JOURNAL READING Percobaan Klinis selama Lima Tahun terhadap Atropine untuk Penanganan Miopia 2 D Kamis, 7 April 2016 Pembimbing: dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M Presentan: Krisna Perdana Lolo 1410221065 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA AMBARAWA Pendahuluan • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tetes mata atropin efektif dalam memperlambat bertambahnya miopia pada anak • Percobaan klinis sebelumnya, Atropine for the Treatment of MyopiaATOM) 1-2 ditemukan bahwa pemberian atropin dosis besar dapat menghambat bertambahnya miopia. • Pada penelitian ATOM fase 1 ditemukan perlambatan dalam bertambahnya miopia selama 24 bulan pertama, namun ditemukan pertambahan signifikan pada fase 2. • Meski terbukti efektif dalam pemakaian jangka pendek, dapat ditemukan bertambahnya miopia setelah pemberian atropine diberikan. Tujuan • Mengevaluasi kemanjuran dan keamanan atropine dalam mnegontrol pertambahan miopia selama lima tahun. Metode Penelitian • Random sampling • Jumlah sampel : – 400 partisipan • Kriteria inklusi : – Anak usia sekolah dasar 6-12 tahun – Penderita miopia 2,00 D – Calon partisipan yang telah mendapat persetujuan orang tua. • Pada fase 1 (fase perawatan) masing-masing peserta secara acak mendapatkan tetes mata atropine masing-masing 0,01%, 0,1% dan 0,5% pada kedua mata tiap malam hari selama 2 tahun • Fase 2 (fase pengeringan) pemberian atropine dihentikan dan partisipan dimonitor selama 12 bulan. • Fase 3 (fase perawatan kembali) partisipan yang mengalami pertambahan miopia sebanyak -0,50 D atau lebih pada salah satu mata selama fase 2 diberikan kembali atropine 0,01% selama 2 tahun ke depan. • Kunjungan selama fase 1 dilakukan tiap 4 bulan; pada fase 2 dilakukan pada minggu ke 24, 32, dan 36; pada anak yang mendapatkan penanganan ulang pada fase 3 ditinjau selama 6 bulan, dan 2 bulan setelah pengobatan dihentikan. • Tiap kunjungan dilakukan pemantauan terhadap tajam penglihatannya. Analisa • Analisa berdasarkan prinsip intention to treat • Menggunakan software SASv9.3 • Data diringkas dari kelompok yang mendapatkan perawatan atropine ulang maupun non-perawatan pada fase 3. • Fischer test menguji perbedaan proporsi antar kelompok Hasil • Dari 400 anak yang terdaftar pada penilitian ini, 44 orang hilang pada fase 1, dan 11 orang hilang pada fase 2. • 345 sisanya melanjutkan ke fase 3 memiliki tingkat miopia tinggi atropine 0,01% • Anak yang mendapat perawatan atropine ulang memiliki miopia lebih rendah dan axial length pada kunjungan awal, namun mengalami pertambahan miopia dan perubahan AL lbh besar selama tahun pertama • Analisa multivarian menunjukkan bahwa usia lebih muda dan pemberian dosis awal atropine berpengaruh terhadap bertambahnya miopia lbh besar pada fase 2 dan lebih besar kemungkinan untuk diberikan perawatan ulang dengan atropine 0,01% pada fase 3. Pembahasan • Pada percobaan klinis pertama digunakan atropine 1% untuk mengontrol pertambahan miopia jangka pendek (ATOM 1) • Pada fase 1 ATOM 2 digunakan atropine 0,01% yang efektifitasnya hampir sama dalam mengurangi bertambahnya miopia. • Pada fase 2 anak yang menerima atropine dosis rendah mengalami pertambahan miopia lbh sedikit saat pemberian dihentikan, dan menghasilkan atropine 0,01% lbh efektif mengurangi bertambahnya miopia dalam 3 tahun • Pada fase terakhir ATOM2, semua anak yang mengalami pertambahan miopia -0,5 D atau lebih diberikan perawatan ulang dengan atropine 0,01% untuk 2 tahun • Ditemukan pemberian ulang atropine 0,01% terbukti dapat menurunkan pertambahan miopia lbh besar pada kelompok 0,5% • Dapat disimpulkan bahwa pemberian atropine 0,01% selama 5 tahun terbukti lbh efektif dalam memperlambat bertambahnya miopia dengan efek samping lbh sedikit dibandingkan pemberian atropine dosis tinggi.