UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LUMBAR CANAL STENOSIS DI RUANG BEDAH RSCM KARYA ILMIAH AKHIR NERS NURHIDAYAT 0806334205 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012/2013 DEPOK JULI, 2013 Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LUMBAR CANAL STENOSIS DI RUANG BEDAH RSCM KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners NURHIDAYAT 0806334205 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012/2013 DEPOK JULI, 2013 i Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Karya ilmiah akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama Npm Tanda Tangan : Nurhidayat : 0806334205 : Tanggal : Juli 2013 ii Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 HALAMAN PENGESAHAN Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi : : Nurhidayat : 0806334205 : Ilmu Keperawatan : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Lumbar canal stenosis di Ruang Bedah RSCM Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Tuti Nuraini, S.Kp., M. Biomed ( ) Penguji : Ns. Hepi Suprianti S.Kep ( ) Ditetapkan : Jakarta Tanggal : 9 Juli 2013 iii Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa praktik profesi sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1) Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh kesabaran, ketekunan dan yang lainnya. 2) Tuti Nuraini, S.Kp., M. Biomed selaku pembimbing karya ilmiah saya yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan untuk terrealisasinya karya tulis yang baik. 3) Ns. Hepi Suprianti S.Kep selaku kepala ruangan sekaligus merangkap sebagai pembimbing yang ikut mengarahkan dan mengingatkan kepada mahasiwa untuk pengimplementasian evidence based terkait. 4) Rospita. Amk, PP ruang bedah yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien kelolaan. 5) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materil, moral, dan Do’a. 6) Seluruh sahabat yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ini baik dalam bentuk saran, kritik, waktu, tenaga. Terima kasih. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan. Depok, Juli 2013 Nurhidayat iv Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik universitas indonesia saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya : Nurhidayat : 0806334205 : Ilmu Keperawatan :: Fakultas Ilmu Keperawatan : Karya Ilmiah Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada universitas indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Eksclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Lumbar canal stenosis di Ruang Bedah RSCM”, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juli 2013 Yang menyatakan ( Nurhidayat ) v Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Nurhidayat : Ilmu Keperawatan : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Lumbar Canal Stenosis di Ruang Bedah RSCM Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengimplementasian evidence based: pencegahan standar & massage + VCO pada pasien dengan resiko terjadi ulkus dekubitus. Klien teridentifikasi dengan lumbar canal stenosis dan memiliki resiko ulkus dekubitus ringan. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari, 2x sehari dalam 5 menit. Indikator terjadinya ulkus dekubitus melihat dari ciri terjadinya ulkus dekubitus grade 1, yaitu: Kemerahan, Perubahan sensasi, Perubahan suhu, dan Perubahan konsistensi. Hasil implementasi menunjukkan bahwa selama 5 hari pemberian implementasi tidak teridentifikasi satupun tandatanda terjadinya ulkus dekubitus. Saran selanjutnya implementasi dapat diberikan pada klien dengan resiko ulkus dekubitus tinggi. Kata kunci: massage, VCO, ulkus dekubitus vi Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 ABSTRACT Name Study Program Title : Nurhidayat : Ilmu Keperawatan : Analysis of Urban Health Nursing Clinical Practice In Patient with Lumbar Canal Stenosis In Surgery Care Room, RSCM This study aims to knowing the implementation of evidence based nursing: standar preventing procedure & massage + VCO to patient with a risk for pressure ulcer. The patient who include to this study has lumbar canal stenosis and mild risk for pressure ulcer. The procces of Nursing care within 5 days, twice a day in 5 minutes. The indicator for pressure ulcer is refer to caracteristic of pressure ulcer stage 1, that is Redness, Alteration of Sensation, Alteration of Thermal, & Alteration of Consistency. The result show that there is no sign of the pressure ulcer indicator in 5 days. Next implementation we recommendation to doing an implementation in severe risk of pressure ulcer. . Keyword: massage, VCO, pressure ulcer vii Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... vi ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT...................................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1.1. Latar belakang........................................................................................ 1.2. Perumusan masalah................................................................................. 1.3. Tujuan penelitian.................................................................................... 1.3.1. Tujuan umum.............................................................................. 1.3.2. Tujuan khusus............................................................................. 1.4. Manfaat penelitian.................................................................................. 1.4.1. Manfaat teoritis........................................................................... 1.4.2. Manfaat aplikatif......................................................................... 1 1 3 3 3 3 4 4 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5 2.1. Low Back Pain........................................................................................ 5 2.1.1. Lumbar canal stenosis................................................................. 6 2.1.2. Penyebab..................................................................................... 6 2.1.3. Tanda dan Gejala......................................................................... 7 2.2. Ulkus Dekubitus...................................................................................... 7 2.2.1. Klasifikasi Ulkus Dekubitus ...................................................... 8 2.2.2. Etiologi ...................................................................................... 10 2.2.3. Patofisiologi ............................................................................... 11 2.2.4. Skala Identifikasi Resiko Ulkus Dekubitus ............. ................. 11 2.2.5. Intervensi Keperawatan ...................................................... ...... 14 2.3. Virgin Coconut Oil ..................................................................... .... ..... 16 2.4. Penelitian Terkait ........................................................................ ..... .... 18 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA..................................... 20 3.1. Identitas Klien........................................................................................ 20 3.2. Keluhan Utama...................................................................................... 20 3.3. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 20 3.3.1. Aktivitas/Istirahat ..................................................................... 20 3.3.2. Sirkulasi .................................................................................... 21 3.3.3. Integritas Ego ............................................................................ 21 3.3.4. Eliminasi ................................................................................... 22 3.3.5. Makanan/Cairan ........................................................................ 22 viii Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 3.3.6. Higiene ...................................................................................... 22 3.3.7. Neurosensori ........................................................................... .. 23 3.3.8. Nyeri .......................................................................................... 23 3.3.9. Pernapasan ................................................................................ 23 3.3.10. Keselamatan .............................................................................. 24 3.3.11. Seksualitas................................................................................ 24 3.3.12. Interaksi Sosial .......................................................................... 24 3.3.13. Penyuluhan /Pembelajaran ........................................................ 24 3.3.14. Pengkajian Tambahan ............................................................... 25 3.3.15. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 26 3.4. Analisa Data ........................................................................................... 31 3.5. Rencana Keperawatan ............................................................................ 34 3.6. Implementasi Dan Hasil ......................................................................... 37 BAB 4 ANALISA SITUASI............................................................................. 39 4.1. profil lahan praktik................................................................................. 39 4.2. analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait kkmp dan kasus terkait .................................................................................................... 40 4.2.1. resiko kerusakan integritas kulit ................................................ 41 4.3. analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ...... 42 4.4. alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ........................................... 45 BAB 5 PENUTUP............................................................................................ 47 5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 47 5.2. Saran.................................................................................................... 47 DAFTAR REFERENSI................................................................................... 48 ix Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Skala Norton……………………………..........………………….... 12 Tabel 2.2 Skala Gosnell …………………………….………………………... 12 Tabel 2.3 Skala Braden………...................................................................…... 13 Tabel 3.1 Pengkajian Skala Morse Fall Scale .................................................. 25 Tabel 3.2 Pengkajian Skala Norton……....................................................…... 26 Tabel 3.3 Pemeriksaan Kimia Kkinik 1……............................................….... 26 Tabel 3.4 Pemeriksaan Hematologi 1 .............................................................. 27 Tabel 3.5 Pemeriksaan Hemostasis 1 .............................................................. 27 Tabel 3.6 Permeriksaan Kimia Klinik 2 .…..................................................... 27 Tabel 3.7 Pemeriksaan Elektrolit 1 ………..................................... ................ 28 Tabel 3.8 Pemeriksaan Hematologi 2………………………………..…......... 28 Tabel 3.9 Pemeriksaan Hemostasis 2……………............................................ 28 Tabel 3.10 Pemeriksaan Kimia Klinik 3…………....................……..………. 29 Tabel 3.11 Pemeriksaan Hematologi 3……………....................... ………... 29 Tabel 3.12 Analisa Data……........................................................................... 31 Tabel 3.13 Rencana Keperawatan.................................................................... 34 Tabel 3.14 Pencegahan Standar Ulkus Dekubitus……....................……….... 37 Tabel 3.15 Hasil Implementasi ........................................................................ 38 Tabel 4 Dokumentasi Implementasi Keperawatan .......................................... 45 x Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 HNP ……………………..………….......................................... 5 Gambar 2.2 Klasifikasi Ulkus Dekubitus ………………………..…....…..... 9 Gambar 3 Keadaan Sakrum Klien………………………..…..................….... 38 xi Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular atau PTM mengalami peningkatan angka kematian bahkan melebihi penyakit menular ataupun infeksi (Kemenkes RI, 2012) Angka kematian meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pad atahun 2007 (Kemenkes RI, 2012). PTM dipicu oleh banyak faktor risiko seperti merokok, diet yang kurang sehat (makanan cepat saji), kurang berolahraga dan gaya hidup tidak sehat lainnya misalkan perilaku merokok. Data Riskesda pada tahun 2007 menunjukkan 34,7% adalah perokok setiap hari (Kemenkes RI 2007). Perilaku diatas lebih mudah dialami oleh masyarakat perkotaan sehingga masyarakat perkotaan rentan terkena penyakit tidak menular. Salah satu contoh penyakit tidak menular adalah penyakit lumbar canal stenosis. Penyakit lumbar canal stenosis merupakan penyakit degeneratif intervetebrae yang menyebabkan nukleus pulposus keluar dari cincin fibrosanya dan menekan jaras spinal (Hickey, J. V. 2003). Akibatnya adalah defisit sensorik, motorik, nyeri dan lainnya. Defisit sensorik dan nyeri mengakibatkan penderita lebih cenderung untuk tidak bergerak/lebih banyak beristirahat. Kecenderungan immobilisasi ini mengakibatkan klien dapat terkena masalah keperawatan seperti konstipasi, luka dekubitus, DPD dan lainnya. Luka tekan atau lebih dikenal dengan ulkus dekubitus adalah luka yang terjadi akibat perfusi yang buruk pada daerah yang mengalami penekanan terus menerus sehingga metabolisme jaringan terganggu (Workman & Ignativicius, 2006). Ulkus dekubitus ditandai dengan fase hiperemi yang sekaligus menandakan grade 1 ulkus dekubitus (Potter & Perry, 2005). Ulkus dekubitus sendiri merupakan salah satu indikator kurang baiknya pelayanan keperawatan suatu institusi/rumah sakit. Indikator merupakan suatu kecendurungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan. Berdasarkan hal tersebut indikator pelayanan 1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 2 keperawatan adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan pada pasien. Indikator mutu pelayanan keperawatan klien SP2KP menurut Depkes meliputi: 1. Keselamatan pasien Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera restrain. 2. Perawatan diri 3. Kepuasan pasien Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi, efektivitas, dan perilaku terdiri dari: kelembaban dan ketepatan informasi, penurunan kecemasan, perawat terampil profesional, pasien merasa nyaman, terhidar dari bahaya, privasi terjaga, perawat ramah dan empati 4. Kecemasan 5. Kenyamanan Bebas dari rasa nyeri ataupun terkontrol. 6. Pengetahuan Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan discharge planning. Indikator keselamatan pasien ini termasuk pada keamanan dari kejadian ulkus dekubitus. Sehingga penting bagi perawat untuk melakukan intervensi pencegahan ulkus dekubitus demi baiknya mutu pelayanan keperawatan. Pencegahan dekubitus terdapat 3 area intervensi menurut Potter dan Perry tahun 2005 yaitu: higiene dan perawatan kulit yang mencegah kulit kering dan mengontrol pertumbuhan bakteri kulit. Kemudian intervensi yang kedua adalah pengaturan posisi, perubahan posisi standar adalah satu setengah hingga dua jam sekali. Hal yang harus diperhatikan adalah melindungi tonjolan tulang dari penekanan. Ketiga adalah alas pendukung (kasur dan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 3 tempat tidur terapeutik). Pencegahan dekubitus demi terbentuknya mutu pelayanan keperawatan yang baik terus dilakukan melalui berbagai penelitian. Penelitian pencegahan dekubitus salah satunya dilakukan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai bahan topikal untuk massage. Pemilihan VCO ini bukannya tanpa sebab, VCO mempunyai substansi yang sesuai dengan sebum/minyak alami dari kulit, selain itu minyak dapat mencegah kelembaban berlebih oleh urin ataupun feses. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa klien yang diberikan pencegahan standar dan pencegahan standar+VCO, lebih banyak pasien yang terkena dekubitus dengan pencegahan standar (Handayani, 2011). Mutu pelayanan keperawatan yang baik salah satu indikatornya adalah pencegahan terjadinya dekubitus. Dengan semakin banyaknya penyakit yang menyebabkan immobilisasi maka akan banyak kemungkinan terjadinya komplikasi ulkus dekubitus. Sehingga penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk memberikan intervensi primer kepada klien yang berisiko mengalami ulkus dekubitus. 1.2. Perumusan Masalah Salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan yang baik adalah tidak terjadinya kejadian ulkus dekubitus maka perlu dilakukan pencegahan terjadinya ulkus dekubitus dimana salah satu caranya dengan menggunakan massagge VCO. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penyelesaian tugas akhir mata kuliah Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKMP) 2012/2013 1.3.2. Tujuan Khusus Mengimplementasikan penggunaan massage VCO kepada klien dengan resiko ulkus dekubitus Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 4 Mendokumentasikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi selama asuhan keperawatan 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Pendidikan Dengan penulisan tugas akhir ini dapat menjadi landasan teori baru ataupun penguat teori yang telah ada dalam pencegahan ulkus dekubitus 1.4.2. Manfaat Klinik Dengan penulisan tugas akhir ini dapat menjadi tambahan intervensi yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan resiko ulkus dekubitus demi terbentuknya mutu pelayanan keperawatan yang baik Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Low Back Pain Nyeri pada pinggang (Lumbosacral) dikenal sebagai Low Back Pain (LBP). Banyak yang menyebabkan nyeri pada bagian punggung bawah tersebut. Nyeri dapat berasal dari spasme otot, cedera pada ligamen, degenerasi pada diskus intervertebrae, ataupun herniasi nukleus pulposus (HNP) dari pusat diskus intervertebrae. Herniasi pada diskus intervertebrae paling banyak terjadi pada lumbal keempat dan kelima (L4-5) dan L5-S1. tetapi dapat terjadi pada lumbal berapa saja (Ignatavicius & Workman, 2006). HNP pada area lumbosacral dapat menekan saraf spinal yang berdekatan menyebabkan nyeri seperti terbakar atau tertusuk pada kaki bawah. HNP dapat menekan spinal cord itu sendiri sehingga menyebabkan kelemahan pada ekstermitas bawah dan disfungsi pada blader ataupun refleks BAB. Nyeri tergantung pada area yang terkenan tekanan HNP tersebut (Ignatavicius & Workman, 2006).. Gambar 2.1. HNP (Ignatavicious & Workman, 2006) Penyebab utama adalah trauma yang terjadi pada beberapa kejadian. Contohnya adalah pada kecelakaan dalam berkendaraan bermotor yang membuat hiperrefleksi atau pinggang berputar terlalu kuat ataupun klien mengangkat objek benda yang terlalu berat. Faktor lainnya adalah obesitas 5 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 6 yang mengakibatkan stres yang berlebih pada otot otot pinggang dan menyebabkan nyeri. Merokok dihubungkan dengan proses degenerasi diskus intervertebrae. Kondisi kongenital dan skoliosis juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada punggung/ pinggang. Pada klien lansia beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian LBP adalah sebagai berikut: 1. Perubahan pada struktur penunjang: stenosis spinal, hipertrofi ligamen intraspinal, arthritis 2. Perubahan pada kesegarisan: skoliosis ataupun lordosis 3. Perubahan vaskular: arteriosklerosis 4. Proses degenerasi diskus intervertebrae 2.1.1. Lumbar canal stenosis LCS merupakan penyempitan pada ruang saraf (terjadi pada lumbal). Keadaan ini adalah penyakit yang terutama mengenai pada usia paruh baya/lansia. Penyempitan pada kanal spinal terjadi secara perlahan dimulai dari kerapuhan cincin fibrosa, keluarnya nukleus pulposus ,dan diskus intervetebrae yang menonjol yang akhirnya akan menekan saraf spinal. Seseorang dengan stenosis tulang belakang ataupun lumbal memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan punggung bagian bawah bila berjalan (Hickey, J. V. 2003). 2.1.2. Penyebab Perubahan degeneratif melemahkan ligamen longitudinal dan jaringan fibrosa annulus pada tempo kehidupan pertengahan dan lanjut usia. Perubahan degeneratif terjadi pada diskus intervetebrae, dimulai pada saat setelah tercapainya kepadatan puncak pada umur 30 tahun (Hickey, J. V. 2003). Fibrokartilago menggantikan material mukosa gelatin pada inti pulposus sejalan dengan proses penuaan dan penyempitan diskus intervertebrae menyebabkan ketidakstabilan. Gerakan yang sangat tibatiba dapat menyebabkan inti pulposus prolaps dan menekan jaras saraf spinal (McChance, K. L. & Huether, S. E. 1998). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 7 2.1.3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala herniasi ataupun stenosis pada lumbar area dikategorikan dalam beberapa katagori umum, yaitu: nyeri, deformitas postural, perubahan motorik, perubahan sensorik, gangguan refleks, dan tanda spesifik pemeriksaan fisik (Hickey, J. V. 2003). 1. Nyeri Nyeri yang terjadi terasa pada pinggang dan menjalar hingga ke pantat, betis dan salah satu kaki. Hal ini juga dapat terasa lebih nyeri saat batuk ataupun bersin. 2. Deformitas postural Klien dengan spinal stenosis ataupun HNP biasanya diikuti oleh keadaan lordosis/skoliosis. Klien akan sedapat mungkin mengurangi menahan berat pada bagian yang terkena. 3. Defisit motorik Kelemahan dalam hal pergerakan. Biasanya diikuti oleh hambatan dalam berkemih dan aktivitas seksual 4. Defisit sensorik Terjadi kebas dan baal pada bagian kaki bawah. 5. Gangguan refleks Bergantung pada level herniasi diskus, refleks pada lutut biasanya tidak ada/menghilang 6. Pemeriksaan fisik lainnya Akibat dari stenosis lumbal ini menyebabkan klien mengalami kelemahan dalam pergerakan/berat untuk menggerakkan dan nyeri dalam menopang tubuh menyebabkan klien cenderung untuk immobilisasi yang pada akhirnya akan mengalami masalah keperawatan lainnya. Salah satu dari masalah keperawatan akibat immobilisasi adalah resiko kerusakan integritas kulit, yaitu resiko terjadinya ulkus dekubitus. 2.2. Ulkus Dekubitus Ulkus dekubitus (luka akibat penekanan) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 8 yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang (Potter & Perry, 2005) Dekubitus adalah lesi dikulit yang terjadi akibat rusaknya epidermis, dermis, dan kadang hingga ke jaringan subkutis dibawahnya. Terutama pada bagian kulit yang menonjol oleh tulang. Kompresi jaringan akan menyebabkan ganguan suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung lama hal ini akan menyebabkan kolaps aliran darah atau iskemia jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Corwin, 2007). Dari beberapa definisi diatas maka penulis mendefinisikan bahwa ulkus dekubitus adalah kerusakan jaringan kulit akibat adanya tekanan eksternal pada penonjolan tulang dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan kolaps aliran darah atau iskemi bahkan kematian sel. 2.2.1. Klasifikasi Dekubitus Klasifikasi ulkus dekubitus dibagi menjadi 4 grade menurut kedalaman lukanya (Potter & Perry, 2005), yaitu: 1. Derajat 1 Adanya perubahan dari kulit dapat diobservasi. Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema (kemerahan) pada kulit. Apabila dibandingan dengan kulit normal maka ada perubahan temperatur kulit, perubahan konsistensi kulit dan perubahan sensasi gatal atau nyeri. 2. Derajat 2 Ulkus dekubitus tahap 2 terjadi perubahan kulit dimana abrasi pada epidermis atau dermis terlihat jelas. Secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet ataupun lubang dangkal. 3. Derajat 3 Pada derajat 3, luka telah semakin dalam hingga ke jaringan subkutan dan otot. Pada derajat ini sangat tinggi terjadinya Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 9 infeksi pada klien. secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan disekitarnya. 4. Derajat 4 Derajat akhir dari ulkus dekubitus menandakan kehilangan struktur yang masif hingga kerusakan pada otot, tulang dan tendon. Adanya lubang yang dalam serta beresiko mengalami infeksi tulang (osteomielitis). Gambar 2.2. klasifikasi ulkus dekubitus (Ignatavicious & Workman, 2006) 2.2.2. Etiologi Penyebab ulkus dekubitus dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu: faktor intrinsik dan ekstrinsik (Potter & Perry, 2005). a) Faktor intrinsik 1) Usia Klien dengan usia lanjut usia akan lebih mudah untuk mengalami ulkus dekubitus. Hal ini terjadi karena pada usia lanjut terjadi pada struktur kulit itu sendiri Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 10 2) Temperatur Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan berpengaruh pada temperatur jaringan. Dengan adanya peningkatan temperatur ini akan menyebabkan iskemik jaringan. 3) Nutrisi Nutrisi yang buruk akan berimbas pada menurunnya metabolisme seluruh jaringan tubuh terutama pada kulit, ginjal, dan pencernaan. Karena nutrisi akan difokuskan kepada organ-organ yang lebih vital b) Faktor ekstrinsik 1) Tekanan Saat bagian tubuh menalami penekanan yang lebih besar dari tekanan kapiler maka jaringan akan mengalami perfusi yang inadekuat dan akhirnya iskemi jaringan. 2) Friksi Gaya gesek dapat menyebabkan luka pada kulit klien dan mencetuskan terjadinya ulkus dekubitus 3) Kelembaban Kelembaban yang meningkat akan memicu terjadinya kerusakan pada meningkatkan kulit. kelembaban Banyak kulit hal seperti yang urin dapat pada inkonintensia urin, pengeluaran keringat berlebih. 4) Faktor lainnya Penurunan persepsi sensori, immobilisasi, dan keterbatasan aktivitas 2.2.3. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya ulkus dekubitus. Tiga elemen dasar yang menjadi dasar terjadinya dekubitus (Potter & Perry, 2005), yaitu: 1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiper Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 11 2. Durasi dan besarnya tekanan 3. Toleransi jaringan Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area permukaan tulang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah pada area yang tertekan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia, dan berkembang menjadi nekrosis. Hal ini dapat dicegah bila tekanan cepat dihilangkan sehingga memberikan waktu jaringan disekitar memperbaiki diri. Reaksi kompresi sirukulasi akan tampak sebagai hiperemia dan reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum periode kritis yaitu 1-2 jam. Tekanan yang normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan kapiler dan struktur pembuluh darah pada kulit, maka akan terjadi kolaps. Dengan terjadinya kolaps akan menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, jaringa tidak mampu bermetabolisme dengan semestinya. Alhasil jaringan akan menjadi mati. 2.2.4. Skala Identikasi Resiko Ulkus Dekubitus Identifikasi pasien beresiko terjadi ulkus dekubitus dengan menggunakan skala yang menilai resiko terjadinya ulkus dekubitus. Ada 3 skala yang umum dipakai untuk menentukan resiko (Potter & Perry, 2005), yaitu: a) Skala norton Skala norton menilai 5 komponen faktor resiko yaitu: kondisi fisik, kondisi mental, aktivitas, mobilisasi, dan inkontinensia. Total nilai berada diantara 5 sampai 20. Nilai 16 dianggap sebagai nilai yang beresiko untuk terkena dekubitus Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 12 Tabel 2.1. skala norton Kondisi Kondisi fisik mental Aktifitas Mobilisasi inkontinensia Baik (4) Sadar (4) Mandiri (4) Bebas (4) Tidak ada (4) Sedang (3) Apatis (3) Dibantu (3) Agak Kadang (3) Buruk (2) Bingung (2) Diatas kursi terbatas (3) Sering (2) Sangat Stupor (1) roda (2) Sangat Dua kali Di atas tempat terbatas (2) sehari (1) tidur (1) Immobilisa buruk (1) si (1) b) Skala gosnell Skala gosnell dibuat sebagai modifikasi pada skala pengukuran sebelumnya. Lima komponen pengukuran, hanya berbeda pada 2 penamaan komponen. Komponen tersebut adalah sebagai berikut: status mental, kontinensia, mobilisasi, aktivitas, dan nutrisi. Rentang nilai berada pada nilai 5-20, semakin tinggi nilai menandakan semakin tinggi resiko terkena luka tekan. Tabel 2.2. skala gosnell Status Kontinensia Mobilisasi Aktivitas Nutrisi mental Sadar (5) Kontrol Penuh (4) Mandiri (4) Baik (3) Apatis (4) penuh (4) Agak terbatas Dengan Sedang (2) Bingung (3) Sedang (3) (3) bantuan (3) Buruk (1) Stupor (2) Minimal (2) Sangat Di atas kursi Tidak sadar Kehilangan terbatas (2) (2) (1) kontrol (1) Immobilisasi Tirah baring (1) (1) Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 13 c) Skala braden Instrumen yang terakhir adalah skala braden yang mengukur 6 katagori faktor resiko dekubitus yaitu: persepsi sensori, kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi, friksi dan gesekan. Nilai berada pada rentang 6 hingga 23. Penilaian berkebalikan dengan 2 skala pengukuran sebelumnya. Pada skala braden semakin rendah nilai menandakan semakin tinggi resiko terjadi ulkus dekubitus. Nilai 16 kebawah dianggap klien beresiko tinggi terkena ulkus dekubitus. Tabel 2.3. skala braden Perspesi sensorik Terbatas total (1) Sangat terbatas (2) Sedikit terbatas (3) Tidak ada ganguan (4) Kelembaban Kelembaban kulit konstan (uoleh urin/lainnya) (1) Sangat lembab (2) Kadang lembab (3) Jarang lembab (4) Aktivitas Tirah baring (1) Di atas kursi roda (2) Kadang kadang berjalan (3) Sering berjalan (4) Mobilisasi Immobilisasi total (1) Sangat terbatas (2) Agak terbatas (3) Tidak terbatas (4) Nutisi Sangat buruk (1) Mungkin kurang (2) Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 14 Cukup (3) Baik (4) Friksi dan gesekan Masalah (1) Masalah yang berpotensi (2) Tidak ada masalah (3) 2.2.5. Intervensi Keperawatan Setelah diketahui klien beresiko mengalami ulkus dekubitus maka perlu dilakukan intervensi untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus. Terdapat tiga area intervensi keperawatan utama untuk mencegah ulkus dekubitus yaitu (Potter & Perry, 2005): a. Higiene dan perawatan kulit Higiene kulit harus dijaga untuk tetap bersih dan kering, hal ini adalah perlindungan dasar untuk mencegah terjadinya kerusakan kulit. Penggunaan sabun dan air panas harus dihindari pemakaiannya karena sabun yang mengandung alkohol menyebabkan kulit kering dan meninggalkan residu alkalin pada kulit. Residu alkalin akan menghambat pertumbuhan bakteri normal pad akulit dan meningkatkan pertumbuhan bakteri opotunistik yang berlebihan, yang dapat masuk melalui luka terbuka. Setelah dilakukan higiene, maka langkah selanjutnya adalah memberikan kelembaban pada kulit, hal ini tentunya adalah memberikan kelembaban tanpa membuatnya lebih lembab. Pelembab harus bersifat anti air agar menjaga area tidak basah atau terlalu lembab yang nantinya akan meningkatkan resiko terjadinya luka. Bila klien mengalami inkontinensia urin ataupun feses, maka kulit harus kelembabannya. selalu Maka dibersihkan penting untuk dan dijaga memberikan perlindungan dari kelembaban berlebih yang ditimbulkan inkontinensia urin ataupun feses. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 15 b. Pengaturan posisi Pengaturan posisi bertujuan pada pengurangan tekanan dan gaya gesek pada kulit secara terus menerus. Standar perubahan posisi adalah dengan interval 2 jam. Akan lebih baik bila diberikan sebuah jadwal untuk penggantian posisi. Hal yang harus diingat adalah saat membantu klien merubah posisi, lakukan dengan cara mengangkat bukan diseret. Sembari melakukan pergantian posisi maka perawat juga harus sekaligus mengkaji keadaan kulit. Hindari untuk melakukan pemijatan pada area yang kemerahan. Pemijatan pada area yang kemerahan akan meningkatkan kerusakan kapiler pada jaringan yang berada dibawahnya dan meningkatkan resiko dekubitus. c. Alat pendukung (kasur dan tempat tidur terapeutik) Saat akan memilih alas tempat tidur, perawat perlu untuk mengkaji kebutuhan klien secara keseluruhan. The Support Surface Consensus Panel mengidentifikasi 3 tujuan alat pendukung tersebut, yaitu: kenyamanan, kontrol postur tubuh, dan manajemen tekanan. Sehingga penting bagi perawat untuk mengetahui tujuan awal sebuah alas pendukung agar digunakan sesuai dengan kebutuhan klien. 2.3. Virgin Coconut Oil (VCO) Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat tanpa pemanasan atau dengan pemanasan minmal. Bahan olahan minyak kelapa berasal dari daging buah yang terdiri dari 2 jenis yaitu minyak yang diolah dari bahan baku kopra (daging kelapa kering) dan minyak yang diolah dari bahan baku kelapa segar/santan. Pengolahan dari bahan baku buah kelapa segar ini yang menghasilkan minyak kelapa murni (Handayani, 2010). Cara pembuatan VCO Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 16 VCO diolah dengan minimal pemanasan atau tanpa pemanasan sama sekali. Pengolahan daging buah kelapa menjadi VCO dapat dilakukan dengan 2 cara (Handayani, 2010), yaitu: a. Proses mekanis Pengolahan dengan cara ini, daging kelapa dikeringkan dengan cepat lalu dipres hingga keluar minyaknya. Pembuatan minyak kelapa menggunakan cara mekanik akan memperoleh hasil 90% minyak dan 10% air. Sisa air yang ada dipisahkan dengan cara dipanaskan dengan cepat agar menguap. b. Proses fermentasi Fermentasi dengan menggunakan ragi tape (Saccharomyces Cerevicae) atau ragi roti. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan santan dengan ragi tape kemudian difermentasikan selama 12-24 jam. Dengan cara ini akan diperoleh VCO dengan kualitas dan kemurnian yang terjamin. Demikian juga warnanya bening dan mempertahankan aroma khas buah kelapa. Perawatan kulit meliputi mempertahankan kebersihan kulit, melindunginya dari kelembaban berlebihan oleh keringat, urine, ataupun feses, melindungi kulit dari kekeringan, mempertahankan elastisitas kulit dengan hidrasi dan nutrisi yang cukup dan memberikan pelembab atau bahan topikal. Bahan topikal yang dapat dipilih untuk perawatan kulit mencegah luka dekubitus dapat menggunakan lotion atau minyak kelapa. Price, 2003 dalam Handayani (2010) menyatakan jika menggunakan lotion biasa untuk perawatan kulit, umumnya lotion menggunakan komponen air sehingga ketika dipakai akan memberikan kesegaran sesaat namun ketika kandungan airnya hilang karena penguapan, maka kult menjadi kering. VCO dapat diberikan sebagai bahan topikal yang berfungsi menjadi pelembab untuk mencegah kulit kering dan sebagai bahan topikal untuk meminimalkan paparan keringat berlebih, urin, feses karena sifatnya sebagai minyak yang tidak dapat bercampur dengan air. VCO juga memberikan nutrisi melalui proses penyerapan oleh kulit dan sebagai pelumas untuk Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 17 mengurangi efek gesekan dan shear. Menurut Price, 2003 dalam Handayani (2010) dalam VCO unsur antioksidan dan vitamin E masih dapat dipertahankan sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu melembutkan kulit. Asam lemak antiseptik pada minyak kelapa membantu mencegah infeksi jamur dan bakteri. Ketika dipakaikan langsung sebagai agen topikal, asam lemak pada minyak kelapa dapat bereaksi dengan bakteri di kulit dan membentuk zat mirip sebum yang dihasilkan alami oleh kulit sehingga mampu memberikan kelembaban. Ketika mandi sabun akan menghilangkan keringat, minyak dan zat zat asam pelindung kulit oleh karena itu sebelum minyak dikeluarkan kembali oleh kulit, kulit akan kering dan peka terhadap agen-agen mikroba berbahaya. Memberikan pelembab setelah mandi akan membuat kulit kembali segar. Pelembab yang terbuat dari minyak kelapa murni setelah mandi akan bermanfaat bagi kesehatan kulit dengan meningkatkan atau mempertahankan toleransi jaringan yang diharapkan. Minyak kelapa disebut sebagai minyak tersehat yang pernah ada bukan hanya kegunaannya bagi diabetes tetapi juga dapat digunakan untuk mengurangi kegemukan, mengurangi resiko arterosklerosis, kanker, mencegah infeksi bakteri-virus-jamur, memperbaiki proses pencernaan dan absorbsi nutrisi (Gupta, 2010). Kegunaan coconut oil bagi diabetes sendiri adalah kemampuannya dalam kemampuannya memasukkan glukosa kedalam sel tanpa membutuhkan bantuan insulin. Selain itu coconut oil berfungsi dalam meningkatkan kinerja insulin serta memperbaiki ikatan insulin dengan reseptor sel. Coconut oil juga juga mampu memperlambat proses pencernaan sehingga membuat gula darah lebih stabil. Ketika seseorang menyertakan coconut oil dalam menu makanannya seperti karbohidrat, karbohidrat akan dipercah menjadi glukosa jauh lebih lambat sehingga kadar glukosa darah lebih stabil.Coconut oil adalah antioksidan alami sehingga membantu tubuh dalam mencegah pembentukan radikal bebas dan mencegah penuaan dini serta penyakit penyakit degeneratif. Coconut oil adalah bahan massage terbaik yang pernah ada, karena coconut Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 18 oil mampu menciptakan pelindung dari infeksi, melembutkan serta melembabkan kulit. Mencegah keriput dan pembentukan titik penuaan. Coconut oil mampu menyembuhkan beberapa masalah kulit seperti psoriasis, dermatitis, eczema dan infeksi kulit lainnya. Unsur kimia dalam coconut oil: coconut oil dibentuk oleh asam lemak tersaturasi sekitar 94% dengan presentasi asam lemak rantai medium sekitar 64% (Gupta, 2010). 1. Vitamin E, berguna sebagai nutrisi bagi rambut dan kulit sehingga meremajakan kulit 2. Kelembaban 2.4. Penelitian Terkait Efektivitas penggunaan Virgin Coconut Oil dengan massage untuk pencegahan luka tekan grade 1 pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian kuantitatif berdesain quasi eksperimen postest only with control yang bertujuan untuk membuktikan efektifitas pencegahan luka tekan menggunakan VCO dengan massage pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Uji fisher exavt dan regresi logistik berganda menunjukkan adanya perbedaan kejadian luka tekan pada pasien yang dirawat menggunakan VCO massage dan tanpa VCO dengan massage (p=0,033 OR 0,733 95% CI 0,540-0,995) setelah dikontrol oleh variabel indeks massa tubuh (IMT). Hasil penelitian menyarankan agar VCO dengan massage dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam intervensi pencegahan luka tekan pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan. pada penelitian Suheri (2009) dengan judul penelitian “gambaran lama hari rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUP haji adam malik medan”. Penelitian menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden. Sampel diambil dengan teknik Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 19 purpossive sampling. didapatkan hasil bahwa 88,8% pasien immobilisasi terjadi ulkus dekubitus pada hari ke-5. Jurnal yang berjukul “Effect of Massage on Limb And Skin Blood Flow after Quadriceps Exercise”. Hinds, T., I, Mcewan, J., Perkes, E., Dawson, D., Ball, and K. George. Diterbitkan pada tahun 2004 di Med. Sci. Sports Exerc Vol. 36, no. 8, pp. 1308-1313. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan efek massage terhadap kontrol (istirahat) dengan melihat aliran darah arteri femoral (FABF), aliran darah kulit (SKBF), temperatur kulit (SKT), dan temperatur otot (MT) setelah latihan dinamis pada keempat ekstermitas. Sampel berjumlah 13 laki laki dengan melakukan latihaan sebanyak 3x2menit kemudian diikuti 2x 6 menit pemberian massage (effleurage dan petrissage). Kemudian indikator-indikator yang berada diatas diukur sebelum, segera setelah latihan kemudian ditengah dan diakhir massage/istirahat. Data dianalsis dengna uji ANOVA. Untuk aliran darah arteri femoral, temperatur otot, laktat darah, tekanan darah, dan nadi tidak naik secara bermakna dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan untuk aliran darah kulit dan temperatur kulit meningkat bermakna setelah diberikan massage dibandingkan kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kenaikan bermakna aliran darah arteri, peningkatan alirah darah ke kulit mengalihkan aliran darah ke otot sebagai proses recovery. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1. Identitas Klien klien bernama Ny. S berusia 56 tahun. Tanggal lahir klien adalah 6 juli 1956. Beliau adalah warga negara asli indonesia berdomisili di jalan jembatan besi 013/003 tambora, jakarta selatan provinsi DKI jakarta. Beliau beragama islam dengan status menikah. Berpendidikan terakhir SD dan tidak bekerja. Diagnosa masuk klien adalah lumbal canal stenosis, tanggal masuk 17 juni 2013. 3.2. Keluhan Utama Nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu. Semakin lama semakin berat dan nyeri terasa menjalar sampai tungkai bawah. Tungkai bawah terasa semakin baal dan berat untuk digerakkan, tungkai bawah masih dapat digunakan untuk mobilisasi/ berjalan. 3.3. Pengkajian Keperawatan 3.3.1. Aktivitas/Istirahat Klien tidak bekerja dalam keseharian, beliau hanya ibu rumah tangga. Beliau mempunyai keterbatasan semenjak 3 tahun lalu dimana kaki klien menjadi baal dan lebih berat untuk digerakkan. Sehingga perlu berpegangan pada dinding atau benda disekitar untuk berpindah posisi. Klien lebih banyak menghabiskan waktunya diatas tempat tidur, dan hanya berpindah posisi ke kamar mandi saja. Klien tidak menggunakan alat bantu apapun dalam mobilisasi keseharian karena menganggap masih mampu melakukannya sendiri. Pengkajian otot pada klien didapatkan kekuatan maksimal (5) pada ekstermitas atas dan (4) pada ekstermitas bawah. Dari hasil pengkajian status mental klien masih baik, klien mampu menyebutkan kelemahan dalam hal mobilisasi dan kebutuhan yang dibutuhkan dalam menghadapi kelemahan mobilisasinya. Untuk aktivitas istirahat klien tidak menghadap permasalahan. Tidur sekitar 6-7 jam, klien tidak menghadapi 20 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 21 permasalahan sulit tidur seperti insomnia ataupun permasalahan tidur karena penyakitnya. 3.3.2. Sirkulasi Klien mempunyai tekanan darah yang tinggi. Pada pengkajian awal tekanan darah klien 160/90 mmHg, dan selanjutnya pernah mendapatkan 180/100 mmHg. Hal ini diindikasikan karena klien masih merasa takut (ansietas) akan operasinya. Klien masih belum menerima akan operasinya. Sirkulasi perifer masih cukup baik dimana nadi radialis serta dorsalis pedis teraba cukup kuat dengan frekuensi 80100x/menit, Capillary Refill Time (CRT) kurang dari 2 detik. Warna kulit pada kuku di keempat ekstermitas berwarna merah muda dan teraba hangat. Auskultasi dada didapatkan bunyi jantung 1 dan 2, kuat dan teratur. Konjungtiva terlihat anemis dan sklera tidak ikterik. 3.3.3. Integritas Ego klien terobservasi mengalami stress karena operasinya. Klien menceritakan bahwa semua pengobatan telah dijalani berharap agar penyakit klien dapat sembuh tanpa harus melalui proses operasi. Namun karena dirasa hanya operasi yang belum dijalani dan hal ini yang direkomendasikan dari poli. Akhirnya dengan berat hati klien menerima keputusan tersebut. Cara klien mengatasi stressnya secara konstruktif dan destruktif. Secara destruktif klien terlihat menangis dan lebih banyak menerima apa adanya. Sedangkan pada cara konstruktif adalah berdoa dan berpasrah diri pada Tuhan. Klien mempunyai agama islam. Respon psikologis yang teramati adalah lapang pikiran klien menyempit, klien lebih banyak melamun dan jarang menggunakan kontak mata. Klien hanya menjawab pertanyaan seperlunya saja. Klien juga sempat terlihat menangis saat akan diberikan edukasi pre dan post op. Keluarga juga membenarkan bahwa klien memang merasa takut dan belum menerima terhadap operasi yang hendak dilakukan. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 22 3.3.4. Eliminasi Klien mempunyai pola BAB 2 hari sekali atau kadang 3 hari sekali. BAB terakhir sehari sebelum rumah sakit. Tidak ada perdarahan dalam BAB. Klien pernah beberapa kali mengalami konstipasi tapi akhir-akhir ini sudah tidak pernah. Klien tidak menggunakan laksatif. Bising usus klien normal dengan frekuensi 8x/menit. BAK klien sehari sekitar 5x, tidak ada warna merah, ataupun disuria. Tidak ada nyeri tekan abdomen. 3.3.5. Makanan/Cairan Pola makan diet klien sehari 2 atau 3x sehari dengan porsi setengah atau ¾ piring. Klien tidak mempunyai alergi makanan apapun. Minuman klien lebih banyak air putih 6-8 gelas kali sehari. BB klien 59Kg; TB 157cm; IMT 23,9 Kg/cm; BBIdeal 51,3 Kg (115%). Klien memiliki sedikit kelebihan berat badan bila melihat berat badan ideal dan IMT. Kebutuhan nutisi menurut Brocca: = 25 x (BBideal) –( umur diatas 40) + (aktivitas ringan) – (BB lebih) = ( 25 x 51,3 ) – 5% + 10% - 10% = 1282,5 – 5% = 1282,5 – 64,125 = 1218, 375 kkal/hari Klien mendapatkan diet nasi biasa dengan kebutuhan gizi 1500 dari ahli gizi RSCM. Kondisi mulut, gigi dan gusi klien masih baik, bising usus 8x/menit. tidak ada mual ataupun muntah yang dialami oleh klien. 3.3.6. Higiene Penampilan umum klien terlihat bersih, rapih. Tidak tercium bau yang menyenangkan. Pakaian rapih bersih dan sesuai dengan gender. Tangan serta ekstermitas lainnya bersih. Kuku pendek dan tidak kotor. Aktivitas mandi klien 2 kali sehari namun selama dirumah sakit klien mengatakan kadang hanya satu kali sehari yaitu pada pagi hari saja. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 23 3.3.7. Neurosensori klien mempunyai nyeri pada kepala terutama pada tengkuk belakang. Karena klien memang mempunyai hipertensi. Klien juga mempunyai kebas ataupun baal pada ekstermitas bawah lebih tepatnya dari mata kaki hingga ujung jari hal ini dikarenakan lumbal stenosisnya. Sedangkan pada mata kaki keatas klien masih mempunyai sensasi nyeri yang baik. Untuk mata, penghidu serta pendengaran klien tidak mempunyai masalah, masih berfungsi dengan baik. Status mental klien masih cukup baik, klien mampu mengenali keterbatasan ataupun kemampuannya. Afek klien sedikit datar. Memori klien masih baik, klien mmapu menceritakan awal mula kejadian kaki mulai terasa berat dan baal serta mampu menceritakan pengobatan apa saja yang telah dilakukan selama 3 tahun belakangan. Kemampuan bicara klien juga dapat dimengerti dan terkoordinasi dengan baik. 3.3.8. Nyeri Nyeri dirasakan dibagian punggung bawah, menjalar hingga ke ekstermitas bawah. Frekuensi tidak menentu. Lamanya bisa bertahan setengah jam bahkan lebih bila sakitnya kambuh. Sakit tercetus bila klien salah posisi. Nyeri terasa seperti tertusuk, skala nyeri 6-7. Untuk menguranginya dirumah klien tidur dengan tempat tidur datar, terkadang dilapisi dengan papan. Terobservasi wajah yang mengerut saat dilakukan palpasi pada daerah punggung yang sakit. 3.3.9. Pernapasan klien tidak mempunyai masalah seperti: batuk, emfisema, asma, bronkitis, atapun TB paru. Klien tidak merokok. Hasil inspeksi mendapatkan bahwa RR klien 20x/menit, pengembangan paru simetris dan tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak terobservasi akan adanya sianosis. Hasil auskultasi didapatkan kedua lapang paru tidak ditemukan suara abnormal. Suara napas yang ditemukan adalah bronko vesikuler dan vesikuler. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 24 3.3.10. Keselamatan Klien tidak mempunyai alergi makanan ataupun alergi obat. Klien belum pernah mendapatkan transfusi sebelumnya. Klien tidak mempunyai masalah fraktur ataupun sendi. Klien tidak mempunyai gangguan penglihatan ataupun pendengaran. Tonus otot masih baik semua ekstermitas bernilai maksimal 5. Rentang gerak menurun pada ekstermitas bawah. Cara berjalan berpegangan pada dinding ataupun benda disekitar karena ekstermitas bawah klien mulai berat untuk digerakkan. Integritas kulit pada sakrum terlihat kemerahan, menurut klien itu karena awalnya gatal dan digaruk. Namun integritas kulit masih utuh. 3.3.11. Seksualitas klien tidak memiliki masalah dalam hal fungsi reproduksi. Klien telah mengalami menopause dari umur 48 tahun. 3.3.12. Interaksi Sosial Klien berstatus sebagai istri, ibu dan seorang nenek. Klien tinggal dirumah bersama suami dan anak serta cucu. Beliau mempunyai 3 anak yang ketiganya telah menikah. Setiap hari beliau ditemani oleh suami dan anak secara bergantian. Komunikasi terjalin baik antara suami maupun anak yang menjaganya. 3.3.13. Penyuluhan/Pembelajaran Bahasa yang dominan klien dan keluarga gunakan adalah bahasa sunda dan bahasa yang kedua adalah bahasa indonesia. Pendidikan terakhir klien adalah pendidikan dasar (SD). Beliau mematuhi medikasi dari RS. Klien mempunyai harapan agar operasi berjalan lancar dan mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 25 3.3.14. Pengkajian Tambahan Pengkajian resiko jatuh Tabel 3.1. Pengkajian Morse Fall Scale No. Resiko 1. 2. Skala Nilai Riwayat jatuh, yang baru atau 3 bulan Tidak 0 terakhir Ya 25 Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0 0 0 Ya 15 3. 4. 0 Alat bantu jalan: Bedrest/dibantu perawat 0 Penopang/tongkat/walker 15 Furnitur 30 Menggunakan infus Tidak 0 0 Ya 25 5. 6. 15 Cara berjalan/berpindah Normal/bedrest/immobilisasi 0 Lemah 15 Terganggu 30 0 Status mental: Orientasi sesuai kemampuan diri 0 Lupa keterbatasan diri 15 Jumlah skor 15 Keterangan : 0-24 tidak berisiko 25-50 resiko rendah jatuh >50 resiko tinggi jatuh Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 26 Pengkajian resiko ulkus dekubitus Tabel 3.2. Pengkajian Skala Norton Penilaian 4 3 2 1 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor Aktivitas Jalan Jalan Kursi roda Di sendiri denagn tempat tidur bantuan Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak bergerak terbatas terbatas mampu bergerak Inkontinensia Kontinen Skor 8 Total skor 16 Kadang- Selalu Inkontinensia kadang inkontinensi urin inkoninten a urin 9 Keterangan : 16 – 20 resiko rendah terjadi dekubitus 12 – 15 resiko sedang terjadi dekubitus 12 resiko tinggi terjadi dekubitus 3.3.15. Pemeriksaan Penunjang Tanggal pemeriksaan : 13 mei 2013 Kimia klinik Tabel 3.3. Pemeriksaan Kimia Klinik 1 Glukosa puasa 91 Mg/dl 70-100 Glukosa 2 jam PP 94 Mg/dl 70-140 Gliko Hb (HbA1c) 5.2 % <5.7 : normal 5.7-6.4 : beresiko diabetes melitus >6.5 : diabetes melitus Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 27 Tanggal pemeriksaan : 18 juni 2013 Hematologi rutin Tabel 3.4. Pemeriksaan Hematologi 1 Hemoglobin 6.9 g/dL 12-15 Hematokrit 22.1 % 36-46 Eritrosit 2.40 106/µL 3.8-4.8 MCV 92.1 fL 80-95 MCH 28.8 Pg 27-31 MCHC 31.2 g/dL 32-36 Jumlah leukosit 10.72 103/µL 5-10 297 103/µL 150-400 Jumlah trombosit Hemostasis Tabel 3.5. Pemeriksaan Hemostasis 1 Masa protrombin (PT) Pasien 10.2 Detik Kontrol 12.7 Detik Pasien 32.1 Detik kontrol 33.9 Detik 9.8-12.6 APTT 31-47 Kimia klinik Tabel 3.6. Pemeriksaan Kimia Klinik 2 SGOT 13 U/L <27 SGPT 10 U/L <34 Ureum darah 30 Mg/dL <50 Kreatinin darah 0.9 Mg/dL 0.6-1.2 Glukosa sewaktu 86 Mg/dL <140 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 28 Elektrolit Tabel 3.7. Pemeriksaan Elektrolit 1 Natrium 140 mEq/L 132-147 Kalium 3.61 mEq/L 3.3-5.4 Klorida 106.2 mEq/L 94.6-111 Tanggal pemeriksaan 19 juni 2013 Hemostasis Tabel 3.8. Pemeriksaan Hematologi 2 Hemoglobin 6.8 g/dL 12-15 Hematokrit 21.4 % 36-46 Eritrosit 2.40 106/µL 3.8-4.8 MCV 89.2 fL 80-95 MCH 28.3 Pg 27-31 MCHC 31.8 g/dL 32-36 Jumlah leukosit 7.14 103/µL 5-10 Jumlah trombosit 281 103/µL 150-400 Hemostasis Tabel 3.9. Pemeriksaan Hemostasis 2 Masa protrombin (PT) Pasien 10.9 Detik Kontrol 12.7 Detik Pasien 33.3 Detik kontrol 33.9 Detik 9.8-12.6 APTT 31-47 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 29 Kimia klinik Tabel 3.10. Pemeriksaan Kimia Klinik 3 SGOT 14 U/L <27 SGPT 10 U/L <34 3.36 g/dL 3.4-4.8 Ureum darah 32 Mg/dL <50 Kreatinin darah 0.9 Mg/dL 0.6-1.2 Glukosa sewaktu 103 Mg/dL <140 Albumin Tanggal pemeriksaan : 20 juni 2013 Hematologi Tabel 3.11. Pemeriksaan Hematologi 3 Hemoglobin 9.6 g/dL 12-15 Hematokrit 29.8 % 36-46 Eritrosit 3.26 106/µL 3.8-4.8 MCV 91.4 fL 80-95 MCH 29.4 Pg 27-31 MCHC 32.2 g/dL 32-36 3 Jumlah leukosit 6.62 10 /µL 5-10 Jumlah trombosit 295 103/µL 150-400 Laporan radiologi tanggal pemeriksaan : 27 februari 2013 foto vertebra lumbosacral AP-Lateral vertebrae lumbosacral melurus tampak iisthesis L3 dan L4 tampak spur anterior dan lateral L2 s/d L5 pedikel intak discus intervertebral L2-3, L3-4, L4-5 sempit Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 30 kesan: spondyolisthesis L3 dan L4 OA lumbal Laporan radiologi Tanggal pemeriksaan : 17 april 2013 Telah dilakukan pemeriksaan MRI lumbosakral potongan sagital sekuen T1W1, T2W1, dan T2 fat.supresi, dan potongan axial T1 dan T2 tanpa pemberian bahan kontras Gd DTPA dengan hasil sebagai berikut: Tampak scoliosis lumbalis ke kanan Alignment columna vertebrae lumbosakral baik, tampak listhesis Struktur korpus, prosesus transversus dan spinosus intak Tidak tampak signal dengan intensitas patologis di corpus vertebrae lumbosacral Tak tampak penurunan intensitas signal seluruh discus intervertebralis lumbalis Tampak multipel penonjolan diskus intervertebralis ke posterior menekan dural sac, dengan penekanan radiks kanan dan kiri setinggi L2-3, L3-4, L4-5 serta L5-S1 Medula spinalis mulai Th9 sampak konus medularis berakhir di level L1 dengna intensitas normal, tidak ada lesi fokal dan tidak ada signal intensitas patologis intramedularis maupun extramedular Ligamentum flavum, ligamentum interspinosum dan ligamentum longitudinale anterior dan posterior tidak menebal, sendi apofisi kanankiri dalam batas normal Jaringan lunak paravertebra tidak memperlihatkan penebalan maupun lesi patologis lain Kesimpulan: HNP L2-3, L3-4, L4-5 serta L5-S1 dengna penekanan radiks kanan dan kiri Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 31 3.4. Analisa Data Tabel 3.12. Analisa Data No. Data yang ditemukan Diagnosa keperawatan 1. Nyeri kronik DS: Klien mengatakan nyeri pada punggung bagian bawah Klien menyatakan nyeri menjalar hingga ke kaki bawah Durasi nyeri bisa setengah jam bahkan lebih lama Frekuensi tidak menentu Nyeri terasa seperti tertusuk Klien mengatakan untuk mengurangi nyeri tidur dengan tempat tidur datar, terkadang dilapisi dengan papan Skala nyeri 6-7 Klien menyatakan nyeri semenjak 3 tahun yang lalu DO: Terobservasi wajah yang mengerut saat dilakukan palpasi pada daerah punggung yang sakit. 2. DS: Resiko kerusakan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 32 Klien mengatakan lebih banyak integritas kulit menghabiskan waktu dikamar tidur Klien mengatakan hanya mobilisasi ke kamar mandi bila diperlukan saja Klien mengatakan kaki mulai terasa berat untuk digerakkan DO: Nilai skala norton 18, klien beresiko rendah terkena ulkus dekubitus Klien lebih banyak berbaring di tempat tidur 3. DS: Ansietas Klien mengatakan takut operasi DO: Klien lebih banyak melamun Klien lebih tertutup Klien menangis saat akan dilakukan pendidikan pre-op dan post op Nilai skala hamilton 10 (kecemasan ringan) 4. DS: Resiko injuri Klien mengatakan kaki terasa baal Klien mengatakan kaki berat untuk digerakkan Klien mengatakan berjalan butuh pegangan DO: Mata kaki kebawah sensasi nyeri tidak ada Gaya berjalan klien berpegangan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 33 pada tembok dan benda disekitar Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 34 3.5. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang ditampilkan dibawah ini adalah rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan: resiko kerusakan integritas kulit. Tabel 3.13. Rencana Keperawatan No. 1. Diagnosa keperawatan Resiko integritas kulit Tujuan dan kriteria hasil kerusakan NOC: Intervensi Rasional NIC: pressure management Tissue integrity : skin 1. Anjurkan pasien untuk 1. Pakaian longgar mengurangi and mucous membranes menggunakan pakaian yang tekanan Status nutrisi longgar terjadi pada kulit Tissue perfusien perifer Dialiysis acces integrity 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap Setelah dilakukan tindakan selama kepererawatan 5x24 jam gangguan integritas kulit tidak bersih dan kering terjadi kriteria hasil: dan friksi yang 2. Kerutan dapat membuat friksi pada kulit 3. Kulit yang bersih dan kering lebih kuat dibandingkan dengan kulit yang lembab 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali dengan 4. Mobilisasi tiap 2 jam dapat mengurangi tekanan pada bagian yang tertekan 5. Monitor kulit akan adanya Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 5. Kemerahan menandakan 35 1. Integritas kulit yang baik kemerahan jaringan disekitar iskemi dan bisa terjadi dipertahankan 6. Monitor gangguan sensasi atau nyeri aktivitas dan mobilisasi pasien mengalami gangguan 6. Memantau 7. Monitor status nutrisi klien 7. Nutrisi yang 8. Memandikan klien dengan sabun dan air hangat dapat 8. Air hangat membuat pembuluh darah bervasodilatasi pemahaman dalam risiko 9. Memantau perbaikan untuk memonitor faktor risiko dekubitus kulit dan mencegah klien (braden scale, norton waktu terjadinya scale) cedera berulang 9. Gunakan pengkajian 10. Inspeksi kulit terutama pada 4. Mampu melindungi kulit baik memperkuat seluruh jaringan 3. Menunjukkan proses kemmapuan mobilisasi klien pada daerah kulit yang sebagai kompensasi 2. Melapornakan adanya hiperemi dan meempertahnakn kelembaban klit dan merupakan dan titik titik tekanan kteika beresiko merubah posisi klien dekubitus Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 dari ulkus waktu ke 10. Bagian tulang yang menonjol bagian tulang yang menonjol 11. Jaga kebersihan alat tenun resiko bagian terkena yang ulkus 11. Kebersihan meminimal kan 36 perawatan alami 5. Status resiko infeksi ataupun friksi nutrisi adekuat 12. Kolaborasi dengan ahli gizi 6. Sensasi dan warna kulit normal pada klien untuk pemberian tinggi 12. Memberikan nutrisi cukup bagi jaringan tubuh protein, mineral, dan vitamin 13. Monitor serum albumin dan transferin 13. Albumin menandakan protein tubuh secara menurun keseluruhan, mempunyai arti penurunan sistem imun pula. Transferin menandakan keadaan zat besi tubuh. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 37 3.6. Implementasi dan hasil Implementasi: implementasi yang diberikan kepada klien adalah pencegahan ulkus dekubitus standar dan massage dengan menggunakan VCO. Implementasi pencegahan standar dapat dirangkum seperti dibawah ini Tabel 3.14. Pencegahan Standar Ulkus Dekubitus No. 1. Pencegahan Standar Perawatan kulit Implementasi Mandi 2 kali sehari (kolaborasi dengan keluarga) 2. Reposisi Miring kiri-miring kanan-telentang tiap 2 jam (kolaborasi dengan keluarga) 3. Observasi Memantau tanda-tanda terjadinya kerusakan jaringan kulit: 1. Kemerahan 2. Perubahan sensasi; nyeri 3. Perubahan konsistensi 4. Perubahan suhu Implementasi massage menggunakan VCO selama 5 menit 2 kali sehari selama 5 hari; pukul 08.00 dan 17.00 dari tanggal 18 – 22 juni 2013. Indikator lama fokus penelitian 5 hari berdasarkan pada penelitian Suheri (2009) dengan judul penelitian “Gambaran Lama Hari Rawat dalam Terjadinya Luka Dekubitus pada Pasien Immobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan” didapatkan hasil bahwa 88,8% pasien immobilisasi terjadi ulkus dekubitus pada hari ke-5. Fokus tindakan keperawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus sehingga dilihat beberapa indikator yang menandakan terjadinya ulkus dekubitus (diambil dari ciri-ciri ulkus dekubitus grade 1) yaitu: 1. Nyeri 3. Perubahan Suhu 2. Kemerahan 4. Perubahan konsistensi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 38 Hasil sebagai berikut: Tabel 3.15. Hasil Implementasi Hari ke Nyeri Kemerahan Perubahan suhu Perubahan konsistensi 1 − − − − 2 − − − − 3 − − − − 4 − − − − 5 − − − − Dibawah ini adalah gambar dari keadaan sakrum klien sebelum diberikan intervensi dan hari terakhir pemberian implementasi. Sebelum implementasi hari terakhir implementasi Gambar 3. Keadaan Sakrum Klien Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 BAB IV ANALISIS SITUASI 4.1. Profil Lahan Praktek RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) merupakan rumah sakit pusat rujukan nasional yang status kepemilikannya berada di bawah naungan pemerintah lebih tepatnya oleh Kementrian Kesehatan RI. Sebagai rumah sakit rujukan nasional RSCM mempnyai pelayanan yang cukup lengkap. Pelayanan yang dimiliki RSCM meliputi Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik, rawat inap, dan Pelayanan Jantung Terpadu. Ruang rawat inap terbagi ke dalam beberapa instalasi rawat inap, yaitu meliputi gedung A, RSCM Kencana, RSCM Kirana, Instalasi Kesehatan Anak, Perinatologi, Bedah Anak, dan Unit Luka Bakar. RSCM memiliki visi “menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014” (RSCM, 2013). Perwujudan visi tersebut terlihat dari pembenahan yang terus dilakukan pihak RSCM untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator terbesar pelayanan sebuah rumah sakit terlihat dari pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang bersifat 24 jam dan tidak terputus menjadi suatu hal yang harus menjadi perhatian khusus. Salah satu pengembangan untuk terwujudnya pelayanan keperawatan yang adalah dilakukannya pengembangan MPKP. MPKP merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang professional (Sitorus, 2006). Beberapa hal yang dikembangkan dalam model ini adalah penentuan jumlah dan pembagian peran perawat. Penentuan jumlah tenaga keperawatan pada model ini berdasarkan jumlah pasien sesuai dengan derajat ketergantungan pasien. Pembagian peran perawat pada model MPKP dibagi menjadi 2, yaitu: perawat primer dan perawat associate (perawat pelaksana). 39 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 40 Model keperawatan MPKP ini telah diterapkan kepada seluruh komponen RS termasuk pada pelayanan ruang rawat Gedung A. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang masing masing mempunyai spesifikasi pelayanan yang berbeda. Salah satu pelayanan untuk ruang rawat bedah Gedung A berada pada lantai 4. Lantai 4 merupakan ruang rawat bedah terdiri dari 21 ruangan yang terdiri dari bedah onkologi, urologi, digestif, ortopedi, bedah plastik, bedah vaskuler. Sisanya terdapat pada lantai yang berbeda. Lahan praktik yang digunakan untuk pelaksanaan evidence based pada ruangan 404 yang terdiri dari bedah ortopedi, bedah vaskuler, dan bedah plastik. Ruangan 404 adalah ruangan khusus untuk ruang bedah perempuan, sedangkan untuk laki-laki terdapat pada ruangan yang berbeda. 4.2. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan Kasus Terkait Ulkus dekubitus rentan terjadi pada pasien ataupun klien klien yang mempunyai keterbatasan neurologi, sensorik ataupun motorik. Klien-klien dengan penyakit yang mempunyai defisit pada ketiga domain diatas akan beresiko tinggi mengalami kerusakan jaringan kulit (ulkus dekubitus). Beberapa penyakit yang mampu menyebabkan defisit ketiga domain diatas adalah penyakit-penyakit golongan degeneratif (penyakit tidak menular). Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang terjadi akibat proses penuaan, sehingga umumnya akan dialami oleh individu-individu usia lanjut. Namun dengan pola makan yang kurang baik (makanan cepat saji; tinggi kalori tinggi kolesterol; minuman bersoda), stressor tekanan secara fisik/psikis, gaya hidup kurang sehat (perilaku merokok). Maka proses degeneratif akan semakin maju dan semakin cepat diderita bahkan pada orang-orang yang belum masuk usia lanjut usia (Tapan E., 2005). Faktor-faktor diatas rentan dimiliki oleh masyarakat perkotaan. Perkembangan makanan cepat saji yang menjamur di lingkungan perkotaan, stressor yang diterima oleh lingkungan kerja serta perilaku merokok yang Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 41 mulai merambah bahkan pada anak kecil dan kalangan perempuan menyebabkan masyarakat perkotaan akan lebih banyak terkena jenis penyakit-penyakit seperti ini yang akhirnya akan menimbulkan banyak komplikasi, salah satunya adalah ulkus dekubitus. 4.2.1. Resiko kerusakan integritas kulit Masalah keperawatan utama yang akan dijadikan fokus utama oleh mahasiswa adalah resiko kerusakan integritas kulit pada klien lumbar canal stenosis. Lumbar canal stenosis (LCS) adalah penyempitan kanal saraf pada lumbal. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya LCS, tetapi penyebab paling umum adalah proses degeneratif pada tulang belakang. Proses degeneratif membuat cincin fibrosa semakin rapuh yang mengakibatkan semakin mudahnya nukleus pulposus keluar dan menekan saraf spinal dibelakangnya. Klien secara verbal mengatakan bahwa aktivitas lebih banyak ditempat tidur, klien hanya turun dari tempat tidur saat hendak ke kamar mandi saja. Hal ini dikarenakan klien mengatakan bahwa terasa nyeri pada tulang belakang yang mejalar pada kaki bagian bawah. Kaki agak sulit untuk digerakkan. Tanda dan gejala yang klien alami ini sesuai dengan gambaran pada tanda dan gejala pada stenosis spinal (lumbal). Tanda dan gejala diatas membuat klien enggan untuk mobilisasi dan lebih cenderung untuk immobilisasi. Immobilisasi akan meningkatkan resiko terjadinya dekubitus (Potter & Perry, 2005). Selain itu gangguan sensorik yang klien alami pada mata kaki hingga kebawah juga mampu menjadi faktor pendukung terjadinya ulkus dekubitus pada bagian yang bersangkutan (Potter & Perry, 2005). Klien mengatakan aktivitas terbanyak ditempat tidur, baik itu hanya tidur ataupun duduk. Sehingga klien beresiko untuk terjadi penekenan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 42 terus menerus pada bagian sakrum. Fokus untuk pencegahan ulkus dekubitus selama 5 hari kedepan adalah kondisi sakrum klien. 4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Penurunan mobilitasi ataupun immobilisasi akan mempunyai dampak beberapa masalah keperawatan. Salah satunya adalah resiko kerusakan integritas kulit. Dibawah ini penulis mendapatkan beberapa penelitian yang berhubungan dengan evidence based penulis. Pertama adalah penelitian Suheri (2009) dengan judul penelitian “Gambaran Lama Hari Rawat dalam Terjadinya Luka Dekubitus pada Pasien Immobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penelitian menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden. Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling. didapatkan hasil bahwa 88,8% pasien immobilisasi terjadi ulkus dekubitus pada hari ke-5. Kemudian penelitian “Efektivitas Penggunaan Virgin Coconut Oil dengan Massage untuk Pencegahan Luka Tekan Grade 1 pada Pasien yang Beresiko Mengalami Luka Tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.” Penelitian kuantitatif berdesain quasi eksperimen postest only with control yang bertujuan untuk membuktikan efektifitas penvegahan luka tekan menggunakan VCO dengan massage pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyarankan agar VCO dengan massage dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam intervensi pencegahan luka tekan pada pasien yang beresiko mengalami luka tekan. Penelitian ketiga adalah penelitian dengan judul “Effect of Massage on Limb And Skin Blood Flow after Quadriceps Exercise”. Penelitian dengan desain eksperimental. Massage yang digunakan adalah effluerage dan petrissage. Salah satu hasil dari penelitian tersebut adalah terjadinya kenaikan aliran darah kulit setelah diberikan massage dibandingkan dengan kontrol. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 43 Dari 3 penelitian diatas maka fokus utama penulis adalah: “pencegahan ulkus dekubitus dengan menggunakan massage+VCO selama 5 hari berturut-turut.” Seperti yang sebelumnya telah disampaikan. Setiap hari dilakukan 2 kali dalam durasi 5 menit dengan teknik effleurage. Indikator yang digunakan dalam menilai terjadinya kerusakan integritas kulit adalah: 1. Kemerahan 2. Perubahan suhu 3. Perubahan konsistensi 4. Nyeri Selama 5 hari dilakukan implementasi evidence based massage+VCO. Dimulai pada tanggal 18-22 juni 2013. Dalam pemberian implementasi massage+VCO ini diberikan dengan kolaborasi dengan keluarga. Hal pertama yang dilakukan adalah memberikan penjelasan terlebih dahulu terhadap klien dan keluarga mengenai resiko yang klien alami dan cara pencegahannya. Kemudian setelah klien dan keluarga memahami serta menyepakati untuk dilakukan tindakan pencegahan, keluarga menyediakan VCO. Implementasi awal dilakukan oleh mahasiswa disaksikan oleh keluarga dan klien serta diberikan penjelasan mengenai bagaimana cara melakukannya. Hari berikutnya mahasiswa memberikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan apa yang sebelumnya telah dicontohkan. Hal tersebut dilakukan karena pelaksanaan implementasi dilakukan 2x sehari, dimana mahasiswa hanya dapat hadir didalam salah satu shift. Setiap dilakukan implementasi oleh mahasiswa, sekaligus dilakukan pengkajian ke 4 komponen diatas untuk melihat bagaimana kondisi integritas kulit klien. selama 5 hari dilakukan pemantauan, tidak terjadi kemerahan, perubahan konsitensi, perubahan suhu ataupun nyeri. Indikator 5 hari diambil dari penelitian Suheri, dimana kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi terlihat pada hari kelima. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 44 Implementasi ini jelas berhasil untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus dalam 5 hari kedepan setelah dilakukan implementasi massage+VCO. Massage pada pencegahan ulkus dekubitus untuk sementara ini yang telah ada dalam penelitian adalah teknik effleurage. Tentunya massage mempunyai fungsi untuk memperlancar aliran darah pada suatu area tubuh. Kenaikan aliran darah pada daerah kulit telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya dimana effluerage dan petrissage didapatkan hasil kenaikan aliran darah kulit. Hal ini akhirnya akan meningkatkan transportasi nutrisi dan transportasi pembuangan zat zat sisa metabolisme jaringan kulit. VCO sendiri secara mempunyai kandungan asam lemak bebas yang cocok atau mirip dengan sebum yang dihasilkan oleh tubuh untuk menjaga kelembaban kulit. Pada saat mandi dengan sabun. Maka zat pelembab (Sebum) pada kulit mejadi berkurang ataupun hilang sehingga kulit menjadi kering dan akan beresiko terjadi kerusakan. Pemberian VCO sesudah mandi akan menjaga kelembaban kulit. Selain itu karena minyak VCO bersifat hidrofobik maka akan lebih bermanfaat untuk menjaga kelembaban berlebih dari lingkugan eksternal. Konsep kelembaban yang diberikan VCO ini sangat sesuai dengan 3 area intervensi yang telah ada sebelumnya dari Potter dan Perry tahun 2005. Dalam 3 area intervensi tersebut salah satunya adalah menjaga higiene klien. higiene dilakukan dengan mandi dan pemakaian sabun. Tetapi pelembab diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit yang akhirnya akan meningkatkan toleransi jaringan akan stressor dari luar, dalam hal ini adalah stressor tekanan. Selain itu juga, vitaminE yang dimiliki dapat diserap serta digunakan oleh jaringan kulit sebagai pelindung sel dari radikal bebas. Sehinga vitamin E mampu untuk menyehatkan kulit dan sekaligus meremajakannya. Keluarga mengatakan bahwa terapi keperawatan yang diberikan cukup mudah dan tidak butuh waktu ataupun biaya yang besar. Menurut keluarga harga pasaran untuk VCO sendiri masih sangat terjangkau sehingga relatif Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 45 cukup mudah untuk dilaksanakan. Hanya saja selama asuhan keperawatan pada saat keluarga yang memberikan terapi tidak didokumentasikan secara tertulis. Dokumentasi terbatas pada lisan. 4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Secara pelaksanaan sendiri keluarga menyatakan bahwa pelaksanaan implementasi relatif mudah dilakukan, hanya yang perlu ditambahkan kembali untuk pelaksanaan yang lebih baik adalah pembuatan jadwal secara tertulis sebagai pengingat dan dokumentasi pelaksanaan. Jadwal yang dibuat akan membuat keluarga lebih berperan aktif lagi. Hal ini dapat dilakukan baik di dalam ruang perawatan ataupun dalam rumah klien sendiri. Contoh pendokumentasiannya adalah sebagai berikut: Tabel 4. Dokumentasi Implementasi Keperawatan Klien: Mr. X Diagnosa medis: NRM: 00 tahun Diagnosa keperawatan: Tanggal (dd/mm/yy) 23/06/13 Pencegahan ulkus dekubitus Mandi 2 kali sehari Dilakukan Jam (hh:mm) Ya Tidak 08:00 17:00 Reposisi tiap 2 jam sekali 08:00 1. Miring kiri 10:00 2. Miring kanan 12:00 3. Telentang 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 24:00 02:00 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 46 04:00 06:00 Observasi keadaan kulit 08.30 1. Kemerahan 2. Perubahan sensasi; nyeri 17.30 3. Perubahan konsistensi 4. Perubahan suhu Massage dengan sehari dalam 5 menit VCO 2x 08.30 17.30 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Evidence based massage+VCO pada pencegahan ulkus dekubitus selama 5 hari menunjukkan hasil yang positif. Tidak terlihat tanda-tanda seperti kemerahan, perubahan suhu, perubahan konsistensi, dan nyeri. Pemberian massage+VCO dapat menjadi salah satu implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien. karena VCO sendiri dapat dibuat secara mandiri ataupun membeli dengan harga yang cukup terjangkau bagi seluruh kalangan. Pelaksanaannyapun tidak menyusahkan. Cukup 2x dalam sehari dengan durasi 5 menit. Implementasi ini berfungsi baik dalam pencegahan ulkus dekubitus dengan menjaga kelembaban, membantu peningkatan sirkulasi dan menyehatkan kulit. 5.2. Saran 1. Asuhan keperawatan klien dengan risiko kerusakan integritas kulit dalam penelitian ini adalah klien dengan risiko dengan risiko rendah terjadi ulkus dekubitus. Saran kedepan bisa dapat pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan risiko tinggi ulkus dekubitus untuk membandingkan hasil penelitian 2. Hasil dokumentasi dari asuhan keperawatan kali ini tidak menggunakan sampel kontrol seperti penelitian oleh Ririn Sri Handayani. Sehingga bila ingin mengaplikasikan sesuai dengan penelitian sebelumnya alangkah lebih baiknya menggunakan kontrol atau tingkat yang lebih tinggi lagi. 47 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Corwin, J. E. (2007). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. DepKes (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. DepKes, RI. (2005). Kerjasama Global Memerangi Penyakit Degeneratif. Diakses pada 10 juni 2013diperoleh dari http://depkes.go.id/ . Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. (2009). Modul Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen Kesehatan. Gupta, A, etc. (2010). Coconut Ooil: The Healthiest On Earth. International Journal Of Pharmautical Sciences And Research . diakses pada 30 mei 2013 diperoleh dari www.ijspr.com. Handayani, R. S. (2010). Efektifitas Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Massage Untuk Pencegahan Luka Tekan Grade 1 pada Pasien yang Beresiko Mengalami Luka Tekan Di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Tesis Program Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Herdman, T. H. (2012) (Ed.). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2012-2014. Oxford: Willey-Blackwell. Hickey, J. V. (2003). The Clinical Practice Of Neurological And Neurosurgical Nursing Fifth Edition. Philladelphia: Lippincot William & Wilkins. Hinds, T., I. Mcewan, J. Perkes, E. Dawson, D. Ball, and K. George. (2004). Effect of Massage on Limb and Skin Blood Flow After Quadriceps Exercise. Med. Sci. Sports Exercise Vol. 36 No. 8, Pp. 1308-1313. Diakses pada 15 juni 2013 Diperoleh dari http://physioblackrock.com.au/wp- content/uploads/2011/05/TessaHinds_massage_bloodflow_post-exercise1.pdf. Ignatavicius & Workman. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For Collaborative Care. Missouri: Elseiver Saunders. Kepmenkes RI (2012). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular, Semester II; 2012. Jakarta: Kepmenkes RI. 48 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013 49 Mcchance, K. L. & Huether, S. E. (1998). Pathophysiology The Biological Basic for Disease In Adults and Children Third Edition.Missouri: Mosby. Potter & Perry (2005). Fundamental Keperawatan. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC. Suheri. (2009). Gambaran Lama Hari Rawat Dalam Terjadinya Luka Ulkus Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi Di RSUP Haji Adam Malik. Diakses pada 13 juni 2013 diperoleh melalui http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17133. Tapan, Erik. (2005). Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Nurhidayat, FIK UI, 2013