BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, sehingga cepat atau lambat akan habis. Hal ini menimbulkan ketertarikan para peneliti untuk mencari alternatif pengganti sumber energi dari minyak bumi karena pemanfaatannya yang dinilai cukup signifikan terhadap kebutuhan hidup manusia seperti kebutuhan rumah tangga, transportasi maupun industri. Berbagai cara telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam rangka mencari sumber energi alternatif, salah satunya ialah memanfaatkan limbah-limbah seperti plastik (Rodiansono dan Trisunaryanti, 2005), minyak jelantah (Rifqi dkk., 2012), dan pelumas (Trisunaryanti dkk., 2008). Limbah tersebut dikonversi menjadi bahan bakar berupa fraksi bensin (C5–C12) dan fraksi diesel (>C12) melalui proses perengkahan secara katalitik maupun termal. Perengkahan katalitik dipandang lebih menguntungkan dari pada perengkahan termal karena produk yang dihasilkan akan lebih terkontrol, kualitas produk yang lebih baik, serta penggunaan energi yang lebih rendah untuk konversi. Katalis yang umumnya digunakan saat ini ialah katalis heterogen. Hal ini disebabkan oleh beberapa kelebihan yang dimiliki dibandingkan dengan katalis homogen antara lain, mudah dipisahkan, dapat digunakan berulang kali (tergantung life time-nya), serta tidak membutuhkan pelarut (Zhang dkk., 2003). Material berpori merupakan material yang paling banyak diminati untuk dipelajari terkait dengan aplikasinya sebagai katalis maupun pengemban katalis, salah satunya ialah material karbon berpori. Material karbon berpori ada dimana-mana dan sangat diperlukan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern seperti katalisis, sorpsi, teknologi sensor, dan tempat penyimpanan energi (Raoof dkk., 2012; Almeida dkk., 2013). Penggunaan karbon berpori yang luas berkaitan dengan sifat fisik dan kimianya yang unggul seperti ukuran pori yang teratur, luas 1 2 permukaan yang tinggi, volume pori yang lebar serta memiliki stabilitas termal dan kimia yang baik (Nejad dkk., 2013; Almeida dkk., 2013). Beberapa tahun terakhir, banyak kemajuan yang telah dibuat dalam perkembangan teknologi karbon baik melalui perbaikan secara terus-menerus terhadap metode fabrikasi yang ada maupun melalui pengembangan dan pengenalan metode sintesis baru. Karbon berpori dapat diklasifikasikan berdasarkan perbedaan ukuran diameter porinya yaitu mikropori (ukuran pori<2 nm), mesopori (2 nm<ukuran pori<50 nm), dan makropori (ukuran pori>50 nm) (Liang dkk., 2008). Kebanyakan material karbon berpori seperti karbon aktif termasuk ke dalam material mikropori (Han dkk., 2000). Sifat mikropori dari material karbon sangat cocok untuk berbagai aplikasi termasuk adsoprsi, pemisahan dan reaksi katalitik molekul-molekul kecil (Ryoo dkk., 2001), tetapi juga membatasi aplikasinya dalam beberapa teknologi seperti adsorpsi molekul yang besar. Karbon berpori dengan distribusi ukuran pori dalam kisaran mesopori akan menguntungkan (Han dkk., 2000). Oleh karena itu, akhir-akhir ini terdapat minat yang cukup besar dalam pembuatan material karbon mesopori. Karbon mesopori telah mendapat perhatian besar sejak ditemukannya material silika mesopori karena bermanfaat di beberapa bidang seperti katalis, adsorben, ataupun sensor teknologi. Ryoo dkk. (1999) menguraikan mengenai sintesis karbon mesopori yang memiliki keteraturan tinggi (CMK-1) yang tergolong dalam kelompok material baru yang disebut CMK-n (Carbon Mesostructured by KAIST). Pembuatan karbon negatif yang pertama tersebut merupakan inspirasi bagi para ilmuwan untuk melakukan penelitian lanjutan pada pengembangan karbon mesostruktur. Taba dkk. (2004) berhasil mensintesis karbon mesopori (CMK-1) menggunakan MCM-48 sebagai cetakan dan sukrosa sebagai sumber karbon. Wang dkk. (2013) juga melakukan sintesis 3 jenis karbon mesopori dengan keseragaman pori dan struktur pori yang berbeda-beda menggunakan cetakan silika (SBA-15, SBA-16, KIT-6) dan asfalten sebagai sumber karbon. Niebrzydowska dkk. (2013) juga berhasil mensintesis karbon mesopori menggunakan SBA-15 3 sebagai template dan furfuril alkohol sebagai sumber karbon, selain itu Nejad dkk. (2013) juga mensintesis karbon mesopori (CMK-3) menggunakan SBA-15 sebagai template dan sukrosa sebagai sumber karbon. Tahun 2014, Prabhu dkk. juga berhasil mensintesis karbon mesopori (CMK-8) menggunakan sukrosa sebagai sumber karbon. Penggunaan bahan alam seperti gelatin sebagai sumber karbon belum banyak dilakukan. Kandungan karbon dalam gelatin yang cukup besar yaitu sekitar 50% menjadi pertimbangan beberapa peneliti untuk mengkonversi gelatin menjadi material karbon (Ulfa dkk., 2014). Gelatin juga mengandung banyak gugus amina (-NH2-) yang memiliki afinitas yang tinggi untuk berinteraksi secara kuat dengan gugus silanol (Si-OH) pada spesies silika melalui ikatan hidrogen (Hsu dkk., 2007; Ulfa dkk., 2014). Ulfa dkk. (2014) berhasil mensintesis karbon mesopori menggunakan gelatin dari tulang sapi sebagai sumber karbon dan SBA-15 sebagai cetakan. Ulfa (2015) melakukan sintesis karbon mesopori dari gelatin tulang sapi dan memanfaatkannya sebagai adsorben dibenzotiofen. Modifikasi suatu material berpori dapat dilakukan dengan cara mengembankan logam-logam transisi dengan tujuan untuk meningkatkan aktifitas katalitik material tersebut. Hal ini telah dilakukan Kuppan dan Selvam (2012) yaitu dengan cara mengembankan logam Pt pada material karbon mesopori CMK-3. Saroedji (2013) melakukan pengembanan logam Co, Ni, CoMo, dan NiMo pada material zeolit alam aktif (ZAA) untuk reaksi hidrorengkah plastik polietilen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah produk fraksi cair pada reaksi yang menggunakan katalis logam-pengemban, dimana konversi produk cair terbesar dihasilkan menggunakan katalis Co/ZAA sebesar 23,92%. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, sintesis karbon mesopori berbahan dasar dari bahan alam seperti gelatin tulang sapi belum banyak dilakukan, selain itu pemanfaatannya sebagai pengemban logam Co terutama sebagai katalis dalam reaksi hidrorengkah pelumas bekas belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. 4 I.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, antara lain : 1. Sintesis dan karakterisasi karbon mesopori (KM) dari gelatin tulang sapi sebagai sumber karbon. 2. Sintesis dan karakterisasi katalis Co/KM. 3. Mempelajari aktivitas katalitik sampel KM dan Co/KM dalam hidrorengkah pelumas bekas. I.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kimia yang terkait dengan pembuatan karbon mesopori (KM) dari gelatin tulang sapi sebagai prekursor karbon dan pembuatan katalis Co/KM yang dapat digunakan sebagai katalis hidrorengkah pelumas bekas.