Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Jepang dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas ( 2011 ), Jepang merupakan salah satu pengekspor budaya pop yang terbesar, seperti anime, manga, mode, film, kesusastraan, permainan video, dan musik Jepang. Hal ini membuat Jepang menerima sambutan hangat di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia yang lain. Remaja Jepang gemar menciptakan trend baru dan kegemaran mereka dalam mengikuti gaya yang mempengaruhi mode dan trend di seluruh dunia. Selain itu pula kebudayaan Jepang yang banyak digemari masyarakat Jepang dan orang banyak selain fashion adalah film drama Jepang. Budaya hiburan televisi seperti film drama inilah yang merupakan hiburan massa dan paling luas penyebarannya. Film drama Jepang tidak hanya digemari di Jepang saja, masyarakat di Indonesia juga menyukainnya, terbukti dengan semakin banyaknya tayangan film drama Jepang yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta di Indonesia. Topik cerita yang beragam inilah yang membuat terciptanya satu film drama berjudul Sunao ni Narenakute. Film drama ini menceritakan tentang persahabatan remaja Jepang yang bertemu dan berteman melalui Twitter. 1.1.1 Latar Belakang Timbulnya Persahabatan Memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain merupakan kebutuhan setiap manusia. Dimulai dari interaksi awal antara anak dengan orangtua, hubungan kemudian berkembang ke dalam lingkungan pergaulan yang sangat luas. Bertambahnya usia dan masuknya anak ke dunia sekolah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hal ini, apa lagi jika seorang anak sudah menginjak masa remaja. Mereka akan mencari teman lain yang lebih banyak, bahkan mencari teman melalui teknologi jejaring sosial atau internet. Ketika seseorang anak mulai memasuki usia sekolah, keluarga khususnya orangtua di sini sudah tidak lagi menjadi satu-satunya lingkungan yang berperan besar dalam kehidupan anak. Terlebih lagi pada akhir masa usia sekolah, yaitu masa saat anak mulai memasuki usia prapubertas. Disamping orang tua, lingkungan pergaulan dengan teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan anak. Interaksi anak tidak terbatas dengan orangtua saja, tetapi juga melibatkan orang-orang lain di luar keluarga, termasuk di dalamnya interaksi dengan teman sebaya. Menurut Larsen dan Richard dalam Cooper dan Dehart ( 1996 : 17 ), mengemukakan pada usia sebelas tahun, waktu yang dihabiskan anak dengan teman biasanya melebihi waktu yang dihabiskan bersama keluarga. Menurut Barker dan Wright dalam Santrock ( 1998 : 226 ), juga menunjukan bahwa anak-anak antara usia tujuh sampai dengan sebelas tahun berinteraksi lebih dari 40 persen dalam sehari dengan temannya. Menurut Sullivan dalam Santrock ( 2007 : 228 ), memasuki masa remaja, khususnya pada masa remaja awal, kebutuhan akan sahabat menjadi semakin besar. Seperti pada masa usia sekolah, pada masa ini waktu yang dihabiskan dengan sahabat juga melebihi waktu yang dihabiskan dengan orangtua. Menurut Carbery dan Buhrmester dalam Santrock ( 2007 : 288 ), mengemukakan bahwa remaja menghabiskan rata-rata 103 menit per hari dalam interaksi yang bermakna dengan sahabat dan hanya 28 menit per hari dengan orangtuanya. Sullivan dalam Kerns, Klepac dan Cole ( 1993 : 20 ) menyatakan persahabatan memainkan peranan penting. Adanya sahabat dapat meningkatkan harga diri ( self- esteem ) dan sensitivitas anak terhadap orang lain. Parker dan Asher ( 1993 : 20 ), mengemukakan bahwa persahabatan berkaitan dengan perasaan berharga ( self-worth ) dan kurangnya derajat kesepian. Hubungan persahabatan sering menyediakan sumber dukungan yang penting. Sullivan dalam Santrock ( 2007 : 704 ), menyatakan adanya sahabat dapat mendukung rasa harga diri anak. Sedangkan Savin-Williams dan Berndt dalam Santrock ( 2007 : 115 ), menyatakan membantu anak melewati masalah-masalah yang dihadapinya dengan menyediakan dukungan emosional dan nasihat. Buhrmester dalam Santrock ( 2007 : 115 ), juga menyatakan bahwa remaja yang mempunyai persahabatan yang bersifat superfisial ataupun sama sekali tidak memiliki sahabat ditemukan memiliki perasaan kesepian yang lebih besar, lebih depresi dan cemas, serta memiliki harga diri ( self-esteem ) yang lebih rendah daripada remaja yang mempunyai persahabatan yang mendalam. Menurut Bellah, et al. ( 1996: 115 ) friendship atau persahabatan adalah : Drawing upon Aristotle suggest that the traditional idea of friendship has three components: “Friends must enjoy each other's company, they must be useful to one another, and they must share a common commitment to the good”. Terjemahan : Dari gambaran Aristotle menunjukan bahwa persahabatan dalam arti tradisonal mempunyai tiga komponen: “teman harus menikmati masingmasing kehidupan, mereka harus berguna satu dengan yang lain, dan mereka harus saling berbagi komitmen bersama untuk menjadi lebih baik”. Sedangkan menurut Bell and Coleman ( 1999: 8 ) friendship atau persahabatan adalah “ According to this view : friendship becomes a special relationship between two equal individuals involved in a uniquely constituted dyad ”. Terjemahannya adalah “ Menurut pandangan ini “persahabatan” menjadi sebuah hubungan spesial antara dua individu yang sama dan mereka terlibat dalam suatu hubungan yang unik ”. 1.1.2 Sekilas Tentang Drama Televisi Jepang Setiap bangsa memilki kesusastraan sendiri. Maka kesusastraan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa yang dilestarikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Salah satu kesusastraan yang dimiliki bangsa Jepang adalah drama Jepang atau dalam bahasa Jepang disebut dorama. Dalam drama ini para tokoh menginspirasikan suatu kebudayaan Jepang secara tidak langsung. Dengan memahami lebih jauh tentang budaya Jepang dalam sebuah drama akan memberikan kita gambaran tentang perilaku, pola pikir serta budaya sehari-hari mereka sehingga memudahkan kita untuk beradaptasi maupun berinteraksi dengan masyarakat Jepang. Berdasarkan drama dalam Wikipedia The Free Encyclopedia ( 2008 ), drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Drama juga bisa disebut sebagai kualitas komunikasi, situasi, action ( segala yang terlihat di pentas ) yang menimbulkan perhatian, kehebatan ( acting ), dan memberikan ketegangan pada para pendengar dan penonton. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media yaitu di atas panggung, film, dan televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagai sebuah opera. Sebagian besar orang di dunia pasti gemar menonton film drama. Selain menarik jalan ceritanya, film drama ini juga membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, menangis, dan tiba-tiba merasa takut dalam waktu yang bersamaan. Topik yang disuguhkan dalam sebuah film drama juga mempunyai nilai-nilai moral yang berbeda. Dikatakan berbeda karena penyampaian pesan dalam film drama tersebut biasanya sederhana dan ringan namun tetap tersirat dengan nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dan pelajari. Setiap bangsa memiliki macam – macam kesusastraannya, itu merupakan suatu kekayaan yang dimiliki oleh setiap bangsa dan dilestarikan secara terus menerus. Salah satu kesusastraan yang dimiliki adalah drama Jepang atau dalam bahasa Jepangnya terebi dorama yang secara harafiah disebut drama televisi merupakan pokok dari televisi Jepang dan disiarkan setiap hari. Semua jaringan utama televisi di Jepang menghasilkan berbagai jenis drama termasuk percintaan, komedi, cerita detektif, horor, dan masih banyak lagi. Seperti di banyak negara lainnya, televisi Jepang tidak dapat dipungkiri merupakan jenis media yang paling penting. Survei membuktikan pada tahun 2000 oleh NHK, jaringan umum siaran Jepang, menunjukkan bahwa 95 persen orang Jepang menonton televisi setiap hari, 86 persen menyatakan mereka menganggap televisi sangat dibutuhkan, dan 68 persen menyatakan hal yang sama di koran ( Kurniawati, 2008 : 1 ). Pada dasawarsa 1950-an merupakan jayanya film drama Jepang, dengan jumlah penonton per tahun di bioskop memuncak mencapai 1,1 milyar pada tahun 1958. Mutu seni periode ini terbukti dalam Shinchinin no Samurai ( Tujuh Samurai ) karya Kurosawa Akira, Tokyo Monogatari ( Ceritera Tokyo ) karya Ozu Yasujiro, dan Ugetsu Monogatari ( Ugetsu ) karya Mizoguchi Kenji, yang semuanya memenangkan penghargaan nasional maupun internasional. Munculnya televisi pada tahun-tahun 1960-an menyebabkan penurunan pesat jumlah penonton bioskop, dan kegemaran video pada dasawarsa 1980-an makin mendorong kemerosotan itu sampai angka yang relatif rendah, yaitu 150 juta. Jumlah total keluaran bersama film asing dan film Jepang adalah 370 pada tahun 1987, sedangkan jumlah film asing mengungguli Jepang dengan rasio dua banding satu. Walaupun masa jaya film Jepang nampaknya telah surut menjadi masa lampau, namun industri film Jepang berhasil tetap sejajar dengan waktu yaitu dengan mengadakan berbagai perubahan, misalnya, dengan berkurangnya jumlah penonton bioskop, bertambah banyak jumlah teater bioskop kecil dengan kapasitas sekitar 300 orang. Berbeda dengan rangkaian teater bioskop yang mempertunjukkan film yang sama secara serentak di beberapa bioskop dan beberapa kota, teater kecil ini memutar satu film pada satu bioskop saja di beberapa kota ( Wakaba, 1989:154 ). Film drama Jepang tidak hanya digemari di Jepang saja, masyarakat di Indonesia juga menyukainnya, terbukti dengan semakin banyaknya tayangan film drama Jepang yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta di Indonesia. Topik cerita yang beragam inilah yang membuat terciptanya satu film drama berjudul Sunao ni Narenakute yang menginspirasikan saya sebagai penulis untuk mengambil tema fungsi persahabatan sebagai bahan skripsi. Film drama Jepang memiliki tema yang variatif, sederhana, detail, dan menyentuh, menyajikan realitas kehidupan, tidak selau happy ending, dan terdapat pesan yang bisa diambil dari drama atau film Jepang seperti belajar mensyukuri segala hal yang kita peroleh dalam hidup ini, berani melihat kenyataan yang ada, tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan walaupun mengalami kesulitan. Penulis tertarik untuk meneliti konsep budaya Jepang dengan menggunakan media film drama, salah satu alasannya adalah kerena film drama di Jepang tidak hanya selalu berisikan cerita tentang cinta saja. Tetapi banyak tema-tema mengenai persahabatan yang bermunculan dalam film drama di Jepang. Menurut penulis konsep persahabatan yang ada dalam film drama Jepang ini sangat unik, karena itu memang terinspirasi sendiri dari konsep asli budaya Jepang itu sendiri. Sehingga membuat kita yang merupakan orang asing kadang-kadang merasa binggung menonton film drama Jepang dengan konsep budaya yang ada di Jepang. Orang Jepang biasanya berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang sama ketika ia beraktivitas sehari-hari. Kalau ia masih dalam lingkungan sekolah atau kuliah, kelompok interaksinya hanya berasal dari kelompok sekolahnya atau tempat kuliahnya saja. Itu pun terjadi jika mereka mempunyai suatu kesamaan. Begitu juga dalam dunia bisnis atau kerja. Sangat jarang orang Jepang memperkenalkan orang lain yang di luar dari kelompoknya itu sebagai “kelompok saya”. Karena dalam kelompoknya ini memiliki tingkat keintiman yang tinggi, sampai-sampai kelompok ini menjadi keluarga kedua bagi mereka yang bergabung dalam kelompok ini, dan biasanya memiliki tingkat kesetiaan dan kepercayaan yang tinggi. Kelompok ini bisa terjalin atas dasar sebuah hubungan persahabatan ( Nakane, 1991 : 125 ). Film drama Jepang yang akan penulis teliti adalah film drama yang berkisahkan tentang persahabatan lima orang yang bertemu dalam situs jejaring sosial Twitter. Pertemuan di antara kelima orang ini merupakan awal persahabatan dan dari persahabatan itu banyak terjadi berbagai macam kejadian. Sunao ni Narenakute merupakan film drama Jepang yang diputar di Fuji TV yang dimeriahkan dengan lagu Hard to say I love you – Ii Dasena- Kute oleh WEAVER. Film drama ini disutradarai oleh Michio Mitsuno dan Mizuki Nishizaka. Penulis skenario film drama ini juga merupakan penulis skenario beberapa film drama terkenal seperti Long Vacation dan Love Story. Dia adalah Eriko Kitagawa. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka dalam rumusan permasalahan ini penulis akan menganalisis fungsi persahabatan yang terjalin pada tokoh utama dalam film drama Sunao ni Narenakute. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi persahabatan yang terjalin dalam film drama Sunao ni Narenakute pada episode 1 – 6 secara verbal ( perkataan ) dan non verbal ( sikap atau perbuatan ) pada kelima tokoh utama yaitu Nakaji, Haru, Doctor, Peach dan Linda. Dalam penelitian ini penulis membatasi fungsi persahabatan antar tokoh tersebut yaitu kebersamaan, dukungan fisik, dukungan ego dan keakraban atau perhatian. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan fungsi persahabatan yang terjalin pada tokoh Nakaji, Haru, Doctor, Peach dan Linda dalam film drama Sunao ni Narenakute. Manfaat penelitian adalah agar pembaca, khususnya mahasiswa jurusan sastra Jepang Universitas Bina Nusantara dapat mengetahui lebih jelas mengenai fungsi persahabatan dan pentingnya persahabatan dalam kehidupan manusia, khususnya dalam film drama Sunao ni Narenakute. 1.5 Metode Penelitian Untuk mendukung penelitian ini maka metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode kajian kepustakaan dan deskriptif analitis. Metode kepustakaan adalah metode penelitian data yang penelitiannya sebagian besar akan diambil dari berbagai sumber ( Mestika, 2004 : 94 ) yaitu film drama Sunao ni Narenakute sebagai sumber utama dan data kepustakaan lainnya, seperti buku, artikel, dokumen, dan laporan. Sedangkan metode deskriptif analitis adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti ( Kautur, 2002 : 53 ). Metode deskriptif analitis bertujuan menggambarkan secara tepat suatu keadaan, gejala, atau topik tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya ( Koentjaraningrat, 1991 : 291 ). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah terdiri dari lima bab. Pada bab pendahuluan, penulis akan memberikan penjelasan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penelitian dari penulisan penelitian ini. Pada bab dua, penulis akan memberikan penjelasan mengenai konsep dan teoriteori umum dan khusus yang berhubungan dengan tema yang dibahas dan teori pendukung lainnya untuk mendukung analisis penelitian ini. Pada bab tiga, penulis akan menganalisis data yang ada sesuai dengan kerangka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini. Pada bab empat, penulis akan memberikan simpulan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta saran kepada peneliti selanjutnya. Pada bab lima, penulis akan memberikan ringkasan dari bab pertama hingga bab keempat.