BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian dari manajemen keuangan menurut para ahli seperti menurut Horne dan Wachowicz Jr. (2012:3): “Manajemen keuangan (financial management) adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan sebagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Sedangkan menurut Kamaludin dan Indriani (2012:1): “Manajemen keuangan adalah upaya untuk mendapatkan dana dengan cara yang paling menguntungkan serta mengalokasikan dana secara efisien dalam perusahaan sebagai sarana untuk mencapai sasaran bagi kekayaan pemegang saham.” Dengan keuangan adanya hal tersebut maka pengertian dari manajemen dapat disimpulkan suatu kegiatan melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengontrolan dana yang dimiliki oleh perusahaan untuk tujuan perusahaan. dicapainya efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian Hal tersebut pun dijelaskan menurut Horne dan Wachowicz Jr. (2012:4) menyatakan bahwa: “Tujuan manajemen sama dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ada saat ini.” 2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan Dalam mencapai tujuan suatu perusahaan perlu dilakukan pengelolaan dana yang dimiliki oleh perusahaan maka terdapat fungsi-fungsi dalam manajemen keuangan yang dapat diterapkan. Menurut Horne Wachowicz Jr (2012:3) manajemen keuangan memiliki tiga fungsi yaitu: 10 dan 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan penetapan jumlah total aset yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Keputusan investasi ini dapat menunjang dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi aset yang harus dipertahankan atau dikurangi. 2. Keputusan Pendanaan Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan komposisi laporan posisi keuangan. Kebijakan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai bagian integral dari keputusan pendanaan perusahaan. Kemudian manajer keuangan masih harus menetapkan cara terbaik untuk mendapatkan dana secara mendapatkan pinjaman jangka pendek, fisik. Mekanisme untuk cara membuat kesepakatan sewajangka panjang, atau negosiasi untuk penjualan obligasi atau saham, haruslah dipahami oleh manajer keuangan. 3. Keputusan Manajemen Aset Keputusan manajemen aset adalah mengelola aset secara efisien. Manajer keuangan dibebani berbagai tanggung jawab operasional atas berbagai aset yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan menjadi lebih memperhatikan manajemen aset lancar daripada aset tetap. Sebagian besar tanggung jawab atas manajemen aset tetap berada ditangan manajemen operasional yang menggunakan berbagai aset ini. 2.3 Investasi Menurut Relly dan Brown (2012:4): “Investment is current commitment of dollar for a period of time to derive future payment that will compesate the investor for (1) the time the funds are committed, (2) the expected rate of inflation, (3) the uncertainty of the future payment.” Yang berarti investasi adalah komitmen dari dolar untuk jangka waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran di masa depan atas kompensasi 11 investor untuk (1) berkomitmen pada waktu dana, (2) tingkat inflasi yang diharapkan, (3) ketidakpastian pembayaran masa depan. Adapun menurut Jones (2013:3) pengertian dari investasi adalah sebagai berikut: “An investment can be defined as the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time period. Investment is concerned with the management of an investor’s wealth, which is the sum of current income and the present value of all future income.” Yang berarti bahwa investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen dana untuk satu atau lebih aset yang akan diadakan selama beberapa periode waktu di masa depan. Investasi berkaitan dengan pengelolaan kekayaan seorang investor, yang merupakan jumlah dari pendapatan saat ini dan nilai sekarang dari semua pendapatan masa depan. Menurut Bodie dkk (2014:7): “An investment is the current commitment of money or other resources in the expectation of reaping future benefits.” Yang berarti bahwa investasi adalah komitmen atas uang atau sumber daya lainnya dengan harapan menuai manfaat di masa depan. Dengan adanya pengertian dari beberapa ahli diatas maka pengertian investasi dapat disimpulkan sebagai penanaman sejumlah uang untuk mendapatkan keuntungan atas penanaman tersebut dimasa yang akan datang. Untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi maka tujuan yang diharapkan perlu dipertegas dalam suatu keputusan. Menurut Fahmi (2013:3) menetapkan tujuan yang hendak dicapai perlu ditetapkan pula dalam bidang investasi yaitu: a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut. b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual). c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 12 Investasi terdiri dalam berbagai jenis menurut Frensidy (2013:35), investasi terbagi 2 (dua), antara lain: 1. Investasi real asset, yaitu investasi dalam bentuk pembelian asset yang berbentuk emas, tanah, dan properti. 2. Investasi financial asset, yaitu investasi dalam bentuk porsi ekuitas seperti, deposito, saham, reksadana, dan ETF. Sama halnya seperti menurut Martalena dan Malinda (2011:2), investor dapat melakukan investasi dalam berbagai aset, antara lain: 1. Real Assets Investasi dalam bentuk nyata (dapat dilihat, diukur, disentuh). Contoh: tanah, bangunan, emas, dan lain-lain. 2. Financial Assets Investasi dalam bentuk surat berharga. Financial assets yang bersifat jangka pendek diperdagangkan di pasar uang, sedangkan yang bersifat jangka panjang diperdagangkan di pasar modal. Contoh: commercial paper, sertifikat deposito, saham, obligasi, reksadana. 2.4 Saham Terdapat beberapa pengertian tentang saham menurut para ahli. Seperti halnya menurut Fahmi (2013:81) saham adalah: a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap untuk dijual. Sedangkan menurut Martalena dan Malinda (2011:12): “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, 13 klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).” Mishkin dan Eakins (2012:28) menyatakan saham adalah: “A security that is claim on the earning and assets of a corporation.” Yang berarti sekuritas yang mengklaim pendapatan dan aset dari suatu perusahaan. Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti penyertaan kepemilikan atas suatu perusahaan yang diterbitkan oleh perusahaan perseroan terbuka (PT) dan diperjual belikan di pasar modal. Dengan adanya pengertian mengenai saham menurut para ahli di atas maka saham terbagi menjadi dua yaitu common stock dan preferent stock. Berikut pengertian common stock dan preferent stock menurut Fahmi (2013:81) yaitu: a. Common Stock (saham biasa) Common Stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegang diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. b. Preferent Stock (saham istimewa) Preferent Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegang akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). 14 2.5 Risiko Pengertian risiko menurut Eiteman, Stonehill, dan Moffett dikutip dalam Fahmi (2011:169): “Risk is the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.” Yang berarti secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut Fahmi (2012:189): “Risiko dapat diartikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan saat ini.” Menurut Jones (2013:157) pengertian risiko adalah sebagai berikut: “Risk is assumed to arise out of variability, which is consistent with our definition of risk as the chance that the actual outcome of an investment will differ from the expected outcome.” Yang berarti bahwa risiko diasumsikan sebagai sesuatu yang timbul dari variabilitas, yang konsisten dengan definisi risiko merupakan kesempatan hasil aktual dari investasi akan berbeda dari hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut mengalami kerugian, Gumanti (2011:50), risiko adalah kemungkinan yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kirasan sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya asetnya tidak bernilai sama sekali). Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kerugian yang harus diterima oleh investor atas kegiatan investasi yang dilakukan dikarenakan adanya sebuah ketidakpastian pada masa yang akan datang. Namun, terdapat jenis-jenis dari risiko menurut Jones (2013:222) yaitu: 15 a. Diversifiable (nonsystematic) risk. The riskiness of the portfolio generally declines as more stocks are added because we are eliminating the nonsystematic risk, or company-specific risk. This is unique risk related to a particular company. However, the extent of the risk reduction depends on the degree of correlation among the stocks. Yang berarti risiko portofolio secara umum menurun dengan menambahkan lebih banyak saham karena itu dapat mengeliminasi / menghilangkan risiko non sistematik, atau risiko spesifik dari perusahaan. Risiko ini adalah resiko yang unik yang berkaitan dengan perusahaan tertentu. Namun, sejauh mana pengurangan risiko tergantung pada tingkat korelasi antara saham. b. Nondiversifiable (systematic) risk. Variability in a security’s total returns that is directly associated with overall movement in the general market or economy is called systematic risk, or market risk, or nondiversifiable risk. Virtually all securities have some systematic risk¸whether bonds or stocks, because systematic risk directly encompasses interest rate risk, recession, inflation, and so on. Yang berarti bahwa variabilitas dari total return suatu sekuritas yang langsung berhubungan dengan gerakan keseluruhan di pasar umum atau ekonomi disebut nondiversifiable. risiko sistematis, atau risiko pasar, atau risiko Hampir semua sekuritas memiliki risiko sistematik, termasuk obligasi atau saham, karena risiko sistematis meliputi risiko suku bunga, resesi, inflasi, dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pengertian risiko sistematis menurut Fahmi dan Lavianti (2011:158): “Systematic risk adalah risiko yang tidak bisa didiversifikasi atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara keseluruhan.” 16 Sedangkan pengertian risiko tidak sistematis menurut Hartono (2013:308): “Unsystematic risk merupakan bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well divefied.” 2.6 Return Terdapat pengertian return menurut Jones (2013:139) adalah sebagai berikut: “Return is the motivating force in the investment process. It is the reward for undertaking the investment.” Yang berarti bahwa tingkat pengembalian (return) adalah suatu motivasi yang dapat mempengaruhi didalam proses investasi. Return pula merupakan penghargaan yang diberikan atas pengambilan keputusan dalam investasi. Sedangkan, menurut Gitman (2012:228) mendefinisikan: “Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the beginning period investment value.” Yang berartikan tingkat pengembalian (return) adalah total keuntungan atau kerugian pada investasi selama periode waktu tertentu. Ini biasanya diukur sebagai perubahan nilai tambah pendistribusian kas selama periode waktu, dinyatakan dalam bentuk persentase dari nilai investasi awal periode. Dengan adanya pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa return yaitu imbalan yang dapat diterima oleh investor atas investasi yang dilakukannya pada masa yang akan datang baik itu dalam bentuk deviden ataupun dalam bentuk capital gain serta dapat memotivasi untuk melakukan kegiatan investasi. Menurut Gumanti (2011:40) pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan memiliki saham yaitu: a. Dividen Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan 17 dividen saham. Dividen tunai (cash dividend) berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap tahun. Sedangkan dividen saham (stock dividend) berarti kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah saham yang dimiliki pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital gain Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Sedangkan, menurut Hartono (2013:235), jenis tingkat pengembalian (return) dapat berupa: a. Return Realisasi (Return yang Sudah Terjadi). b. Return Ekpektasi (Return yang Belum Terjadi). c. Tingkat Pengembalian Pasar (Market Return). d. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko. 2.7 Portofolio Terdapat pengertian portofolio yang dijabarkan oleh Fahmi dan Lavianti (2011:2) yaitu: “Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut.” Sedangkan menurut Hadi (2013:207): “Portofolio merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi.” Penjabaran lainnya terlihat seperti menurut Zubir (2011:2): “Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga 18 salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian. Selain itu, korelasi antara return satu saham dan saham lain juga akan memperkecil varians return portofolio tersebut.” Dengan adanya pengertian menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa portofolio yaitu suatu kegiatan pengkombinasian sekumpulan aset guna untuk mengurangi risiko yang melekat pada aset tersebut (hilangnya risiko tidak sistematis/ non sistematis) sehingga kerugian dapat lebih diminimalisir. Terkait dengan portofolio, terdapat pula yang disebut dengan portofolio efisien dan portofolio optimal. Dimana portofolio efisien menurut Jones (2013:205) sebagai berikut: “An efficient portfolio, defined as one that has the smallest portfolio risk for a given level of expected return or the largest expected return for a given level of risk.” Yang berarti bahwa sebuah portofolio yang efisien, dapat didefinisikan sebagai salah satu saham yang memiliki risiko portofolio terkecil untuk tingkat pengembalian tertentu yang diharapkan atau tingkat pengembalian yang diharapkan terbesar untuk tingkat resiko tertentu. Sedangkan, portofolio optimal menurut Jones (2013:205) to select an optimal portfolio of financial assets using the Markowitz analysis, investors should: 1. Identify optimal risk-return combinations (the efficient set) available from the set of risky assets being considered by using the Markowitz efficient frontier analysis. 2. Select the optimal portfolio from among those in the efficient set based on an investor’s preferences. 19 Yang berarti bahwa untuk memilih portofolio optimal dari aset keuangan menggunakan analisis Markowitz, maka investor harus: 1. Identifikasi kombinasi optimal risk-return (set efisien) yang tersedia dari set dari aset berisiko dengan pertimbangan yang menggunakan analisis Markowitz sebagai pembatas dalam efisiensi. 2. Pilih portofolio optimal dari set efisien saham yang ada berdasarkan preferensi investor. 2.8 Model-Model yang Dapat Digunakan Untuk Menentukan Portofolio Saham Terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam membentuk portofolio saham. Seperti halnya menurut Setiawan dan Mukodim dikutip dalam Hamdani dkk (2015): “Portofolio optimal dapat dibentuk dengan menggunakan model Markowitz, berbagai dimana model permasalahan ini berusaha untuk menjawab dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapat begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio.” Namun dikarenakan perhitungan kovarian yang kompleks pada model Markowitz maka dilakukan pengembangan dan penyederhaan yang dilakukan oleh William Sharpe dengan menciptakan model indeks tunggal. Yang mana model Markowitz merupakan portofolio efisien yang dibentuk dengan tujuan untuk meminimumkan standar deviasi yang merupakan ukuran risiko dari suatu portofolio, sedangkan Model Indeks Tunggal dapat menyederhanakan perhitungan di Model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang dibutuhkan dalam perhitungan model Markowitz (Hartono, 2013:369). Begitu pun menurut Zubir (2011:97) yang menyatakan bahwa: “Single index model adalah sebuah teknik untuk mengukur return dan risiko sebuah saham atau portofolio. Model tersebut mengasumsikan bahwa pergerakan return saham hanya berhubungan dengan pergerakan pasar. Jika pasar bergerak naik, dalam arti permintaan terhadap saham meningkat, maka 20 harga saham di pasar akan naik pula. Sebaliknya, jika pasar bergerak turun, maka harga saham akan turun pula.” Seiring dengan perkembangan muncullah model pengembangan dalam menentukan return saham yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang mana menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:162) menyatakan: “Pada model CAPM dapat dipahami bahwa investor ingin memperoleh kompensasi atas dua hal, yaitu nilai waktu uang yang dapat digambarkan melalui tingkat bunga bebas risiko dan risiko atas investasi yang tergambar melalui beta yang dibandingkan dengan tingkat return aset terhadap return pasar selama periode tertentu.” Alternatif selanjutnya yang dikembangkan Stephen Ross yaitu dengan munculnya model Arbitrage Pricing Theory (APT) dimana terdapat beberapa factoryang mempengaruhi pengembalian yang diharapkan dari sekuritas atau portofolio. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tandelilin dikutip dalam Kristin dan Saerang (2015) menyatakan bahwa: “Model APT return sekuritas tidak hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return harapan dari suatu sekuritas dapat dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko-risiko lainnya.” Dengan demikian, maka dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa model pembentukan portofolio adalah model Markowitz. Namun, dikarenakan perhitungan kovarian yang kompleks pada model ini maka dikembangkan Model Indeks Tunggal oleh William Sharpe lalu dikembangkan dengan adanya CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan perkembangan tersebut dilanjutkan mempertimbangkan beberapa oleh Stephen Ross dengan factor atas pengembalian portofolio yang dimiliki (Arbitrage Pricing Theory). Dengan diketahuinya model-model yang dapat digunakan untuk membentuk portofolio saham maka menurut Bodie et. al (2014:135) 21 formulasi return saham dapat dinyatakan di bawah ini. π»ππ (π»ππππππ − ππππππ π ππ‘π’πππ ) = πΈπππππ πππππ ππ π π βπππ − π΅ππππππππ πππππ + πΆππ β πππ£πππππ π΅ππππππππ πππππ Hal ini pun sejalan dengan formulasi return saham menurut Gumanti (2011:55) jika dividen tidak diperhitungkan dan hal tersebut dapat terlihat sebagai berikut: π π = ππ‘ − ππ‘−1 π100% ππ‘−1 Dimana: ππ‘ : Harga saham periode t. ππ‘−1 : Harga saham periode t-1. 2.8.1 Capital Assets Pricing Model (CAPM) Menurut Reilly dan Brown (2012:204) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut: “The Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends capital market theory in a way that allows invetors to evaluate the riskreturn trade-off for both diversified portofolio and individual securities” Yang berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan perluasan teori pasar modal yang memungkinkan investor untuk mengevaluasi risiko-returntrade-off untuk diversifikasi baik diversifikasi portofolio dan sekuritas individual. Reilly dan Brown (2012:204) juga menyatakan: “The Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends capital market theory in a way that allows investors to evaluate the riskreturn trade-off for both diversified portfolios and individual securities. To do this, the CAPM redefines the relevant measure 22 of risk from total volatility to just the nondiversifiable portion of that total volatility (i.e., systematic risk).” Yang berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) memperluas teori pasar modal dengan cara yang memungkinkan investor untuk mengevaluasi risiko-return trade-off untuk kedua portofolio yang terdiversifikasi dan sekuritas individu. Untuk melakukan hal ini, CAPM mengubah ukuran risiko yang relevan dari jumlah volatilitas hanya bagian nondiversifiable dari total volatilitas (yaitu, risiko sistematis). Sedangkan menurut Zubir (2011:197) yang menerangkan bahwa pengertian CAPM sebagai berikut: “CAPM adalah sebuah model hubungan antara risiko dan expected return suatu sekuritas atau portofolio.” Dengan adanya pengertian menurut ahli diatas maka dapat disimpulkan CAPM sebagai suatu model yang menjelaskan expected return yang akan didapatkan investor dengan mempertimbangkan risiko sistematis yaitu risiko pasar yang ada. Menurut Zubir (2011:198) terdapat beberapa asumsi-asumsi pada model Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah sebagai berikut: a. Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya-biaya pembelian dan penjualan saham seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian), dan lain-lain. b. Saham dapat dipecah-pecah dalam satuan yang tidak terbatas, sehingga investor dapat membeli saham dalam ukuran pecahan. c. Tidak ada pajak pendapatan pribadi, sehingga bagi investor tidak masalah apakah mendapatkan return dalam bentuk dividen atau capital gain. d. Seseorang tidak dapat mempengaruhi harga saham melalui tindakan membeli atau menjual saham yang dimilikinya. e. Investor adalah orang yang rasional. Mereka membuat keputusan investasi hanya berdasarkan risiko (standar deviasi) dan expected return portofolio sesuai dengan model Markowitz. 23 f. Short sale dibolehkan dan tidak terbatas. Hal ini berarti semua investor dapat menjual saham yang tidak dimilikinya (short sale) sebanyak yang diinginkan. g. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas. h. Semua saham dapat dipasarkan (marketable), termasuk human capital. Adapun pengertian lain dari Capital Assets Pricing Model (CAPM) menurut Bodie et.al (2014:293) yang menjelaskan bahwa: “Model CAPM merupakan bagian terpenting dalam bidang keuangan yang digunakan untuk memprediksikan keseimbangan imbal hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko suatu aset pada kondisi ekuilibrium” Sedangkan,menurut Bodie, et. al (2014:307), tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas untuk model CAPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus: π Μ π‘ = π π + π½π [π Μ π − π π ] Dimana: π Μ π‘ = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas i yang mengandung risiko. π π = Tingkat pendapatan bebas risiko. π Μ π = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar. π½π = Tolok ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari berharga yang ke-i. 2.8.2 Arbitrage Pricing Theory (APT) Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan sebuah model baru yang digunakan dalam penentuan investasi aset yang mana Arbitrage Pricing Theory (APT) ini merupakan penyempurna metode sebelumnya yaitu Capital Assets Pricing Models (CAPM) dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih luas. Menurut Zubir (2011:227): 24 “APT adalah sebuah pendekatan dalam menentukan harga suatu aset yang tidak hanya didasarkan pada satu variabel saja, tetapi banyak variabel.” Zubir (2011:228) menyatakan pula bahwa: “Model APT merupakan multi indeks model untuk menduga return suatu saham.” Dalam teori Arbitrage Pricing Theory (APT) menurut Reilly dan Brown (2012:230) the result was the APT, which was developed by Ross (1976, 1977) in the mid-1970s and has three major assumptions: 1. Capital markets are perfectly competitive. 2. Investors always prefer more wealth to less wealth with certainty. 3. The stochastic process generating asset returns can be expressed as a linear function of a set of K risk factors (or indexes), and all unsystematic risk is diversified away. Yang berarti bahwa hasil yang dikembangkan oleh Ross (1976, 1977) di pertengahan 1970-an adalah model APT dan memiliki tiga asumsi utama: 1. Pasar modal dalam kondisi persaingan sempurna. 2. Para investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada kurang dengan kepastian. 3. Hasil dari proses stochastic menghasilkan pengembalian aset yang dapat dinyatakan sebagai fungsi linear dari serangkaian faktor risiko K (atau indeks), dan semua risiko tidak sistematis akan diversifikasi. Sedangkan, menurut Lemiyana (2015) persamaannya dalam model keseimbangan, return harapan untuk suatu sekuritas adalah: πΈ (π π ) = π0 + ππ1 πΉΜ 1 + ππ2 πΉΜ 2 +. . . … + πππ πΉΜ π πΈ (π π ) = Return harapan dari sekuritas i. π0 = Return harapan dari sekuritas i bila risiko sistematis sebesar nol. πππ = Koefisien yang menunjukkan besarnya pengaruh faktor n terhadap return sekuritas i. πΉ = Premi risiko untuk sebuah faktor (misalnya premi risiko untuk πΉ1 adalah πΈ (πΉ1 ) − π0 ). 25 2.9 Penelitian Sebelumnya Terdapat pula penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk penelitian CAPM dan APT sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No. 1. Peneliti Judul Metode yang Hasil Penelitian Digunakan Gancar Perbandingan Dalam Candra Keakuratan tingkat Premananto Capital Asset CAPM dan Pricing Muhammad Model Madyan Arbitrage memprediksi Model CAPM akurasi merupakan dan digunakan dan Absolute APT yang model lebih akurat Mean dibandingkan dengan Deviation model APT dalam (MAD), dan t test memprediksikan (2004) Jurnal Pricing digunakan Penelitian Theory membandingkan Dinamika Dalam tingkat akurasi antara sebelum dan semasa Sosial Vol.5, Memprediksi No.2, Agustus Tingkat 2004:125-139. model untuk return CAPM industri saham pada manufaktur dan krisis ekonomi. APT. Pendapatan Saham Industri Manufaktur Sebelum dan Semasa Krisis Ekonomi. 2. Sparta (2010) Analisis Pengujian Jurnal CAPM, APT, CAPM Keuangan Monday dan Effect dengan untuk Model CAPM dapat dan menggunakan BEKS, dan model regresi. 26 APT digunakan pada saham BVIC BNGA, dan dalam Perbankan Vol.7, Efisiensi mengestimasi No.1, Pasar Modal saham dan return betanya. Desember Pada Sektor Sedangkan, model 2010. Keuangan di APT dapat BEI (Periode digunakan dalam Januari-Juni memprediksi return 2010). ketiga BEKS, tidak bank BNGA, dan BVIC. Selain itu, dilihat dari hasil perbandingan keakuratan model CAPM cocok lebih digunakan dalam memprediksi return dan beta saham ketiga bank tersebut. 3. Lemiyana (2015) I- Model Finance Vol.1, Analisis CAPM No.1 APT Juli 2015. Metode yang Model digunakan yaitu merupakan dan dengan Dalam dengan Memprediksi menggunakan yang CAPM lebih model akurat standar ketimbang APT dalam memprediksi return Tingkat saham Jakarta Return Islamic Index. Saham Syariah (Studi Kasus Saham di Jakarta Islamic Index). 27 deviasi dan t-test. di 4. Kristin dan Laia Perbandingan Ivonne Keakuratan Saerang Pengujian keakuratan Model APT yang Capital dalam dengan digunakan melibatkan tiga faktor penelitian ini makro ekonomi (2015) Jurnal Assets yaitu paired samples (inflasi, BI rate, dan EMBA Vol.3 Pricing t-test. kurs) No.2 Juni Model model 2015, Hal. (CAPM) dan akurat 247-257. merupakan yang lebih dalam Arbitrage menunjukkan Pricing expected return dari Theory saham-saham (APT) Dalam bank Investasi nasional devisa. umum pada swasta Saham Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI. 5. Professor Raj Arbitrage S. Regressions, Dhankar, Pricing Ph.D. dan Theory regressions, and test. cross APT dan dengan t- menggunakan beberapa faktor Rohini Singh, The Capital merupakan model ESQ yang lebih baik dalam (2005) Asset Pricing Journal of Model- Financial Evidence Management From mengindikasikan risiko atas aset dan The dalam and Analysis, Indian Stock mengestimasikan 18(1):2005:14 tingkat Market. -27. pengembalian daripada CAPM yang menggunakan 28 beta sebagai ukuran tunggal dari risiko. 6. Theriou, V. N., Testing The Dengan Aggelidis Relation dan menggunakan D. Between Risk Maditinos metode tiga menunjukan hasil and CAPM dari semua tes 4th Using CAPM McKinnon APT: the dapat yaitu yang lebih baik dari and Returns Davidson (2006) APT equition, yang dilakukan. International and posterior odds Conference The Case of ratio, dan the residual on Athens Stock analysis. Accountingan Exchange d Finance in (ASE). Transition (ICAFT), April 2006, organised by the University of South Australia, School of Commerce, Adelaide and the University of Greenwich, Business School. 7. Erie dan Febrian The Aldrin Performance Herwany (2010) of Model yang Model digunakan yaitu merupakan Asset menggunakan The Pricing deskriptif, 29 analisis yang F-test, t- dalam APT model lebih efektif menjelaskan International Journal Models test,dan of Before, classical tingka assumption treturn tests daripada CAPM pada Business and During, and (multicollinearity, Bursa Efek Indonesia Finance After (BEI). Research. Emerging An heteroscedasticity, dan autokolerasi). Vol. 4 No.1 Market 2010. Financial Crisis: Evidence From Indonesia. 8. H. Jamal Testing Zubairi the Metode dan Validity yang Adanya korelasi yang of digunakan yaitu dan return CAPM Farooq APT in the analisis regresi. yang (2012) Oil, Gas, and berdasarkan Financial Fertilizer Sedangkan, pada model APT & Companies ini antara Shazia Markets and penelitian dalam lemah pengembalian diharapkan CAPM. Corporate Listed on the mencerminkan bahwa Governance Karachi faktor ekonomi makro Conference Stock termasuk 2012. Exchange. GDP, perubahan inflasi, nilai tukar, dan return pasar serta tidak merupakan penentu dari yang return minyak, gas pupuk. adanya maka, baik saham dan Dengan hal tersebut dapat ketahui bahwa kedua model 30 baik CAPM maupun APT tidak ada model yang paling akurat atau kedua model tersebut tidak dijadikan yang dapat penentu baik dalam menentukan tingkat return saham minyak, pada gas, dan pupuk. 9. R. Selvamathi A Study on Terdapat dua metode Model APT dan Capital Asset yang digunakan yaitu menjelaskan Dr.A.A.Anan Pricing th (2014) Model International Journal Arbitrage memprediksi dan faktor yang lebih baik return sampel jangka panjang. Theory Social The regresi faktor- and model regresi untuk daripada CAPM untuk of Pricing Management and model dapat dari pasar saham India. In Indian Science Stock Research Market: An Review, Vol.1, Empirical Issue.5, Study. November 2014, page 76-87. 10. Zainul Kisman The Validity Metode dan of yang APT lebih baik dalam Capital digunakan Shintabelle Asset Pricing penelitian Restiyanita Model dengan 31 dalam memprediksi ini yaitu saham return dibandingkan regresi dengan CAPM. M (2015) (CAPM) and berganda American Journal Arbitrage menentukan hasil dari of Pricing Economics, model Theory Vol.1, CAPM maupun APT dan t- Finance and (APT) Management untuk in test, dan F-test untuk Predicting menentukan tingkat No.3, the Return of signifikansi. 2015, pp. 184- Stocks 189. in Indonesia Stock Exchange 2008-2010. Sumber: Diolah Penulis 2.10 Kerangka Pemikiran Dalam kegiatan manajemen keuangan yang terjadi didalam perusahaan terdapat fungsi-fungsi keuangan yang diterapkan salah satunya ialah investasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat salah satu ahli yang menyatakan manajemen keuangan memiliki tiga fungsi yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan manajemen aset (Horne dan Wachowicz Jr, 2012:3). Dengan adanya aktiva yang produktif, penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono, 2013:5). Oleh karena itulah investasi dianggap penting dilakukan oleh perusahaan. Dalam menentukan investasi, terdapat hal yang harus dipertimbangkan meliputi risk dan return. Investor dalam berinvestasi selalu berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik yang bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang (Fahmi dan Lavianti, 2011:150). Pada umumnya orang menghindari risiko. Investasi beresiko tinggi akan diambil jika hasil yang akan diperoleh sebanding dengan risikonya (Zubir, 2011:19). Jadi, kalau ada beberapa pilihan investasi berisiko, maka yang dipilih adalah yang mempunyai risiko terkecil pada return tertentu, atau 32 return tertinggi pada tingkat risiko tertentu (Zubir, 2011:20). Kegiatan investasi yang dilakukan seperti dalam investasi saham seperti menurut ahli yang menyatakan bahwa terdapat 2 jenis risiko yaitu diversifiable (nonsystematic) risk dan nondiversifiable (systematic) risk (Jones, 2013:222). Sehingga menurut Markowitz untuk dapat mengurangi risiko investasi dalam hal ini maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dengan membentuk portofolio (Dalam Hartono, 2013:285). Dalam menentukan tingkat return yang akan didapatkan investor dimasa yang akan datang terdapat beberapa model yang dapat digunakan diantaranya Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Dimana the Capital Asset Pricing Model (CAPM) extends capital market theory in a way that allows invetors to evaluate the risk-return trade-off for both diversified portofolio and individual securities yang berartikan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan perluasan teori pasar modal yang memungkinkan investor untuk mengevaluasi risikoreturntrade-off untuk diversifikasi baik diversifikasi portofolio dan sekuritas individual (Reilly dan Brown, 2012:204). Pada model CAPM dapat dipahami bahwa investor ingin memperoleh kompensasi atas dua hal, yaitu nilai waktu uang yang dapat digambarkan melalui tingkat bunga bebas risiko dan risiko atas investasi yang tergambar melalui beta yang dibandingkan dengan tingkat return aset terhadap return pasar selama periode tertentu (Darmadji dan Fakhrudin, 2011:162). Dengan adanya hal tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Capital Assets Pricing Model (CAPM) didasarkan pada perhitungan aset bebas risiko dan risiko pasar. Namun, seiring dengan berjalannya waktu CAPM sudah memiliki model penyempurna dalam memprediksi tingkat return pada saham-saham yang akan dipilih oleh investor dalam berinvestasi. Model tersebut adalah Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikembangkan oleh Ros. Dimana pada tahun 1976 dalam Journal of Economic Theory, Stephen A. Ross mengemukakan pendekatan yang berbeda untuk menentukan harga suatu aset (Zubir, 2011:226). Hal tersebut 33 didasari dengan pernyataan bahwa pelonggaran asumsi-asumsi CAPM menyebabkan formulasi perhitungan return suatu investasi menjadi kompleks. Untuk mengatasi kelemahan CAPM yang standar, para ahli mengembangkan teori multi index model yang dikenal dengan Arbitrage Pricing Theory (Zubir, 2011:246). APT adalah sebuah pendekatan dalam menentukan harga suatu aset yang tidak hanya didasarkan pada satu variabel saja, tetapi banyak variabel (Zubir, 2011:227). Dimana pendekatan Arbitrage Pricing Theory (APT) menyatakan bahwa expected return suatu aset merupakan fungsi linear dari berbagai faktor ekonomi makro dan sensitifitas perubahan setiap faktor dinyatakan oleh 2011:226). koefisien Dalam beta masing-masing faktor tersebut (Zubir, pengembangannya Stephen A. Ross (1976) mengembangkan model CAPM dengan memasukkan variabel lain terutama variabel makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, serta aktivitas bisnis memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat perubahan return saham (Lemiyana, 2015). Sehingga dengan adanya hal tersebut maka, dalam penelitian ini untuk memprediksi return saham dimasa mendatang digunakan variabel makro ekonomi seperti, SBI, inflasi, dan nilai tukar kurs. Dengan adanya kemunculan model baru dalam memprediksi tingkat return pada saham-saham yang akan dijadikan sebagai investasi menimbulkan banyaknya perdebatan dari para ahli berkaitan dengan tingkat keakuratan dari kedua model tersebut. Maka, untuk mengetahui tingkat keakuratan dari kedua model tersebutdalam memprediksikan tingkat return saham maka dilakukan perhitungan perbandingan keakuratan dengan membandingkan antara expected return (E(Ri)) yang didapatkan dimasa mendatang dengan return saham (Ri) pada masing-masing model untuk dapat dilakukannya pengujian serta dalam menentukan pilihan investasi saham. 34 Perusahaan Investasi Real Assets Investasi Financial Assets (Saham) Risk - Return Model Penentuan Tingkat Return CAPM APT Variabel Makro Ekonomi Inflasi Risk Market Risk Free Expected Return Return Saham SBI Expected Return Perhitungan Perbandingan Keakuratan Keterangan: = Dilakukan penelitian. = Tidak dilakukan penelitian. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 35 Kurs 2.11 Hipotesis Dengan adanya penelitian ini, maka penulis memiliki asumsi atas hasil penelitian ini yaitu: “Terdapat perbedaan keakuratan pada model APT dalam memprediksi return saham jika dibandingkan dengan model CAPM.” 36