Arbitrage (Arbitrase) Secara sederhana, Arbitrage (Arbitrase) merupakan pembelian dan penjualan berkesinambungan dari sekuritas pada dua harga yang berbeda di dua pasar yang berbeda. Umumnya arbitrase bersifat bebas resiko1 atau sering disebut dengan Pure Arbitrage (Arbitrase Murni). Pihak yang melakukan arbitrase (arbitrageur๏พ atau ”Arbs”) memperoleh laba tanpa risiko dengan cara melakukan pembelian murah di satu pasar dan langsung menjualnya pada harga yang lebih tinggi di pasar lain. Laba tersebut merupakan selisih harga beli sekuritas di satu pasar dan harga beli sekuritas tersebut pada pasar lain. Arbitrase berarti mengambil keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan harga pada aset atau sekuritas yang sama. Contohnya, bila mata uang EURO harganya relatif murah dalam US Dollar di pasar London dibandingkan di pasar New York, maka arbitrageur (atau ”Arbs” ๏พ orang yang melakukan arbitrase) dapat memperoleh keuntungan bebas resiko dengan cara membeli EURO di London dan menjualnya dalam kuantitas yang sama di New York. Arbitrase juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan di mana investor melakukan pembelian sebuah aset (sekuritas) di satu pasar dan secara bersamaan melakukan penjualan atas aset (sekuritas) yang sama (identik) di pasar lain pada tingkat harga yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan oleh investor yang bertransaksi pada saham perusahaan yang melakukan dual listing misalnya di London Stock Exchange (LSE) dan New York Stock Exchange (NYSE). Contohnya adalah aksi arbitrase antara saham Telkom yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan American Deposit Receipt (ADR) dan saham Indosat yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di Bursa New York (NYSE). ADR saham Telkom (kode: TLK) dan Indosat (kode: IIT) ๏พ pada dasarnya adalah bundel saham Telkom dan Indosat yang disimpan di Bank of New York dan diperdagangkan di bursa New York sebagaimana layaknya saham perusahaan biasa. Untuk ADR Telkom, bundelnya adalah sejumlah 40 lembar, sementara untuk Indosat bundelnya adalah sejumlah 50 lembar. Seorang Arbs dapat melakukan arbitrase saham Telkom ataupun Indosat bila memiliki account di kedua market (NYSE dan BEJ), di mana Arbs tersebut akan 1 Suatu Aktiva yang pengembalian masa depannya dapat diketahui dengan pasti. Frank J. Fabozzi, Manajemen Investasi, (Jakarta : Salemba Empat, 1999), 64. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 1 memperhatikan di mana saham Telkom atau Indosat dijual dengan harga relatif lebih murah dan di mana yang relatif lebih mahal. Pada beberapa keadaan, arbitrase juga bisa dilakukan semata-mata sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan dari dinamika pergerakan nilai tukar. Praktek demikian sangat sering terjadi pada ADR perusahaan-perusahaan Jepang yang dual listing di New York dan di Tokyo. Arbitrase merupakan suatu keadaan yang sangat langka. Umumnya investor tidak berdiam diri menunggu situasi itu terjadi. Seorang arbitrageur yang memiliki kemampuan tidak terbatas untuk melakukan short-selling dapat memperbaiki kondisi penetapan harga yang salah dengan cara mendanai pembelian pada pasar underpriced dengan hasil yang diperoleh dari short-selling pada pasar overpriced. Short-selling adalah suatu cara untuk memperoleh laba yang memanfaatkan penurunan harga dari suatu sekuritas seperti saham atau obligasi dengan melakukan penjualan saham di mana investor/trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialangnya pada saat saham turun. Sederhananya, investor melalui pialang meminjam saham, menjualnya, membelinya kembali dan kemudian mengembalikannya kepada pihak yang telah meminjamkan. Pada saat sekuritas yang dipinjam telah dikembalikan maka dapat dikatakan bahwa investor tersebut telah menutup posisi kekurangan (covered short position). Penjual "short" (investor peminjam) berhutang kepada pialang, dimana pialang tersebut meminjam saham termaksud dari investor lainnya yang memiliki saham yang ditransaksikan secara "long". Investor pemberi pinjaman saham tersebut tidaklah kehilangan haknya untuk menjual saham yang dipinjamkannya, sehingga dengan demikian saat suatu saham dipinjamkan maka terdapat dua investor yang berhak untuk menjual saham yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Kondisi tersebut dapat dijelaskan lebih konkrit melalui contoh ilustrasi. Contohnya, Nona Sherry merasa yakin saham Wilson Pharmaceutical akan $20, sebenarnya dihargai lebih tinggi dari seharusnya. Nona Sherry ingin memperoleh keuntungan jika perkiraannya tersebut benar. Nona Sherry melalui pialangnya, Tuan Holmes, ingin menjual 100 lembar saham yang dimilikinya. Tuan Holmes menjual 100 lembar saham tersebut atas nama Nona Sherry dan mengatur untuk meminjam 100 lembar saham lain. Tuan Holmes berhasil menjual Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 2 saham Nona Sherry seharga $20 per lembarnya sehingga totalnya $2000. Namun, hasilnya tidak diberikan kepada Nona Sherry karena belum memberikan 100 lembar sahamnya kepada Tuan Holmes. Tuan Holmes juga berhasil meminjam saham dari Tuan Gerrard, kemudian saham tersebut diberikan kepada pembeli saham Nona Sherry. Satu minggu kemudian, saham Wilson Pharmaceutical turun mencapai $15 per lembar. Nona Sherry meminta pialangnya, Tuan Holmes, untuk membeli 100 lembar saham tersebut. Biaya pembelian saham tersebut menjadi $1500. saham yang dibeli tersebut kemudian akan diberikan kepada Tuan Gerrard, yang meminjamkan 100 lembar saham kepada Nona Sherry. Hingga saat ini, Nona Sherry telah menjual 100 lembar saham dan membeli 100 lembar saham. Oleh karena itu, Nona Sherry tidak lagi memiliki kewajiban baik kepada pialangnya maupun kepada Tuan Gerrard. Nona Sherry telah menutup posisi kekurangannya atau covered short position. Nona Sherry berhak atas laba sebesar $500 dari selisih harga jual sahamnya seharga $2000 dan membeli saham seharga $1500. Konsep arbitrase dibuat berdasarkan prinsip dasar keuangan Hukum Satu Harga (The Law of One Price). Hukum ini menyatakan bahwa jika pengembalian yang diharapkan dari satu sekuritas dapat ditiru oleh sekumpulan sekuritas lain, maka harga sekumpulan sekuritas dan harga sekuritas yang ditiru harus sama. Atau dengan kata lain suatu aset (sekuritas) dengan pengembalian (return) yang sama yang dijual pada dua pasar yang berbeda harus dijual dengan harga yang sama identik. Suatu aktiva yang memiliki karakteristik sama (identik sama) jika dijual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko (Husnan, 1994). Dalam perekonomian suatu negara, dikenal empat pasar yaitu pasar modal, pasar uang, pasar valuta asing dan pasar barang. Dari keempat pasar tersebut yang saling terkait erat serta yang mencerminkan Hukum Satu Harga (The Law of One Price) umumnya pasar modal, pasar uang, dan pasar valuta asing. Ketiga pasar mempunyai keseimbangan dan identik sama sehingga tidak dapat dijual dengan harga yang berbeda. Jika tidak terjadi keseimbangan dari pasar-pasar tersebut, maka akan terjadi proses arbitrage dari pasar yang satu ke pasar yang lain. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 3 Pada saat arbitrase terjadi sedangkan harga paket sekuritas berbeda dari harga sekuritas dengan pengembalian yang sama, investor rasional akan menukar sekuritas ini sedemikian rupa agar keseimbangan harga dapat terjadi. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 4 An Alternative View of Risk and Return : Arbitrage Pricing Theory – APT Teori Arbitrase dari Capital Asset Pricing Model alternatif untuk penentuan harga asset yang dikembangkan oleh Stephen Ross yang disebut Teori Arbitrase Harga (Arbitrage Pricing Theory – APT) yang dalam beberapa hal tidak serumit CAPM. CAPM memerlukan sejumlah besar asumsi, termasuk asumsi yang dibuat oleh Harry Markowitz saat mengembangkan dasar nilai tengah – varians (meanvariance). Asumsi utama APT adalah setiap investor yang memiliki peluang untuk meningkatkan return portofolionya tanpa meningkatkan risikonya. Mekanisme pelaksanaannya melibatkan penggunaan portofolio yang telah ditentukan. Prinsip dasar yang muncul pada model mean varians bahwa pada setiap asset berlaku sebuah persamaan: (1) Di mana adalah suku bunga bebas risiko λ adalah lebihan pemasukan yang diharapkan dalam pasar adalah koefisien beta yang dapat digambarkan sebagai berikut Di mana adalah kovarians antara pemasukan pada asset ke-i dan portfolio pasar adalah varians dari portfolio pasar Persamaan linear (1) muncul dari efisiensi varians dari portfolio pasar dan sudah berhubungan antara pemasukan dan banyaknya risiko sudah dikenal dan diakui oleh banyak pihak. Ross mengajukan sebuah teori alternatif yang dikembangkan dari teori dasar tersebut. Model yang ditawarkan dapat dijabarkan seperti berikut: (2) Berikut adalah langkah-langkah yang dijalankan untuk menemukan bentuk rumus dari Arbitrage Pricing Theory: Langkah pertama membuat sebuah portfolio arbitrase, ๐, yang terdiri dari asset-aset n. Langkah kedua dengan hukum angka-angka besar, akan menjadi Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 5 (3) Dengan kata lain, dapat diabaikan. Langkah ketiga apabila kita ingin menghilangkan risiko sistematis , Sehingga dari persamaan (3) didapatkan bahwa Langkah keempat pemasukan random ( pemasukan tertentu ( harus memiliki sekarang diatur untuk memiliki nilai yang ekuivalen dengan , untuk mencegah posisi yang tidak seimbang secara arbiter kita , sehingga (4) Persamaan (4) berlaku pada memiliki risiko, dan yang konstan. Apabila terdapat asset yang tidak akan menjadi rate of return-nya. Namun, bila asset tidak ada, tetap menjadi rate of return dari portofolio zero-beta ( ). Sebagai contoh sebuah portofolio dengan dan portofolio pasar . Apabila merupakan sebuah portofolio tertentu, contohnya sebuah dengan , maka persamaan (4) akan menjadi (5) Kondisi (5) adalah sebuah teori arbitrase yang ekuivalen dengan persamaan (1), dan apabila adalah faktor penerimaan pasar, maka akan mewakilkan . Pendekatan ini berbeda dari analisis mean-varians yang biasa digunakan dan menggunakan teori yang masih berhubungan tetapi tidak terlalu dekat. Argumen ini menunjukkan bahwa persamaan (5) berlaku dalam setiap keadaan. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 6 Systematic Risk dan Beta a. Systematic risk dan Unsystematic risk Return dari saham, dapat dibagi menjadi dua bagian yang dapat dituliskan dalam sebuah rumus sebagai berikut: ๐ = ๐ ฬ + U Dimana ๐ ฬ adalah expected part of the return U adalah unexpected part of the return (surprise and constitutes the risk) Dari persamaan di atas, U, dapat dibagi menjadi dua pula systematic risk dan unsystematic risk, sehingga persamaan di atas menjadi ๐ = ๐ ฬ + m + ๐ Dimana m adalah systematic risk ๐ adalah unsystematic risk ๏ณ Bagan 1. Total Risiko terhadap Diversifikasi Portofolio n 0 n yang termasuk ke dalam systematic risk, antara lain ketdiakpastian kondisi ekonomi secara umum, seperti, GNP, tingkat suku bunga, atau inflasi. Di sisi lain, informasi yang secara spesifik seperti informasi index harga emas bagi perusahaan tambang emas, adalah contoh dari unsystematic risk. b. Beta ๐ท Koefisien beta menggambarkan pengembalian portofolio terhadap systematic risk. Dalam CAPM, ๐ฝ, mengukur kepekaan dari pengembalian sekuritas terhadap faktor risiko yang spesifik, pengembalian dari market portfolio. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 7 Rumus tersebut dapat digunakan apabila unsur ๐ฝ tidak diketahui. Sebagai contoh, telah teridentifikasi tiga systematic risk yang diteliti oleh RR: - Inflasi - Pertumbuhan GNP - Perubahan interest rate Jadi dari persamaan pengembalian portofolio di atas, ฬ + m + ๐บ, ๐น=๐น dapat dijabarkan menjadi ฬ + ๐ท๐ฐ ๐ญ๐ฐ + ๐ท๐ฎ๐ต๐ท ๐ญ๐ฎ๐ต๐ท + ๐ท๐ ๐ญ๐ + ๐บ ๐น=๐น ๐ฝ๐ผ adalah beta dari inflasi ๐ฝ๐บ๐๐ adalah beta dari GNP ๐ฝ๐ adalah beta dari interest rate ๐ adalah unsystematic risk Misalkan ๐ฝ๐ผ = -2.30, ๐ฝ๐บ๐๐ = 1.50, ๐ฝ๐ = 0.50, dan ๐ = 1%, maka ฬ −๐. ๐๐ญ๐ฐ + ๐. ๐๐ญ๐ฎ๐ต๐ท + ๐. ๐๐ญ๐ + ๐% ๐น=๐น Jika terdapat data-data berikut : - I actual = 8% I expected = 3% - GNP expected = 4% - GNP actual = 1% r actual = 0% (stabil) r expected = 10% maka dan diketahui juga, expected return, ๐ ฬ , sebesar 8% maka R ๏ฝ 8% ๏ญ 2.30 ๏ด 5% ๏ซ 1.50 ๏ด (๏ญ3%) ๏ซ 0.50 ๏ด (๏ญ10%) ๏ซ 1% R ๏ฝ ๏ญ12% Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 8 Portofolio dan Diversifikasi 1. The weighted average of expected returns. ๐ ๐ = ๐1 ฬ ฬ ฬ ๐ 1 + ๐2 ฬ ฬ ฬ ๐ 2 + โฏ + ๐๐ ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ ๐ 2. The weighted average of the betas times the factor + (๐1 ๐ฝ1 + ๐2 ๐ฝ2 + โฏ + ๐๐ ๐ฝ๐ )F 3. The weighted average of the unsystematic risks. + ๐1 ๐1 + ๐2 ๐2 + โฏ + ๐๐ ๐๐ Untuk portofolio dalam jumlah yang besar, pesamaan ketiga tidak digunakan (dihilangkan) karena termasuk ke dalam unsystematic risks yang tidak didiversifikasi. Selain itu, portofolio dalam jumlah besar memiliki satu-satunya sumber ketidakpastian yaitu sensitivitas dari potfolio itu sendiri terhadap faktor. Jadi, pengembalian dalam pendiversifikasian portofolio dapat ditentukan dengan dua parameter, yaitu 1. The weighted average of expected returns. ๐ ๐ = ๐1 ฬ ฬ ฬ ๐ 1 + ๐2 ฬ ฬ ฬ ๐ 2 + โฏ + ๐๐ ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ ๐ 2. The weighted average of the betas times the factor + (๐1 ๐ฝ1 + ๐2 ๐ฝ2 + โฏ + ๐๐ ๐ฝ๐ )F Berdasarkan hasil penelitianChen, Roll, dan Ross terdapat empat faktor ekonomi yang mempengaruhi pengembalian, antara lain inflasi, struktur dari interest rate, risk premium, dan produksi sektorr perindustrian. Selain mereka bertiga, terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi APT. Menurut Burmeister dan McElroy, faktor-faktor APT, berasal dari beberapa faktor lain, yaitu Default risk, Time Premium, Deflation, Change in expected sales. According to Saloman Brothers the sensitivity of return is through Growth rate in gross national product, Rate of Interest, Rate of change in oil prices, Rate of change in defence spending. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 9 A Critical Reexamination of The Empirical Evidence on The Arbitrage Pricing Theory (By P.J. Dhrymes, I. Friend, and N.B. Gultekin) A Critical Reexamination of the APT 1. The basic methodology of analyzing small groups of securities in order to gather confirmatory or contrary evidence relative to the APT model is seriously flawed 2. It’s not possible to test directly whether a given “factor” is priced. → how many factors there are and whether they are priced? 3. There are 3 to 5 factors don’t appear to be robust. → Result: how many factors one ‘discovers’ depends on the size of the group of securities one deals with. Kritik 1 Menurut DFG, model APT yang dikemukan oleh Stephen Ross memiliki banyak kekurangan dan cacat. Hal ini diungkapkan setelah DFG menguji model APT Ross dan mereka tidak sepaham dengan hasil yang dikemukakan oleh Ross. Mengacu pada dasar teoritis yang dikemukan oelh Ross, dalam analisis empirisnya, DFG harus menghilangkan semua sekuritas secara simetris Analisa kelompok kecil dari sekuritas memberikan arti yang tidak jelas dan tidak mungkin untuk para investigator menyelesaikan teori APT ini. Kritik 2 Faktor analisis, dalam model APT yang dikemukan oleh Ross, tidak mungkin diuji secara langsung apakah suatu faktor yang diberikan diberi harga. Berarti, “t-test” (atau test lain yang sejenis) tidak dapat digunakan untuk mengetahui seberapa penting faktor analisis tersebut pada koefisien premium resiko tunggal. Namun, kita dapat menggunakan uji “Ftests” atau asimtot chi-square untuk menguji signifikansi resiko premium. Permasalahan penelitian yang penting kini adalah berapa banyak faktor analisis yang ada (digunakan) dan apakah mereka (faktor-faktor analisis) tersebut diberi harga. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 10 Kritik 3 Lebih dari tiga sampai lima faktor dapat ditemukan dengan menaikkan jumlah kelompok yang dianalisis. Untuk kelompok dengan 30 sampel ada 3 faktor yang mempengaruhinya, kelompok dengan 45 sampel ada 4 faktor yang mempengaruhinya dan kelompok dengan 60 sampel ada 5 faktor yang mempengaruhinya dan seterusnya. Artinya semakin besar ukuran suatu kelompok (jumlah sampel) maka faktor yang mempengaruhinya akan bertambah. Dan model APT Stephen Ross tidak memperhitungkan hal tersebut. A Critical Reexamination of The Empirical Evidence on The Arbitrage Pricing Theory : A Reply (By Richard Roll and Stephen A. Ross) Reply 1 dan 2 Menurut RR, meskipun ada masalah rotasi. Uji pada faktor harga tunggal tetap memiliki arti. Angka yang diperoleh dari perhitungan yang menggunakan faktor-faktor yang signifikan secara statistik dapat berbeda daripada hasil perhitungan yang menggunakan seluruh faktor yang ada, dikarenakan adanya peluang terjadinya rotasi pada sampel-sampel di dalam sebuah portofolio. Ditambahkan pula oleh RR bahwa tidak ada alasan bahwa suatu kejadian yang sama akan terjadi pada setiap sampel. Perhitungan dari sampel- sampel (anggota kelompok) tertentu akan berbeda dari sampel-sampel yang lainnya. Akan tetapi, masalahnya adalah bukan seberapa dekat estimasi yang didapat dari sampel-sampel yang dikelompokkan dengan data yang memperhitungkan seluruh faktor. Tetapi seberapa jauh estimasi model APT (dengan tiga atau empat faktor) terhadap keadaan sebenarnya dimana faktornya tidak diketahui secara pasti. Reply 3 Bahwa memang benar jika jumlah sampel suatu kelompok bertambah maka faktor yang mempengaruhi kelompok tersebut juga akan bertambah tapi faktor tersebut tidak mempengaruhi terhadap kelompok secara keseluruhan tetapi hanya memberikan pengaruh Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 11 terhadap sampel-sampel tertentu saja. Kalaupun ada, menurut Ross, faktor tersebut tidak terlalu signifikan. Contohnya, suatu kelompok yang terdiri 30 sekuritas yang didalamnya terdapat satu perusahaan kosmetik. Anggaplah ada tiga faktor analisis dalam kelompok tersebut. Kemudian sebuah perusahaan kosmetik lain masuk ke dalam kelompok sehingga kelompok tersebut jumlahnya menjadi 31 sekuritas. Seiring bertambahnya jumlah sampel dalam kelompok maka faktor analisisnya pun bertambah. Namun, faktor tersebut tidak terlalu signifikan terhadap kelompok secara keseluruhan. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 12 Kesimpulan Prinsip dari APT adalah sekuritas yang mempunyai karakteristik yang sama, tidak akan bisa dihargai dengan harga yang berbeda. Tidak seperti CAPM yang menggunakan asumsi bahwa portofolio pasar merupakan portofolio yang efisien, APT tidak menggunakan asumsi apapun mengenai portofolio pasar. APT hanya mengatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang jumlahnya bisa lebih dari satu. Sayangnya APT menurut Roll dan Ross tidak menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan harga sekuritas. Teknik statistik yang disebut dengan faktor analisis dapat dipergunakan untuk mengidentifikasikan ada berapa faktor yang terdapat dalam persoalan, tetapi tidak menunjukkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh tersebut. Faktorfaktor yang dapat diidentifikasikan antara lain: 1. Tingkat pertumbuhan produksi industri. 2. Tingkat inflasi (baik yang diharapkan atau tidak). 3. Selisih antara tingkat bunga jangka panjang dan jangka pendek. 4. Selisih antara obligasi berperingkat tinggi dan rendah. Sebagai efek yang ditambahkan ke portofolio, risiko sistematis dari sekuritas individu saling mengimbangi. Sebuah portofolio terdiversifikasi tidak memiliki risiko yang tidak sistematis. CAPM dapat dipandang sebagai kasus khusus dari APT. Arbitrage Pricing Theory – Seminar Keuangan 13