Raltegravir tampaknya dapat mencegah

advertisement
Raltegravir tampaknya dapat mencegah penularan HIV dari
ibu ke anak pada masa kehamilan akhir
Oleh: Liz Highleyman, 28 Juli 2015, 2 November 2015
Menurut temuan studi yang dipresentasikan pada konferensi IAS 2015 di Kanada, kombinasi terapi art
(ART) yang mengandung integrase inhibitor raltegravir (Isentress) tampaknya aman dan efektif dan
dapat menjadi pilihan yang menarik untuk perawatan bagi ibu hamil dengan HIV – dan berpotensi untuk
bayi mereka – untuk mencegah penularan HIV perinatal.
Juga diketahui bahwa perempuan yang memakai ART selama kehamilan dan memberikan pengobatan
HIV kepada bayi yang baru lahir dapat secara dramatis mengurangi risiko penularan HIV selama
kehamilan dan persalinan. Obat yang lebih lama seperti AZT, nevirapine dan lopinavir/ritonavir
memiliki data yang paling banyak tentang penggunaannya selama kehamilan.
Sementara profilaksis antiretroviral telah mengurangi risiko keseluruhan penularan perinatal di
negara-negara kaya sampai pada tingkat di bawah 1%, penularan vertikal (ibu ke anak) belum hilang
secara total, Kakkar mencatat sebagai latar belakang. Surveilans perinatal di Kanada selama 1997-2014
mengungkapkan bahwa 15% dari perempuan hamil dengan HIV tidak menggunakan pengobatan dan 3%
memiliki viral load terdeteksi pada saat persalinan. Strategi baru diperlukan untuk mengelola situasi
berisiko tinggi ini, katanya.
Pedoman Eropa dan AS saat ini umumnya merekomendasikan bahwa perempuan hamil harus menerima
jenis yang sama dari kombinasi terapi antiretroviral sebagaimana orang dewasa lain dengan HIV; Namun
pedoman AS menganggap raltegravir sebagai ‘alternatif’ pilihan karena hanya sedikit yang diketahui
tentang penggunaannya selama kehamilan. Raltegravir terdaftar di FDA sebagai kategori C untuk
kehamilan. Obat dalam kategori ini memiliki data dari studi hewan yang menunjukkan mereka mungkin
memiliki efek buruk pada janin, tetapi tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada
manusia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa raltegravir dapat melintasi plasenta. Satu studi menemukan bahwa
kelinci yang terpajan tiga kali dosis manusia standar mengembangkan rusuk tambahan. Tapi hanya ada
sedikit data tentang hasil jangka panjang di antara anak-anak yang terpajan raltegravir selama kehamilan.
Raltegravir telah digunakan dalam kasus-kasus luar biasa untuk mencegah penularan dari ibu ke anak-,
kata Kakkar. Obat ini mungkin sangat bermanfaat bagi perempuan dengan HIV yang datang ke tempat
perawatan pada masa kehamilan akhir tanpa menerima perawatan prenatal dan yang perlu dengan cepat
menurunkan viral load mereka sebelum persalinan, atau bagi perempuan yang mengalami kegagalan
pengobatan selama kehamilan atau memiliki virus yang resistan terhadap obat.
Analisis ini mencakup 18 perempuan dalam kohort Centre Maternel et Infantile sur le Sida di CHU
Sainte-Justine di Montreal yang melahirkan antara 2010 dan 2015. Mereka menerima raltegravir selama
kehamilan pada dosis standar 400mg dua kali sehari sebagai bagian dari rejimen ART.
Kebanyakan perempuan mulai menggunakan raltegravir saat hamil, biasanya setelah trimester pertama
ketika risiko untuk membahayakan janin adalah paling tinggi. Rata-rata, mereka mulai menggunakan
raltegravir pada 32 minggu kehamilan, dengan beberapa perempuan yang dimulai sebelum kehamilan
dan beberapa menggunakan pada 40 minggu. Indikasi untuk penggunaan raltegravir termasuk viral load
> 1000 selama trimester ketiga meskipun sudah menggunakan pengobatan (7 perempuan), memulai ART
terlambat selama kehamilan (7 perempuan) dan resistensi obat (6 perempuan).
Dari 18 perempuan dalam penelitian ini, 14 mencapai viral load tidak terdeteksi setelah memulai
raltegravir. Pada saat persalinan, perempuan memiliki jumlah CD4 rata-rata 370 sel/mm3 (berkisar
antara 105-656 sel/mm3) dan empat masih memiliki virus yang terdeteksi (40, 248, 910 dan 55.000). Tak
satu pun dari perempuan hamil mengalami efek samping terkait dengan penggunaan raltegravir.
Tidak ada bayi yang lahir dari ibu yang berisiko tinggi tertular HIV. Sebagai perbandingan, tingkat
infeksi pada bayi yang lahir dari ibu yang datang terlambat ke tempat layanan dan tidak menggunakan
pengobatan dalam kohort yang sama berkisar antara 4,3% sampai 8,8%.
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Raltegravir tampaknya dapat mencegah penularan HIV dari ibu ke anak pada masa kehamilan
akhir
Rata-rata bayi lahir pada usia kehamilan 38 minggu dan memiliki berat lahir rata-rata 3.1 kg, dalam
kisaran normal. Skor APGAR, panjang dan lingkar kepala sebanding dengan bayi yang terpajan
lopinavir/ritonavir atau atazanavir yang dikuatkan dengan ritonavir selama kehamilan. Tak satu pun dari
bayi yang lahir dari tujuh perempuan yang menggunakan raltegravir pada saat persalinan yang lahir
dengan anomali kongenital atau cacat lahir.
Juga tidak ada efek samping klinis yang dicatat di antara bayi yang terpajan raltegravir diikuti selama
enam bulan. Nilai laboratorium adalah serupa dengan bayi yang terpajan lopinavir.ritonavir dan
atazanavir, kecuali bahwa mereka yang terpajan atazanavir memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi.
Tindak lanjut jangka panjang dari para bayi sedang dilakukan.
Selain itu, studi ini juga melihat dua bayi yang menerima raltegravir profilaksis sendiri segera setelah
lahir. Mereka menerima butiran raltegravir untuk suspensi (melalui akses khusus dari Merck) sebagai
bagian dari rejimen tiga jenis obat. Formulasi ini saat ini sedang dievaluasi dalam uji klinis (IMPAACT
P1110).
Kakkar mencatat bahwa profilaksis untuk bayi yang baru lahir merupakan tantangan bagi bayi yang lahir
dari ibu yang tertular HIV secara perinatal. Perempuan dalam situasi ini mungkin memiliki pajanan ARV
seumur hidup dan mungkin telah mengembangkan resistansi terhadap obat yang biasanya digunakan
untuk tujuan ini, seperti nevirapine, AZT dan lamivudine.
Salah satu bayi ini lahir dari ibu dengan viral load terdeteksi selama trimester ketiga (viral load 480
kopi/ml), riwayat ketidakpatuhan, dan resistansi terhadap NRTI, NNRTI dan PI. Yang lain lahir dari
perempuan yang menolak terapi antiretroviral selama kehamilan, memiliki viral load yang tinggi pada
saat persalinan (83.000 kopi/ml) dan juga memiliki riwayat ketidakpatuhan dan resistansi beberapa obat.
Tidak ada dari bayi yang berisiko tinggi ini terinfeksi HIV, seperti yang ditegaskan oleh tes RNA dan
DNA HIV pada 4 bulan. Raltegravir ditoleransi dengan baik dan tidak ada bayi yang mengalami efek
samping atau kelainan laboratorium yang dicatat. Namun, tingkat obat bervariasi antara keduanya,
menunjukkan perlunya pemantauan terapi pengobatan dan penyesuaian dosis.
“Raltegravir pada kehamilan mungkin memiliki peran dalam pencegahan penularan ibu-anak dalam
situasi berisiko tinggi,” para peneliti menyimpulkan. “Namun jika strategi ini akan digunakan, sampai
data farmakokinetik lebih lanjut dan toksisitas data menjadi tersedia, dibutuhkan pemantauan hati-hati
selama kehamilan, pemantauan obat terapeutik selama pengobatan baru lahir dan tindak lanjut jangka
panjang dari bayi yang terpajan.”
Temuan ini sesuai dengan studi baru-baru ini mengenai penggunaan raltegravir selama kehamilan, yang
diterbitkan pada jurnal Clinical Infectious Diseases tanggal 5 Mei 2015.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Pharmacokinetics of Newly Developed Antiretroviral
Agents in HIV-Infected Pregnant Women Network, menyertakan 22 perempuan hamil yang melahirkan
di 10 rumah sakit di Eropa, 15 di antaranya mulai raltegravir selama kehamilan.
Ketika mereka mendekati saat persalinan, 86% memiliki viral load tidak terdeteksi (<50 kopi/ml). Tak
satu pun dari bayi tertular HIV. Di sini juga, raltegravir ditoleransi dengan baik. Meskipun tingkat obat
selama kehamilan yang ditemukan menjadi sangat bervariasi, peneliti menyimpulkan bahwa,
“Raltegravir dapat digunakan dalam dosis standar pada ibu hamil yang terinfeksi HIV.”
Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa raltegravir dapat menawarkan pilihan baru yang aman
dan efektif untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, terutama dalam kasus di mana viral load
harus diturunkan dengan cepat sebelum persalinan.
Ringkasan: Raltegravir appears to prevent mother-to-child HIV transmission during late pregnancy
Sumber: Trahan MJ (Kakkar F presenting) Raltegravir for prevention of mother-to-child transmission of
HIV. 8th International AIDS Society Conference on HIV Pathogenesis, Treatment, and Prevention (IAS
2015), Vancouver, abstract TUAB0105, 2015.
Blonk MI et al. Raltegravir in HIV-1-infected pregnant women: pharmacokinetics, safety, and efficacy.
Clinical Infectious Diseases, 2015.
–2–
Download