Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Keuangan
Pengertian dari manajemen keuangan menurut para ahli seperti
menurut Horne dan Wachowicz Jr. (2012:3):
“Manajemen keuangan (financial management) adalah segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan sebagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai
tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Sedangkan menurut Kamaludin dan Indriani (2012:1):
“Manajemen keuangan adalah upaya untuk mendapatkan dana
dengan cara yang paling menguntungkan serta mengalokasikan
dana secara efisien dalam perusahaan sebagai sarana untuk
mencapai sasaran bagi kekayaan pemegang saham.”
Dengan
keuangan
adanya hal tersebut maka pengertian dari manajemen
dapat
disimpulkan
suatu
kegiatan
melakukan
perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, dan pengontrolan dana yang dimiliki oleh
perusahaan untuk
tujuan perusahaan.
dicapainya efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian
Hal tersebut pun dijelaskan menurut Horne
dan
Wachowicz Jr. (2012:4) menyatakan bahwa:
“Tujuan manajemen sama dengan tujuan dari perusahaan itu
sendiri yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan
yang ada saat ini.”
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan
Dalam mencapai tujuan suatu perusahaan perlu dilakukan pengelolaan
dana yang dimiliki oleh perusahaan maka terdapat fungsi-fungsi dalam
manajemen
keuangan
yang
dapat
diterapkan.
Menurut
Horne
Wachowicz Jr (2012:3) manajemen keuangan memiliki tiga fungsi yaitu:
10
dan
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting
ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan
penetapan
jumlah total aset yang perlu dimiliki oleh perusahaan.
Keputusan investasi ini dapat menunjang dalam pengambilan keputusan
untuk berinvestasi karena menyangkut tentang memperoleh dana investasi
yang efisien, komposisi aset yang harus dipertahankan atau dikurangi.
2. Keputusan Pendanaan
Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan
komposisi laporan posisi keuangan. Kebijakan dividen perusahaan juga
harus dipandang sebagai bagian integral dari keputusan pendanaan
perusahaan. Kemudian manajer keuangan masih harus menetapkan cara
terbaik
untuk
mendapatkan
dana
secara
mendapatkan pinjaman jangka pendek,
fisik.
Mekanisme
untuk
cara membuat kesepakatan
sewajangka panjang, atau negosiasi untuk penjualan obligasi atau saham,
haruslah dipahami oleh manajer keuangan.
3. Keputusan Manajemen Aset
Keputusan manajemen aset adalah mengelola aset secara efisien. Manajer
keuangan dibebani berbagai tanggung jawab operasional atas berbagai
aset yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan menjadi
lebih memperhatikan manajemen aset lancar daripada aset tetap. Sebagian
besar tanggung jawab atas manajemen aset tetap berada ditangan
manajemen operasional yang menggunakan berbagai aset ini.
2.3 Investasi
Menurut Relly dan Brown (2012:4):
“Investment is current commitment of dollar for a period of time to
derive future payment that will compesate the investor for (1) the
time the funds are committed, (2) the expected rate of inflation, (3)
the uncertainty of the future payment.”
Yang berarti investasi adalah komitmen dari dolar untuk jangka waktu
tertentu untuk memperoleh pembayaran di masa depan atas kompensasi
11
investor untuk (1) berkomitmen pada waktu dana, (2) tingkat inflasi yang
diharapkan, (3) ketidakpastian pembayaran masa depan.
Adapun menurut Jones (2013:3) pengertian dari investasi adalah
sebagai berikut:
“An investment can be defined as the commitment of funds to one or
more assets that will be held over some future time period.
Investment is concerned with the management of an investor’s
wealth, which is the sum of current income and the present value of
all future income.”
Yang berarti bahwa investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen dana
untuk satu atau lebih aset yang akan diadakan selama beberapa periode waktu
di masa depan. Investasi berkaitan dengan pengelolaan kekayaan seorang
investor, yang merupakan jumlah dari pendapatan saat ini dan nilai sekarang
dari semua pendapatan masa depan.
Menurut Bodie dkk (2014:7):
“An investment is the current commitment of money or other
resources in the expectation of reaping future benefits.”
Yang berarti bahwa investasi adalah komitmen atas uang atau sumber daya
lainnya dengan harapan menuai manfaat di masa depan. Dengan adanya
pengertian dari beberapa ahli diatas maka pengertian investasi dapat
disimpulkan
sebagai
penanaman
sejumlah
uang
untuk
mendapatkan
keuntungan atas penanaman tersebut dimasa yang akan datang.
Untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi maka tujuan yang
diharapkan perlu dipertegas dalam suatu keputusan. Menurut Fahmi (2013:3)
menetapkan tujuan yang hendak dicapai perlu ditetapkan pula dalam bidang
investasi yaitu:
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual).
c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
12
Investasi terdiri dalam berbagai jenis menurut Frensidy (2013:35),
investasi terbagi 2 (dua), antara lain:
1. Investasi real asset, yaitu investasi dalam bentuk pembelian asset yang
berbentuk emas, tanah, dan properti.
2. Investasi financial asset, yaitu investasi dalam bentuk porsi ekuitas
seperti, deposito, saham, reksadana, dan ETF.
Sama halnya seperti menurut Martalena dan Malinda (2011:2),
investor
dapat melakukan investasi dalam berbagai aset, antara lain:
1. Real Assets
Investasi dalam bentuk nyata (dapat dilihat, diukur, disentuh). Contoh:
tanah, bangunan, emas, dan lain-lain.
2. Financial Assets
Investasi dalam bentuk surat berharga. Financial assets yang bersifat
jangka pendek diperdagangkan di pasar uang, sedangkan yang bersifat
jangka panjang diperdagangkan di pasar modal. Contoh: commercial
paper, sertifikat deposito, saham, obligasi, reksadana.
2.4 Saham
Terdapat beberapa pengertian tentang saham menurut para ahli.
Seperti halnya menurut Fahmi (2013:81) saham adalah:
a. Tanda
bukti
penyertaan
kepemilikan
modal/dana
pada
suatu
perusahaan.
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan
dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Sedangkan menurut Martalena dan Malinda (2011:12):
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan,
13
klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).”
Mishkin dan Eakins (2012:28) menyatakan saham adalah:
“A security that is claim on the earning and assets of a
corporation.”
Yang berarti sekuritas yang mengklaim pendapatan dan aset dari suatu
perusahaan. Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa saham adalah bukti penyertaan kepemilikan atas suatu
perusahaan yang diterbitkan oleh perusahaan perseroan terbuka (PT) dan
diperjual belikan di pasar modal.
Dengan adanya pengertian mengenai saham menurut para ahli di atas
maka saham terbagi menjadi dua yaitu common stock dan preferent stock.
Berikut pengertian common stock dan preferent stock menurut Fahmi
(2013:81) yaitu:
a. Common Stock (saham biasa)
Common Stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegang diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue
(penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun
akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.
b. Preferent Stock (saham istimewa)
Preferent Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual
oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen,
dan sebagainya) dimana pemegang akan memperoleh pendapatan tetap
dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).
14
2.5 Risiko
Pengertian risiko menurut Eiteman, Stonehill, dan Moffett dikutip
dalam Fahmi (2011:169):
“Risk is the mismatching of interest rate bases for associated assets
and liabilities.”
Yang berarti secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
Menurut Fahmi (2012:189):
“Risiko dapat diartikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan saat
ini.”
Menurut Jones (2013:157) pengertian risiko adalah sebagai berikut:
“Risk is assumed to arise out of variability, which is consistent with
our definition of risk as the chance that the actual outcome of an
investment will differ from the expected outcome.”
Yang berarti bahwa risiko diasumsikan sebagai sesuatu yang timbul dari
variabilitas, yang konsisten dengan definisi risiko merupakan kesempatan
hasil
aktual dari investasi akan berbeda dari hasil yang diharapkan.
Sedangkan
menurut
mengalami kerugian,
Gumanti
(2011:50),
risiko
adalah
kemungkinan
yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan
bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kirasan sangat baik
(misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya asetnya tidak
bernilai sama sekali).
Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kerugian yang harus diterima oleh
investor atas kegiatan investasi yang dilakukan dikarenakan adanya sebuah
ketidakpastian pada masa yang akan datang. Namun, terdapat jenis-jenis dari
risiko menurut Jones (2013:222) yaitu:
15
a. Diversifiable (nonsystematic) risk.
The riskiness of the portfolio generally declines as more stocks are added
because we are eliminating the nonsystematic risk, or company-specific
risk. This is unique risk related to a particular company. However, the
extent of the risk reduction depends on the degree of correlation among
the stocks. Yang berarti risiko portofolio secara umum menurun dengan
menambahkan lebih banyak saham karena itu dapat mengeliminasi /
menghilangkan risiko non sistematik, atau risiko spesifik dari perusahaan.
Risiko ini adalah resiko yang unik yang berkaitan dengan perusahaan
tertentu. Namun, sejauh mana pengurangan risiko tergantung pada tingkat
korelasi antara saham.
b. Nondiversifiable (systematic) risk.
Variability in a security’s total returns that is directly associated with
overall movement in the general market or economy is called systematic
risk, or market risk, or nondiversifiable risk. Virtually all securities have
some systematic risk¸whether bonds or stocks, because systematic risk
directly encompasses interest rate risk, recession, inflation, and so on.
Yang berarti bahwa variabilitas dari total return suatu sekuritas yang
langsung berhubungan dengan gerakan keseluruhan di pasar umum atau
ekonomi
disebut
nondiversifiable.
risiko
sistematis,
atau
risiko
pasar,
atau
risiko
Hampir semua sekuritas memiliki risiko sistematik,
termasuk obligasi atau saham, karena risiko sistematis meliputi risiko suku
bunga, resesi, inflasi, dan sebagainya.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian risiko sistematis menurut Fahmi dan
Lavianti (2011:158):
“Systematic risk adalah risiko yang tidak bisa didiversifikasi atau
dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara
keseluruhan.”
16
Sedangkan pengertian risiko tidak sistematis menurut Hartono (2013:308):
“Unsystematic risk merupakan bagian dari risiko sekuritas yang
dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well
divefied.”
2.6 Return
Terdapat pengertian return menurut Jones (2013:139) adalah sebagai
berikut:
“Return is the motivating force in the investment process. It is the
reward for undertaking the investment.”
Yang berarti bahwa tingkat pengembalian (return) adalah suatu motivasi
yang dapat mempengaruhi didalam proses investasi. Return pula merupakan
penghargaan yang diberikan atas pengambilan keputusan dalam investasi.
Sedangkan, menurut Gitman (2012:228) mendefinisikan:
“Return is the total gain or loss experience on an investment over a
given period of time. It commonly measured as the change in value
plus any cash distributing during period of time, expressed as a
percentage of the beginning period investment value.”
Yang berartikan tingkat pengembalian (return) adalah total keuntungan atau
kerugian pada investasi selama periode waktu tertentu. Ini biasanya diukur
sebagai perubahan nilai tambah pendistribusian kas selama periode waktu,
dinyatakan dalam bentuk persentase dari nilai investasi awal periode.
Dengan adanya pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa return yaitu imbalan yang dapat diterima oleh investor atas investasi
yang dilakukannya pada masa yang akan datang baik itu dalam bentuk
deviden ataupun dalam bentuk capital gain serta dapat memotivasi untuk
melakukan kegiatan investasi. Menurut Gumanti
(2011:40) pada dasarnya
ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan memiliki saham yaitu:
a. Dividen
Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan
17
dividen saham. Dividen tunai (cash dividend) berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap tahun. Sedangkan dividen saham (stock
dividend) berarti kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
b. Capital gain
Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Umumnya
pemodal
dengan
orientasi
jangka
pendek
mengejar
keuntungan melalui capital gain.
Sedangkan,
menurut
Hartono
(2013:235),
jenis
tingkat
pengembalian
(return) dapat berupa:
a. Return Realisasi (Return yang Sudah Terjadi).
b. Return Ekpektasi (Return yang Belum Terjadi).
c. Tingkat Pengembalian Pasar (Market Return).
d. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko.
2.7 Portofolio
Terdapat pengertian portofolio yang dijabarkan oleh Fahmi dan
Lavianti (2011:2) yaitu:
“Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji
bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk
menurunkan
risiko
dalam
berinvestasi
secara
seminimal
mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan
risiko tersebut.”
Sedangkan menurut Hadi (2013:207):
“Portofolio merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang
dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi.”
Penjabaran lainnya terlihat seperti menurut Zubir (2011:2):
“Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai
saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga
18
salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka
investasi tersebut tidak mengalami kerugian. Selain itu, korelasi
antara return satu saham dan saham lain juga akan memperkecil
varians return portofolio tersebut.”
Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat
disimpulkan
bahwa
portofolio
yaitu
suatu
kegiatan
pengkombinasian
sekumpulan aset guna untuk mengurangi risiko yang melekat pada aset
tersebut (hilangnya risiko tidak sistematis/ non sistematis) sehingga kerugian
dapat lebih diminimalisir.
Terkait
dengan
portofolio,
terdapat pula yang disebut dengan
portofolio efisien dan portofolio optimal. Dimana portofolio efisien menurut
Jones (2013:205) sebagai berikut:
“An efficient portfolio, defined as one that has the smallest portfolio
risk for a given level of expected return or the largest expected
return for a given level of risk.”
Yang berarti bahwa sebuah portofolio yang efisien, dapat didefinisikan
sebagai salah satu saham yang memiliki risiko portofolio terkecil untuk
tingkat pengembalian tertentu yang diharapkan atau tingkat pengembalian
yang diharapkan terbesar untuk tingkat resiko tertentu.
Sedangkan, portofolio optimal menurut Jones (2013:205) to select an
optimal portfolio of financial assets using the Markowitz analysis, investors
should:
1. Identify optimal risk-return combinations (the efficient set) available from
the set of risky assets being considered by using the Markowitz efficient
frontier analysis.
2. Select the optimal portfolio from among those in the efficient set based on
an investor’s preferences.
19
Yang berarti bahwa untuk memilih portofolio optimal dari aset keuangan
menggunakan analisis Markowitz, maka investor harus:
1. Identifikasi kombinasi optimal risk-return (set efisien) yang tersedia dari
set dari aset berisiko dengan pertimbangan yang menggunakan analisis
Markowitz sebagai pembatas dalam efisiensi.
2. Pilih portofolio optimal dari set efisien saham yang ada berdasarkan
preferensi investor.
2.8 Model-Model yang Dapat Digunakan Untuk Menentukan Portofolio
Saham
Terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam membentuk
portofolio saham. Seperti halnya menurut Setiawan dan Mukodim dikutip
dalam Hamdani dkk (2015):
“Portofolio optimal dapat dibentuk dengan menggunakan model
Markowitz,
berbagai
dimana
model
permasalahan
ini
berusaha
untuk
menjawab
dalam penyusunan portofolio,
yaitu
terdapat begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat
dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio.”
Namun dikarenakan perhitungan kovarian yang kompleks pada model
Markowitz maka dilakukan pengembangan dan penyederhaan yang dilakukan
oleh William Sharpe dengan menciptakan model indeks tunggal. Yang mana
model Markowitz merupakan portofolio efisien yang dibentuk dengan tujuan
untuk meminimumkan standar deviasi yang merupakan ukuran risiko dari
suatu portofolio, sedangkan Model Indeks Tunggal dapat menyederhanakan
perhitungan di Model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter
input yang dibutuhkan dalam perhitungan model Markowitz (Hartono,
2013:369). Begitu pun menurut Zubir (2011:97) yang menyatakan bahwa:
“Single index model adalah sebuah teknik untuk mengukur return
dan risiko sebuah saham atau portofolio. Model tersebut
mengasumsikan
bahwa
pergerakan
return
saham
hanya
berhubungan dengan pergerakan pasar. Jika pasar bergerak
naik, dalam arti permintaan terhadap saham meningkat, maka
20
harga saham di pasar akan naik pula. Sebaliknya, jika pasar
bergerak turun, maka harga saham akan turun pula.”
Seiring
dengan
perkembangan
muncullah
model
pengembangan
dalam menentukan return saham yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM)
yang mana menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:162) menyatakan:
“Pada model CAPM dapat dipahami bahwa investor ingin
memperoleh kompensasi atas dua hal, yaitu nilai waktu uang
yang dapat digambarkan melalui tingkat bunga bebas risiko dan
risiko
atas
investasi
yang
tergambar melalui
beta
yang
dibandingkan dengan tingkat return aset terhadap return pasar
selama periode tertentu.”
Alternatif selanjutnya yang dikembangkan Stephen Ross yaitu dengan
munculnya model Arbitrage Pricing Theory (APT) dimana terdapat beberapa
factoryang mempengaruhi pengembalian yang diharapkan dari sekuritas atau
portofolio. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tandelilin dikutip dalam
Kristin dan Saerang (2015) menyatakan bahwa:
“Model APT return sekuritas tidak hanya dipengaruhi oleh
portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return harapan
dari suatu sekuritas dapat dipengaruhi oleh beberapa sumber
risiko-risiko lainnya.”
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan dari pernyataan di atas
bahwa model pembentukan portofolio adalah model Markowitz. Namun,
dikarenakan perhitungan kovarian yang kompleks pada model ini maka
dikembangkan
Model
Indeks
Tunggal
oleh
William
Sharpe
lalu
dikembangkan dengan adanya CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan
perkembangan
tersebut
dilanjutkan
mempertimbangkan beberapa
oleh
Stephen
Ross
dengan
factor atas pengembalian portofolio yang
dimiliki (Arbitrage Pricing Theory).
Dengan diketahuinya model-model yang dapat digunakan untuk
membentuk portofolio saham maka menurut Bodie et. al (2014:135)
21
formulasi return saham dapat dinyatakan di bawah ini.
𝐻𝑃𝑅 (π»π‘œπ‘™π‘‘π‘–π‘›π‘” − π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘ )
=
𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 π‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’ π‘œπ‘“ π‘Ž π‘ β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’ − 𝐡𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 π‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’ + πΆπ‘Žπ‘ β„Ž 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑
𝐡𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 π‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’
Hal ini pun sejalan dengan formulasi return saham menurut Gumanti
(2011:55) jika dividen tidak diperhitungkan dan hal tersebut dapat terlihat
sebagai berikut:
𝑅𝑖 =
𝑃𝑑 − 𝑃𝑑−1
𝑋100%
𝑃𝑑−1
Dimana:
𝑃𝑑
: Harga saham periode t.
𝑃𝑑−1
: Harga saham periode t-1.
2.8.1 Capital Assets Pricing Model (CAPM)
Menurut Reilly
dan Brown (2012:204) menjelaskan bahwa
Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut:
“The Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends
capital
market theory in a way that allows invetors to evaluate the riskreturn trade-off for both diversified portofolio and individual
securities”
Yang berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan
perluasan
teori
pasar
modal
yang
memungkinkan
investor
untuk
mengevaluasi risiko-returntrade-off untuk diversifikasi baik diversifikasi
portofolio dan sekuritas individual.
Reilly dan Brown (2012:204) juga menyatakan:
“The Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends capital
market theory in a way that allows investors to evaluate the riskreturn trade-off for both diversified portfolios and individual
securities. To do this, the CAPM redefines the relevant measure
22
of risk from total volatility to just the nondiversifiable portion of
that total volatility (i.e., systematic risk).”
Yang berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) memperluas
teori pasar modal dengan cara yang memungkinkan investor untuk
mengevaluasi
risiko-return
trade-off
untuk
kedua
portofolio
yang
terdiversifikasi dan sekuritas individu. Untuk melakukan hal ini, CAPM
mengubah ukuran risiko yang relevan dari jumlah volatilitas hanya bagian
nondiversifiable dari total volatilitas (yaitu, risiko sistematis).
Sedangkan
menurut
Zubir
(2011:197)
yang
menerangkan
bahwa
pengertian CAPM sebagai berikut:
“CAPM adalah sebuah model hubungan antara risiko dan
expected return suatu sekuritas atau portofolio.”
Dengan
adanya
pengertian menurut ahli diatas maka
dapat
disimpulkan CAPM sebagai suatu model yang menjelaskan expected
return yang akan didapatkan investor dengan mempertimbangkan risiko
sistematis yaitu risiko pasar yang ada. Menurut Zubir (2011:198) terdapat
beberapa asumsi-asumsi pada model Capital Asset Pricing Model (CAPM)
adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya-biaya pembelian dan penjualan
saham seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian),
dan lain-lain.
b. Saham dapat dipecah-pecah dalam satuan yang tidak terbatas,
sehingga investor dapat membeli saham dalam ukuran pecahan.
c. Tidak ada pajak pendapatan pribadi, sehingga bagi investor tidak
masalah apakah mendapatkan return dalam bentuk dividen atau
capital gain.
d. Seseorang tidak dapat mempengaruhi harga saham melalui tindakan
membeli atau menjual saham yang dimilikinya.
e. Investor adalah orang yang rasional. Mereka membuat keputusan
investasi hanya berdasarkan risiko (standar deviasi) dan expected
return portofolio sesuai dengan model Markowitz.
23
f.
Short sale dibolehkan dan tidak terbatas. Hal ini berarti semua
investor dapat menjual saham yang tidak dimilikinya (short sale)
sebanyak yang diinginkan.
g. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat
dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas.
h. Semua saham dapat dipasarkan (marketable), termasuk human
capital.
Adapun pengertian lain dari Capital Assets Pricing Model (CAPM)
menurut Bodie et.al (2014:293) yang menjelaskan bahwa:
“Model CAPM merupakan bagian terpenting dalam bidang
keuangan
yang
digunakan
untuk
memprediksikan
keseimbangan imbal hasil yang diharapkan (expected return)
dan risiko suatu aset pada kondisi ekuilibrium”
Sedangkan,menurut Bodie, et. al (2014:307), tingkat pendapatan yang
diharapkan dari suatu sekuritas untuk model CAPM dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝑅̅ 𝑑 = 𝑅𝑓 + 𝛽𝑖 [π‘…Μ…π‘š − 𝑅𝑓 ]
Dimana:
𝑅̅ 𝑑
= Tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas i
yang mengandung risiko.
𝑅𝑓
= Tingkat pendapatan bebas risiko.
𝑅̅ π‘š
= Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio
pasar.
𝛽𝑖
= Tolok ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari
berharga yang ke-i.
2.8.2 Arbitrage Pricing Theory (APT)
Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan sebuah model baru
yang digunakan dalam penentuan investasi aset yang mana Arbitrage
Pricing Theory (APT) ini merupakan penyempurna metode sebelumnya
yaitu Capital Assets Pricing Models (CAPM) dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang lebih luas. Menurut Zubir (2011:227):
24
“APT adalah sebuah pendekatan dalam menentukan harga
suatu aset yang tidak hanya didasarkan pada satu variabel
saja, tetapi banyak variabel.”
Zubir (2011:228) menyatakan pula bahwa:
“Model APT merupakan multi indeks model untuk menduga
return suatu saham.”
Dalam teori Arbitrage Pricing Theory (APT) menurut Reilly dan
Brown (2012:230) the result was the APT, which was developed by Ross
(1976, 1977) in the mid-1970s and has three major assumptions:
1. Capital markets are perfectly competitive.
2. Investors always prefer more wealth to less wealth with certainty.
3. The stochastic process generating asset returns can be expressed as a
linear function of a set of K risk factors (or indexes), and all
unsystematic risk is diversified away.
Yang berarti bahwa hasil yang dikembangkan oleh Ross (1976, 1977) di
pertengahan 1970-an adalah model APT dan memiliki tiga asumsi utama:
1. Pasar modal dalam kondisi persaingan sempurna.
2. Para investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada
kurang dengan kepastian.
3. Hasil dari proses stochastic menghasilkan pengembalian aset yang
dapat dinyatakan sebagai fungsi linear dari serangkaian faktor risiko K
(atau indeks), dan semua risiko tidak sistematis akan diversifikasi.
Sedangkan,
menurut Lemiyana
(2015) persamaannya dalam model
keseimbangan, return harapan untuk suatu sekuritas adalah:
𝐸 (𝑅𝑖 ) = π‘Ž0 + 𝑏𝑖1 𝐹̅1 + 𝑏𝑖2 𝐹̅2 +. . . … + 𝑏𝑖𝑛 𝐹̅𝑛
𝐸 (𝑅𝑖 )
= Return harapan dari sekuritas i.
π‘Ž0
= Return harapan dari sekuritas i bila risiko sistematis
sebesar nol.
𝑏𝑖𝑛
= Koefisien yang menunjukkan besarnya pengaruh faktor n
terhadap return sekuritas i.
𝐹
= Premi risiko untuk sebuah faktor (misalnya premi risiko
untuk 𝐹1 adalah 𝐸 (𝐹1 ) − π‘Ž0 ).
25
2.9 Penelitian Sebelumnya
Terdapat pula penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk
penelitian CAPM dan APT sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No.
1.
Peneliti
Judul
Metode
yang Hasil
Penelitian
Digunakan
Gancar
Perbandingan
Dalam
Candra
Keakuratan
tingkat
Premananto
Capital Asset CAPM
dan
Pricing
Muhammad
Model
Madyan
Arbitrage
memprediksi Model
CAPM
akurasi merupakan
dan
digunakan
dan Absolute
APT yang
model
lebih
akurat
Mean dibandingkan
dengan
Deviation model
APT
dalam
(MAD), dan t test memprediksikan
(2004) Jurnal Pricing
digunakan
Penelitian
Theory
membandingkan
Dinamika
Dalam
tingkat akurasi antara sebelum dan semasa
Sosial
Vol.5, Memprediksi
No.2, Agustus Tingkat
2004:125-139.
model
untuk return
CAPM
industri
saham
pada
manufaktur
dan krisis ekonomi.
APT.
Pendapatan
Saham
Industri
Manufaktur
Sebelum dan
Semasa
Krisis
Ekonomi.
2.
Sparta (2010) Analisis
Pengujian
Jurnal
CAPM, APT, CAPM
Keuangan
Monday
dan
Effect
dengan
untuk Model CAPM dapat
dan
menggunakan BEKS,
dan model regresi.
26
APT digunakan pada saham
BVIC
BNGA,
dan
dalam
Perbankan
Vol.7,
Efisiensi
mengestimasi
No.1, Pasar Modal
saham
dan
return
betanya.
Desember
Pada Sektor
Sedangkan,
model
2010.
Keuangan di
APT
dapat
BEI (Periode
digunakan
dalam
Januari-Juni
memprediksi
return
2010).
ketiga
BEKS,
tidak
bank
BNGA,
dan
BVIC.
Selain itu, dilihat dari
hasil
perbandingan
keakuratan
model
CAPM
cocok
lebih
digunakan
dalam
memprediksi
return
dan beta saham ketiga
bank tersebut.
3.
Lemiyana
(2015)
I- Model
Finance
Vol.1,
Analisis
CAPM
No.1 APT
Juli 2015.
Metode
yang Model
digunakan
yaitu merupakan
dan dengan
Dalam dengan
Memprediksi
menggunakan yang
CAPM
lebih
model
akurat
standar ketimbang APT dalam
memprediksi
return
Tingkat
saham
Jakarta
Return
Islamic Index.
Saham
Syariah
(Studi Kasus
Saham
di
Jakarta
Islamic
Index).
27
deviasi dan t-test.
di
4. Kristin
dan
Laia Perbandingan
Ivonne Keakuratan
Saerang
Pengujian
keakuratan Model APT
yang
Capital
dalam
dengan
digunakan melibatkan tiga faktor
penelitian
ini makro
ekonomi
(2015) Jurnal Assets
yaitu paired samples (inflasi, BI rate, dan
EMBA Vol.3 Pricing
t-test.
kurs)
No.2
Juni Model
model
2015,
Hal. (CAPM) dan
akurat
247-257.
merupakan
yang
lebih
dalam
Arbitrage
menunjukkan
Pricing
expected return dari
Theory
saham-saham
(APT) Dalam
bank
Investasi
nasional devisa.
umum
pada
swasta
Saham Pada
Bank
Umum
Swasta
Nasional
Devisa
yang
Terdaftar
di
BEI.
5. Professor Raj Arbitrage
S.
Regressions,
Dhankar, Pricing
Ph.D.
dan Theory
regressions,
and test.
cross APT
dan
dengan
t- menggunakan
beberapa
faktor
Rohini Singh, The Capital
merupakan
model
ESQ
yang lebih baik dalam
(2005) Asset Pricing
Journal
of Model-
Financial
Evidence
Management
From
mengindikasikan
risiko atas aset dan
The
dalam
and Analysis, Indian Stock
mengestimasikan
18(1):2005:14
tingkat
Market.
-27.
pengembalian
daripada CAPM yang
menggunakan
28
beta
sebagai
ukuran
tunggal dari risiko.
6. Theriou,
V.
N., Testing
The Dengan
Aggelidis Relation
dan
menggunakan
D. Between Risk
Maditinos
metode
tiga menunjukan
hasil
and CAPM dari semua tes
4th Using CAPM McKinnon
APT: the
dapat
yaitu yang lebih baik dari
and Returns Davidson
(2006)
APT
equition, yang dilakukan.
International
and
posterior
odds
Conference
The Case of ratio, dan the residual
on
Athens Stock
analysis.
Accountingan Exchange
d Finance in (ASE).
Transition
(ICAFT),
April
2006,
organised
by
the University
of
South
Australia,
School
of
Commerce,
Adelaide and
the University
of Greenwich,
Business
School.
7. Erie
dan
Febrian The
Aldrin Performance
Herwany
(2010)
of
Model
yang Model
digunakan
yaitu merupakan
Asset menggunakan
The Pricing
deskriptif,
29
analisis yang
F-test, t- dalam
APT
model
lebih
efektif
menjelaskan
International
Journal
Models
test,dan
of Before,
classical tingka
assumption
treturn
tests daripada CAPM pada
Business and During, and (multicollinearity,
Bursa Efek Indonesia
Finance
After
(BEI).
Research.
Emerging
An heteroscedasticity,
dan autokolerasi).
Vol. 4 No.1 Market
2010.
Financial
Crisis:
Evidence
From
Indonesia.
8. H.
Jamal Testing
Zubairi
the Metode
dan Validity
yang Adanya korelasi yang
of digunakan
yaitu dan
return
CAPM
Farooq
APT in the analisis regresi.
yang
(2012)
Oil, Gas, and
berdasarkan
Financial
Fertilizer
Sedangkan,
pada
model
APT
& Companies
ini
antara
Shazia
Markets
and penelitian
dalam lemah
pengembalian
diharapkan
CAPM.
Corporate
Listed on the
mencerminkan
bahwa
Governance
Karachi
faktor ekonomi makro
Conference
Stock
termasuk
2012.
Exchange.
GDP,
perubahan
inflasi,
nilai
tukar, dan return pasar
serta tidak merupakan
penentu
dari
yang
return
minyak,
gas
pupuk.
adanya
maka,
baik
saham
dan
Dengan
hal
tersebut
dapat ketahui
bahwa kedua model
30
baik CAPM maupun
APT tidak ada model
yang
paling
akurat
atau
kedua
model
tersebut
tidak
dijadikan
yang
dapat
penentu
baik
dalam
menentukan
tingkat
return
saham
minyak,
pada
gas,
dan
pupuk.
9. R. Selvamathi A Study on Terdapat dua metode Model
APT
dan
Capital Asset yang digunakan yaitu menjelaskan
Dr.A.A.Anan
Pricing
th
(2014) Model
International
Journal
Arbitrage
memprediksi
dan faktor yang lebih baik
return sampel
jangka panjang.
Theory
Social The
regresi
faktor-
and model regresi untuk daripada CAPM untuk
of Pricing
Management
and
model
dapat
dari
pasar
saham India.
In
Indian
Science
Stock
Research
Market:
An
Review, Vol.1, Empirical
Issue.5,
Study.
November
2014,
page
76-87.
10. Zainul
Kisman
The Validity Metode
dan of
yang APT lebih baik dalam
Capital digunakan
Shintabelle
Asset Pricing penelitian
Restiyanita
Model
dengan
31
dalam memprediksi
ini
yaitu saham
return
dibandingkan
regresi dengan CAPM.
M
(2015) (CAPM) and berganda
American
Journal
Arbitrage
menentukan hasil dari
of Pricing
Economics,
model
Theory
Vol.1,
CAPM
maupun APT dan t-
Finance and (APT)
Management
untuk
in test, dan F-test untuk
Predicting
menentukan
tingkat
No.3, the Return of signifikansi.
2015, pp. 184- Stocks
189.
in
Indonesia
Stock
Exchange
2008-2010.
Sumber: Diolah Penulis
2.10 Kerangka Pemikiran
Dalam
kegiatan
manajemen
keuangan
yang
terjadi
didalam
perusahaan terdapat fungsi-fungsi keuangan yang diterapkan salah satunya
ialah investasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat salah satu ahli yang
menyatakan
manajemen
keuangan
memiliki tiga
fungsi yaitu
keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan manajemen aset (Horne dan
Wachowicz Jr, 2012:3). Dengan adanya aktiva yang produktif, penundaan
konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang produktif tersebut akan
meningkatkan utility total (Hartono, 2013:5). Oleh karena itulah investasi
dianggap penting dilakukan oleh perusahaan.
Dalam
menentukan
investasi,
terdapat
hal
yang
harus
dipertimbangkan meliputi risk dan return. Investor dalam berinvestasi selalu
berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik yang bersifat
jangka pendek ataupun jangka panjang (Fahmi dan Lavianti, 2011:150).
Pada umumnya orang menghindari risiko. Investasi beresiko tinggi akan
diambil jika hasil yang akan diperoleh sebanding dengan risikonya (Zubir,
2011:19). Jadi, kalau ada beberapa pilihan investasi berisiko, maka yang
dipilih adalah yang mempunyai risiko terkecil pada return tertentu, atau
32
return tertinggi pada tingkat risiko tertentu (Zubir, 2011:20). Kegiatan
investasi yang dilakukan seperti dalam investasi saham seperti menurut ahli
yang
menyatakan
bahwa
terdapat
2
jenis
risiko
yaitu
diversifiable
(nonsystematic) risk dan nondiversifiable (systematic) risk (Jones, 2013:222).
Sehingga menurut Markowitz untuk dapat mengurangi risiko investasi dalam
hal ini maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dengan
membentuk portofolio (Dalam Hartono, 2013:285).
Dalam menentukan tingkat return yang akan didapatkan investor
dimasa yang akan datang terdapat beberapa model yang dapat digunakan
diantaranya Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing
Theory (APT). Dimana the Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends
capital market theory in a way that allows invetors to evaluate the risk-return
trade-off for
both diversified portofolio and individual securities yang
berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan perluasan
teori pasar modal yang memungkinkan investor untuk mengevaluasi risikoreturntrade-off untuk diversifikasi baik diversifikasi portofolio dan sekuritas
individual (Reilly dan Brown, 2012:204). Pada model CAPM dapat
dipahami bahwa investor ingin memperoleh kompensasi atas dua hal, yaitu
nilai waktu uang yang dapat digambarkan melalui tingkat bunga bebas risiko
dan risiko atas investasi yang tergambar melalui beta yang dibandingkan
dengan tingkat return aset terhadap return pasar selama periode tertentu
(Darmadji dan Fakhrudin, 2011:162). Dengan adanya hal tersebut maka,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan Capital Assets Pricing Model (CAPM)
didasarkan pada perhitungan aset bebas risiko dan risiko pasar.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu CAPM sudah memiliki
model penyempurna dalam memprediksi tingkat return pada saham-saham
yang akan dipilih oleh investor dalam berinvestasi. Model tersebut adalah
Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikembangkan oleh Ros. Dimana pada
tahun 1976 dalam Journal of Economic Theory, Stephen A. Ross
mengemukakan pendekatan yang berbeda untuk menentukan harga suatu aset
(Zubir,
2011:226).
Hal
tersebut
33
didasari dengan
pernyataan
bahwa
pelonggaran
asumsi-asumsi
CAPM
menyebabkan
formulasi
perhitungan
return suatu investasi menjadi kompleks. Untuk mengatasi kelemahan CAPM
yang standar, para ahli mengembangkan teori multi index model yang dikenal
dengan Arbitrage Pricing Theory (Zubir, 2011:246).
APT adalah sebuah pendekatan dalam menentukan harga suatu aset
yang tidak hanya didasarkan pada satu variabel saja, tetapi banyak variabel
(Zubir, 2011:227). Dimana pendekatan Arbitrage Pricing Theory (APT)
menyatakan bahwa expected return suatu aset merupakan fungsi linear dari
berbagai faktor ekonomi makro dan sensitifitas perubahan setiap faktor
dinyatakan
oleh
2011:226).
koefisien
Dalam
beta
masing-masing faktor tersebut (Zubir,
pengembangannya
Stephen
A.
Ross
(1976)
mengembangkan model CAPM dengan memasukkan variabel lain terutama
variabel makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, serta aktivitas bisnis
memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat perubahan return saham
(Lemiyana, 2015). Sehingga dengan adanya hal tersebut maka, dalam
penelitian ini untuk memprediksi return saham dimasa mendatang digunakan
variabel makro ekonomi seperti, SBI, inflasi, dan nilai tukar kurs.
Dengan adanya kemunculan model baru dalam memprediksi tingkat
return
pada
saham-saham
yang
akan
dijadikan
sebagai
investasi
menimbulkan banyaknya perdebatan dari para ahli berkaitan dengan tingkat
keakuratan dari kedua model tersebut. Maka, untuk mengetahui tingkat
keakuratan dari kedua model tersebutdalam memprediksikan tingkat return
saham
maka
dilakukan
perhitungan
perbandingan
keakuratan
dengan
membandingkan antara expected return (E(Ri)) yang didapatkan dimasa
mendatang dengan return saham (Ri) pada masing-masing model untuk dapat
dilakukannya pengujian serta dalam menentukan pilihan investasi saham.
34
Perusahaan
Investasi Real Assets
Investasi Financial
Assets (Saham)
Risk - Return
Model Penentuan Tingkat Return
CAPM
APT
Variabel Makro Ekonomi
Inflasi
Risk Market
Risk Free
Expected Return
Return Saham
SBI
Expected Return
Perhitungan Perbandingan Keakuratan
Keterangan:
= Dilakukan penelitian.
= Tidak dilakukan penelitian.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
35
Kurs
2.11 Hipotesis
Dengan adanya penelitian ini, maka penulis memiliki asumsi atas hasil
penelitian ini yaitu:
“Terdapat perbedaan keakuratan pada model APT dalam memprediksi
return saham jika dibandingkan dengan model CAPM.”
36
Download