analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
LUMBAR CANAL STENOSIS DI RUANG BEDAH RSCM
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NURHIDAYAT
0806334205
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI 2012/2013
DEPOK
JULI, 2013
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
LUMBAR CANAL STENOSIS DI RUANG BEDAH RSCM
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
NURHIDAYAT
0806334205
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI 2012/2013
DEPOK
JULI, 2013
i
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
Npm
Tanda Tangan
: Nurhidayat
: 0806334205
:
Tanggal
: Juli 2013
ii
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
:
: Nurhidayat
: 0806334205
: Ilmu Keperawatan
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Pasien Lumbar canal stenosis di Ruang
Bedah RSCM
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Tuti Nuraini, S.Kp., M. Biomed
(
)
Penguji
: Ns. Hepi Suprianti S.Kep
(
)
Ditetapkan
: Jakarta
Tanggal
: 9 Juli 2013
iii
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners
Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dari masa praktik profesi sampai pada penyusunan karya ilmiah ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh kesabaran,
ketekunan dan yang lainnya.
2) Tuti Nuraini, S.Kp., M. Biomed selaku pembimbing karya ilmiah saya
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing
dan mengarahkan untuk terrealisasinya karya tulis yang baik.
3) Ns. Hepi Suprianti S.Kep selaku kepala ruangan sekaligus merangkap
sebagai pembimbing yang ikut mengarahkan dan mengingatkan kepada
mahasiwa untuk pengimplementasian evidence based terkait.
4) Rospita. Amk, PP ruang bedah yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien kelolaan.
5) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik dalam
bentuk materil, moral, dan Do’a.
6) Seluruh sahabat yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan karya
tulis ini baik dalam bentuk saran, kritik, waktu, tenaga. Terima kasih.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan.
Depok, Juli 2013
Nurhidayat
iv
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik universitas indonesia saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis Karya
: Nurhidayat
: 0806334205
: Ilmu Keperawatan
:: Fakultas Ilmu Keperawatan
: Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
universitas indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Eksclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Praktik
Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Lumbar
canal stenosis di Ruang Bedah RSCM”, beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia
berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2013
Yang menyatakan
( Nurhidayat )
v
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Nurhidayat
: Ilmu Keperawatan
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Lumbar Canal Stenosis di Ruang
Bedah RSCM
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengimplementasian evidence
based: pencegahan standar & massage + VCO pada pasien dengan resiko terjadi
ulkus dekubitus. Klien teridentifikasi dengan lumbar canal stenosis dan memiliki
resiko ulkus dekubitus ringan. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan selama 5
hari, 2x sehari dalam 5 menit. Indikator terjadinya ulkus dekubitus melihat dari
ciri terjadinya ulkus dekubitus grade 1, yaitu: Kemerahan, Perubahan sensasi,
Perubahan suhu, dan Perubahan konsistensi. Hasil implementasi menunjukkan
bahwa selama 5 hari pemberian implementasi tidak teridentifikasi satupun tandatanda terjadinya ulkus dekubitus. Saran selanjutnya implementasi dapat diberikan
pada klien dengan resiko ulkus dekubitus tinggi.
Kata kunci: massage, VCO, ulkus dekubitus
vi
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Nurhidayat
: Ilmu Keperawatan
: Analysis of Urban Health Nursing Clinical Practice In
Patient with Lumbar Canal Stenosis In Surgery Care Room,
RSCM
This study aims to knowing the implementation of evidence based nursing:
standar preventing procedure & massage + VCO to patient with a risk for pressure
ulcer. The patient who include to this study has lumbar canal stenosis and mild
risk for pressure ulcer. The procces of Nursing care within 5 days, twice a day in 5
minutes. The indicator for pressure ulcer is refer to caracteristic of pressure ulcer
stage 1, that is Redness, Alteration of Sensation, Alteration of Thermal, &
Alteration of Consistency. The result show that there is no sign of the pressure
ulcer indicator in 5 days. Next implementation we recommendation to doing an
implementation in severe risk of pressure ulcer.
.
Keyword: massage, VCO, pressure ulcer
vii
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................
1.1. Latar belakang........................................................................................
1.2. Perumusan masalah.................................................................................
1.3. Tujuan penelitian....................................................................................
1.3.1. Tujuan umum..............................................................................
1.3.2. Tujuan khusus.............................................................................
1.4. Manfaat penelitian..................................................................................
1.4.1. Manfaat teoritis...........................................................................
1.4.2. Manfaat aplikatif.........................................................................
1
1
3
3
3
3
4
4
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1. Low Back Pain........................................................................................ 5
2.1.1. Lumbar canal stenosis................................................................. 6
2.1.2. Penyebab..................................................................................... 6
2.1.3. Tanda dan Gejala......................................................................... 7
2.2. Ulkus Dekubitus...................................................................................... 7
2.2.1. Klasifikasi Ulkus Dekubitus ...................................................... 8
2.2.2. Etiologi ...................................................................................... 10
2.2.3. Patofisiologi ............................................................................... 11
2.2.4. Skala Identifikasi Resiko Ulkus Dekubitus ............. ................. 11
2.2.5. Intervensi Keperawatan ...................................................... ...... 14
2.3. Virgin Coconut Oil ..................................................................... .... ..... 16
2.4. Penelitian Terkait ........................................................................ ..... .... 18
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA..................................... 20
3.1. Identitas Klien........................................................................................ 20
3.2. Keluhan Utama...................................................................................... 20
3.3. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 20
3.3.1. Aktivitas/Istirahat ..................................................................... 20
3.3.2. Sirkulasi .................................................................................... 21
3.3.3. Integritas Ego ............................................................................ 21
3.3.4. Eliminasi ................................................................................... 22
3.3.5. Makanan/Cairan ........................................................................ 22
viii
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
3.3.6. Higiene ...................................................................................... 22
3.3.7. Neurosensori ........................................................................... .. 23
3.3.8. Nyeri .......................................................................................... 23
3.3.9. Pernapasan ................................................................................ 23
3.3.10. Keselamatan .............................................................................. 24
3.3.11. Seksualitas................................................................................ 24
3.3.12. Interaksi Sosial .......................................................................... 24
3.3.13. Penyuluhan /Pembelajaran ........................................................ 24
3.3.14. Pengkajian Tambahan ............................................................... 25
3.3.15. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 26
3.4. Analisa Data ........................................................................................... 31
3.5. Rencana Keperawatan ............................................................................ 34
3.6. Implementasi Dan Hasil ......................................................................... 37
BAB 4 ANALISA SITUASI............................................................................. 39
4.1. profil lahan praktik................................................................................. 39
4.2. analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait kkmp dan kasus
terkait .................................................................................................... 40
4.2.1. resiko kerusakan integritas kulit ................................................ 41
4.3. analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ...... 42
4.4. alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ........................................... 45
BAB 5 PENUTUP............................................................................................ 47
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 47
5.2. Saran.................................................................................................... 47
DAFTAR REFERENSI................................................................................... 48
ix
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skala Norton……………………………..........………………….... 12
Tabel 2.2 Skala Gosnell …………………………….………………………... 12
Tabel 2.3 Skala Braden………...................................................................…... 13
Tabel 3.1 Pengkajian Skala Morse Fall Scale .................................................. 25
Tabel 3.2 Pengkajian Skala Norton……....................................................…... 26
Tabel 3.3 Pemeriksaan Kimia Kkinik 1……............................................….... 26
Tabel 3.4 Pemeriksaan Hematologi 1 .............................................................. 27
Tabel 3.5 Pemeriksaan Hemostasis 1 .............................................................. 27
Tabel 3.6 Permeriksaan Kimia Klinik 2 .…..................................................... 27
Tabel 3.7 Pemeriksaan Elektrolit 1 ………..................................... ................ 28
Tabel 3.8 Pemeriksaan Hematologi 2………………………………..…......... 28
Tabel 3.9 Pemeriksaan Hemostasis 2……………............................................ 28
Tabel 3.10 Pemeriksaan Kimia Klinik 3…………....................……..………. 29
Tabel 3.11 Pemeriksaan Hematologi 3……………....................... ………... 29
Tabel 3.12 Analisa Data……........................................................................... 31
Tabel 3.13 Rencana Keperawatan.................................................................... 34
Tabel 3.14 Pencegahan Standar Ulkus Dekubitus……....................……….... 37
Tabel 3.15 Hasil Implementasi ........................................................................ 38
Tabel 4 Dokumentasi Implementasi Keperawatan .......................................... 45
x
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 HNP ……………………..…………..........................................
5
Gambar 2.2 Klasifikasi Ulkus Dekubitus ………………………..…....….....
9
Gambar 3 Keadaan Sakrum Klien………………………..…..................….... 38
xi
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit tidak menular atau PTM mengalami peningkatan angka kematian
bahkan melebihi penyakit menular ataupun infeksi (Kemenkes RI, 2012)
Angka kematian meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada
tahun 2001 dan 59,5% pad atahun 2007 (Kemenkes RI, 2012). PTM dipicu
oleh banyak faktor risiko seperti merokok, diet yang kurang sehat (makanan
cepat saji), kurang berolahraga dan gaya hidup tidak sehat lainnya misalkan
perilaku merokok. Data Riskesda pada tahun 2007 menunjukkan 34,7%
adalah perokok setiap hari (Kemenkes RI 2007). Perilaku diatas lebih mudah
dialami oleh masyarakat perkotaan sehingga masyarakat perkotaan rentan
terkena penyakit tidak menular. Salah satu contoh penyakit tidak menular
adalah penyakit lumbar canal stenosis.
Penyakit lumbar canal stenosis merupakan penyakit degeneratif intervetebrae
yang menyebabkan nukleus pulposus keluar dari cincin fibrosanya dan
menekan jaras spinal (Hickey, J. V. 2003). Akibatnya adalah defisit sensorik,
motorik, nyeri dan lainnya. Defisit sensorik dan nyeri mengakibatkan
penderita lebih cenderung untuk tidak bergerak/lebih banyak beristirahat.
Kecenderungan immobilisasi ini mengakibatkan klien dapat terkena masalah
keperawatan seperti konstipasi, luka dekubitus, DPD dan lainnya.
Luka tekan atau lebih dikenal dengan ulkus dekubitus adalah luka yang
terjadi akibat perfusi yang buruk pada daerah yang mengalami penekanan
terus menerus sehingga metabolisme jaringan terganggu (Workman &
Ignativicius, 2006). Ulkus dekubitus ditandai dengan fase hiperemi yang
sekaligus menandakan grade 1 ulkus dekubitus (Potter & Perry, 2005). Ulkus
dekubitus sendiri merupakan salah satu indikator kurang baiknya pelayanan
keperawatan suatu institusi/rumah sakit.
Indikator merupakan suatu kecendurungan sistem yang dapat dipergunakan
untuk mengukur perubahan. Berdasarkan hal tersebut indikator pelayanan
1
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
2
keperawatan adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan pada pasien. Indikator mutu
pelayanan keperawatan klien SP2KP menurut Depkes meliputi:
1. Keselamatan pasien
Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus,
kesalahan pemberian obat dan cidera restrain.
2. Perawatan diri
3. Kepuasan pasien
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi,
efektivitas, dan perilaku terdiri dari: kelembaban dan ketepatan
informasi, penurunan kecemasan, perawat terampil profesional, pasien
merasa nyaman, terhidar dari bahaya, privasi terjaga, perawat ramah
dan empati
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
Bebas dari rasa nyeri ataupun terkontrol.
6. Pengetahuan
Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan discharge planning.
Indikator keselamatan pasien ini termasuk pada keamanan dari kejadian ulkus
dekubitus. Sehingga penting bagi perawat untuk melakukan
intervensi
pencegahan ulkus dekubitus demi baiknya mutu pelayanan keperawatan.
Pencegahan dekubitus terdapat 3 area intervensi menurut Potter dan Perry
tahun 2005 yaitu: higiene dan perawatan kulit yang mencegah kulit kering
dan mengontrol pertumbuhan bakteri kulit. Kemudian intervensi yang kedua
adalah pengaturan posisi, perubahan posisi standar adalah satu setengah
hingga dua jam sekali. Hal yang harus diperhatikan adalah melindungi
tonjolan tulang dari penekanan. Ketiga adalah alas pendukung (kasur dan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
3
tempat tidur terapeutik). Pencegahan dekubitus demi terbentuknya mutu
pelayanan keperawatan yang baik terus dilakukan melalui berbagai penelitian.
Penelitian pencegahan dekubitus salah satunya dilakukan oleh Mahasiswa
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian
menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai bahan topikal untuk
massage. Pemilihan VCO ini bukannya tanpa sebab, VCO mempunyai
substansi yang sesuai dengan sebum/minyak alami dari kulit, selain itu
minyak dapat mencegah kelembaban berlebih oleh urin ataupun feses. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa klien yang diberikan pencegahan standar
dan pencegahan standar+VCO, lebih banyak pasien yang terkena dekubitus
dengan pencegahan standar (Handayani, 2011).
Mutu pelayanan keperawatan yang baik
salah satu indikatornya adalah
pencegahan terjadinya dekubitus. Dengan semakin banyaknya penyakit yang
menyebabkan immobilisasi maka akan banyak kemungkinan terjadinya
komplikasi ulkus dekubitus. Sehingga penting bagi tenaga kesehatan
khususnya perawat untuk memberikan intervensi primer kepada klien yang
berisiko mengalami ulkus dekubitus.
1.2. Perumusan Masalah
Salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan yang baik adalah tidak
terjadinya kejadian ulkus dekubitus maka perlu dilakukan pencegahan
terjadinya ulkus dekubitus dimana salah satu caranya dengan menggunakan
massagge VCO.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penyelesaian tugas akhir mata kuliah Praktik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan (PKKMP) 2012/2013
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengimplementasikan penggunaan massage VCO kepada klien
dengan resiko ulkus dekubitus
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
4
Mendokumentasikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi selama
asuhan keperawatan
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Pendidikan
Dengan penulisan tugas akhir ini dapat menjadi landasan teori baru
ataupun penguat teori yang telah ada dalam pencegahan
ulkus
dekubitus
1.4.2. Manfaat Klinik
Dengan penulisan tugas akhir ini dapat menjadi tambahan intervensi
yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan resiko ulkus
dekubitus demi terbentuknya mutu pelayanan keperawatan yang baik
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Low Back Pain
Nyeri pada pinggang (Lumbosacral) dikenal sebagai Low Back Pain (LBP).
Banyak yang menyebabkan nyeri pada bagian punggung bawah tersebut.
Nyeri dapat berasal dari spasme otot, cedera pada ligamen, degenerasi pada
diskus intervertebrae, ataupun herniasi nukleus pulposus (HNP) dari pusat
diskus intervertebrae. Herniasi pada diskus intervertebrae paling banyak
terjadi pada lumbal keempat dan kelima (L4-5) dan L5-S1. tetapi dapat
terjadi pada lumbal berapa saja (Ignatavicius & Workman, 2006).
HNP pada area lumbosacral dapat menekan saraf spinal yang berdekatan
menyebabkan nyeri seperti terbakar atau tertusuk pada kaki bawah. HNP
dapat menekan spinal cord itu sendiri sehingga menyebabkan kelemahan
pada ekstermitas bawah dan disfungsi pada blader ataupun refleks BAB.
Nyeri tergantung pada area yang terkenan tekanan HNP tersebut
(Ignatavicius & Workman, 2006)..
Gambar 2.1. HNP (Ignatavicious & Workman, 2006)
Penyebab utama adalah trauma yang terjadi pada beberapa kejadian.
Contohnya adalah pada kecelakaan dalam berkendaraan bermotor yang
membuat hiperrefleksi atau pinggang berputar terlalu kuat ataupun klien
mengangkat objek benda yang terlalu berat. Faktor lainnya adalah obesitas
5
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
6
yang mengakibatkan stres yang berlebih pada otot otot pinggang dan
menyebabkan nyeri. Merokok dihubungkan dengan proses degenerasi
diskus intervertebrae. Kondisi kongenital dan skoliosis juga dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada punggung/ pinggang.
Pada klien lansia beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian LBP
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pada struktur penunjang: stenosis spinal, hipertrofi
ligamen intraspinal, arthritis
2. Perubahan pada kesegarisan: skoliosis ataupun lordosis
3. Perubahan vaskular: arteriosklerosis
4. Proses degenerasi diskus intervertebrae
2.1.1. Lumbar canal stenosis
LCS merupakan penyempitan pada ruang saraf (terjadi pada lumbal).
Keadaan ini adalah penyakit yang terutama mengenai pada usia paruh
baya/lansia. Penyempitan pada kanal spinal terjadi secara perlahan
dimulai dari kerapuhan cincin fibrosa, keluarnya nukleus pulposus ,dan
diskus intervetebrae yang menonjol yang akhirnya akan menekan saraf
spinal. Seseorang dengan stenosis tulang belakang ataupun lumbal
memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan
punggung bagian bawah bila berjalan (Hickey, J. V. 2003).
2.1.2. Penyebab
Perubahan degeneratif melemahkan ligamen longitudinal dan jaringan
fibrosa annulus pada tempo kehidupan pertengahan dan lanjut usia.
Perubahan degeneratif terjadi pada diskus intervetebrae, dimulai pada
saat setelah tercapainya kepadatan puncak pada umur 30 tahun (Hickey,
J. V. 2003). Fibrokartilago menggantikan material mukosa gelatin pada
inti pulposus sejalan dengan proses penuaan dan penyempitan diskus
intervertebrae menyebabkan ketidakstabilan. Gerakan yang sangat tibatiba dapat menyebabkan inti pulposus prolaps dan menekan jaras saraf
spinal (McChance, K. L. & Huether, S. E. 1998).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
7
2.1.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala herniasi ataupun stenosis pada lumbar area
dikategorikan dalam beberapa katagori umum, yaitu: nyeri, deformitas
postural, perubahan motorik, perubahan sensorik, gangguan refleks, dan
tanda spesifik pemeriksaan fisik (Hickey, J. V. 2003).
1. Nyeri
Nyeri yang terjadi terasa pada pinggang dan menjalar hingga ke
pantat, betis dan salah satu kaki. Hal ini juga dapat terasa lebih
nyeri saat batuk ataupun bersin.
2. Deformitas postural
Klien dengan spinal stenosis ataupun HNP biasanya diikuti oleh
keadaan lordosis/skoliosis. Klien akan sedapat mungkin
mengurangi menahan berat pada bagian yang terkena.
3. Defisit motorik
Kelemahan dalam hal pergerakan. Biasanya diikuti oleh
hambatan dalam berkemih dan aktivitas seksual
4. Defisit sensorik
Terjadi kebas dan baal pada bagian kaki bawah.
5. Gangguan refleks
Bergantung pada level herniasi diskus, refleks pada lutut
biasanya tidak ada/menghilang
6. Pemeriksaan fisik lainnya
Akibat dari stenosis lumbal ini menyebabkan klien mengalami
kelemahan dalam pergerakan/berat untuk menggerakkan dan nyeri
dalam
menopang tubuh
menyebabkan
klien
cenderung untuk
immobilisasi yang pada akhirnya akan mengalami masalah keperawatan
lainnya. Salah satu dari masalah keperawatan akibat immobilisasi
adalah resiko kerusakan integritas kulit, yaitu resiko terjadinya ulkus
dekubitus.
2.2. Ulkus Dekubitus
Ulkus dekubitus (luka akibat penekanan) adalah kerusakan kulit yang terjadi
akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
8
yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat
tidur, kursi roda, gips pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka
panjang (Potter & Perry, 2005)
Dekubitus adalah lesi dikulit yang terjadi akibat rusaknya epidermis, dermis,
dan kadang hingga ke jaringan subkutis dibawahnya. Terutama pada bagian
kulit yang menonjol oleh tulang. Kompresi jaringan akan menyebabkan
ganguan suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung lama
hal ini akan menyebabkan kolaps aliran darah atau iskemia jaringan dan
akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Corwin, 2007).
Dari beberapa definisi diatas maka penulis mendefinisikan bahwa ulkus
dekubitus adalah kerusakan jaringan kulit akibat adanya tekanan eksternal
pada penonjolan tulang dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan
kolaps aliran darah atau iskemi bahkan kematian sel.
2.2.1. Klasifikasi Dekubitus
Klasifikasi ulkus dekubitus dibagi menjadi 4 grade menurut kedalaman
lukanya (Potter & Perry, 2005), yaitu:
1. Derajat 1
Adanya perubahan dari kulit dapat diobservasi. Ulserasi terbatas
pada epidermis dan dermis dengan eritema (kemerahan) pada
kulit. Apabila dibandingan dengan kulit normal maka ada
perubahan temperatur kulit, perubahan konsistensi kulit dan
perubahan sensasi gatal atau nyeri.
2. Derajat 2
Ulkus dekubitus tahap 2 terjadi perubahan kulit dimana abrasi
pada epidermis atau dermis terlihat jelas. Secara klinis terlihat
seperti abrasi, lecet ataupun lubang dangkal.
3. Derajat 3
Pada derajat 3, luka telah semakin dalam hingga ke jaringan
subkutan dan otot. Pada derajat ini sangat tinggi terjadinya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
9
infeksi pada klien. secara klinis terlihat seperti lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan disekitarnya.
4. Derajat 4
Derajat akhir dari ulkus dekubitus menandakan kehilangan
struktur yang masif hingga kerusakan pada otot, tulang dan
tendon. Adanya lubang yang dalam serta beresiko mengalami
infeksi tulang (osteomielitis).
Gambar 2.2. klasifikasi ulkus dekubitus (Ignatavicious & Workman, 2006)
2.2.2. Etiologi
Penyebab ulkus dekubitus dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu:
faktor intrinsik dan ekstrinsik (Potter & Perry, 2005).
a) Faktor intrinsik
1) Usia
Klien dengan usia lanjut usia akan lebih mudah untuk
mengalami ulkus dekubitus. Hal ini terjadi karena pada usia
lanjut terjadi pada struktur kulit itu sendiri
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
10
2) Temperatur
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur
akan berpengaruh pada temperatur jaringan. Dengan adanya
peningkatan temperatur ini akan menyebabkan iskemik
jaringan.
3) Nutrisi
Nutrisi yang buruk akan berimbas pada menurunnya
metabolisme seluruh jaringan tubuh terutama pada kulit,
ginjal, dan pencernaan. Karena nutrisi akan difokuskan
kepada organ-organ yang lebih vital
b) Faktor ekstrinsik
1) Tekanan
Saat bagian tubuh menalami penekanan yang lebih besar
dari
tekanan kapiler maka jaringan akan mengalami
perfusi yang inadekuat dan akhirnya iskemi jaringan.
2) Friksi
Gaya gesek dapat menyebabkan luka pada kulit klien dan
mencetuskan terjadinya ulkus dekubitus
3) Kelembaban
Kelembaban yang meningkat akan memicu terjadinya
kerusakan
pada
meningkatkan
kulit.
kelembaban
Banyak
kulit
hal
seperti
yang
urin
dapat
pada
inkonintensia urin, pengeluaran keringat berlebih.
4) Faktor lainnya
Penurunan persepsi sensori, immobilisasi, dan keterbatasan
aktivitas
2.2.3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya ulkus dekubitus.
Tiga elemen dasar yang menjadi dasar terjadinya dekubitus (Potter
& Perry, 2005), yaitu:
1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiper
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
11
2. Durasi dan besarnya tekanan
3. Toleransi jaringan
Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama
pada area permukaan tulang menonjol dan mengakibatkan
berkurangnya sirkulasi darah pada area yang tertekan lama
kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia, dan
berkembang menjadi nekrosis. Hal ini dapat dicegah bila tekanan
cepat dihilangkan sehingga memberikan waktu jaringan disekitar
memperbaiki diri. Reaksi kompresi sirukulasi akan tampak sebagai
hiperemia dan reaksi tersebut masih efektif bila tekanan
dihilangkan sebelum periode kritis yaitu 1-2 jam. Tekanan yang
normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler
melebihi dari tekanan kapiler dan struktur pembuluh darah pada
kulit, maka akan terjadi kolaps. Dengan terjadinya kolaps akan
menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, jaringa tidak
mampu bermetabolisme dengan semestinya. Alhasil jaringan akan
menjadi mati.
2.2.4. Skala Identikasi Resiko Ulkus Dekubitus
Identifikasi pasien beresiko terjadi ulkus dekubitus dengan
menggunakan skala yang menilai resiko terjadinya ulkus dekubitus.
Ada 3 skala yang umum dipakai untuk menentukan resiko (Potter
& Perry, 2005), yaitu:
a) Skala norton
Skala norton menilai 5 komponen faktor resiko yaitu:
kondisi fisik, kondisi mental, aktivitas, mobilisasi, dan
inkontinensia. Total nilai berada diantara 5 sampai 20.
Nilai 16 dianggap sebagai nilai yang beresiko untuk
terkena dekubitus
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
12
Tabel 2.1. skala norton
Kondisi
Kondisi
fisik
mental
Aktifitas
Mobilisasi
inkontinensia
Baik (4)
Sadar (4)
Mandiri (4)
Bebas (4)
Tidak ada (4)
Sedang (3)
Apatis (3)
Dibantu (3)
Agak
Kadang (3)
Buruk (2)
Bingung (2)
Diatas kursi
terbatas (3)
Sering (2)
Sangat
Stupor (1)
roda (2)
Sangat
Dua kali
Di atas tempat
terbatas (2)
sehari (1)
tidur (1)
Immobilisa
buruk (1)
si (1)
b) Skala gosnell
Skala gosnell dibuat sebagai modifikasi pada skala
pengukuran sebelumnya. Lima komponen pengukuran,
hanya berbeda pada 2 penamaan komponen. Komponen
tersebut adalah sebagai berikut: status mental, kontinensia,
mobilisasi, aktivitas, dan nutrisi. Rentang nilai berada pada
nilai 5-20, semakin tinggi nilai menandakan semakin tinggi
resiko terkena luka tekan.
Tabel 2.2. skala gosnell
Status
Kontinensia
Mobilisasi
Aktivitas
Nutrisi
mental
Sadar (5)
Kontrol
Penuh (4)
Mandiri (4)
Baik (3)
Apatis (4)
penuh (4)
Agak terbatas
Dengan
Sedang (2)
Bingung (3)
Sedang (3)
(3)
bantuan (3)
Buruk (1)
Stupor (2)
Minimal (2)
Sangat
Di atas kursi
Tidak sadar
Kehilangan
terbatas (2)
(2)
(1)
kontrol (1)
Immobilisasi
Tirah baring
(1)
(1)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
13
c) Skala braden
Instrumen yang terakhir adalah skala braden yang
mengukur 6 katagori faktor resiko dekubitus yaitu:
persepsi sensori, kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi,
friksi dan gesekan. Nilai berada pada rentang 6 hingga 23.
Penilaian berkebalikan dengan 2 skala pengukuran
sebelumnya. Pada skala braden semakin rendah nilai
menandakan semakin tinggi resiko terjadi ulkus dekubitus.
Nilai 16 kebawah dianggap klien beresiko tinggi terkena
ulkus dekubitus.
Tabel 2.3. skala braden
Perspesi sensorik
Terbatas total (1)
Sangat terbatas (2)
Sedikit terbatas (3)
Tidak ada ganguan (4)
Kelembaban
Kelembaban kulit konstan
(uoleh urin/lainnya) (1)
Sangat lembab (2)
Kadang lembab (3)
Jarang lembab (4)
Aktivitas
Tirah baring (1)
Di atas kursi roda (2)
Kadang kadang berjalan (3)
Sering berjalan (4)
Mobilisasi
Immobilisasi total (1)
Sangat terbatas (2)
Agak terbatas (3)
Tidak terbatas (4)
Nutisi
Sangat buruk (1)
Mungkin kurang (2)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
14
Cukup (3)
Baik (4)
Friksi dan gesekan
Masalah (1)
Masalah yang berpotensi (2)
Tidak ada masalah (3)
2.2.5. Intervensi Keperawatan
Setelah diketahui klien beresiko mengalami ulkus dekubitus maka
perlu dilakukan intervensi untuk mencegah terjadinya ulkus
dekubitus. Terdapat tiga area intervensi keperawatan utama untuk
mencegah ulkus dekubitus yaitu (Potter & Perry, 2005):
a. Higiene dan perawatan kulit
Higiene kulit harus dijaga untuk tetap bersih dan kering, hal
ini adalah perlindungan dasar untuk mencegah terjadinya
kerusakan kulit. Penggunaan sabun dan air panas harus
dihindari pemakaiannya karena sabun yang mengandung
alkohol menyebabkan kulit kering dan meninggalkan residu
alkalin pada kulit. Residu alkalin akan menghambat
pertumbuhan bakteri normal pad akulit dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri opotunistik yang berlebihan, yang
dapat masuk melalui luka terbuka.
Setelah dilakukan higiene, maka langkah selanjutnya adalah
memberikan kelembaban pada kulit, hal ini tentunya adalah
memberikan kelembaban tanpa membuatnya lebih lembab.
Pelembab harus bersifat anti air agar menjaga area tidak
basah atau terlalu lembab yang nantinya akan meningkatkan
resiko terjadinya luka.
Bila klien mengalami inkontinensia urin ataupun feses,
maka
kulit
harus
kelembabannya.
selalu
Maka
dibersihkan
penting
untuk
dan
dijaga
memberikan
perlindungan dari kelembaban berlebih yang ditimbulkan
inkontinensia urin ataupun feses.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
15
b. Pengaturan posisi
Pengaturan posisi bertujuan pada pengurangan tekanan dan
gaya gesek pada kulit secara terus menerus. Standar
perubahan posisi adalah dengan interval 2 jam. Akan lebih
baik bila diberikan sebuah jadwal untuk penggantian posisi.
Hal yang harus diingat adalah saat membantu klien
merubah posisi, lakukan dengan cara mengangkat bukan
diseret. Sembari melakukan pergantian posisi maka perawat
juga harus sekaligus mengkaji keadaan kulit. Hindari untuk
melakukan pemijatan pada area yang kemerahan. Pemijatan
pada area yang kemerahan akan meningkatkan kerusakan
kapiler pada jaringan yang berada dibawahnya dan
meningkatkan resiko dekubitus.
c. Alat pendukung (kasur dan tempat tidur terapeutik)
Saat akan memilih alas tempat tidur, perawat perlu untuk
mengkaji kebutuhan klien secara keseluruhan. The Support
Surface Consensus Panel mengidentifikasi 3 tujuan alat
pendukung tersebut, yaitu: kenyamanan, kontrol postur
tubuh, dan manajemen tekanan. Sehingga penting bagi
perawat untuk mengetahui tujuan awal sebuah alas
pendukung agar digunakan sesuai dengan kebutuhan klien.
2.3. Virgin Coconut Oil (VCO)
Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat tanpa pemanasan
atau dengan pemanasan minmal. Bahan olahan minyak kelapa berasal dari
daging buah yang terdiri dari 2 jenis yaitu minyak yang diolah dari bahan
baku kopra (daging kelapa kering) dan minyak yang diolah dari bahan baku
kelapa segar/santan. Pengolahan dari bahan baku buah kelapa segar ini yang
menghasilkan minyak kelapa murni (Handayani, 2010).
Cara pembuatan VCO
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
16
VCO diolah dengan minimal pemanasan atau tanpa pemanasan sama sekali.
Pengolahan daging buah kelapa menjadi VCO dapat dilakukan dengan 2
cara (Handayani, 2010), yaitu:
a. Proses mekanis
Pengolahan dengan cara ini, daging kelapa dikeringkan dengan
cepat lalu dipres hingga keluar minyaknya. Pembuatan minyak
kelapa menggunakan cara mekanik akan memperoleh hasil 90%
minyak dan 10% air. Sisa air yang ada dipisahkan dengan cara
dipanaskan dengan cepat agar menguap.
b. Proses fermentasi
Fermentasi dengan menggunakan ragi tape (Saccharomyces
Cerevicae) atau ragi roti. Cara pembuatannya adalah dengan
mencampurkan santan dengan ragi tape kemudian difermentasikan
selama 12-24 jam. Dengan cara ini akan diperoleh VCO dengan
kualitas dan kemurnian yang terjamin. Demikian juga warnanya
bening dan mempertahankan aroma khas buah kelapa.
Perawatan kulit meliputi mempertahankan kebersihan kulit, melindunginya
dari kelembaban berlebihan oleh keringat, urine, ataupun feses, melindungi
kulit dari kekeringan, mempertahankan elastisitas kulit dengan hidrasi dan
nutrisi yang cukup dan memberikan pelembab atau bahan topikal. Bahan
topikal yang dapat dipilih untuk perawatan kulit mencegah luka dekubitus
dapat menggunakan lotion atau minyak kelapa. Price, 2003 dalam
Handayani (2010)
menyatakan jika menggunakan lotion biasa untuk
perawatan kulit, umumnya lotion menggunakan komponen air sehingga
ketika dipakai akan memberikan kesegaran sesaat namun ketika kandungan
airnya hilang karena penguapan, maka kult menjadi kering.
VCO dapat diberikan sebagai bahan topikal yang berfungsi menjadi
pelembab untuk mencegah kulit kering dan sebagai bahan topikal untuk
meminimalkan paparan keringat berlebih, urin, feses karena sifatnya sebagai
minyak yang tidak dapat bercampur dengan air. VCO juga memberikan
nutrisi melalui proses penyerapan oleh kulit dan sebagai pelumas untuk
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
17
mengurangi efek gesekan dan shear. Menurut Price, 2003 dalam Handayani
(2010)
dalam VCO unsur antioksidan dan vitamin E masih dapat
dipertahankan sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu
melembutkan kulit.
Asam lemak antiseptik pada minyak kelapa membantu mencegah infeksi
jamur dan bakteri. Ketika dipakaikan langsung sebagai agen topikal, asam
lemak pada minyak kelapa dapat bereaksi dengan bakteri di kulit dan
membentuk zat mirip sebum yang dihasilkan alami oleh kulit sehingga
mampu memberikan kelembaban. Ketika mandi sabun akan menghilangkan
keringat, minyak dan zat zat asam pelindung kulit oleh karena itu sebelum
minyak dikeluarkan kembali oleh kulit, kulit akan kering dan peka terhadap
agen-agen mikroba berbahaya. Memberikan pelembab setelah mandi akan
membuat kulit kembali segar. Pelembab yang terbuat dari minyak kelapa
murni setelah mandi akan bermanfaat bagi kesehatan kulit dengan
meningkatkan atau mempertahankan toleransi jaringan yang diharapkan.
Minyak kelapa disebut sebagai minyak tersehat yang pernah ada bukan
hanya kegunaannya bagi diabetes tetapi juga dapat digunakan untuk
mengurangi kegemukan, mengurangi resiko arterosklerosis, kanker,
mencegah infeksi bakteri-virus-jamur, memperbaiki proses pencernaan dan
absorbsi nutrisi (Gupta, 2010). Kegunaan coconut oil bagi diabetes sendiri
adalah kemampuannya dalam kemampuannya memasukkan glukosa
kedalam sel tanpa membutuhkan bantuan insulin. Selain itu coconut oil
berfungsi dalam meningkatkan kinerja insulin serta memperbaiki ikatan
insulin dengan reseptor sel. Coconut oil juga juga mampu memperlambat
proses pencernaan sehingga membuat gula darah lebih stabil. Ketika
seseorang menyertakan coconut oil dalam menu makanannya seperti
karbohidrat, karbohidrat akan dipercah menjadi glukosa jauh lebih lambat
sehingga kadar glukosa darah lebih stabil.Coconut oil adalah antioksidan
alami sehingga membantu tubuh dalam mencegah pembentukan radikal
bebas dan mencegah penuaan dini serta penyakit penyakit degeneratif.
Coconut oil adalah bahan massage terbaik yang pernah ada, karena coconut
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
18
oil mampu menciptakan pelindung dari infeksi, melembutkan serta
melembabkan kulit. Mencegah keriput dan pembentukan titik penuaan.
Coconut oil mampu menyembuhkan beberapa masalah kulit seperti
psoriasis, dermatitis, eczema dan infeksi kulit lainnya.
Unsur kimia dalam coconut oil: coconut oil dibentuk oleh asam lemak
tersaturasi sekitar 94% dengan presentasi asam lemak rantai medium sekitar
64% (Gupta, 2010).
1. Vitamin E, berguna sebagai nutrisi bagi rambut dan kulit sehingga
meremajakan kulit
2. Kelembaban
2.4. Penelitian Terkait
Efektivitas penggunaan Virgin Coconut Oil dengan massage untuk
pencegahan luka tekan grade 1 pada pasien yang beresiko mengalami luka
tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian
kuantitatif berdesain quasi eksperimen postest only with control yang
bertujuan
untuk
membuktikan
efektifitas
pencegahan
luka
tekan
menggunakan VCO dengan massage pada pasien yang beresiko mengalami
luka tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Uji fisher
exavt dan regresi logistik berganda menunjukkan adanya perbedaan
kejadian luka tekan pada pasien yang dirawat menggunakan VCO massage
dan tanpa VCO dengan massage (p=0,033 OR 0,733 95% CI 0,540-0,995)
setelah dikontrol oleh variabel indeks massa tubuh (IMT). Hasil penelitian
menyarankan agar VCO dengan massage dapat dijadikan sebagai salah satu
intervensi mandiri keperawatan dalam intervensi pencegahan luka tekan
pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan.
pada penelitian Suheri (2009) dengan judul penelitian “gambaran lama hari
rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUP
haji adam malik medan”. Penelitian menggunakan desain deskriptif dengan
jumlah sampel sebanyak 45 responden. Sampel diambil dengan teknik
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
19
purpossive sampling. didapatkan hasil bahwa 88,8% pasien immobilisasi
terjadi ulkus dekubitus pada hari ke-5.
Jurnal yang berjukul “Effect of Massage on Limb And Skin Blood Flow
after Quadriceps Exercise”. Hinds, T., I, Mcewan, J., Perkes, E., Dawson,
D., Ball, and K. George. Diterbitkan pada tahun 2004 di Med. Sci. Sports
Exerc Vol. 36, no. 8, pp. 1308-1313. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat perbedaan efek massage terhadap kontrol (istirahat) dengan melihat
aliran darah arteri femoral (FABF), aliran darah kulit (SKBF), temperatur
kulit (SKT), dan temperatur otot (MT) setelah latihan dinamis pada keempat
ekstermitas. Sampel berjumlah 13 laki laki dengan melakukan latihaan
sebanyak 3x2menit kemudian diikuti 2x 6 menit pemberian massage
(effleurage dan petrissage). Kemudian indikator-indikator yang berada
diatas diukur sebelum, segera setelah latihan kemudian ditengah dan diakhir
massage/istirahat. Data dianalsis dengna uji ANOVA. Untuk aliran darah
arteri femoral, temperatur otot, laktat darah, tekanan darah, dan nadi tidak
naik secara bermakna dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan untuk aliran
darah kulit dan temperatur kulit meningkat bermakna setelah diberikan
massage dibandingkan kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada kenaikan bermakna aliran darah arteri, peningkatan alirah darah ke kulit
mengalihkan aliran darah ke otot sebagai proses recovery.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1. Identitas Klien
klien bernama Ny. S berusia 56 tahun. Tanggal lahir klien adalah 6 juli 1956.
Beliau adalah warga negara asli indonesia berdomisili di jalan jembatan besi
013/003 tambora, jakarta selatan provinsi DKI jakarta. Beliau beragama islam
dengan status menikah. Berpendidikan terakhir SD dan tidak bekerja.
Diagnosa masuk klien adalah lumbal canal stenosis, tanggal masuk 17 juni
2013.
3.2. Keluhan Utama
Nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu. Semakin lama semakin berat dan
nyeri terasa menjalar sampai tungkai bawah. Tungkai bawah terasa semakin
baal dan berat untuk digerakkan, tungkai bawah masih dapat digunakan untuk
mobilisasi/ berjalan.
3.3. Pengkajian Keperawatan
3.3.1. Aktivitas/Istirahat
Klien tidak bekerja dalam keseharian, beliau hanya ibu rumah tangga.
Beliau mempunyai keterbatasan semenjak 3 tahun lalu dimana kaki
klien menjadi baal dan lebih berat untuk digerakkan. Sehingga perlu
berpegangan pada dinding atau benda disekitar untuk berpindah posisi.
Klien lebih banyak menghabiskan waktunya diatas tempat tidur, dan
hanya berpindah posisi ke kamar mandi saja. Klien tidak menggunakan
alat bantu apapun dalam mobilisasi keseharian karena menganggap
masih mampu melakukannya sendiri. Pengkajian otot pada klien
didapatkan kekuatan maksimal (5) pada ekstermitas atas dan (4) pada
ekstermitas bawah. Dari hasil pengkajian status mental klien masih
baik, klien mampu menyebutkan kelemahan dalam hal mobilisasi dan
kebutuhan
yang
dibutuhkan
dalam
menghadapi
kelemahan
mobilisasinya. Untuk aktivitas istirahat klien tidak menghadap
permasalahan. Tidur sekitar 6-7 jam, klien tidak menghadapi
20
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
21
permasalahan sulit tidur seperti insomnia ataupun permasalahan tidur
karena penyakitnya.
3.3.2. Sirkulasi
Klien mempunyai tekanan darah yang tinggi. Pada pengkajian awal
tekanan
darah
klien
160/90
mmHg,
dan
selanjutnya
pernah
mendapatkan 180/100 mmHg. Hal ini diindikasikan karena klien masih
merasa takut (ansietas) akan operasinya. Klien masih belum menerima
akan operasinya. Sirkulasi perifer masih cukup baik dimana nadi
radialis serta dorsalis pedis teraba cukup kuat dengan frekuensi 80100x/menit, Capillary Refill Time (CRT) kurang dari 2 detik. Warna
kulit pada kuku di keempat ekstermitas berwarna merah muda dan
teraba hangat. Auskultasi dada didapatkan bunyi jantung 1 dan 2, kuat
dan teratur. Konjungtiva terlihat anemis dan sklera tidak ikterik.
3.3.3. Integritas Ego
klien terobservasi mengalami stress karena operasinya. Klien
menceritakan bahwa semua pengobatan telah dijalani berharap agar
penyakit klien dapat sembuh tanpa harus melalui proses operasi.
Namun karena dirasa hanya operasi yang belum dijalani dan hal ini
yang direkomendasikan dari poli. Akhirnya dengan berat hati klien
menerima keputusan tersebut. Cara klien mengatasi stressnya secara
konstruktif dan destruktif. Secara destruktif klien terlihat menangis dan
lebih banyak menerima apa adanya. Sedangkan pada cara konstruktif
adalah berdoa dan berpasrah diri pada Tuhan. Klien mempunyai agama
islam. Respon psikologis yang teramati adalah lapang pikiran klien
menyempit, klien lebih banyak melamun dan jarang menggunakan
kontak mata. Klien hanya menjawab pertanyaan seperlunya saja. Klien
juga sempat terlihat menangis saat akan diberikan edukasi pre dan post
op. Keluarga juga membenarkan bahwa klien memang merasa takut dan
belum menerima terhadap operasi yang hendak dilakukan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
22
3.3.4. Eliminasi
Klien mempunyai pola BAB 2 hari sekali atau kadang 3 hari sekali.
BAB terakhir sehari sebelum rumah sakit. Tidak ada perdarahan dalam
BAB. Klien pernah beberapa kali mengalami konstipasi tapi akhir-akhir
ini sudah tidak pernah. Klien tidak menggunakan laksatif. Bising usus
klien normal dengan frekuensi 8x/menit.
BAK klien sehari sekitar 5x, tidak ada warna merah, ataupun disuria.
Tidak ada nyeri tekan abdomen.
3.3.5. Makanan/Cairan
Pola makan diet klien sehari 2 atau 3x sehari dengan porsi setengah
atau ¾ piring. Klien tidak mempunyai alergi makanan apapun.
Minuman klien lebih banyak air putih 6-8 gelas kali sehari.
BB klien 59Kg; TB 157cm; IMT 23,9 Kg/cm; BBIdeal 51,3 Kg
(115%). Klien memiliki sedikit kelebihan berat badan bila melihat berat
badan ideal dan IMT.
Kebutuhan nutisi menurut Brocca:
= 25 x (BBideal) –( umur diatas 40) + (aktivitas ringan) – (BB lebih)
= ( 25 x 51,3 ) – 5% + 10% - 10%
= 1282,5 – 5%
= 1282,5 – 64,125
= 1218, 375 kkal/hari
Klien mendapatkan diet nasi biasa dengan kebutuhan gizi 1500 dari ahli
gizi RSCM.
Kondisi mulut, gigi dan gusi klien masih baik, bising usus 8x/menit.
tidak ada mual ataupun muntah yang dialami oleh klien.
3.3.6. Higiene
Penampilan umum klien terlihat bersih, rapih. Tidak tercium bau yang
menyenangkan. Pakaian rapih bersih dan sesuai dengan gender. Tangan
serta ekstermitas lainnya bersih. Kuku pendek dan tidak kotor. Aktivitas
mandi klien 2 kali sehari namun selama dirumah sakit klien
mengatakan kadang hanya satu kali sehari yaitu pada pagi hari saja.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
23
3.3.7. Neurosensori
klien mempunyai nyeri pada kepala terutama pada tengkuk belakang.
Karena klien memang mempunyai hipertensi. Klien juga mempunyai
kebas ataupun baal pada ekstermitas bawah lebih tepatnya dari mata
kaki hingga ujung jari hal ini dikarenakan lumbal stenosisnya.
Sedangkan pada mata kaki keatas klien masih mempunyai sensasi nyeri
yang baik. Untuk mata, penghidu
serta pendengaran klien tidak
mempunyai masalah, masih berfungsi dengan baik. Status mental klien
masih cukup baik, klien mampu mengenali keterbatasan ataupun
kemampuannya. Afek klien sedikit datar.
Memori klien masih baik, klien mmapu menceritakan awal mula
kejadian kaki mulai terasa berat dan baal serta mampu menceritakan
pengobatan apa saja yang telah dilakukan selama 3 tahun belakangan.
Kemampuan bicara klien juga dapat dimengerti dan terkoordinasi
dengan baik.
3.3.8. Nyeri
Nyeri dirasakan dibagian punggung bawah, menjalar hingga ke
ekstermitas bawah. Frekuensi tidak menentu. Lamanya bisa bertahan
setengah jam bahkan lebih bila sakitnya kambuh. Sakit tercetus bila
klien salah posisi. Nyeri terasa seperti tertusuk, skala nyeri 6-7. Untuk
menguranginya dirumah klien tidur dengan tempat tidur datar,
terkadang dilapisi dengan papan. Terobservasi wajah yang mengerut
saat dilakukan palpasi pada daerah punggung yang sakit.
3.3.9. Pernapasan
klien tidak mempunyai masalah seperti: batuk, emfisema, asma,
bronkitis, atapun TB paru. Klien tidak merokok. Hasil inspeksi
mendapatkan bahwa RR klien 20x/menit, pengembangan paru simetris
dan tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak terobservasi akan
adanya sianosis. Hasil auskultasi didapatkan kedua lapang paru tidak
ditemukan suara abnormal. Suara napas yang ditemukan adalah bronko
vesikuler dan vesikuler.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
24
3.3.10. Keselamatan
Klien tidak mempunyai alergi makanan ataupun alergi obat. Klien
belum pernah mendapatkan transfusi sebelumnya. Klien tidak
mempunyai masalah fraktur ataupun sendi. Klien tidak mempunyai
gangguan penglihatan ataupun pendengaran. Tonus otot masih baik
semua ekstermitas bernilai maksimal 5. Rentang gerak menurun pada
ekstermitas bawah. Cara berjalan berpegangan pada dinding ataupun
benda disekitar karena ekstermitas bawah klien mulai berat untuk
digerakkan. Integritas kulit pada sakrum terlihat kemerahan, menurut
klien itu karena awalnya gatal dan digaruk. Namun integritas kulit
masih utuh.
3.3.11. Seksualitas
klien tidak memiliki masalah dalam hal fungsi reproduksi. Klien telah
mengalami menopause dari umur 48 tahun.
3.3.12. Interaksi Sosial
Klien berstatus sebagai istri, ibu dan seorang nenek. Klien tinggal
dirumah bersama suami dan anak serta cucu. Beliau mempunyai 3 anak
yang ketiganya telah menikah. Setiap hari beliau ditemani oleh suami
dan anak secara bergantian. Komunikasi terjalin baik antara suami
maupun anak yang menjaganya.
3.3.13. Penyuluhan/Pembelajaran
Bahasa yang dominan klien dan keluarga gunakan adalah bahasa sunda
dan bahasa yang kedua adalah bahasa indonesia. Pendidikan terakhir
klien adalah pendidikan dasar (SD). Beliau mematuhi medikasi dari RS.
Klien mempunyai harapan agar operasi berjalan lancar dan mampu
menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
25
3.3.14. Pengkajian Tambahan
Pengkajian resiko jatuh
Tabel 3.1. Pengkajian Morse Fall Scale
No. Resiko
1.
2.
Skala
Nilai
Riwayat jatuh, yang baru atau 3 bulan Tidak 0
terakhir
Ya 25
Diagnosa medis sekunder >1
Tidak 0
0
0
Ya 15
3.
4.
0
Alat bantu jalan:

Bedrest/dibantu perawat
0

Penopang/tongkat/walker
15

Furnitur
30
Menggunakan infus
Tidak 0
0
Ya 25
5.
6.
15
Cara berjalan/berpindah

Normal/bedrest/immobilisasi
0

Lemah
15

Terganggu
30
0
Status mental:

Orientasi sesuai kemampuan diri
0

Lupa keterbatasan diri
15
Jumlah skor
15
Keterangan :
0-24 tidak berisiko
25-50 resiko rendah jatuh
>50 resiko tinggi jatuh
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
26
Pengkajian resiko ulkus dekubitus
Tabel 3.2. Pengkajian Skala Norton
Penilaian
4
3
2
1
Kondisi fisik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat buruk
Status mental
Sadar
Apatis
Bingung
Stupor
Aktivitas
Jalan
Jalan
Kursi roda
Di
sendiri
denagn
tempat
tidur
bantuan
Mobilitas
Bebas
Agak
Sangat
Tidak
bergerak
terbatas
terbatas
mampu
bergerak
Inkontinensia
Kontinen
Skor
8
Total skor
16
Kadang-
Selalu
Inkontinensia
kadang
inkontinensi urin
inkoninten
a urin
9
Keterangan :
16 – 20 resiko rendah terjadi dekubitus
12 – 15 resiko sedang terjadi dekubitus
12 resiko tinggi terjadi dekubitus
3.3.15. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 13 mei 2013
Kimia klinik
Tabel 3.3. Pemeriksaan Kimia Klinik 1
Glukosa puasa
91
Mg/dl
70-100
Glukosa 2 jam PP
94
Mg/dl
70-140
Gliko Hb (HbA1c)
5.2
%
<5.7 : normal
5.7-6.4 : beresiko diabetes melitus
>6.5 : diabetes melitus
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
27
Tanggal pemeriksaan : 18 juni 2013
Hematologi rutin
Tabel 3.4. Pemeriksaan Hematologi 1
Hemoglobin
6.9
g/dL
12-15
Hematokrit
22.1
%
36-46
Eritrosit
2.40
106/µL
3.8-4.8
MCV
92.1
fL
80-95
MCH
28.8
Pg
27-31
MCHC
31.2
g/dL
32-36
Jumlah leukosit
10.72
103/µL
5-10
297
103/µL
150-400
Jumlah trombosit
Hemostasis
Tabel 3.5. Pemeriksaan Hemostasis 1
Masa protrombin (PT)
Pasien
10.2
Detik
Kontrol
12.7
Detik
Pasien
32.1
Detik
kontrol
33.9
Detik
9.8-12.6
APTT
31-47
Kimia klinik
Tabel 3.6. Pemeriksaan Kimia Klinik 2
SGOT
13
U/L
<27
SGPT
10
U/L
<34
Ureum darah
30
Mg/dL
<50
Kreatinin darah
0.9
Mg/dL
0.6-1.2
Glukosa sewaktu
86
Mg/dL
<140
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
28
Elektrolit
Tabel 3.7. Pemeriksaan Elektrolit 1
Natrium
140
mEq/L
132-147
Kalium
3.61
mEq/L
3.3-5.4
Klorida
106.2
mEq/L
94.6-111
Tanggal pemeriksaan 19 juni 2013
Hemostasis
Tabel 3.8. Pemeriksaan Hematologi 2
Hemoglobin
6.8
g/dL
12-15
Hematokrit
21.4
%
36-46
Eritrosit
2.40
106/µL
3.8-4.8
MCV
89.2
fL
80-95
MCH
28.3
Pg
27-31
MCHC
31.8
g/dL
32-36
Jumlah leukosit
7.14
103/µL
5-10
Jumlah trombosit
281
103/µL
150-400
Hemostasis
Tabel 3.9. Pemeriksaan Hemostasis 2
Masa protrombin (PT)
Pasien
10.9
Detik
Kontrol
12.7
Detik
Pasien
33.3
Detik
kontrol
33.9
Detik
9.8-12.6
APTT
31-47
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
29
Kimia klinik
Tabel 3.10. Pemeriksaan Kimia Klinik 3
SGOT
14
U/L
<27
SGPT
10
U/L
<34
3.36
g/dL
3.4-4.8
Ureum darah
32
Mg/dL
<50
Kreatinin darah
0.9
Mg/dL
0.6-1.2
Glukosa sewaktu
103
Mg/dL
<140
Albumin
Tanggal pemeriksaan : 20 juni 2013
Hematologi
Tabel 3.11. Pemeriksaan Hematologi 3
Hemoglobin
9.6
g/dL
12-15
Hematokrit
29.8
%
36-46
Eritrosit
3.26
106/µL
3.8-4.8
MCV
91.4
fL
80-95
MCH
29.4
Pg
27-31
MCHC
32.2
g/dL
32-36
3
Jumlah leukosit
6.62
10 /µL
5-10
Jumlah trombosit
295
103/µL
150-400
Laporan radiologi
tanggal pemeriksaan : 27 februari 2013
foto vertebra lumbosacral AP-Lateral
vertebrae lumbosacral melurus
tampak iisthesis L3 dan L4
tampak spur anterior dan lateral L2 s/d L5
pedikel intak
discus intervertebral L2-3, L3-4, L4-5 sempit
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
30
kesan: spondyolisthesis L3 dan L4
OA lumbal
Laporan radiologi
Tanggal pemeriksaan : 17 april 2013
Telah dilakukan pemeriksaan MRI lumbosakral potongan sagital
sekuen T1W1, T2W1, dan T2 fat.supresi, dan potongan axial T1 dan T2
tanpa pemberian bahan kontras Gd DTPA dengan hasil sebagai berikut:
Tampak scoliosis lumbalis ke kanan
Alignment columna vertebrae lumbosakral baik, tampak listhesis
Struktur korpus, prosesus transversus dan spinosus intak
Tidak tampak signal dengan intensitas patologis di corpus vertebrae
lumbosacral
Tak tampak penurunan intensitas signal seluruh discus intervertebralis
lumbalis
Tampak multipel penonjolan diskus intervertebralis ke posterior
menekan dural sac, dengan penekanan radiks kanan dan kiri setinggi
L2-3, L3-4, L4-5 serta L5-S1
Medula spinalis mulai Th9 sampak konus medularis berakhir di level
L1 dengna intensitas normal, tidak ada lesi fokal dan tidak ada signal
intensitas patologis intramedularis maupun extramedular
Ligamentum flavum, ligamentum interspinosum dan ligamentum
longitudinale anterior dan posterior tidak menebal, sendi apofisi kanankiri dalam batas normal
Jaringan lunak paravertebra tidak memperlihatkan penebalan maupun
lesi patologis lain
Kesimpulan:
HNP L2-3, L3-4, L4-5 serta L5-S1 dengna penekanan radiks kanan dan
kiri
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
31
3.4. Analisa Data
Tabel 3.12. Analisa Data
No. Data yang ditemukan
Diagnosa keperawatan
1.
Nyeri kronik
DS:

Klien mengatakan nyeri pada
punggung bagian bawah

Klien menyatakan nyeri menjalar
hingga ke kaki bawah

Durasi nyeri bisa setengah jam
bahkan lebih lama

Frekuensi tidak menentu

Nyeri terasa seperti tertusuk

Klien
mengatakan
untuk
mengurangi nyeri tidur dengan
tempat
tidur
datar,
terkadang
dilapisi dengan papan

Skala nyeri 6-7

Klien menyatakan nyeri semenjak
3 tahun yang lalu
DO:

Terobservasi
wajah
yang
mengerut saat dilakukan palpasi
pada daerah punggung yang sakit.
2.
DS:
Resiko
kerusakan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
32
 Klien
mengatakan
lebih
banyak integritas kulit
menghabiskan waktu dikamar tidur
 Klien mengatakan hanya mobilisasi
ke kamar mandi bila diperlukan
saja
 Klien mengatakan kaki mulai terasa
berat untuk digerakkan
DO:

Nilai skala norton 18, klien beresiko
rendah terkena ulkus dekubitus

Klien lebih banyak berbaring di
tempat tidur
3.
DS:

Ansietas
Klien mengatakan takut operasi
DO:

Klien lebih banyak melamun

Klien lebih tertutup

Klien menangis saat akan dilakukan
pendidikan pre-op dan post op

Nilai skala hamilton 10 (kecemasan
ringan)
4.
DS:
Resiko injuri

Klien mengatakan kaki terasa baal

Klien mengatakan kaki berat untuk
digerakkan

Klien mengatakan berjalan butuh
pegangan
DO:

Mata kaki kebawah sensasi nyeri
tidak ada

Gaya berjalan klien berpegangan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
33
pada tembok dan benda disekitar
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
34
3.5. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang ditampilkan dibawah ini adalah rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan: resiko kerusakan
integritas kulit.
Tabel 3.13. Rencana Keperawatan
No.
1.
Diagnosa keperawatan
Resiko
integritas kulit
Tujuan dan kriteria hasil
kerusakan NOC:
Intervensi
Rasional
NIC: pressure management
Tissue integrity : skin
1. Anjurkan
pasien
untuk
1. Pakaian longgar mengurangi
and mucous membranes
menggunakan pakaian yang
tekanan
Status nutrisi
longgar
terjadi pada kulit
Tissue perfusien perifer
Dialiysis acces integrity
2. Hindari kerutan pada tempat
tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
Setelah
dilakukan
tindakan
selama
kepererawatan
5x24
jam
gangguan integritas kulit
tidak
bersih dan kering
terjadi
kriteria hasil:
dan
friksi
yang
2. Kerutan dapat membuat friksi
pada kulit
3. Kulit yang bersih dan kering
lebih
kuat
dibandingkan
dengan kulit yang lembab
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
dengan
4. Mobilisasi tiap 2 jam dapat
mengurangi
tekanan
pada
bagian yang tertekan
5. Monitor kulit akan adanya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
5. Kemerahan
menandakan
35
1. Integritas kulit yang
baik
kemerahan
jaringan disekitar iskemi dan
bisa
terjadi
dipertahankan
6. Monitor
gangguan
sensasi atau nyeri
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
mengalami
gangguan
6. Memantau
7. Monitor status nutrisi klien
7. Nutrisi
yang
8. Memandikan
klien
dengan
sabun dan air hangat
dapat
8. Air
hangat
membuat
pembuluh
darah
bervasodilatasi
pemahaman dalam
risiko
9. Memantau
perbaikan
untuk memonitor faktor risiko
dekubitus
kulit dan mencegah
klien (braden scale, norton
waktu
terjadinya
scale)
cedera
berulang
9. Gunakan
pengkajian
10. Inspeksi kulit terutama pada
4. Mampu melindungi
kulit
baik
memperkuat seluruh jaringan
3. Menunjukkan
proses
kemmapuan
mobilisasi klien
pada daerah kulit
yang
sebagai
kompensasi
2. Melapornakan
adanya
hiperemi
dan
meempertahnakn
kelembaban klit dan
merupakan
dan titik titik tekanan kteika
beresiko
merubah posisi klien
dekubitus
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
dari
ulkus
waktu
ke
10. Bagian tulang yang menonjol
bagian tulang yang menonjol
11. Jaga kebersihan alat tenun
resiko
bagian
terkena
yang
ulkus
11. Kebersihan meminimal kan
36
perawatan alami
5. Status
resiko infeksi ataupun friksi
nutrisi
adekuat
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
6. Sensasi dan warna
kulit normal
pada klien
untuk
pemberian
tinggi
12. Memberikan nutrisi
cukup
bagi jaringan tubuh
protein, mineral, dan vitamin
13. Monitor serum albumin dan
transferin
13. Albumin menandakan protein
tubuh
secara
menurun
keseluruhan,
mempunyai
arti
penurunan sistem imun pula.
Transferin
menandakan
keadaan zat besi tubuh.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
37
3.6. Implementasi dan hasil
Implementasi: implementasi yang diberikan kepada klien adalah pencegahan
ulkus dekubitus standar dan massage dengan menggunakan VCO.
Implementasi pencegahan standar dapat dirangkum seperti dibawah ini
Tabel 3.14. Pencegahan Standar Ulkus Dekubitus
No.
1.
Pencegahan Standar
Perawatan kulit
Implementasi
Mandi 2 kali sehari
(kolaborasi dengan keluarga)
2.
Reposisi
Miring kiri-miring kanan-telentang
tiap 2 jam
(kolaborasi dengan keluarga)
3.
Observasi
Memantau
tanda-tanda
terjadinya
kerusakan jaringan kulit:
1. Kemerahan
2. Perubahan sensasi; nyeri
3. Perubahan konsistensi
4. Perubahan suhu
Implementasi massage menggunakan VCO selama 5 menit 2 kali sehari
selama 5 hari; pukul 08.00 dan 17.00 dari tanggal 18 – 22 juni 2013.
Indikator lama fokus penelitian 5 hari berdasarkan pada penelitian Suheri
(2009) dengan judul penelitian “Gambaran Lama Hari Rawat dalam
Terjadinya Luka Dekubitus pada Pasien Immobilisasi di RSUP Haji Adam
Malik Medan” didapatkan hasil bahwa 88,8% pasien immobilisasi terjadi
ulkus dekubitus pada hari ke-5.
Fokus tindakan keperawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya ulkus
dekubitus sehingga dilihat beberapa indikator yang menandakan terjadinya
ulkus dekubitus (diambil dari ciri-ciri ulkus dekubitus grade 1) yaitu:
1. Nyeri
3. Perubahan Suhu
2. Kemerahan
4. Perubahan konsistensi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
38
Hasil sebagai berikut:
Tabel 3.15. Hasil Implementasi
Hari ke
Nyeri
Kemerahan
Perubahan suhu
Perubahan konsistensi
1
−
−
−
−
2
−
−
−
−
3
−
−
−
−
4
−
−
−
−
5
−
−
−
−
Dibawah ini adalah gambar dari keadaan sakrum klien sebelum diberikan
intervensi dan hari terakhir pemberian implementasi.
Sebelum implementasi
hari terakhir implementasi
Gambar 3. Keadaan Sakrum Klien
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
BAB IV
ANALISIS SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) merupakan rumah sakit pusat
rujukan nasional yang status kepemilikannya berada di bawah naungan
pemerintah lebih tepatnya oleh Kementrian Kesehatan RI. Sebagai rumah
sakit rujukan nasional RSCM mempnyai pelayanan yang cukup lengkap.
Pelayanan yang dimiliki RSCM meliputi Instalasi Gawat Darurat,
Poliklinik, rawat inap, dan Pelayanan Jantung Terpadu. Ruang rawat inap
terbagi ke dalam beberapa instalasi rawat inap, yaitu meliputi gedung A,
RSCM Kencana, RSCM Kirana, Instalasi Kesehatan Anak, Perinatologi,
Bedah Anak, dan Unit Luka Bakar. RSCM memiliki visi “menjadi Rumah
Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik
tahun 2014” (RSCM, 2013).
Perwujudan visi tersebut terlihat dari pembenahan yang terus dilakukan
pihak RSCM untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator
terbesar pelayanan sebuah rumah sakit terlihat dari pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang bersifat 24 jam dan tidak terputus menjadi
suatu hal yang harus menjadi perhatian khusus. Salah satu pengembangan
untuk terwujudnya pelayanan keperawatan yang adalah dilakukannya
pengembangan MPKP.
MPKP merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan
keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian
asuhan keperawatan yang professional (Sitorus, 2006). Beberapa hal yang
dikembangkan dalam model ini adalah penentuan jumlah dan pembagian
peran perawat. Penentuan jumlah tenaga keperawatan pada model ini
berdasarkan jumlah pasien sesuai dengan derajat ketergantungan pasien.
Pembagian peran perawat pada model MPKP dibagi menjadi 2, yaitu:
perawat primer dan perawat associate (perawat pelaksana).
39
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
40
Model keperawatan MPKP ini telah diterapkan kepada seluruh komponen
RS termasuk pada pelayanan ruang rawat Gedung A. Gedung A terdiri dari
8 lantai yang masing masing mempunyai spesifikasi pelayanan yang
berbeda. Salah satu pelayanan untuk ruang rawat bedah Gedung A berada
pada lantai 4.
Lantai 4 merupakan ruang rawat bedah terdiri dari 21 ruangan yang terdiri
dari
bedah onkologi, urologi, digestif, ortopedi, bedah plastik, bedah
vaskuler. Sisanya terdapat pada lantai yang berbeda. Lahan praktik yang
digunakan untuk pelaksanaan evidence based pada ruangan 404 yang terdiri
dari bedah ortopedi, bedah vaskuler, dan bedah plastik. Ruangan 404 adalah
ruangan khusus untuk ruang bedah perempuan, sedangkan untuk laki-laki
terdapat pada ruangan yang berbeda.
4.2. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan
Kasus Terkait
Ulkus dekubitus rentan terjadi pada pasien ataupun klien klien yang
mempunyai keterbatasan neurologi, sensorik ataupun motorik. Klien-klien
dengan penyakit yang mempunyai defisit pada ketiga domain diatas akan
beresiko tinggi mengalami kerusakan jaringan kulit (ulkus dekubitus).
Beberapa penyakit yang mampu menyebabkan defisit ketiga domain diatas
adalah penyakit-penyakit golongan degeneratif (penyakit tidak menular).
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang terjadi akibat proses penuaan,
sehingga umumnya akan dialami oleh individu-individu usia lanjut. Namun
dengan pola makan yang kurang baik (makanan cepat saji; tinggi kalori tinggi
kolesterol; minuman bersoda), stressor tekanan secara fisik/psikis, gaya hidup
kurang sehat (perilaku merokok). Maka proses degeneratif akan semakin
maju dan semakin cepat diderita bahkan pada orang-orang yang belum masuk
usia lanjut usia (Tapan E., 2005).
Faktor-faktor
diatas
rentan
dimiliki
oleh
masyarakat
perkotaan.
Perkembangan makanan cepat saji yang menjamur di lingkungan perkotaan,
stressor yang diterima oleh lingkungan kerja serta perilaku merokok yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
41
mulai merambah bahkan pada anak kecil dan kalangan perempuan
menyebabkan masyarakat perkotaan akan lebih banyak terkena jenis
penyakit-penyakit seperti ini yang akhirnya akan menimbulkan banyak
komplikasi, salah satunya adalah ulkus dekubitus.
4.2.1. Resiko kerusakan integritas kulit
Masalah keperawatan utama yang akan dijadikan fokus utama oleh
mahasiswa adalah resiko kerusakan integritas kulit pada klien lumbar
canal stenosis.
Lumbar canal stenosis (LCS) adalah penyempitan kanal saraf pada
lumbal. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya LCS, tetapi
penyebab paling umum adalah proses degeneratif pada tulang
belakang. Proses degeneratif membuat cincin fibrosa semakin rapuh
yang mengakibatkan semakin mudahnya nukleus pulposus keluar dan
menekan saraf spinal dibelakangnya.
Klien secara verbal mengatakan bahwa aktivitas lebih banyak
ditempat tidur, klien hanya turun dari tempat tidur saat hendak ke
kamar mandi saja. Hal ini dikarenakan klien mengatakan bahwa terasa
nyeri pada tulang belakang yang mejalar pada kaki bagian bawah.
Kaki agak sulit untuk digerakkan. Tanda dan gejala yang klien alami
ini sesuai dengan gambaran pada tanda dan gejala pada stenosis spinal
(lumbal).
Tanda dan gejala diatas membuat klien enggan untuk mobilisasi dan
lebih cenderung untuk immobilisasi. Immobilisasi akan meningkatkan
resiko terjadinya dekubitus (Potter & Perry, 2005). Selain itu
gangguan sensorik yang klien alami pada mata kaki hingga kebawah
juga mampu menjadi faktor pendukung terjadinya ulkus dekubitus
pada bagian yang bersangkutan (Potter & Perry, 2005).
Klien mengatakan aktivitas terbanyak ditempat tidur, baik itu hanya
tidur ataupun duduk. Sehingga klien beresiko untuk terjadi penekenan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
42
terus menerus pada bagian sakrum. Fokus untuk pencegahan ulkus
dekubitus selama 5 hari kedepan adalah kondisi sakrum klien.
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Penurunan mobilitasi ataupun immobilisasi akan mempunyai dampak
beberapa masalah keperawatan. Salah satunya adalah resiko kerusakan
integritas kulit. Dibawah ini penulis mendapatkan beberapa penelitian yang
berhubungan dengan evidence based penulis.
Pertama adalah penelitian Suheri (2009) dengan judul penelitian “Gambaran
Lama Hari Rawat dalam Terjadinya Luka Dekubitus pada Pasien
Immobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penelitian menggunakan
desain deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden. Sampel
diambil dengan teknik purpossive sampling. didapatkan hasil bahwa 88,8%
pasien immobilisasi terjadi ulkus dekubitus pada hari ke-5.
Kemudian penelitian “Efektivitas Penggunaan Virgin Coconut Oil dengan
Massage untuk Pencegahan Luka Tekan Grade 1 pada Pasien yang Beresiko
Mengalami Luka Tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.” Penelitian kuantitatif berdesain quasi eksperimen postest only
with control yang bertujuan untuk membuktikan efektifitas penvegahan luka
tekan menggunakan VCO dengan massage pada pasien yang beresiko
mengalami luka tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Hasil penelitian menyarankan agar VCO dengan massage dapat dijadikan
sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam intervensi
pencegahan luka tekan pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan.
Penelitian ketiga adalah penelitian dengan judul “Effect of Massage on
Limb And Skin Blood Flow after Quadriceps Exercise”. Penelitian dengan
desain eksperimental. Massage yang digunakan adalah effluerage dan
petrissage. Salah satu hasil dari penelitian tersebut adalah terjadinya
kenaikan aliran darah kulit setelah diberikan massage dibandingkan dengan
kontrol.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
43
Dari 3 penelitian diatas maka fokus utama penulis adalah:
“pencegahan ulkus dekubitus dengan menggunakan massage+VCO selama
5 hari berturut-turut.”
Seperti yang sebelumnya telah disampaikan. Setiap hari dilakukan 2 kali
dalam durasi 5 menit dengan teknik effleurage. Indikator yang digunakan
dalam menilai terjadinya kerusakan integritas kulit adalah:
1. Kemerahan
2. Perubahan suhu
3. Perubahan konsistensi
4. Nyeri
Selama 5 hari dilakukan implementasi evidence based massage+VCO.
Dimulai pada tanggal 18-22 juni 2013. Dalam pemberian implementasi
massage+VCO ini diberikan dengan kolaborasi dengan keluarga. Hal
pertama yang dilakukan adalah memberikan penjelasan terlebih dahulu
terhadap klien dan keluarga mengenai resiko yang klien alami dan cara
pencegahannya. Kemudian setelah klien dan keluarga memahami serta
menyepakati untuk dilakukan tindakan pencegahan, keluarga menyediakan
VCO. Implementasi awal dilakukan oleh mahasiswa disaksikan oleh
keluarga dan klien serta diberikan penjelasan mengenai bagaimana cara
melakukannya. Hari berikutnya mahasiswa memberikan kesempatan pada
keluarga untuk melakukan apa yang sebelumnya telah dicontohkan. Hal
tersebut dilakukan karena pelaksanaan implementasi dilakukan 2x sehari,
dimana mahasiswa hanya dapat hadir didalam salah satu shift.
Setiap dilakukan implementasi oleh mahasiswa, sekaligus dilakukan
pengkajian ke 4 komponen diatas untuk melihat bagaimana kondisi
integritas kulit klien. selama 5 hari dilakukan pemantauan, tidak terjadi
kemerahan, perubahan konsitensi, perubahan suhu ataupun nyeri. Indikator
5 hari diambil dari penelitian Suheri, dimana kejadian dekubitus pada pasien
immobilisasi terlihat pada hari kelima.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
44
Implementasi ini jelas berhasil untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus
dalam 5 hari kedepan setelah dilakukan implementasi massage+VCO.
Massage pada pencegahan ulkus dekubitus untuk sementara ini yang telah
ada dalam penelitian adalah teknik effleurage. Tentunya massage
mempunyai fungsi untuk memperlancar aliran darah pada suatu area tubuh.
Kenaikan aliran darah pada daerah kulit telah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya dimana effluerage dan petrissage didapatkan hasil kenaikan
aliran darah kulit. Hal ini akhirnya akan meningkatkan transportasi nutrisi
dan transportasi pembuangan zat zat sisa metabolisme jaringan kulit. VCO
sendiri secara mempunyai kandungan asam lemak bebas yang cocok atau
mirip dengan sebum yang dihasilkan oleh tubuh untuk menjaga kelembaban
kulit. Pada saat mandi dengan sabun. Maka zat pelembab (Sebum) pada
kulit mejadi berkurang ataupun hilang sehingga kulit menjadi kering dan
akan beresiko terjadi kerusakan. Pemberian VCO sesudah mandi akan
menjaga kelembaban kulit. Selain itu karena minyak VCO bersifat
hidrofobik maka akan lebih bermanfaat untuk menjaga kelembaban berlebih
dari lingkugan eksternal.
Konsep kelembaban yang diberikan VCO ini sangat sesuai dengan 3 area
intervensi yang telah ada sebelumnya dari Potter dan Perry tahun 2005.
Dalam 3 area intervensi tersebut salah satunya adalah menjaga higiene
klien. higiene dilakukan dengan mandi dan pemakaian sabun. Tetapi
pelembab diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit yang akhirnya akan
meningkatkan toleransi jaringan akan stressor dari luar, dalam hal ini adalah
stressor tekanan.
Selain itu juga, vitaminE yang dimiliki dapat diserap serta digunakan oleh
jaringan kulit sebagai pelindung sel dari radikal bebas. Sehinga vitamin E
mampu untuk menyehatkan kulit dan sekaligus meremajakannya.
Keluarga mengatakan bahwa terapi keperawatan yang diberikan cukup
mudah dan tidak butuh waktu ataupun biaya yang besar. Menurut keluarga
harga pasaran untuk VCO sendiri masih sangat terjangkau sehingga relatif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
45
cukup mudah untuk dilaksanakan. Hanya saja selama asuhan keperawatan
pada saat keluarga yang memberikan terapi tidak didokumentasikan secara
tertulis. Dokumentasi terbatas pada lisan.
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Secara pelaksanaan sendiri keluarga menyatakan bahwa pelaksanaan
implementasi relatif mudah dilakukan, hanya yang perlu ditambahkan
kembali untuk pelaksanaan yang lebih baik adalah pembuatan jadwal secara
tertulis sebagai pengingat dan dokumentasi pelaksanaan. Jadwal yang dibuat
akan membuat keluarga lebih berperan aktif lagi. Hal ini dapat dilakukan
baik di dalam ruang perawatan ataupun dalam rumah klien sendiri. Contoh
pendokumentasiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Dokumentasi Implementasi Keperawatan
Klien: Mr. X
Diagnosa medis:
NRM: 00 tahun
Diagnosa keperawatan:
Tanggal
(dd/mm/yy)
23/06/13
Pencegahan ulkus dekubitus
Mandi 2 kali sehari
Dilakukan
Jam
(hh:mm)
Ya
Tidak
08:00
17:00
Reposisi tiap 2 jam sekali
08:00
1. Miring kiri
10:00
2. Miring kanan
12:00
3. Telentang
14:00
16:00
18:00
20:00
22:00
24:00
02:00
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
46
04:00
06:00
Observasi keadaan kulit
08.30
1. Kemerahan
2. Perubahan
sensasi;
nyeri
17.30
3. Perubahan konsistensi
4. Perubahan suhu
Massage dengan
sehari dalam 5 menit
VCO 2x
08.30
17.30
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Evidence based massage+VCO pada pencegahan ulkus dekubitus selama 5
hari menunjukkan hasil yang positif. Tidak terlihat tanda-tanda seperti
kemerahan, perubahan suhu, perubahan konsistensi, dan nyeri. Pemberian
massage+VCO dapat menjadi salah satu implementasi keperawatan yang
diberikan kepada klien. karena VCO sendiri dapat dibuat secara mandiri
ataupun membeli dengan harga yang cukup terjangkau bagi seluruh kalangan.
Pelaksanaannyapun tidak menyusahkan. Cukup 2x dalam sehari dengan
durasi 5 menit. Implementasi ini berfungsi baik dalam pencegahan ulkus
dekubitus dengan menjaga kelembaban, membantu peningkatan sirkulasi dan
menyehatkan kulit.
5.2. Saran
1. Asuhan keperawatan klien dengan risiko kerusakan integritas kulit dalam
penelitian ini adalah klien dengan risiko dengan risiko rendah terjadi
ulkus dekubitus. Saran kedepan bisa dapat pemberian asuhan keperawatan
pada klien dengan risiko tinggi ulkus dekubitus untuk membandingkan
hasil penelitian
2. Hasil dokumentasi dari asuhan keperawatan kali ini tidak menggunakan
sampel kontrol seperti penelitian oleh Ririn Sri Handayani. Sehingga bila
ingin mengaplikasikan sesuai dengan penelitian sebelumnya alangkah
lebih baiknya menggunakan kontrol atau tingkat yang lebih tinggi lagi.
47
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J. E. (2007). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
DepKes (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
DepKes, RI. (2005). Kerjasama Global Memerangi Penyakit Degeneratif. Diakses
pada 10 juni 2013diperoleh dari http://depkes.go.id/ .
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. (2009). Modul Sistem
Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Gupta, A, etc. (2010). Coconut Ooil: The Healthiest On Earth. International Journal
Of Pharmautical Sciences And Research . diakses pada 30 mei 2013 diperoleh
dari www.ijspr.com.
Handayani, R. S. (2010). Efektifitas Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan
Massage Untuk Pencegahan Luka Tekan Grade 1 pada Pasien yang Beresiko
Mengalami Luka Tekan Di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
Tesis Program Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok.
Herdman, T. H. (2012) (Ed.). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification, 2012-2014. Oxford: Willey-Blackwell.
Hickey, J. V. (2003). The Clinical Practice Of Neurological And Neurosurgical
Nursing Fifth Edition. Philladelphia: Lippincot William & Wilkins.
Hinds, T., I. Mcewan, J. Perkes, E. Dawson, D. Ball, and K. George. (2004). Effect
of Massage on Limb and Skin Blood Flow After Quadriceps Exercise. Med.
Sci. Sports Exercise Vol. 36 No. 8, Pp. 1308-1313. Diakses pada 15 juni 2013
Diperoleh
dari
http://physioblackrock.com.au/wp-
content/uploads/2011/05/TessaHinds_massage_bloodflow_post-exercise1.pdf.
Ignatavicius & Workman. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For
Collaborative Care. Missouri: Elseiver Saunders.
Kepmenkes RI (2012). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit
Tidak Menular, Semester II; 2012. Jakarta: Kepmenkes RI.
48
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
49
Mcchance, K. L. & Huether, S. E. (1998). Pathophysiology The Biological Basic for
Disease In Adults and Children Third Edition.Missouri: Mosby.
Potter & Perry (2005). Fundamental Keperawatan. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Suheri. (2009). Gambaran Lama Hari Rawat Dalam Terjadinya Luka Ulkus
Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi Di RSUP Haji Adam Malik. Diakses
pada 13 juni 2013 diperoleh melalui
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17133.
Tapan, Erik. (2005). Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013
Download