TUGAS KELOMPOK FISIKA KKEBUMIAN “PATAHAN” OLEH KELOMPOK 3 : EKA LESTARI FACHRUDDIN FITRIANI KADIR HAJERIATI HIJRIAH A FITRI DEWI ENRA HENI KUSMAWATI HASRITA PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2011 PATAHAN Patahan adalah retakan atau zona retakan antara dua bongkahan batuan. Keberadaan patahan ini menjadikan kedua blok batuan bisa bergerak satu sama lain. Gerakan batuan ini bisa begitu cepat, yaitu dalam bentuk gempa. Gerakannya bisa juga sangat lambat yang disebut gerakan ‘rangkak’ (creep). Panjang patahan-patahan ini bisa dalam rentang milimeter hingga ribuan kilometer. Dalam waktu geologis, banyak patahan menghasilkan gerakan perpindahan yang berulang-ulang. Patahan San Andreas di Amerika Serikat. Pada sebuah gempa, batuan pada salah satu sisi patahan tergelincir dengan tiba-tiba pada bongkahan batuan lainnya. Permukaan patahan dapat berupa bidang horisontal, vertikal, atau memiliki sudut tidak teratur di antara kedua bongkahan. Sudut patahan terhadap permukaan (disebut sebagai dip) dan arah geliciran sepanjang patahan dipakai geologist untuk membedakan jenis-jenis patahan. Patahan yang bergerak di sepanjang arah bidang dip disebut sebagai patahan dip-slip. Patahan ini dapat dibagi dalam dua jenis: normal (sesar turun) dan reverse (sesar naik) tergantung dari gerakannya. Patahan yang bergerak horisontal disebut sebagai patahan strike-slip (sesar geser) dan dapat dibagi ataus atas dua jenis: right-lateral (sesar laterall kanan) atau left-lateral (sesar lateral kiri). Patahan yang bergerak di sepanjang arah dip dan juga bergerak horisontal disebut patahan oblique-slip (sesar miring). Struktur patahan terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat plastis batuan. Berdasarkan arah gerak batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima tipe patahan, yaitu sebagai berikut : 1) Normal Fault Patahan normal adalah patahan dip-slip dimana bongkahan batuan yang ada di bagian atas tergelincir ke arah bawah relatif terhadap bongkahan batuan di bawahnya. Tipe ini terdapat di sepanjang sistem bubungan lautan dan akibat tarikan yang terjadi pada mantel bumi. 2) Reserve Fault Patahan reverse, adalah patahan dip-slip dimana bongkahan paling atas di atas bidang patahan bergerak naik di atas bongkahan di bawahnya. Patahan jenis ini biasanya terjadi di daerah tertekan, yakni di daerah pertemuan lempeng yang salah satu lempeng ditujam oleh lempeng lainnya. Subduksi Sumatera dan Jepang merupakan patahan reverse. Jika sudut dip sangat landai, patahan reverse ini sering disebut sebagai patahan thrust. 3) Strike-slip Fault Patahan strike-strip adalah patahan dimana kedua bongkahan batuan bergeser satu sama lain dalam arah horisontal. Patahan tipe ini dibagi menjadi patahan right-lateral atau leftlateral tergantung arah dari gerakan dari bongkahan pada sisi yang lebih jauh dari titik padangan jika seseorang melihat gerakannya dari sisi lainnya. Patahan besar Sumatera yang membelah Pulau Sumatera merupakan patahan strike slip (sesar geser). 4) Obligue-slip Fault Patahan Oblique (Patahan/sesar miring) adalah patahan yang bergerak di sepanjang arah dip dan juga bergerak horisontal. 5) Rotational Fault Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar pada bidang patahan. 1. Tenaga Pembentuk Patahan Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault). Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi terdapat tiga macam sesar (Mulfinger & Snyder, 1979: 341), yaitu: a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal), sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan. b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar mendatar), sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah. c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring (oblique). Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang, kalau terjadi di dasar laut/samudera terbentuk palung laut, dan bila di daratan bisa berupa ngarai. d. Dip slip fault dapat dibagi lagi menjadi dua bagian berdasarkan bagian yang tergeser, (Lobeck , 1939: 559) yaitu: 1) Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif turun, maka disebut sesar turun, normal atau gravity fault. 2) Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif naik, maka dinamakan sesar naik atau thrust fault. Sesar naik digolongkan pula menjadi dua bagian, yaitu: Reverse fault, kalau bidang sesarnya mempunyai kemiringan lebih dari 45 derajat dan Thrust fault atau kelopak, jika kemiringan bidang sesar kurang daru 45 derajat. Strike slip fault disebut juga lateral fault yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Dextral atau right lateral fault adalah sesar yang bergerak relatif ke kanan. b. Sinistral atau left lateral fault merupakan pergerakan sesar yang relatih ke kiri. Lobeck (1939: 559) mengemukakan ada beberapa jenis sturktur patahan, yaitu: a. Patahan Normal (normal fault) b. Patahan bertingkat (step fault) c. Patahan terserpih (fault splinter) d. Patahan membalik (reverse fault) e. Patahan kelopak (thrust fault) f. Patahan kelopak majemuk (multi thrust fault) g. Patahan mendatar (foult with horizontal movement) h. Patahan lipatan (fault passing in to a fold). 2. Bentukan khas di daerah struktur patahan Dimuka telah pula dijelaskan secara panjang lebar, bahwa patahan itu terjadi oleh tekanan atau tarikan yang menyertai bentuk lipatan, kubah, kerutan yang disertai dengan pergesesran. a) Flexure Flexeure adalah suatu bentukan yang terjadi jika pergeseran ke arah vertikal antara dua blok batuan yang besar, hanya melampaui jarak yang tidak panjang, sehingga antara dua massa batuan yang bergeser tersebut tidak sampai putus, melainkan hanya terjadi atau membentuk tarikan saja. Kemudian mengenai apakah sesar itu mampu membuat suatu morfologi yang jelas? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut ada dua pandangan yang satu sama lainnya mempunyai perbedaan. Pandangan yang menjelaskan bahwa gradasi lebih cepat dari pada sesar dalam mbentuk morfologi, sehingga sesar yang ada dianggap bukan hasil patahan secara langsung, tetapi akibat erosi di atas sesar atau patahan yang telah ada baik yang lama maupun yang masih baru. Sesar yang ada sekarang telah tererosi sejak zaman Mesozoicum, pada saat awal terjadi pelipatan (Spurr , dalam Lobeck: 1930: 540). Pandangan yang kedua, menyatakan bahwa sesar dapat mengalahkan degradasi sehingga dapat membentuk morfologi secara langsung. Pada dasarnya keduanya mempunyai persamaan bahwa permukaan bumi ini terbentukkarena adanya ketidak stabilan, apakah stabil dalam hal geologi dan geomorfologi yang stabil atau tidaak stabil. Pada daerah yang stabil, dimana morfologi akibat sesar merupakan hal yang biasa. Jadi kedua pandangan tersebut masing-masing mempunyai kebenaran, artinya ada morfologi yang langsung merupakan akibat sesar dan ada pula yang disebabkan oleh erosi di atas daerah yang berstruktur patahan. b) Tebing Tidak setiap tebing merupaakan hasil patahan, karena ada yang disebabkan oleh hal yang lain. Misalnya tebing pada cuesta, hogback, messa, butte , tebing pada kelokan meander dan lain sebagainya terjadi bukan karena sesar. Tebing akibat patahan disebut Fault scrap, sedangkan terjadi bukan kerena patahan disebut Escarpment. Jadi Scarp ada dua yaitu fault scrap dan escarpment. Tebing yang terjadi ada hubungannya dengan sesar ada dua macam (Lobeck, 1930: 563), yaitu : Fault scarp yaitu tebing yang terjadi langsung kerena sesar. Tebing seperti ini mungkin mengalami pemunduran oleh erosi, pelapukan atau mass wasting. Oleh karena itu ada tebing muda, dewasa dan tua dalam perkembangannya. Fault line scarp, yaitu tebing yang terjadi oleh pengerjaan erosi pada garis patahan, karena di kiri kanan garis patahan itu terdapat batuan yang berlainan daya tahannya terhadap erosi. Kenyataanya, tebing bisa terbentuk tersusun atau bertebing majemuk ataupun bertingkat. Hal ini terjadi kemungkinan terjadi karena beberapa kemungkinan yaitu: Mula-mula fault scrap terbentuk, kemudian bagian atas dari bagian yang turun terkikis, sehingga dasar tebing menggeser ke bawah. Dengan demikian tebing bagian bawah adalah fault line scarp. Mula-mula fault scarp terbentuk, tetapi terbentuknya berulang menghasilkan step fault, sehingga terbentuklah tebing bessusun. Di samping juga proses erosi terus bekerja untuk menghasilkan fault line scrap. Berbicara mengenai fault scarp agar dibedakan dengan escarpment, kerena keduanya memang berbeda. Untuk itu perlu mengenal tanda-tanda fault scarp, yaitu: 1. Adanya singkapan bidang sesar yang jelas yang memperlihatkan: ♣ Peralihan yang tiba-tiba dari permukaan yang curam, tanpa ada perbedaan dalam batuan (litologis) ♣ Pergeseran lapisan-lapisan batuan antara dua daerah yang dipi-sahkan oleh tebing yang berpotongan dengan sistem pelapis-annya. ♣ Daerah luas yang retak-retak atau hancur berupa bukit dan lem-bah yang berserakan. Bukit yang seolah-olah tergelincir pada tebing. Berikut ini adalah ilustrasi dari singkapan bidang sesar. 2. Dasar tebing berupa garis lurus atau pada garis besarnya merupakan garis lurus 3. Ujung bukit-bukit berbentuk segitiga yang berdampingan, melurus dengan sudut kemiringan yang kecil 4. Terdapat lembah melayang/hanging valley pada tebing 5. Pada dasar tebing muncul sumber-sumber mata air. 6. Adanya bidang gesekan (slicken slide), yaitu permukaan tebing yang dilicinkan oleh bongkah-bongkah yang bergerak dengan goresan-goresan yang dapat menerangkan arah pergeseran 7. Terdapatnya batuan beku luar yang terputus oleh adanya tebing, bentukan ini disebut dengan batu gantung (louderbacks).. contoh bentuklahan struktural diantaranya : 1. PatahanSesar mendatar 2. patahan normal 3. Patahan membalik Graben Horst