Ekonomi Syariah Soal Wajib Jelaskan beberapa istilah berikut dengan singkat namun komprehensif 1) Islamic world view: Islamic Worldview (ru’yatal-Islam lial wujud) berbasis pada pandangan hidup bahwa Tuhan menciptakan manusia hanya untuk beribadah pada-Nya, mencakup seluruh tujuan dan aktivitas manusia sebagai bagian dari bentuk ibadah (penghambaan diri). Islamic worldview diderivasikan dari Al-Qur’an dan Sunnah, fleksibel namun tidak tergantikan pada beberapa bidang, tidak dapat dipengaruhi oleh pikiran manusia. Islamic worldview mencakup aspek dunia maupun aspek akhirat, dimana keduanya terkait secara mendalam dan tidak terpisahkan, dengan aspek akhirat memiliki signifikansi lebih besar dan menentukan. 2) Falah dan Maslahah Falah: Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek meterial saja namun lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dulu, falah merupakan konsep yang multi dimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individual/mikro maupun perilaku kolektif/makro. Falah merupakan tujuan hidup pada setiap manusia yang dibawa oleh islam yang mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia, aspek ini secara pokok meliputi spiritual dan moralitas, ekonomi, sosial dan budaya, serta politik. Maslahah: Konsep maslahah mencakup semua jenis barang publik yang berguna bagi masyarakat dan meningkatkan taraf hidup mereka. Maslahah terkait dengan perlindungan maqashid syariah yaitu perlindungan agama, kehidupan, akal, keturunan, dan harta. 3) Muzakki dan Mustahiq Muzakki: Kelompok masyarakat wajib zakat. Syarat sebagai Muzakki: muslim, aqil, baligh, milik sempurna, cukup nisab, cukup haul. Mustahiq: Kelompok masyarakat penerima zakat. Ada 8 golongan Mustahiq, yaitu, orang-orang fakir (fuqara), miskin (masakin), amil zakat (amilin alaiha), mu’allaf (muallafat ul qulub), budak (fir riqab), orang-orang yang berhutang (gharimin ), pejuang di jalan Allah (jihad fi sabilillah), dan ibnu sabil (musafir). Jumhur ulama sepakat bahwa selain kelompok ini, haram menerima zakat. 4) Riba dan Ghoror Riba: Riba (bunga) adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Bunga adalah akar dari semua krisis finansial yang dialami perekonomian modern. Penerapan bunga membuat output di sektor riil “dipaksa” tumbuh sesuai dengan tingkat yang diinginkan sektor finansial. Dengan demikian, penerapan bunga secara sistemik akan membuat upaya-upaya mendapatkan laba jangka pendek semakin marak sehingga mendorong eksploitasi sumber daya manusia dan alam secara berlebihan yang sering berujung pada krisis sosial dan ekologi. Gharar: Gharar mencakup transaksi dengan informasi yang tidak lengkap serta adanya resiko dan ketidakpastian yang melekat pada objek transaksi. Terdapat 4 kondisi dimana gharar akan membatalkan kontrak: Gharar harus dalam skala berlebihan (excessive); minor uncertainty tidak mempengaruhi kontrak; Kontrak yang terpengaruh harus merupakan kontrak finansial komutatif; seperti penjualan; Harus mempengaruhi komponen utama kontrak, seperti harga atau objek kontrak dan Jika kontrak komutatif mengandung excessive gharar dan dibutuhkan namun tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, maka hal itu tidak dapat membatalkan kontrak. Contoh: salam (prepaid forward sale). 5) Zakat dan Waqaf Zakat: hak orang miskin yang ada di harta orang kaya. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat tidak hanya kewajiban ekonomi. tetapi juga kewajiban keagamaan dan menjadi sarana penyucian spiritual. Zakat diterapkan untuk harta yang memiliki potensi berkembang, dimiliki setahun penuh, melampaui nilai minimum (nishab), dan tarif secara umum 2,5%. Tarif zakat bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan produksi dalam peningkatan pendapatan. Waqaf: secara bahasa, waqaf bermakna “menahan”, yaitu menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Dengan demikian waqaf diinterpretasikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kesejahteraan umat dimana pokok aset dipertahankan sedangkan manfaatnya digunakan untuk kepentingan umum. Waqaf adalah perbuatan memisahkan dan/ atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan tertentu dalam konteks keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum (UU no. 41/ 2004 tentang waqaf). Waqaf adalah sebentuk instrument unik yang mendasarkan fungsinya pada unsur kebajikan (birr), kebaikan (ihsan), dan persaudaraan (ukhuwah). Soal Pilihan 1. Strategi pembangunan konvensional hanya berfokus pada ekonomi semesta. Ekonomi telah menjadi cara (strategi) sekaligus tujuan pembangunan. a. Jelaskan pembangunan dalam perspektif maqashid al-syari’ah! Pembangunan di dalam Islam bermakna menciptakan keseimbangan dan harmoni, keadilan dan perdamaian, keindahan dan kemakmuran. Pembangunan bermakna membangun manusia secara keseluruhan: jiwa, pikiran, dan jasad. Pembangunan harus mencakup aspek material, kultural, dan politik, namun pada saat yang sama pembangunan juga harus mencakup aspek moral dan spiritual. Pembangunan material yang mengabaikan moralitas dan spiritualitas, tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tanpa nilai moral dan spiritual hanya akan menjadi masalah, beban, dan penderitaan. Tujuan pembangunan dalam Islam adalah human development dan human being : mewujudkan kemaslahatan manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap agama (dien), jiwa (nafs), akal (aqal), keturunan (nasl), dan kekayaan (maal). b. Jelaskan pula model pembangunan dari Ibn Khaldun, beserta siklus kemajuan dan kemundurannya. Model pembangunan Ibn Khaldun dapat ditunjukkan dalam hubungan fungsional berikut: G = f (S, N, W, g, j). G menjadi variabel dependent karena fokus analisis Ibnu Khaldun adalah menjelaskan jatuh bangun-nya sebuah negara atau peradaban. Menurut Ibnu Khaldun, kekuatan dan kelemahan suatu pemerintahan bergantung pada kekuatan dan kelemahan otoritas politik (wazi’) yang dikandungnya. Dalam jangka panjang, otoritas politik (G) harus menjamin kesejahteraan rakyat (N) dengan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan (g), distribusi pendapatan (W), dan penegakan keadilan (j) melalui implementasi syariah (S). M. Umar Chapra memformulasikan pemikiran Ibnu Khaldun dalam suatu siklus yang berurutan, lengkap dengan hubungan sebab akibat antar komponen pembangunan. Ibnu Khaldun menjelaskan perlunya pembangunan yang terdiri atas pengembangan syariah (S), pengembangan masyarakat (N), peningkatan kekayaan (W), penegakan keadilan dan pembangunan (j&g), dan peran pemerintah (G). Menurut Chapra kelima komponen itu bergerak dalam dua siklus, yaitu siklus kemajuan dan siklus kemunduran Siklus Chapra, The Future of Economics: An Islamic Perspective, 2000. Siklus kemajuan: syariah (S) masyarakat (N) kekayaan (W) keadilan dan pembangunan (j&g) pemerintah (G) syariah (S). Siklus kemunduran: keadilan dan pembangunan (j&g) kekayaan (W) masyarakat (N) syariah (S) pemerintah (G) keadilan dan pembangunan (j&g) Dalam siklus kemajuan arahnya: syariah (S) masyarakat (N) kekayaan (W) keadilan & pembangunan (j&g) pemerintah (G) syariah (S). Tanamkan kesadaran syariah (S), kemudian kembangkan masyarakat sehingga terciptalah masyarakat (N) yang paham syariah. Langkah selanjutnya adalah meningkatkan kekayaan (W) masyarakat paham syariah ini. Bila ini tercapai maka aspek pembangunan lainnya tidak dapat diabaikan dan yang terpenting adalah penegakan keadilan dan pembangunan (j&g). Pada tahap ini kita memiliki masyarakat paham syariah yang kaya dan berkeadilan. Tahap selanjutnya adalah menegakkan pemerintahan yang kuat (G). Dalam siklus kemunduran arahnya: keadilan & pembangunan (j&g) kekayaan (W) masyarakat (N) syariah (S) pemerintah (G) keadilan & pembangunan (j&g). Jika keadaan anarkis dan chaos, dimana hukum tidak ditegakkan dan pembangunan tidak berorientasi pada keadilan (j&g) maka kekayaan yang telah terakumulasi akan sirna (W) terjarah oleh tindakan anarkis lapangan kerja dan kegiatan masyarakat menyusut (N) syariah terasa seperti utopia (S) dan akhirnya melemahnya pemerintahan (G). Dengan strategi yang tepat, siklus kemunduran ini dapat dibalik menjadi siklus kemajuan. Misalkan, menyusutnya kegiatan mayarakat dan lapangan kerja menjadi titik balik kesadaran masyarakat untuk kembali kepada syariah (S). Ramainya kesadaran untuk kembali kepada syariah akan mendorong bangkitnya lagi masyarakat, sehingga siklusnya berubah menjadi siklus kemajuan. 2. Sistem moneter konvensional yang bertumpu pada sistem bunga dan uang fiat dipandang telah membawa instabilitas dan berbagai dampak buruk bagi perekonomian. Sistem moneter Islam berusaha mendorong berjalannya perekonomian secara efisien dan adil. a. Jelaskan teori moneter Islam dan bagimana stabilitas uang tercipta dalam kerangka institusi Islam. Kesepakatan jumhur ulama dan cendekiawan muslim tentang uang dan standar moneter yaitu: [i] perlindungan harta (mal) adalah salah satu tujuan syariah; [ii] preferensi syariah terhadap penggunaan uang dalam transaksi dibandingkan barter; [iii] penerimaan emas dan perak sebagai uang adalah alamiah; [iv] Nabi Muhammad SAW menyetujui emas dan perak sebagai uang; [v] emas dan perak relatif lebih stabil dibandingkan bentuk uang yang lain; [vi] adalah kewajiban negara untuk mencetak, mengatur dan memasok emas dan perak; [vii] uang adalah alat tukar (medium of exchange) dan ukuran nilai (measure of value), bukan komoditas; [viii] ‘illat riba pada uang adalah karena fungsinya sebagai medium of exchange dan measure of value (thamaniyyah), kecuali mazhab Hanafi. Stabilitas uang tercipta: Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi uang. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan alat tukar, maka menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal yang paradoks. Dengan melarang ribâ maka Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran nilai dan alat tukar. Pelarangan ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi moneter yang tidak memiliki padanan dengan penciptaan nilai tambah ekonomi di sektor riil, sehingga secara efektif akan menjaga keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil, dan karenanya menjaga stabilitas harga dan inflasi. Penerapan zakât terhadap emas dan perak (al-mâlal-„ayn), baik dalam bentuk uang koin maupun batangan atau perhiasan (zakâtal-‟ayn) menjadi disinsentif bagi aktivitas menumpuk harta (emas dan perak) dan menimbun uang baik karena motif keserakahan maupun untuk spekulasi. Zakâtal-‟ayn dalam jangka pendek akan memaksa pemilik uang menginvestasikan uangnya ke sektor riil untuk mendapatkan return, karena pelarangan ribâ meniadakan peluang meminjamkan uang untuk keuntungan, sehingga velocity of money meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, zakâtal- ‘ayn juga akan secara efektif meminimalkan permintaan non-moneter terhadap emas dan perak sehingga pasokan uang akan terjaga. Pelarangan gharar, bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat demand for money sepenuhnya berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan meminimalkan permintaan uang yang tidak riil, maka permintaan uang akan stabil, sehingga akan menstabilkan pasokan uang. Stabilitas demand for money dalam Islam didorong lebih lanjut dengan pelarangan penimbunan uang (iktinâz). Dalam upaya menjaga stabilitas nilai uang, terutamadari sisi money supply, negara memiliki otoritas untuk mencetak, mengatur dan mengedarkan uang. Dalam sejarah Islam, kewenangan ini dijalankan oleh institusi sikkah. b. Jelaskan perdebatan pendukung-pendukung sistem moneter Islam berbasis uang fiat (naqd istilahi) dan argumentasi pendukung sistem moneter Islam berbasis uang alamiah (naqd bi al-khilqah). Meski memandang emas dan perak sebagai uang alamiah (naqdbi al-khilqah), namun„ulamâ‟modern umumnya tidak membatasi uang hanya pada emas dan perak saja„Ulamâ‟modern menerima uang kertas meski tidak memiliki nilai intrinsik karena ia telah menjadi mata uang universal saat ini (naqd ishtilâhî). Uang kertas diperlakukan sebagai pengganti atsman perak dan emas, sehinga uang kertas dianggap memiliki karakteristik yang sama seperti emas dan perak. Namun hal ini hanya bisa dibenarkan jika bank sentral dan perbankan memiliki cadangan logam mulia ini 100 persen terhadap uang kertas yang diedarkannya. Pandangan ini juga akan menyulitkan pertukaran valas karena mata uang harus berbasis logam yang berbeda agar pertukaran dalam jumlah yang berbeda dapat dibenarkan dan terhindar dari ribâ. Uang kertas diberikan kedudukan hukum yang sama dengan fulûs. Namun hal ini bermasalah secara fiqh: salam akan terlarang dan ribâ diizinkan karena untuk fulûs pertukaran dengan jumlah berbeda tidak dilarang. Uang kertas dipandang sebagai salah satu dari sekian banyak standar harga (atsmân). Dengan pendapat ini, berbagai transaksi penting seperti pertukaran valas dan bay’ al salam terjamin dan transaksi yang tidak diinginkan seperti ribâ terlarang. Dengan kondisi saat ini dimana tidak ada satu pun negara yang uangnya terkait dengan logam mulia, pendapat terakhir nampak banyak diikuti. Namun, berbeda dengan emas dan perak yang nilainya stabil, penggunaan uang kertas mengandung bahaya gharar yang tinggi karena nilai uang kertas yang cenderung terus menurun sehingga membawa kita pada masalah baru, yaitu inflasi. Cendekiawan muslim modern menerima standar fiat dengan berpatokan pada pandangan fiqh dimana tidak ada teks al-Qur’ân dan hadîts yang secara tegas melarang penggunaan uang selain emas dan perak. Kasus klasik terpenting yang menjadi salah satu pijakan utama pendukung sistem uang fiat adalah kasus khalîfah‟Umar ibn al-Khaththâb (w. 33/644) yang pernah berniat membuat uang dari kulit unta namun„ Umar membatalkan rencana ini setelah diingatkan kemungkinan punahnya unta akibat penerapan gagasan ini. Kasus ini kemudian menjadi landasan umum dalam fiqh modern bahwa amîr al-mu’minîn dapat memilih uang dari materi atau komoditas apapun dan dengan bentuk apapun selama dapat merealisasikan mashlahah dan tidak menyalahi hukum Syarîah. 3. Sistem Finansial Islam ditujukan untuk menjaga fungsi-fungsi uang dalam perekonomian. a. Jelaskan pelarangan riba dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan implikasinya. Pelarangan riba: Pelarangan riba al-nasi’a. Jumhur ulama sepakat memasukkan seluruh bentuk interest-bearing loans sebagai riba al-nasi’a. Rasionalisasi pelarangan ini umumnya adalah: (i) mencegah eksploitasi terhadap debitur miskin yang membutuhkan pinjaman uang atau barang; (ii) memperdagangkan uang dapat membawa pada fluktuasi mata uang dan instabilitas moneter. Pelarangan riba al-fadl: Larangan memperdagangkan barang dengan jenis yang sama dalam kuantitas yang berbeda. Rasionalisasi pelarangan ini umumnya adalah: (i) perdagangan spot komoditas yang sama untuk kuantitas yang berbeda bisa secara mudah dikombinasikan dengan penjualan kredit yang akan memberi dampak yang sama dengan riba yang ditangguhkan. (ii) perdagangan seperti demikian termasuk excessive gharar karena tidak ada pihak yang mengetahui apakah transaksi tersebut menguntungkan atau merugikan mereka. Substansi pelarangan riba adalah untuk mencapai keadilan dan efisiensi melalui “marking to market”. Implikasi riba: Bunga adalah akar dari semua krisis finansial yang dialami perekonomian modern. Penerapan bunga membuat output di sektor riil “dipaksa” tumbuh sesuai dengan tingkat yang diinginkan sektor finansial. Dengan demikian, penerapan bunga secara sistemik akan membuat upaya-upaya mendapatkan laba jangka pendek semakin marak sehingga mendorong eksploitasi sumber daya manusia dan alam secara berlebihan yang sering berujung pada krisis sosial dan ekologi. Di dalam dunia modern, dampak bunga terhadap perekonomian dan lingkungan menjadi semakin mengkhawatirkan. Ketika sistem bunga dikombinasikan dengan reserve fractional banking, maka efek inflasioner bunga bertemu dengan kemampuan sektor perbankan untuk menciptakan uang. Dampaknya adalah pertumbuhan uang beredar yang masif dan semakin cepat menuju tak terbatas. b. Jelaskan pelarangan gharar dalam Islam, definisi, makna ekonomi, dan implikasinya. Gharar mencakup transaksi dengan informasi yang tidak lengkap serta adanya resiko dan ketidakpastian yang melekat pada objek transaksi. Terdapat 4 kondisi dimana gharar akan membatalkan kontrak: - Gharar harus dalam skala berlebihan (excessive); minor uncertainty tidak mempengaruhi kontrak. - Kontrak yang terpengaruh harus merupakan kontrak finansial komutatif; seperti penjualan. Harus mempengaruhi komponen utama kontrak; seperti harga atau objek kontrak. - Jika kontrak komutatif mengandung excessive gharar dan dibutuhkan namun tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, maka hal itu tidak dapat membatalkan kontrak. Contoh: salam (prepaid forward sale). Pelarangan gharar bertujuan untuk melindungi individu dari exposure terhadap resiko finansial yang berlebihan atau pembayaran premi yang tidak tepat untuk mengeliminir resiko yang ada. Implikasi Gharar: - Pendukung derivatif berargumen bahwa derivatif akan mendistribusikan resiko secara efisien diantara para pelaku, sehingga mereka akan lebih produktif dan perekonomian menjadi lebih makmur. - Derivatives membuat resiko terpisah dari underlying asset dan dapat diperdagangkan. Namun, resiko dapat diperdagangkan dan “unbundled” hanya jika ia terputus dari underlying activity. Pemisahan ini memunculkan pertanyaan tentang kemampuan pemain pasar untuk mengelola resiko-resiko ini. - Ketidaksempurnaan ini membuat transfer resiko menjadi mahal bagi pihak ketiga untuk menjalankan fungsi yang sama seperti pemilik aset aslinya, sehingga kinerja dan harga dapat terdistorsi secara signifikan. - Unbundling of risk karenanya dibangun diatas asumsi perfect market with full and symetric information dimana hal ini tidak konsisten dengan realitas. - Derivatives mengizinkan resiko ditransfer ke pihak yang bersedia menerimanya, namun bukan selalu pihak yang mampu mengelola-nya. 4. Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami kegagalan-kegagalan. Intermediasi financial Islam menjanjikan stabilitas dan kesejahteraan dalam perekonomian. a. Jelaskan bagaimana sistem perbankan berbasis bunga membuat inflasi terus terjadi, menghambat pencapaian tujuan normative perekonomian, dan memperburuk distribusi pendapatan. Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang beredar dan inflasi, dan justru pada gilirannya selalu menghasilkan konflik dengan sektor riil akibat dampak inflator-nya melalui ekspansi jumlah uang beredar. Tingkat aktual suku bunga tidak mempengaruhi kemampuan sistem perbankan untuk menciptakan uang secara signifikan. Mengendalikan inflasi dengan suku bunga tinggi hanyalah obat penenang jangka pendek, namun tidak menyelesaikan akar masalah. Sistem perbankan berbasis bunga membawa dampak buruk pada pencapaian tujuan normatif perekonomian dan kebutuhan dasar sebagian besar penduduk. Sistem bunga juga membuat kesenjangan pendapatan semakin memburuk akibat distribusi modal finansial yang sangat tidak merata. Sistem keuangan berbasis bunga secara agresif juga mendorong masyarakat dan bahkan pemerintah untuk menjadi konsumtif. Sistem berbasis bunga telah mendorong upaya pencarian keuntungan secara cepat menjadi marak. Pergerakan suku bunga yang fluktuatif telah menimbulkan kesulitan bagi pemilik dana untuk membuat keputusan investasi jangka panjang di sektor riil. b. Jelaskan two-tier mudharabah model sebagai sitem perbankan Islam yang ideal. Mengapa model ini sulit diterapkan sehingga perbankan syariah saat ini lebih banyak menggunakan one-tier mudharabah model? Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudharabah. Dalam model ini, hubungan antara rabbal-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartite dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk menggunakan dananya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah). Dengan mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal. Setelah dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal. Sebab perbankan syariah saat ini lebih banyak menggunakan one-tier mudharabah model: Dalam model ini, deposito penabung bukanlah kewajiban bank, yaitu dana pihak ketiga tidak dijamin dan dapat hilang jika kredit bank mengalami kegagalan, melainkan bentuk penyertaan modal secara terbatas di bank, tanpa hak suara. Dalam model ini, bank Islam tetap menerima giro dan tabungan yang setiap saat dapat diambil, tidak memberikan return, dikenakan biaya dan diperlakukan sebagai kewajiban. c. Mengapa pembiayaan mudharabah (mark up) jauh lebih popular dan disukai dibandingkan pembiayaan mudharabah (profit-loss sharing)? Karena pembiayaan mudharabah (profit loss sharing) akan membuat pemilik modal berbagi resiko dan juga keuntungan dari bisnis, sehingga mendorong disiplin financial yang lebih tinggi. Return kepada nasabah didasarkan pada laba/rugi bank dan nilai nominal dana nasabah tidak dijamin. 5. Sistem fiscal islam memiliki bentuk yang orisinil dan komprehensif. Sistem fiscal islam memiliki keunggulan dibandingkan sistem konvensional. a. Jelaskan perspektif ekonomi konvensional tentang perpajakan! Jelaskan pula perspektif islam tentang perpajakan! Bandingkanlah dua perspektif tentang pajak ini! Pajak dalam perspektif konvensional memiliki tiga fungsi yakni sebagai fungsi anggaran, fungsi mengatur, dan fungsi stabilisasi. Fungsi anggaran merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara berdasarkan undang-undang. fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu , dan sebagainya sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, mis : pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan. Dengan fungsi pajak sebagai sarana stabilisasi, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efesien. Dalam Islam, pajak muncul sebagai pendapatan engara pada masa awal perjuangan Islam atas harta pihak musuh. Sumber pendapatan negara Islam pada masa itu antara lain berasal dari zakat, ghanimah (hasil rampasan perang), fay (upeti yang diperoleh karena damai). Dalam kekaisaran Ottoman, misalnya, pajak dapat dikelompokkan dalam empat kategori utama. Pertama, ada pajak pribadi atau jajak pendapat yang dikenakan pada orang atau rumah tangga, dengan tingkat yang lebih tinggi untuk subjek menikah dengan tanah daripada untuk sarjana atau mereka yang tidak memiliki lahan. Kedua, ada pajak perdagangan atas barang yang dibawa ke pasar, dikenakan perbeban unta, dengan tingkat tertinggi untuk linen dan jatuh untuk mentega, madu, pot dan barang lainnya. Ketiga, ada pajak produksi pada kegiatan pertanian dan manufaktur seperti pada sarang lebah, hewan dan kebun-kebun anggur. Keempat, ada upeti dari negara-negara bawahan, biaya untuk pernikahan dan denda pidana (Cosgel, 2004). Pajak ini memiliki beberapa akar dalam Islam klasik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh metode perpajakan yang diwarisi dari negara Bizantium. b. Jelaskan teori pendapatan publik Islam dan teori belanja publik Islam. Jelaskan pula bagaimana sistem fiscal membentuk sebuah revenue base yang menyeluruh. Teori pendapatan dan belanja publik Islam, Abu Ubayd (150-224H/ 768-839 M): Pendapatan Publik Fay’, khums, dan zakat Fay’ dan khums berbeda berdasarkan sumber-nya. Fay’ berasal dari subyek non-muslim. Khums bisa berasal dari subyek muslim maupun non-muslim. Zakat hanya diambil dari muslim Teori pendapatan publik: Belanja Publik Belanja fay’ (makharij al-fay’). Belanja fay’ adalah belanja fay’ dan khums. Hal ini karena penerima fay’ dan khums adalah sama (QS 59: 7 dan QS 8: 41) Belanja zakat (makharij al-sadaqah) (QS 9: 60) 6. Zakat sebagai garda terdepan instrument fiscal Islam memiliki berbagai karakteristik yang membuatnya diinginkan secara sosial dan ekonomi. a. Jelaskan konsep dasar zakat, pengumpulan dan pendayagunaannya Konsep dasar zakat: Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat fitrah wajib atas tiap orang, besarkecil, tua-muda, laki-perempuan, merdeka-budak, yang memiliki kelebihan makanan pada Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat harta adalah zakat atas segala harta benda yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan. Pengumpulan : Zakat fitrah dikeluarkan sekali setahun, dengan ukuran 2,5-3,5 liter bahan makanan pokok setempat. Untuk zakat maal, Harta yang wajib dizakati harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu dimiliki secara penuh, dapat berkembang, mencapai jumlah minimum (nishab), lebih dari kebutuhan pokok, bebas hutang dan sudah satu tahun (haul). Zakat yang dikumpulkan oleh negara adalah zakat atas barangbarang yang tampak, sedangkan zakat atas barang tidak tampak diserahkan kepada masing-masing individu. Pendayagunaan : - Secara makro, penerapan zakat akan berdampak positif terhadap tingkat tabungan nasional. Karena zakat dikenakan terhadap kekayaan (wealth) yang terakumulasi, tidak hanya pendapatan (income), maka pembayaran zakat akan mendorong muzakki untuk meningkatkan rasio tabungan untuk mencegah tingkat kekayaannya menurun. - Tranfer zakat ke kelompok miskin, akan meningkatkan kemampuan kelompok ini untuk menabung. Di sisi lain, kelompok kaya akan mempertahankan tingkat tabungannya dari penurunan akibat penalti zakat. Dengan demikian, penerapan zakat akan menurunkan pengeluaran yang berlebihan dari kelompok kaya dengan dampak positif terhadap tabungan kelompok miskin. b. Jelaskan kondisi-kondisi prasyarat yang harus dipenuhi agar zakat dapat memainkan peran signifikan dalam sistem keuangan Islam modern! Kondisi-kondisi prasyarat agar zakat dapat memainkan peran signifikan: - Mengoptimalkan peran muzakki yakni segolongan orang yang berkewajiban membayar zakat karena harta yang dimiliki memenuhi kriteria wajib zakat. Disini diperlukan kesadaran yang tinggi dari para muzakki akan kewajibannya membayar zakat. Tidak justru mencoba lari dari kewajiban dan tanggung jawab yang ada. - Pemberian zakat kepada mustahik secara tepat sasaran. Penting diperhatikan bahwa berdasarkan prinsip seseorang diwajibkan zakat adalah karena kaya/mampunya seseorang. Maka dalam hal mustahik ini ada tiga sebab mengapa seseorang wajib diberi zakat. Pertama: karena ketidakmampuannya. Kedua: karena keterbelegguannya. Ketiga: karena perjuangannya di jalan Allah. Dengan prinsip tersebut diharapkan pemaknaan pada para mustahik zakat akan melihat pada kebutuhan dan kenyataan sosial yang ada. Pemaknaan ini penting untuk memelihara agar zakat senantiasa tepatsasaran dan dapat berhasilguna. Pemerintah atau pengelola zakat harus memiliki data mustahik yang akurat dan terpercaya, dan jika diperlukan dapat dijadikan rujukan bagi program pemberdayaan ekonomi- sosial masyarakat lainnya. - Peran pemerintah sebagai amil zakat hendaknya bertanggung jawab secara penuh terhadap pendistribusian dana zakat. Pengelola zakat sebagai salah satu golongan yang berhak menerima yang ditentukan Allah dalam Al-Qur’an bukanlah tanpa maksud. Penyebutan posisi ini dalam Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa Tuhan menginginkan adanya pengelolaan dana zakat yang professional oleh institusi lembaga yang disebut ‘amil. Mereka inilah yang melakukan upaya pengumpulan sekaligus mengelola dan mendistribusikan zakat agar tepat sasaran. 7. Wakaf memainkan berbagai peran penting dalam masyarakat muslim dengan menggeser manfaat asset dari ranah privat ke ranah publik secara berkelanjutan. a. Jelaskan konsep dasar wakaf, jelaskan pula perbedaanya dengan zakat! Secara bahasa, wakaf bermakna “menahan”, yaitu menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Dengan demikian, wakaf diinterpretasikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kesejahteraan umat dimana pokok aset dipertahankan sedangkan manfaatnya digunakan untuk kepentingan umum. Wakaf adalah perbuatan memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan tertentu dalam konteks keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum (UU No. 41/2004 tentang Wakaf). Sedangkan Zakat adalah hak orang miskin yang ada di harta orang kaya. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut juga zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat tidak hanya kewajiban ekonomi. tetapi juga kewajiban keagamaan dan menjadi sarana penyucian spiritual. Zakat diterapkan untuk harta yang memiliki potensi berkembang, dimiliki setahun penuh, melampaui nilai minimum (nishab), dan tarif secara umum 2,5%. Tarif zakat bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan produksi dalam peningkatan pendapatan. b. Jelaskan wakaf produktif, instrument untuk revitalisasi asset wakaf agar menjadi produktif, serta peranan wakaf tunai. Wakaf produktif bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan manfaat dari aset wakaf, serta meningkatkan nilai dan kualitas manfaat dari aset wakaf. Wakaf produktif diarahkan pada proyek komersial yang menghasilkan keuntungan tertinggi dan sesuai syariah. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang memberi pendapatan dari aset wakaf seperti ini (income-generating waqf), dibutuhkan faktor produksi lainnya seperti aset likuid, tenaga kerja, modal fisik lain, dan pengelola proyek. Namun secara fiqh tidak diperbolehkan menjual sebagian aset wakaf untuk mendapatkan faktor produksi dan input lain. Karena itu secara historis, pengelolaan aset wakaf secara produktif hanya terbatas pada satu aktivitas ekonomi yaitu menyewakan tanah dan bangunan. Dalam literatur fiqh, terdapat beberapa jenis pembiayaan syariah yang dapat digunakan untuk memberdayakan aset wakaf tradisional secara produktif, antara lain al-hukr dan haqq al-ijaratain. Peranan wakaf tunai: digunakan untuk memenuhi tujuan sosial, antara lain untuk menyediakan keuangan mikro bagi si miskin. Tokoh-tokoh yang mendukung wakaf tunai: Elgari (2004) mengusulkan lembaga keuangan bebas bunga (qard hassan) untuk memberi pinjaman ke kelompok miskin. Modal bank diperoleh dari wakaf tunai dari kelompok kaya. Kahf (2004) dan Ahmed (2003) mengusulkan keuangan mikro berbasis zakat, wakaf dan sedekah. Return dari awqaf dan dana sedekah dapat digunakan untuk pembiayaan UKM potensial pada tingkat subsidi. Zakat dapat digunakan untuk kepentingan konsumtif untuk mencegah pengalihan dana dari kelompok produktif ini.