, sehingga banyak populasi yang terlindungi dari penyakit ini. Vaksinasi yellow fever secara signifikan mengurangi angka kejadian yellow fever diseluruh muka bumi. Efektifitas vaksin tersebut memberikan 80-90% perlindungan dari yellow fever, dan mampu melindungi selama 10 tahun. 8 Bagi para wisatawan atau pekerja sementara yang berada di akan berkunjung ke Afrika atau Amerika Selatan sangat disarankan untuk mendapatkan perlindungan vaksinasi ini. Mengapa? Karena angka infeksi yellow fever di Afrika sangat tinggi, sehingga jika para pengunjung yang saat itu sedang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, memudahkan untuk terkena infeksi yellow fever, dan akan sangat membahayakan jika virus tersebut masih berada dalam tubuh dan terbawa pulang ke Indonesia sehingga menularkan terhadap saudara tau sekitar rumah lainnya. Etiologi Virus demam kuning adalah virus RNA kecil yang secara antigenik tergolong dalam flavivirus (dulu kelompok arbovirus B). Virus ini merupakan anggota dari famili Togaviridae. Togavirus adalah virus RNA berutas tunggal dalam bentuk ikosahedral dan terbungkus di dalam sampul lemak. Virion berdiameter 20 sampai 60 nm, berkembangbiak di dalam sitoplasma sel dan menjadi dewasa dengan membentuk kuncup dari membran sitoplasma. Cara Penularan Virus Yellow Fever Demam kuning merupakan akibat dari adanya dua daur pemindahsebaran virus yang pada dasarnya berbeda yaitu kota dan hutan (silvatik). Daur kota dipindahsebarkan dari orang ke orang lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sekali terinfeksi, nyamuk vektor itu akan tetap mampu menyebaban infeksi seumur hidupnya. Demam kuning hutan berjangkit pada hewan liar. Virus demam kuning yang sama ditularkan diantara hewan-hewan tersebut dan kadangkadang juga terhadap manusia oleh nyamuk selain Aedes aegypti. Ada beberapa nyamuk seperti A. Simponi yang hidup dengan menghisap darah primata yang telah terinfeksi, menyusup ke kebun-kebun desa lalu memindahkan virus tersebut ke manusia. Sekali demam kuning berjangkit di kembali di daerah kota, maka daur kota demam kuning akan dimulai kembali dan kemungkinan akan berkembang menjadi epidemi. Manifestasi klinis Pada fase akut demam kuning, tanda-tanda klinis tidak spesifik, termasuk demam, muntah empedu, bradikardia relatif, dan konjungtiva merah. Tipe demam adalah bifasik. 9 Fase intoksikasi demam kuning ditandai dengan demam, sakit kepala, nyeri punggung lumbosakral, kelemahan, dan jandice. Temuan laboratorium meliputi leukopenia dengan neutropenia relatif. Meningkatnya enzim transaminase akan naik 48-72 jam setelah gejala awal muncul. Hepatomegali dan nyeri kuadran kanan atas dapat terjadi. Tanda-tanda pendarahan diskrasia berkembang, dengan petechiae, ekimosis, epistaksis, dan perdarahan gusi. Arrhythmia yang umum, seperti hipotensi dan shock, sering tidak responsif terhadap resusitasi cairan. Akhir tanda-tanda klinis termasuk hipotermia, delirium, pingsan, dan koma. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukopeni (jumlah sel darah putih rendah), trombositopeni (jumlah trombosit yang rendah), mungkin ditemukan kenaikan hematokrit, waktu protombrin yang memanjang dan bila terjadi KID (Koagulasi Intravaskuler Deseminata) ditemukan kelainan pada fibrinogen dan produk degradasi fibrinogen. Enzim transaminase, fosfatase alkali, gamma-glutamyl transfarase, bilirubin direct dan indirect, BUN dan kreatin meningkat kadarnya. Kenaikan yang bermakna dari transaminase dan bilirubin pada stadium awal penyakit merupakan petanda akan buruknya penyakit. Diagnosa demam kuning ditegakkan antara lain dengan isolasi virus, kultur sel, ELISA (EnzymeLinked Immunosorbent Assay), atau dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Pengobatan Tidak ada pengobatan yang spesifik pada yellow fever, sebagian besar pasien yang mengalami gejala yellow fever yang ringan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai empat hari. Terapi suportif ditujukan langsung untuk memperbaiki kehilangan cairan dan mempertahankan stabilitas hemodinamik, misalnya dengan pemberian oksigen, pemberian cairan intravena untuk dehidrasi dan intubasi endotrakeal (penempatan tabung pernapasan) dan ventilasi mekanik dalam kasus gangguan pernapasan. Pemberian vitamin K dan Fresh Frozen Plasma (FFP) disarankan untuk menangani gangguan koagulasi. Bila terjadi gagal ginjal akut maka dialisis dapat ditempuh. Pada pengobatan hindari pemakaian obat-obatan tertentu, seperti aspirin atau obat anti-inflamasi lainnya (misalnya ibuprofen, naproxen), yang dapat meningkatkan risiko perdarahan. Prognosis untuk individu yang mengalami yellow fever yang ringan umumnya sangat baik. Namun, bagi pasien yang 10 mengalami intoksikasi/keracunan yellow fever, tingkat fatalitas kasus berkisar dari 15% sampai 50%. Bayi dan orang tua yang berusia lebih dari 50 tahun cenderung memiliki penyakit lebih parah dan tingkat kematian yang lebih tinggi. Selanjutnya, kerentanan host dan virulensi dari strain virus yang menginfeksi juga dapat mempengaruhi tingkat kematian. Jika dengan pengobatan yang baik pasien dapat sembuh dari penyakit yellow fever, biasanya akan mengalami gejala kelemahan dan kelelahan yang dapat berlangsung beberapa bulan dan umumnya pasien yang telah sembuh dari infeksi virus yellow fever akan memiliki kekebalan seumur hidup dari penyakit ini dan biasanya tidak ada kerusakan organ yang tersisa. Pencegahan Pencegahan terhadap yellow fever yang dapat dilakukan antara lain dengan pengontrolan vektor, mencegah gigitan nyamuk seperti tidur memakai kelambu, ataupun penggunaan repelents (penolak nyamuk) pada kulit. Selain itu juga mengantisipasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan memberantas nyamuk di dalam rumah maupun di lingkungan sekitar. Hal yang perlu dilakukan antara lain secara rutin menguras air di bak mandi maupun tempat-tempat penampungan air lainnya yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak. Vaksinasi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah yellow fever. Vaksin ini tersedia untuk orang dewasa dan anak-anak yang berusia lebih dari 9 bulan. Vaksinasi dengan virus yang dilemahkan sangat efektif memberikan kekebalan selama 10 tahun. WHO merekomendasikan kepada pelancong, crew kapal, maupun pesawat untuk divaksinasi yellow fever sebelum berkunjung ke daerah endemis dan revaksinasi dianjurkan setiap 10 tahun. Dan sebagian besar negara-negara didunia mewajibkan semua pengunjung yang datang dari daerah endemis demam kuning untuk menunjukkan ICV (International Certificate of Vaccination) sebagai bukti bahwa mereka telah memperoleh vaksinasi yellow fever. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal hati, gagal ginjal, edema paru, miokarditis, ensefalitis, perdarahan dan kematian. 11 III. Hepatitis A Definisi Hepatitis A adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita,biasanya melalui makanan (fecal - oral), Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Penyakit ini bersifat self-limiting (sembuh spontan) dan tidak meninggalkan komplikasi permanen pada hati.Dengan perawatan yang baik, penderita dapat kembali pulih seperti sediakala. Virus Hepatitis (VHA) berbentuk partikel dengan ukuran 27 nanometer, merupakan virus RNA dan termasuk golongan Picornaviridae. Hanya terdapat satu serotipe yang dapat menimbulkan penyakit hepatitis pada manusia. Virus ini sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat. Penggandaan atau replikasi terjadi dalam sel epitel hati dan epitel usus. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya sangat mudah menular, terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. Etiologi Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui feses manusia yang diakibatkan kesalahan dalam mengkonsumsi suatu jenis makanan dan minuman. Virus hepatitis A atau VHA penyebarannya melalui pembuangan limbah manusia yang dilatar belakangi oleh keadaan lingkungan dan sanitasi yang kurang baik dan bersih. Hepatitis A ini masih tergolong jenis hepatitis yang ringan dan dapat disembuhkan dengan pemberian vaksinasi, lamanya penyakit ini berlangsung 2-6 minggu. 12 Sebenararnya penyebab dari penyakit Hepatitis A paling banyak disebabkan oleh zat kimia bisa juga terlalu banyak mengkonsumsi alkohol dan terlalu sering memakan Bahan kimia seperti obat obatan. Akan tetapi Penyakit Hepatitis A pada saat ini terjadi di sebabkan oleh makanan ataupun minuman yang terinfeksi oleh virus hepatitis A, dan selama hubungan suami istri juga menjadi penyebab penyakit Hepatitis A ini , tapi semua hepatitis A akan sembuh tidak ada yang kronis. Gejala klinis Adapaun gejala dari hepatitis A terbagi atas 3 stadium yaitu : Fase prodromal ( pendahuluan) . Berlangsung 2-7 hari dengan gejala seperti menderita influenza. Dengan Keluhan yang ada antara lain badan terasa lemas dan lelah, tidak nafsu makan (anoreksia), mual dan muntah, nyeri dan tidak enak di perut, demam, kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi (arthralgia), pegalpegal pada otot (mialgia), diare, dan rasa tidak enak di tenggorokan. umumnya menghilang atau menurun. Pada fase ini penderita umumnya baru menyadari terkena hepatitis. Jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, akan ditemukan hati yang membesar serta peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin darah. Fase ikterik ( dengan gejala kuning ). Biasanya setelah demam turun, air seni terlihat kuning pekat seperti air teh. gatal-gatal pada kulit. Bagian putih dari bola mata (sclera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit berwarna kekuning-kuningan. Bila terjadi hambatan aliran empedu ke dalam usus maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul (faeces acholis). Warna kuning semakin bertambah kuning, selanjutnya menetap dan kemudian menghilang secara perlahan-lahan. Keadaan ini berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada akhir stadium ini keluhan mulai berkurang dan penderita merasa lebih enak. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (cholestasis) lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama. Tingkat kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh sendiri. Dalam kasus-kasus kematian sangat tinggi berhubungan dengan bertambahnya usia, dan kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebih dari 50 tahun. 13 Fase penyembuhan (konvalesen). Fase ini ditandai dengan hilangnya keluhan yang adam Pada fase ini terjadi penyembuhan, gejala kuning menurun, nafsu makan kembali membaik, mual-muntah menghilang, dan organ hati kembali mengecil perlahan-lahan.Kadar enzim hati dan bilirubin darah pun berangsur-angsur menurun, walaupun penderita masih terasa cepat lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu 6 bulan. Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin. Cara Pengobatan Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hepatitis A, sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Terapi hal yang dilakukan hanya untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan. Contohnya, pemberian parasetamol untuk penurun panas. Terapi harus mendukung dan bertujuan untuk menjaga keseimbangan gizi yang cukup. Tidak ada bukti yang baik bahwa pembatasan lemak memiliki efek menguntungkan pada program penyakit. Telur, susu dan mentega benar-benar dapat membantu memberikan asupan kalori yang baik. Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis akut karena efek hepatotoksik langsung dari alkohol (WHO, 2010). Namun untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan, beberapa langkah penanganan berikut : Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang cukup bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Anti mual. Salah satu dampak dari infeksi hepatitis A adalah rasa mual, yang mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan. Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit. 14 Pencegahan Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, antara lain : 1. Secara Umum Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan bersih ( hygiene perorangan). Misalnya menjaga kebersihan dan cara makan yang sehat, seperti mencuci tangan sesudah ke toilet sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan. Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan sanitasi, pemakaian air bersih, pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan sumur yang memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat, memasak bahan makanan dan minuman. merupakan tindakan penting untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum dan sesudah penyakit klinis mereka menjadi apparent. 2. Secara khusus Pencegahan secara khusus dapat dilakukan dengan : Imunisasi pasif ( antibodi ) Diberikan sebagai pencegahan kepada aggota keluarga serumah yang kontak dengan penderita atau orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang diolah atau ditangani oleh individu yang terinfeksi dan diberikan kepada orangorang yang akan berpergian ke daerah endemis. Begitu muncul gejala klinis, tuan rumah sudah memproduksi antibodi.. Imunisasi pasif menggunakan HBlg (human normal immunoglobulin) dengan dosis 0,02 ml per kg berat badan. Pemberian paling lama satu minggu setelah kontak. Kekebelan yang didapat hanya bersifat sementara. . Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90% perlindungan jika diberikan sebelum atau selama periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A. tetapi imunisasi aktif adalah lebih baik. 15 Imunisasi aktif Menggunakan vaksin hepatitis A (Havrix). Orang dewasa diberikan satu vial yang berisi satu ml (720 Elisa unit), sedangkan anak berusia kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis. Jadwal penyuntikan yang dianjurkan sebanyak 3 kali, yaitu dengan range pemberian pada 0,1, dan 6 bulan. Pada tempat suntikan biasanya timbul pembengkakan (edema) berwarna kemerah-merahan yang terasa nyeri bila ditekan. Kadang-kadang setelah disuntik terasa sakit kepala yang akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Imunisasi tidak diberikan bila sedang sakit berat atau alergi (hipersensitif) terhadap vaksin hepatitis A. Vaksinasi hepatitis A terutama diberikan kepada orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular penyakit ini. Misalnya anggota keluarga atau orang serumah yang dekat dengan penderita, dokter, paramedis, petugas laboratrium, anggota ABRI yang tinggal di barak-barak, wisatawan asing yang mengunjungi daerah endemis (foreign travel), homoseksual, dan anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan bayi. 16 IV. Food poisoning Definisi Keracunan Makanan adalah istilah yang diberikan kepada infeksi dengan bakteri,parasit,virus,racun dari kuman yang mempengaruhi manusia melalui terkontaminasi makanan atau air. Organisme kausatif yang paling umum adalah stapylococcus atau E.coli. center for disease control and prevention memperkirakan bahwa76 juta orang menjadi sakit dari makanan penyakit setiap tahun yang mengakibatkan 325.000 dirawat dan 5.000 kematian. Keracunan makanan dapat mempengaruhi individu atau sekelompok orang orang yang telah masyarakat terutama mengambil makanan tercemar yang sama. Hal ini umum di fungsi sosial pada umumnya,restoran,sekolah,kafetaria dan lain-lain. Etiologi Bahan yang dapat mengkontaminasi makanan antara lain adalah organisme atau bahan kimia. Organisme dapat berupa bakteri, virus, atau parasit, sedangkan bahan kimia dapat berupa pestisida atau insektisida. Selain yang telah disebutkan, keracunan makanan dapat juga disebabkan oleh racun yang diproduksi organisme tertentu, misalnya oleh bakteri Clostridium botolinum. Secara umum penyebab keracunan makanan pada manusia dapat dibagi menjadi dua,yaitu: 1) Bacterial food poisoning Terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toxin yang dihasilkan. Bakterial food poisoning dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya,yaitu: Salmonella food poisoning (infection type) Staphylococcal food poisoning (toxin type) Botolism Keracunan akibat clostridium perfringens food poisoning 17 2) Non bacterial food poisoning Keracunan makanan yang bukan disebabkan oleh bakteri hidup maupun toxin yang yang dihasilkan,antara lain: Keracunan singkong Gejala berupa mual,muntah,nafas cepat,cyanosis dan kesadaran menurun sampai koma. Keracunan jengkol Mual muntah,nyeri perut yng sangat,terasa sakit bila buang air kecil. Keracunan jamur Gejala mual muntah,sakit perut,mengeluarkan banyak ludah,keringat,myosis,diplopia,bradikardi sampai terjadi konvulsi. Keracunan seafood Terjadi 30 menit setelah makan seafood.gejala yang timbul adalah kemerahan pada muka,dada,lengan,gatal -gatal,urtikaria,angioderma,takikardi,palpitasi,sakit perut dan diare. Tanda dan gejala Gejala-gejala keracunan makanan yang paling sering terjadi antara lain sebagai berikut : Pusing Nyeri dan Kram perut, mual dan muntah kemungkinan terjadi Diare Berkeringat, kemungkinan adanya alergi pada kulit Hilang kesadaran atau tingkat kesadaran yang menurun Kemungkinan terjadi Gangguan penglihatan dan kebingungan ( linglung) keluar cairan yang tidak normal dari dalam mulut dan sakit tenggorokan lemas dan kelumpuhan / hilang fungsi otot tubuh Kejang-kejang. ini merupakan salah satu ciri-ciri keracunan makanan yang parah Pengobatan Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang keluar (karena muntah atau diare) baik dengan minuman ataupun cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit. Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, 18 respon terhadap terapi & kemampuan untuk meminum cairan tanpa muntah. Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menangani kasus keracunan makanan: Pemberian obat anti muntah & diare. Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun panas. Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada beberapa kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan untuk memperpendek waktu penyembuhan. Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu (pestisida). Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Pencegahan Ada enam langkah mencegah keracunan makanan diantaranya yaitu: Pemilihan bahan makanan Penyimpanan makanan mentah Pengolahan bahan makanan Penyimpanan makanan jadi Pengangkutan Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas, minuman kafein dan soda. Selain itu cara-cara menghindari dan mencegah keracunan dari beberapa bahan makanan sebagai berikut : 19 a. Masaklah daging, unggas & telur hingga masak seluruhnya. Dengan memastikan kematangan masakan dapat meyakinkan bahwa bakteri yang mungkin terdapat pada bahan masakan tersebut telah mati seluruhnya. b. Pisahkan wadah antara bahan makanan yang masih mentah dengan yang sudah matang. Hindari kemungkinan kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan selalu mencuci tangan, pisau & peralatan yang sebelumnya digunakan untuk memproses daging mentah. Sebelum digunakan pada makanan yang sudah matang. c. Dinginkan. Simpan makanan yang masih tersisa pada lemari es segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada suhu ruangan, jadi sebaiknya simpan makanan yang tersisa bila tidak dikonsumsi dalam waktu 4 jam kedepan. d. Bersihkan. Cuci buah segar & sayuran di bawah air yang mengalir untuk menghilangkan tanah & kotoran yang mungkin ada. Sebaiknya buang lapisan terluar dari kol atau sawi putih. Karena bakteri dapat tumbuh pada permukaan tempat memotong makanan, sebaiknya hindari meninggalkan sayur & buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain itu, jangan menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah tangan dengan sabun & air sebelum menyiapkan makanan. Hindari menyiapkan makanan ketika sedang mengalami diare. e. Bila terjadi kasus keracunan makanan, laporkan secepatnya pada petugas kesehatan terdekat. Untuk dapat menghindari terjadinya kejadian yang lebih parah lagi. Hal-hal yang pelu diperhatikan saat memilih makanan : Bila makan diluar, perhatikan kebersihan makanannya. Jangan memakan makanan yang sudah berbau asam/basi. 20 Jangan memakan makanan yang tampak sudah ditumbuhi oleh jamur. Bila minum es, perhatikan es batu yang digunakan karena es balok biasanya dibuat dengan air mentah untuk tujuan pengawetan ikan & bukan diperuntukkan untuk dikonsumsi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ada tiga masalah kesehatan yang umum terjadi saat orang bepergian yaitu jet lag, penyakit ketinggian (altitude sickness), dan diare. Namun hal tersebut bisa diatasi bila kita mengetahuinya terlebih dahulu. Jenis travellers disease yang sering terjadi adalah travellers diare,food poisoning,yellow fever,hepatitis A dan lain sebagainya. Mengetahui Pencegahan travel disease akan sangat membantu bagi para traveler karena apabila sudah terinfeksi saat berada di negara tujuan, kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat setiap negara mempunyai peraturan yang berbeda. 3.2 Saran Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami dari sgd 11 mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya. 21 DAFTAR PUSTAKA Anderson, Clifford R. 2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar Baru Algensindo Arisman.2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC Depkes RI, 1999. Buku Ajar Diare ; Pegangan Bagi Mahasiswa: Jakarta Frank C.LU.1995.Toksikologi Dasar.Jakarta: Universitas Indonesia Press Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat Halim Mubin A.2001.Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dan Terapi.Jakarta: EGC Imam Supardi, Prof, Dr,dr,Sp.Mk, 2002. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.Bandung: Yayasan Adikarya IKAPI James & Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: penertbit Sprita Jawetz, 1996. Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta: EGC Margono, Sri S. 1998. Nematoda dalam Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, Wita. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk.1996. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta : UI Press Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC Sartono, 2002. Racun dan Keracunan.Jakarta:Penerbit Widya Merdeka Soebagyo, B. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Sebelas Maret University Press Talley NJ, Martin CJ. 1996.Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach. Sydney: Maclennan dan Petty Pty Limited