BAB II LANDASAN TEORITIS

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Stock Split
“Stock split adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan
mengurangi nilai nominal saham, contohnya akan membuat nilai nominal per
saham berkurang menjadi setengahnya.” (Horne and Wachowicz, 2007:291).
Pada dasarnya, Stock split merupakan tindakan perusahaan untuk memecah saham
yang telah beredar dari satu saham menjadi kelipatan dua, tiga, empat ataupun
sekian banyak saham.
Stock split yang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split
atas dasar satu jadi dua (two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan
menerima dua lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang
sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham
sebelumnya. Begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three
for one stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap
satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah
sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Sedangkan Abdul (2005:97) “stock split adalah pemecahan jumlah lembar
saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai
nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional”. Dari
pengertian-pengertian tersebut
dapat
diketahui bahwa
stock
split
akan
meningkatkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan dan secara proporsi
8
akan menurunkan nilai per lembar sahamnya. Stock split merupakan kosmetika
saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya
pemolesan saham agar terlihat lebih menarik di mata investor. Pada dasarnya,
Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer
perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar
dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor. Split factor
merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya split
dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukan split. Pemecahan saham
(stock split) biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi,
sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya.
Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan
jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi seperti ini maka perdagangan
saham diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dana oleh
perusahaan akan semakin baik selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut,
kesempatan masyarakat luas untuk memiliki saham tersebut semakin tinggi. Stock
split tidak akan merubah akun saham biasa, modal disetor, laba ditahan, dan
ekuitas total pemegang saham (Horne and Wachowicz, 2007:291).
Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham/investor sehubungan
dengan pemecahan saham Abdul (2005: 97 ):
1. Rasio pemecahan saham yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap
saham lama.
2. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa.
3. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di bursa.
9
4. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal
lama.
5. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan
distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek.
perusahaan efek/bank kustodian di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).
B. Teori Yang Mendasari Kebijakan Stock Split
Secara umum terdapat dua teori utama yang menjelaskan motivasi
perusahaan untuk melakukan stock split menurut Marwata (2001), yaitu:
1. Trading Range Theory
Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split
didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan
melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu
mahal sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi.
Trading
meningkatkan
range
likuiditas
theory
menyatakan
perdagangan
bahwa
saham.
stock
Harga
split
pasar
akan
saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham
dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan para investor untuk
membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit
untuk meningkat lagi. Menurut Trading range theory harga saham yang
dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk
diperdagangkan.
10
Perusahaan yang melakukan split akan menambah daya tarik investor
akibat penurunan harga saham pada saat split yang meyebabkan semakin
bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan juga jumlah pemegang
saham. Dengan demikian berdasarkan teori ini, harga saham yang terlalu
tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong
peusahaan untuk melakukan stock split. Dengan melakukan stock split,
diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat kemahalan saham merupakan motivasi untuk
melakukan stock split.
2. Signaling theory
Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang
positif karena manajemen akan mengkonfirmasikan prospek masa depan yang
baik dari persahaan kepada public yang belum mengetahuinya. Alasan ini
didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock
split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik.
Signalling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan
informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return yang
substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan
sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang.
Peristiwa stock split merupakan contoh penyampaian informasi
melalui signalling. Berdasarkan signalling theory, manajer melakukan
pemecahan saham untuk memberikan sinyal yang baik atau ekspektasi optimis
kepada publik. Sinyal positif ini menginterpretasikan bahwa manajer
11
perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat dianggap
mampu untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
Stock split seharusnya menunjukkan sinyal yang valid karena tidak
semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki
kinerja yang baik saja yang dapat melakukannya, karena untuk melakukan
stock split perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan dari
peristiwa tersebut, padahal stock split tidak mempengaruhi modal dan cash
flow perusahaan.Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang tinggi, tentunya
akan menjadi daya tarik tersendiri bagi broker untuk benar-benar melakukan
analisa setepat mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan
optimal serta mampu memberi informasi yang menguntungkan bagi perusahaan
dan investor.
C. Jenis-Jenis Stock Split
Akmila dan Kusuma (2003:37) dalam Puspitaningsih (2006) ada dua jenis
stock split (pemecahan saham) yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemecahan Naik (split-up atau forward split)
Pemecahan naik (Split-up) adalah penurunan nilai nominal perlembar saham
sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.
Misalnya, satu lembar saham dipecah menjadi dua, hal ini berarti setiap satu
lembar saham lama akan ditukar dengan dua lembar saham. Contoh split up,
jumlah lembar saham sebanyak 400 lembar dengan harga @ Rp 700 split
factor 1:2, maka jumlah saham setelah stock split menjadi 800 lembar dan
nilai nominalnya menjadi @ Rp 350.
2. Pemecahan Turun (split-down atau reverse split)
Pemecahan turun (split-down) adalah peningkatan nilai nominal per lembar
saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya, dua lembar
saham dipecah menjadi satu, hal ini berarti untuk setiap dua lembar saham
akan ditukarkan dengan satu lembar saham baru. Contoh split down, jumlah
lembar saham sebanyak 400 lembar dengan harga @ Rp 300 split factor 2:1,
12
maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar dan nilai nominalnya menjadi
@ Rp 600.
Sedangkan menurut Samsul (2006 : 190) tindakan split up hanya akan
menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah
total modal disetor dan total ekuitas. Sedangkan Split down dilakukan dengan
menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru
yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total
ekuitas.
D. Tujuan dan Manfaat Stock Split
Manajer-manajer perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam
melakukan stock split terhadap sahamnya, karena manajer mempunyai alasan
ketika benar-benar melakukan stock split. Menurut Halim (2005:97), tujuan
dilakukan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak
terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak
diperdagangkan.
Keiso dan Weygant (2004:822) juga mengutip dari The DH&SReview
tanggal 12 Mei 1986, yang menyatakan bahwa alasan dibalik stock split antara
lain :
1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga tingkat dimana
lebih banyak individu dapat berinvestasi dalam saham.
2. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan jumlah
saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan.
13
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan
mereka mengambil manfaat dari suatu penyelesaian pasar yang tidak
sempurna sesudah pemecahan tersebut.
Kesimpulan dari beberapa alasan dilakukannya pemecahan saham (stock
split) yang telah dipaparkan di atas mempunyai tujuan antara lain:
1. Meningkatkan jumlah pemegang saham.
2. Mengembalikan
ukuran
perdagangan
rata-rata
saham
pada
rentang
perdagangan tertentu.
3. Menyampaikan informasi mengenai prospek peningkatan return masa depan
yang substansial.
Menurut Sapto (2006:73) manfaat stock split bagi investor adalah :
1. Dengan adanya stock split harga saham menjadi lebih murah sehingga
diminati oleh investor kecil dan menengah.
2. Dapat
meningkatkan
likuiditas
perdagangan
saham
sehingga
bisa
meningkatkan kinerja harga saham tersebut.
E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split
Setiap pengumuman yang masuk ke bursa akan mempengaruhi pasar
untuk langsung bereaksi. Apabila pengumuman tersebut mengandung informasi,
maka pasar dengan segera akan melakukan rekasi pada saat berita diumumkan.
Reaksi pasar ini akan tercermin dari harga pasar yang berubah-ubah. Aktifitas
pemecahan saham dapat mempengaruhi pasar dalam bentuk harga Saham,
likuiditas saham, keuntungan pemegang saham, sinyal yang informatif dan resiko.
14
Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman diterima. Reaksi pasar ini ditunjukkan dengan
adanya perubahan harga maupun volume perdagangan saham sekuritas yang
bersangkutan.
Bila
stock
split
mempunyai
kandungan
informasi
yang
menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari
perubahan volume perdagangan saham, hal ini disebabkan karena stock split
membuat harga saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor
melakukan transaksi. Volume perdagangan saham merupakan indikator yang
dapat diketahui dengan relatif mudah oleh para investor untuk melihat reaksi
pasar saham terhadap suatu informasi.
Meskipun pemecahan saham dinyatakan tidak memiliki nilai ekonomis,
kandungan informasi didalamnya mendorong pasar untuk bereaksi pada
pengumuman pemecahan saham.
F. Reaksi Volume Perdagangan Saham Terhadap Stock Split
Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan
untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume
saham yang diperdagangkan di pasar. Trading Volume Activity (TVA) yang juga
disebut dengan aktivitas volume perdagangan saham merupakan salah satu
instrumen yang dapat untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasiinformasi yang masuk pada pasar modal salah satunya stock split., reaksi pasar
modal terhadap informasi tersebut akan dicerminkan dari perubahan volume
perdagangan saham.
15
Stock split sebagai suatu aksi dilakukan oleh perusahaan, juga memuat
informasi diasumsikan mempengaruhi keputusan jual beli yang dilakukan
investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan saham.
Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat
bila aksi tersebut
mempengaruhi para investor dalam keputusan investasi.
Bila stock split mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan
maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume
perdagangan saham, hal ini disebabkan karena stock split membuat harga saham
menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi.
Oleh karena itu, stock split dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar
seharusnya bereaksi positif. Namun pasar juga bisa bereaksi negative atas aksi
stock split. Volume perdagangan saham yang besar atau dengan kata lain aktif
diperdagangkan mengindikasikan bahwa pasar bereaksi positif atas aksi stock
split. Tetapi apabila suatu saham mengalami penurunan kegiatan perdagangan
saham setelah adanya stock split, maka dapat disimpulkan bahwa pasar bereaksi
negative atas aksi stock split.
G. Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar
modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin
tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para
investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang bersangkutan. “Agar
mudah untuk diperjualbelikan, saham tersebut harus mempunyai daya tarik
16
tersendiri, misalnya harga yang murah dan biaya komisi untuk transaksi jual beli
yang relatif kecil” (Setiawan, 2005 : 21).
Pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan atau dengan
kata lain mengalami kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid dapat dikenakan
deslisting atau dikeluarkan dari Bursa Efek. Suatu saham dikatakan likuid bila
saham tersebut mudah untuk ditukarkan atau dijadikan uang. Semakin likuid suatu
saham berarti jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut juga
menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat
yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham
yang likuiditasnya rendah sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan
mempengaruhi harga saham yang bersangkutan.
Likuiditas secara sederhana, menunjukkan kemudahan untuk menjual dan
membeli efek pada harga yang wajar. Stock split sebagai suatu aksi dilakukan oleh
perusahaan, juga memuat informasi diasumsikan mempengaruhi keputusan jual
beli yang dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas
perdagangan saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi
tersebut mempengaruhi para investor dalam keputusan investasi. Meskipun
pengaruh tersebut belum dapat diketahui di Bursa Efek Jakarta bersifat positif
atau negatif dalam arti pemecahan saham meningkatkan atau menurunkan
likuiditasnya.
17
H. Hipotesis Pasar Efisien
Hipotesis pasar efisien adalah hipotesis bahwa sekuritas umumnya berada
dalam keadaan ekulibrium dan adalah hal yang mustahil bagi seorang investor
untuk secara konsisten mengalahkan pasar, serta sekuritas dihargai secara wajar
yang artinya harganya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia kepada
publik (Brigham dan Houston, 2006:435). Secara umum, efisiensi pasar adalah
hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Bentuk efisiensi pasar
ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi yang tercermin dalam harga
saham akan menentukan bentuk pasar efisien yang dapat dicapai. Menurut Fama
(1970) terdapat tiga bentuk efisiensi pasar, yaitu :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
tercermin secara penuh informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini
merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien dalam bentuk
lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi
harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk
lemah,investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Termasuk informasi
yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi
tersebut dapat berupa pengumuman laba, pengumuman dividen, pengumuman
18
pergantian pemimpin perusahaan, pengumuman merger dan akuisisi,
peraturan pemerintah yang yang berdampak pada perusahaan emiten,
pengumuman-pengumuman pendanaan, pengumuman joint venture, dan lain
sebagainya. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada
investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang
dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang
lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang
sifatnya privat. Jika pasar efisien bentuk kuat, maka tidak ada individual
investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
I. Informasi Umum Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal merupakan tempat pertemuan antara pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana. Dalam arti
sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan
guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Menurut Suad (2005:3) pasar modal adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
19
baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa
pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana
dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat. Pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Lenders
mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi
borrower, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan produksinya tanpa menunggu dana dari operasional perusahaan.
2. Bentuk Pasar Modal
Sunariyah (2004:12) pasar modal berdasarkan macam-macam dan proses
penyelenggaraan transaksi, pasar modal dibedakan menjadi:
a. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada
investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market), merupakan pasar dimana saham dan
sekuritas lainnya diperjual-belikan secara luas setelah penjualan di pasar
perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh pemerintah dan
penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
c. Pasar Ketiga (Third Market), yaitu tempat perdagangan saham diluar bursa
(over the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu
suatu sistem perdagangan efek atau surat berharga yang terorganisir di luar
bursa efek resmi
d. Pasar Keempat (Fourth Market), pada dasarnya merupakan suatu bentuk
perdagangan efek antar pemodal atau investor dengan kata lain berupa
pengalihan saham dari satu pemegang saham kepemegang saham lainnya
tanpa melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.
20
J. Corporate Action
Fakhrudin dan darmadji, (2006:177) menyatakan bahwa “corporate action
merupakan berita yang umumnya menarik pihak-pihak yang terkait di pasar
modal”. Corporate action dapat diartikan sebagai aksi perusahaan atau langkah
perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja atau menunjukkan performance
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Karena tujuannya
meningkatkan kinerja atau performance, biasanya aksi korporasi selalu ditanggapi
positif oleh pelaku pasar. Artinya, harga saham emiten yang melakukan corporate
action seringkali mengalami kenaikan. Dan karena itu pula, informasi tentang aksi
korporasi selalu menjadi informasi yang ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar.
Bahkan ada kecenderungan, pelaku pasar mencari-cari informasi aksi korporasi
agar bisa mencuri start untuk membeli saham lebih dulu di pasar. Perlu diketahui
bersama bahwa langkah perusahaan atau emiten untuk melakukan keputusan
corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) ataupun RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa).
Umumnya corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepentingan pemegang saham, karena pada dasarnya corporate action yang
dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar,
komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang pemegang
saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. Dengan demikian,
maka pemegang saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action
21
tersebut sehingga pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dengan
melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat (www.wealthindonesia.com).
Berikut ini adalah beberapa tindakan corporate action yang biasa
dilakukan oleh perusahaan :
1. Aliansi Strategis
2. Divestasi
3. Akuisisi
4. Merger
5. Stock Split
6. Right Issue
7. Pembagian Dividen
K. Event Study
Menurut
Hartono
(2008:529),
“event
study adalah
study yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai pengumuman”. Event study dapat digunakan untuk
menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi oleh pengumuman
yang diterima. “Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan
dari sekuritas yang bersangkutan, misalnya tercermin dari volume perdagangan
saham” (Jogiyanto, 2003:410).
Dari pengertian tersebut sebenarnya event study dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal (dengan pendekatan pergerakan volume perdagangan
22
saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Peristiwa yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah peristiwa pengumuman stock split yang dilakukan
perusahaan yang terdaftar di BEI. Dalam event study dikenal istilah event window
(jendela peristiwa) / event date (tanggal peristiwa). Periode peristiwa disebut juga
dengan periode pengamatan / jendela peristiwa (event window) mempunyai
panjang yang bervariasi. Event window yaitu periode waktu disekitar event date
(ketika peristiwa benar – benar terjadi). Event window yang dipilih dalam
penelitian ini adalah selama 15 hari, yaitu 7 hari sebelum stock split dan 7 hari
setelah stock split. Serta 1 hari event date (pada saat pengumuman stock split).
L. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
dan Peneliti
Variabel
Penelitian
Alat
Analisis
Pengaruh Stock Split
Terhadap Likuiditas
Saham di BEJ
(Sri Fatmawati dan
Marwan Asri,
2002)
Harga saham,
volume
perdagangan
saham,
Uji beda
Dua Rata
rata
Analisis Pengaruh
Stock Split Terhadap
Perdagangan Saham
Di Bursa Efek Jakarta
(Nurul Latifah, 2005)
Volume
Perdagangan
saham
Tabel
perbandinga
n rata-rata
volume
perdagangan
saham
sebelum dan
Hasil
Tidak ada perbedaan
antara volume
perdagangan saham
dan harga saham
sebelum dan sesudah
pemecahan saham
serta ada perbedaan
abnormal return
saham antara sebelum
dan sesudah
pemecahan saham.
Ada peningkatan
perdagangan saham
sesudah stock split
dibandingkan dengan
sebelum stock split
23
Pengaruh Stock Split :
Analisis Likuiditas
Saham Pada
Perusahaan Go Public
di Bursa Efek
Indonesia dengan
Memperhatikan
Pertumbuhan dan
Ukuran Perusahaan
(Slamet Lestari dan
Eko Sudaryono, 2008)
Analisis Pengaruh
Pemecahan Saham
(Stock Split) Terhadap
Volume Perdagangan
Saham dan Abnormal
Return Saham pada
Perusahaan yang
Terdaftar di BEI Tahun
2007-2009
(I Gusti Ayu Mila W,
2010)
Market reaction to
stock splits : Empirical
evidence from the
nairobi stock exchange
(Dr. Josiah Omollo
Aduda dan Chemarum
Caroline S.C, 2010)
Volume
perdagangan
saham, dan
sebagai
variabel
control
adalah
pertumbuhan
dan ukuran
perusahaan
sesudah
stock split
Uji Wilcoxon Tidak ada perbedaan
yang sifnifikan
likuiditas saham (TVA)
sebelum dan sesudah
stock split pada
perusahaan tidak
bertumbuh, besar, dan
kecil.
Volume
perdagangan
saham dan
Abnormal
Return
Uji Wilcoxon
dan Paired
Sample T
Test
Tidak ada pengaruh
signfikan rata-rata
volume perdagangan
saham dan abnormal
return saham sebelum
dan sesudah
pemecahan saham.
Volume
perdagangan
saham
Paired
sample t-test
Ada peningkatan
aktivitas perdagangan
setelah
stock split
dibandingkan dengan
sebelum stok stplit
M. Kerangka Pemikiran
Likuiditas saham merupakan indikasi penting untuk mempelajari tingkah laku
pasar, yaitu investor. Dalam menentukan apakah investor akan melakukan transaksi
di pasar modal, biasanya ia akan mendasarkan keputusan pada berbagai informasi
yang dimilikinya, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi.
Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split. Stock split
24
merupakan fenomena yang membingungkan dan banyak terjadi perdebatan para
pengamat pasar modal. Hal ini terjadi karena secara ekonomis tidak memberikan
aliran kas pada perusahaan. Pengaruhnya pada para pemegang saham yang terlihat
lebih makmur karena jumlah saham yang dipegangnya lebih banyak tapi tidak
mempengaruhi proporsi kepemilikan terhadap perusahaan.
Bagi investor, pengumuman stock split dapat dianggap sebagai sinyal
positif dari manajemen tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Stock split menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang bagus sehingga
akan memberikan keuntungan pada investor dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan yang optimal bila investor melakukan transaksi. Bila stock split
mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan maka akan berpengaruh
terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume perdagangan saham, hal ini
disebabkan karena stock split membuat harga saham menjadi lebih rendah yang
akan mendorong investor melakukan transaksi.
Besarnya pengaruh tersebut tercemin dalam besarnya perubahan yang
terjadi dalam volume perdagangan saham. Perubahan volume perdagangan saham
diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah
saham yang diperdagangkan periode tertentu, setelah itu rata-rata Trading Volume
Activity (TVA) sebelum stock split dibandingkan dengan Trading Volume Activity
(TVA) sesudah stock split. Bila terdapat perbedaan yang signifikan berarti stock
split berpengaruh terhadap volume perdagangan saham.
25
Berdasarkan uraian diatas dan telaah pustaka yang telah dilakukan serta
menganalisis hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka pemikiran
seperti berikut ini :
Stock split
Volume Perdagangan Saham
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen)
Size Perusahaan
(Variabel Kontrol)
Download