iii. kerangka pemikiran

advertisement
III.
3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Risiko
Risiko memiliki beberapa pengertian, menurut Harwood (1999) risiko
merupakan kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi pelaku
bisnis yang mengalaminya. Menurut Kountur (2004), risiko berhubungan dengan
ketidakpastian, ketidakpastian ini akibat dari kurangnya atau tidak tersedianya
informasi yang menyangkut dengan apa yang akan terjadi. Sedangkan Robison
dan Barry (1987) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu
kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman.
Risiko
juga
menunjukkan
peluang
terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
menghasilkan pendapatan diatas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang
diharapkan. Secara umum, risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.
Risiko Spekulatif (speculative risk)
Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu
kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan.
Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis. Beberapa
jenis risiko yang tergolong dalam risiko spekulatif adalah risiko pasar,
risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko operasional.
2.
Risiko Murni (pure risk)
Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan,
yaitu kemungkinan rugi saja. Beberapa jenis risiko dari risiko murni yaitu
risiko aset fisik, risiko karyawan, dan risiko legal.
Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan
(decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Robison dan Barry
1987). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan
karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa
yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility).
Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah berhubungan positif,
16
dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh
juga meningkat.
Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh
kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung
risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan
bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil
risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa
return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko.
Perilaku
pembuat
keputusan
dalam
menghadapi
risiko
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Robison dan Barry 1987), yaitu :
1.
Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari
keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan
menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat
kepuasan.
2.
Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari
keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan
menurunkan keuntungan yang diharapkan.
3.
Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari
keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan
menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan
3.1.2. Risiko Pertanian
Risiko pertanian merupakan beragam risiko yang dihadapi dibidang
pertanian yang muncul dari berbagai sumber-sumber penyebab munculnya risiko.
Harwood (1986) menjelaskan bahwa terdapat lima sumber utama yang
menyebabkan munculnya risiko pada pertanian, yaitu :
17
1.
Risiko Produksi atau Hasil Panen
Risiko produksi dapat terjadi karena disebabkan oleh kejadian-kejadian
yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti cuaca yang sering berubah-ubah
tidak menentu, suhu yang ekstrim, hama, dan penyakit. Hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan mempengaruhi masa panen dan dapat menyebabkan hasil
produksi yang tidak menentu. Sehingga, hal tersebut secara langsung akan
mempengaruhi pendapatan petani.
2.
Risiko Harga atau Pasar
Harga atau risiko pasar mencerminkan risiko yang terkait dengan
perubahan dalam harga output atau input yang mungkin terjadi setelah komitmen
untuk produksi telah dimulai. Risiko pasar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau
penawaran yang tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan
diperoleh petani dan pedagang. Oleh karena itu, secara tidak langsung risiko pasar
sangat mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani dan pedagang.
3.
Risiko Kelembagaan
Risiko karena kelembagaan terjadi karena adanya hasil dari perubahan
dalam kebijakan dan peraturan, sehingga berpengaruh pada pertanian. Contohnya
adalah
perubahan peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida pada
tanaman atau obat-obatan pada ternak. Dengan adanya kebijakan tersebut dapat
mengubah biaya produksi seperti meningkatkan harga komoditas, sehingga
membuat permintaan menurun dan pendapatan berkurag. Risiko akibat
kelembagaan lainnya yang mungkin timbul dari adanya perubahan kebijakan
adalah pembatasan dalam praktek konservasi atau penggunaan lahan, perubahan
pajak penghasilan kebijakan, kebijakan kredit, dan lain-lain.
4.
Risiko Personal
Petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat
disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak
terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat mempengaruhi perusahaan.
Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti
menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti
18
kebakaran, kehilangan atau kerusakan, pencurian juga merupakan penyebab risiko
yang dapat merugikan perusahaan.
5.
Risiko Finansial
Risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman yang dilakukan oleh
petani. Adanya pinjaman tersebut, membuat petani harus menyisihkan
pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak
memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga dimasa yang
akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan.
Sehingga, dengan ketidaktahuan tersebut, petani tidak dapat melunasi hutanghutangnya.
3.1.3. Konsep Permintaan dan Penawaran
Firdaus (2008) menyatakan bahwa permintaan merupakan keinginan
konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama
periode
waktu tertentu.
Ahli
ekonomi
mengatakan
bahwa
permintaan
menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah
permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai
banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain
yang terkait, tingkat pendapatan per kapita, selera atau kebiasaan, jumlah
penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usahausaha produsen meningkatkan pendapatan.
Permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya disebut sebagai fungsi permintaan. Dengan fungsi
permintaan, dapat diketahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak
bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikut :
Dx = f (Px, Py, Y, T, N)
dimana :
Dx = permintaan akan barang x
Px = harga x
Py = harga y
Y = pendapatan per kapita
19
T = selera
N = jumlah penduduk
Dx merupakan variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Px, Py, Y, T, N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak
tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan
pengaruh masing-masing variabel babas terhadap permintaan akan barang x. Pada
hakikatnya, hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu
barang, maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut. Begitu pula
sebaliknya, jika semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit
permintaan atas barang tersebut (Firdaus 2008).
Untuk menciptakan terjadinya suatu transaksi dalam sebuah pasar tidak
hanya permintaan yang diperlukan, namun juga diperlukan penawaran. Menurut
McConnel dan Brue (1990), penawaran adalah sebuah daftar yang menunjukkan
jumlah suatu produk yang ingin dan dapat diproduksi oleh produsen dan tersedia
di pasar pada harga dan waktu tertentu. Dalam analisis ekonomi, jumlah barang
yang ditawarkan berarti jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga
tertentu. Sedangkan penawaran berarti keseluruhan dari kurva penawaran. Faktorfaktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga barang itu sendiri, harga
barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, teknologi
produksi, jumlah pedagang atau penjual, tujuan perusahaan, dan kebijakan
pemerintah.
Penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya disebut sebagai fungsi penawaran. Penawaran
secara matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah sebagai berikut :
Sx = f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij)
dimana :
Sx = penawaran atas barang x
Px = harga x
Py = harga y
Pi = harga input/ faktor produksi
C = biaya produksi
20
tek = teknologi produksi
ped = jumlah pedagang/ penjual
tuj = tujuan perusahaan
kebij = kebijakan pemerintah
Pada dasarnya, hukum penawaran manyatakan bahwa semakin tinggi
harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan
ditawarkan oleh para penjual. Dan sebaliknya, jika senakin rendah harga suatu
barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh
penjual (Firdaus 2008).
3.1.4. Ketidakstabilan Harga Barang Pertanian
Dalam jangka pendek harga hasil pertanian cenderung mangalami
fluktuasi yang sangat besar. Harga mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu
saat
dan
mengalami
kemerosotan
yang
tajam
pada
saat
berikutnya.
Ketidakstabilan harga tersebut dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan
yang sangat besar atas tingkat harga apabila permintaan atau penawaran
mengalami perubahan. Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga pertanian
dalam jangka pendek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) fluktuasi
permintaan, dan (2) fluktuasi penawaran.
(1)
Fluktuasi Permintaan
Dalam jangka panjang maupun jangka pendek, permintaan akan barang
pertanian bersifakt tidak elastis. Dalam jangka panjang disebabkan elastisitas
pendapatan dari permintaan barang-barang pertanian rendah, yaitu kenaikan
pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil atas permintaan. Dalam
jangka pendek tidak elastis karena sebagian besar barang-barang hasil pertanian
merupakan barang kebutuhan pokok yang harus digunakan setiap hari.
Setiap perekonomian tidak selalu mencapai tingkat kegiatan yang tinggi,
adakalanya mengalami resesi dan kemunduran, atau mencapai tingkat ekonomi
yang tinggi. Perubahan tersebut akan mempengaruhi permintaan barang atau jasa,
termasuk hasil pertanian. Perubahan permintaan yang disebabkan oleh naik
turunnya kegiatan ekonomi ini akan menimbulkan perubahan harga. Akan tetapi,
21
sifat perubahan harga ini berbeda untuk berbagai jenis barang. Barang-barang
pertanian cenderung mengalami perubahan harga yang lebih besar daripada harga
barang-barang industri. Sifat perubahan seperti itu disebabkan penawaran harga
barang-barang pertanian, seperti juga dengan sifat permintaannya adalah tidak
elastis. Ketidakstabilan penawaran barang pertanian yang diikuti dengan
ketidakelastisan permintaannya menyebabkan perubahan harga yang sangat besar
apabila terjadi perubahan permintaan.
P
Dp1
Dp
P
S
Di1
D
p
p
P
Ep
Ei1
1
p1
O
Ei
P
Ep1
S
Q
q
q1
a. Barang Pertanian
O
Q
Q
Q
b. Barang 1Industri
Gambar 3. Akibat Perubahan Harga Terhadap Harga
Sumber : Firdaus (2008)
Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa pada tingkat perubahan permintaan
yang sama (kurva D menjadi D1), tetapi perubahan tingkat penawaran yang
berbada -dimana elastisitas barang industri lebih elastis daripada barang
pertanian- menyebabkan harga barang di sektor pertanian mengalami penurunan
yang jauh lebih basar daripada harga barang di sektor industri (Firdaus 2008).
(2)
Fluktuasi Penawaran
Penawaran dan permintaan barang-barang pertanian barsifat tidak elastis.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penawaran barang-barang pertanian
bersifat tidak elastis, yaitu sebagai berikut :
a.
Barang pertanian sangat tergantung oleh faktor alam dan dihasilkan secara
musiman.
b.
Kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk mencapai
tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan
22
Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktot-faktor
yang berada di luar kemampuan para petani untuk mengendalikannya. Pada
umumnya produksi hasil pertanian selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim
lainnya. Perubahan musim dipengaruhi oleh cuaca, iklim, dan faktor alamiah
lainnya. Selain itu, serangan hama dan penyakit dapat mempengaruhi produksi
hasil pertanian. Faktor-faktor tersebut menyebabkan perubahan yang relatif besar
jika dibandingkan dengan perubahan produksi kegiatan industri.
Permintaan akan barang-barang pertanian yang tidak elastis menyebabkan
harga mengalami perubahan yang sangat besar jika penawaran hasil pertanian
mengalami perubahan.
S
P
Dp
Ep
p
S1
P
S
Di
S
1
P
Ei
Ei1
Ep1
p1
P
1
O
Q
q
q1
a. Barang Pertanian
O
Q
q
q
1
b. Barang Industri
Gambar 4. Akibat Perubahan Penawaran Terhadap Harga
Sumber : Firdaus (2008)
Dari Gambar 4, terlihat bahwa pada tingkat perubahan penawaran yang
sama (kurva S menjadi S1), tetapi perubahan tingkat permintaan yang berbeda dimana elastisitas barang industri lebih elastis daripada barang hasil pertanian menyebabkan harga barang di sektor pertanian mengalami penurunan yang jauh
lebih basar daripada harga barang di sektor industri (Firdaus 2008).
3.1.5. Strategi Mengatasi Risiko
Risiko atau ketidakpastian dalam agribisnis dapat terjadi kapanpun. Risiko
tersebut diantaranya adalah bencana alam, gagal panen, kecelakaan, perubahan
harga, perubahan selera konsumen, dan lain-lain. Adanya risiko-risiko tersebut
memberikan ancaman bagi para pelaku agribisnis yang mengakibatkan pada
23
menurunnya pendapatan petani atau pedagang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
upaya atau strategi untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi itu.
Harwood (1999) mangatakan bahwa pertanian memiliki empat risiko yang
biasanya dihadapi yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko hukum, dan risiko
personal. Menurut Gumbira el al. (2004), terdapat upaya yang dapat dilakukan
oleh pelaku agribisnis untuk mentrasfer risiko dan mengurangi dampak suatu
risiko terhadap kelangsungan usahanya. Gumbira et al. (2004) juga mengatakan
bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko pasar atau risiko
harga terdapat beberapa cara, yaitu :
1.
Diversifikasi
Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi dampak
negatif atau risiko yang dihadapi oleh seorang pengusaha agribisnis. Bergerak
pada lini usaha yang memiliki risiko yang berbeda memungkinkan kerugian yang
diderita oleh pengusaha pada suatu lini produk tertentu dapat ditutupi dengan
keuntungan pada lini produk lainnya.
2.
Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal dapat berarti mikro dan makro. Dalam arti mikro,
integrasi vertikal berarti suatu perusahaan yang bergerak pada dua atau lebih level
dalam suatu sistem komoditas. Sedangkan, dalam arti makro berarti dua atau lebih
perusahaan memiliki keterkaitan bisnis yang kuat dalam suatu sistem komoditas
tertentu. Integrasi vertikal tersebut dapat berupa diversifikasi usaha dalam suatu
sistem komoditas atau melakukan kerjasama yang kuat dengan pelaku bisnis
lainnya dalam komoditas tersebut. Dengan adanya integrasi vertikal tersebut dapat
menjamin risiko kekurangan bahan baku, menjamin pemasaran produk,
melindungi diri dari perilaku pesaing yang dapat membahayakan kelanjutan
usaha, melindungi diri dari permainan yang tidak adil oleh pelaku bisnis dari level
yang lain dalam suatu sistem komoditas, dan lain-lain.
3. Penerapan Teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin canggih, dapat dimanfaatkan para
petani atau pengusaha agrinisnis sebagai suatu alat meminimalisir risiko dengan
menerapkan sistem teknologi yang tepat. Hal tersebut dapat menyebabkan
24
produktivitas sumberdaya meningkat sehingga dapat meningkatkan efisiensi
usaha yang dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasaran.
4. Kontrak di Muka (forward contracting)
Kontrak dimuka adalah suatu proses persetujuan pengiriman produk pada
masa mendatang dengan harga yang telah ditetapkan sekarang. Dengan sistem ini,
produsen mempunyai kewajiban untuk mengirimkan produk pada waktu yang
telah disepakati bersama dan pembeli harus menerima produk tersebut sesuai
perjanjian. Dengan adanya sistem ini, maka kepastian harga akan lebih terjamin
bagi produsen. Fluktuasi harga yang akan terjadi tidak akan mempengaruhi
tingkat harga yang telah disepakati pada saat persetujuan kontrak dibuat.
Sehingga, produsen bisa meminimalisir risiko harga yang akan mereka hadapi
seperti fluktuasi harga di masa yang akan datang.
5. Pasar Masa Depan (future market)
Future Market adalah suatu sistem pasar yang menyediakan fasilitas untuk
menanggapi perdagangan secara cepat dalam unit produk terstandarisasi dalam
mutu dan jumlah yang akan dikirim pada masa yang akan datang. Pada pasar
masa depan ini, para pedagang menjual barangnya namun melalui sistem
perjanjian atau kontrak, dimana barang atau komoditas akan dikirim pada masa
yang telah ditentukan. Future market ini memiliki manfaat dalam mengurangi
risiko dimana para pedagang sudah memiliki kepastian tentang siapa, berapa, dan
kapan komoditasnya akan terjual.
6. Usaha Perlindungan (Hedging)
Hedging adalah suatu upaya perlindungan risiko transaksi dalam cash
market dengan forward contracting yang menggunakan future market dan
mengambil posisi yang sama besar, tetapi berlawanan pada cash market dan
future market secara simultan. Hedging adalah sarana untuk mentransfer risiko
dan memupuk keuntungan. Dengan adanya hedging, risiko dapat diminimalisir
dengan cara mentransfer risiko. Selain itu, hedging juga membantu dalam hal
memperoleh keuntungan yang lebih.
25
7. Pasar Opsi (option market)
Pasar opsi merupakan tempat dimana terjadinya transaksi jual-beli yang
memberikan hak kepada pembeli opsi untuk memilih posisi sebagai pembeli,
penjual future contract, atau tidak memilih sama sekali. Pada pasar opsi, para
pembeli opsi dapat membeli atau menjual future contract pada waktu tertentu,
pada masa yang akan datang untuk suatu tingkat harga yang telah disepakati pada
saat opsi dibeli. Pasar opsi ini bertujuan untuk menghindari risiko dan biaya yang
besar karena kemungkinan terjadinya kesalahan proyeksi mengenaik arah
pergerakan harga.
3.1.6. Analisis Risiko
3.1.6.1. Metode ARCH-GARCH
Vose (2008) menyatakan bahwa model ARCH dikembangkan untuk
menghitung
dengan
memungkinkan
pengelompokan
periode
volatilitas
(heteroskedastisitas, atau data yang memiliki varians yang berbeda). Salah satu
asumsi dalam model regresi yang sebelumnya digunakan untuk analisis frekuensi
tinggi data keuangan adalah bahwa istilah kesalahan memiliki varians konstan.
Engle seseorang yang memenangkan Nobel Memorial Prize for Economics
ditahun 1982, memperkenalkan model ARCH dan menerapkan model ARCH
kedalam data inflasi kuartalan Inggris. ARCH kemudian digeneralisasi ke
GARCH oleh Bollerslev, yang telah terbukti lebih berhasil dalam menyesuaikan
terhadap data keuangan. Bollerslev membiarkan residuals kembali, dan
membuktikan bahwa rt = μ + σtzt , dimana zt adalah variabel independen,
terdistribusi normal (0,1).
Dimana ω > 0, ai > 0, i = 1, …, q dan yang terakhir ai > 0. Kemudian, rt dikatakan
mengikuti autoregressive conditional hateriskedastic, ARCH (q), yang di proses
oleh μ. Model ini adalah ragam dari error yang memiliki fungsi varian dari error
sebelumnya (rt-1 - μ). Nilai ai > 0, ini mempunyai efek dalam menentukan
pengelompakan volatilitas yang rendah atau tinggi.
26
Jika ARMA (autoregressive moving average) diasumsikan untuk varian,
maka
rt
dikategorikan
dalam
generalised
autoregressive
conditional
heteroskedastic atau GARCH (p,q) dengan model :
dimana p menggambarkan nilai GARCH, dan q menggambarkan nilai dari
ARCH, ω > 0, ai > 0, i = 1, …, q; bj > 0, j = 1, …, p dan nilai ai atau bi > 0.
Dalam penerapannya, model yang sering digunakan adalah GARCH (1,1):
3.1.6.2. Perhitungan VaR
Value At Risk adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam
rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Konsep VAR berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data
historis dan relatif dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif.
VaR dapat dikatakan merangkum seluruh substansi yang ingin ditangkap dari alatalat atau metode-metode tersebut. VaR juga mengakomodasi kebutuhan untuk
mengetahui potensi kerugian atas nilai tertentu. Perhitungan VaR dengan periode
waktu yang berbeda-beda yaitu satu hari, tujuh hari dan 30 hari. Secara matematis
VaR dapat didefinisikan sebagai berikut (Jorion 2002) :
dimana :
VaR
= besarnya risiko
B
= Periode investasi
Zα
= Titik kritik dalam tabel Z dengan selang kepercayaan 95 persen
W
= Besarnya investasi
σt+1
= Volatilitas yang akan datang dimana σt = √ht
27
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias Rawabelong
merupakan instlasi Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura yang merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi
DKI Jakarta. Di instalasi ini merupakan pusat transaksi bunga potong baik bunga
gunung, anggrek, bunga tabur, daun pelengkap rangkaian maupun aksessorisnya.
Transaksi perdagangan bunga beserta aksessorisnya yang terjadi di Pasar Bunga
Rawabelong mulai dari eceran sampai dengan jumlah besar.
Bunga krisan merupakan komoditas florikultura unggulan yang banyak
ditanam dan dikembangkan oleh petani di Indonesia. Bunga krisan merupakan
salah satu bunga yang ditawarkan di Pasar Bunga Rawabelong. Secara umum,
harga bunga krisan cenderung berfluktuasi. Hal tersebut dikarenakan penawaran
dan permintaan untuk bunga krisan sering berubah-ubah. Selain dipengaruhi oleh
jumlah penawaran dan permintaannya, harga bunga krisan juga dipengaruhi oeh
beberapa
faktor
yang
lainnya.
Kondisi-kondisi
tersebut
mengakibatkan
ketidakpastian pada petani dan pedagang, terutama ketidakpastian pendapatan.
Berdasarkan data harga bunga krisan rata-rata yang terdapat di Pasar
Bunga Rawabelong, harga bunga krisan cenderung mengalami fluktuasi yang
cukup tinggi, kondisi tersebut dapat terlihat dari harga bunga krisan yang berubahubah setiap minggunya. Selain itu, terlihat bahwa terdapat selisih harga yang
besar antara harga bunga krisan yang tertinggi dan harga bunga krisan yang
terendah. Adanya kondisi yang tidak menentu tersebut, menunjukkan bahwa
terdapat
risiko
yang harus ditanggung oleh pihak-pihak terkait
mengusahakan komoditas tersebut
yang
seperti para pedagang bunga krisan, yang
berarti bahwa adanya kemungkinan kerugian yang harus ditanggung para
pedagang dalam mengusahakan bisnisnya.
Oleh karena itu, diperlukan pengukuran risiko untuk mengukur tingkat
risiko yang dihadapi para pedagang bunga krisan. Dengan pengukuran risiko,
diharapkan dapat membantu para pedagang bunga krisan untuk mengetahui
besarnya risiko yang akan dihadapi serta mengetahui bagaimana cara
meminimalisir risiko tersebut.
28
Pengukuran tingkat risiko yang dihadapi para pedagang bunga krisan di
Pasar Bunga Rawabelong dapat dilakukan dengan metode peramalan time series
ARCH-GARCH. Dengan metode peramalan time series ARCH-GARCH akan
terbentuk sebuah model yang dapat meramalkan kondisi harga pada bunga krisan.
Metode ARCH-GARCH tersebut juga berhubungan dengan pengukuran tingkat
risiko yang disebut Value at Risk (VaR). Dengan mengetahui tingkat risiko yang
akan dihadapi tersebut, maka dapat diketahui besarnya kemungkinan kerugian
yang dihadapi pedagang. Selain itu juga dapat diketahui bagaimana strategi yang
dilakukan pedagang dalam menghadapi atau meminimalisir risiko yang akan
dihadapi oleh para pedagang bunga krisan. Sehingga, hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi para pedagang bunga krisan serta UPT Pasar Bunga
Rawabelong selaku pengelola. Secara sistematik kerangka pemikiran operasional
penelitian risiko harga pada bunga krisan dapat dilihat pada Gambar 5.
Fluktuasi Harga, Pasokan, dan
Permintaan Bunga Krisan
Cipanas dan Krisan Pt
Risiko Harga Bunga Krisan
Cipanas dan Krisan Pt
Unit Pelayanan Terpadu
(UPT) Pasar Bunga
Rawabelong, Jakarta
Kerugian yang Dihadapi
Barat
Pedagang Bunga Krisan
Cipanas dan Krisan Pt
Strategi Pedagang Bunga
Krisan dalam Menghadapi atau
Meminimalisir Risiko
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
29
Download