BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Sumber Daya Manusia Di dalam suatu organisasi sumber daya manusia merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia menempati posisi strategis dalam suatu organisasi, maka dari itu sumber daya manusia harus digerakan secara efektif dan efisien sehingga mempunyai tingkat hasil daya guna yang tinggi. Manajemen merupakan ilmu seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Hasibuan, Malayu (2012) berpendapat bahwa "Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar lebih efektif dan efisien untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan dan masyarakat". Menurut Marwansyah (2010) manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 10 dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. Menurut Dessler, Gary (2007) "Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam prilaku manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian". 2. Komponen Sumber Daya Manusia Komponen manajemen sumber daya manusia. Menurut Hasibuan (2009:12) dibedakan atas pengusaha, karyawan, dan pemimpin. a) Pengusaha. Pengusaha adalah setiap orang yang menginfestasikan modalnya untuk memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut. b) Karyawan. Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikut sertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ingin di capai. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan manajerial (pimpinan). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 11 1) Karyawan Operasional Yaitu setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai perintah atasan. 2) Karyawan Manajerial Yaitu setiap orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintahnya mereka mencapai tujuannya melalui kegiatankegiatan.Karyawan Manajerial ini dibedakan atas manajer lini, manajer staf dan pemimpin atau manajer : a) Manajerial Lini, yaitu pemimpin yang mempunyai wewenang lini ( line authority), berhak dan bertanggung jawab langsung pada tujuan perusahaan. b) Manajerial Staff, yaitu pemimpin yang mempunyai wewenang staf (staff authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk memperlancar penyelesaian tugas-tugas manajer lini. c) Pemimpin atau Manajer, Pemimpin adalah seseorang yang menggunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 12 Asas-asas kepemimpinan adalah bersikap tegas dan rasional bertindak konsisten, dan berkaku adil jujur. 3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam manajemen sumber daya manusia, terdapat sejumlah fungsi operasional daya manusia menurut Marwansyah (2010). a.) Perencanaan sumber daya manusia Perencanaan sumber daya manusia merupakan proses yang secara sistematis mengkaji kebutuhan sumber daya manusia untuk menjamin tersedianya tenaga kerja dalam jumlah dan mutu, atau kompensasi yang sesuai pada saat dibutuhkan. Dengan kata lain, perencanaan sumber daya manusia adalah proses penentuan jumlah dan mutu atau kualifikasi sumber daya manusia dimasa yang akan datang. b.) Rekrutmen dan seleksi Rekrutmen atau penarikan adalah pross penarik perhatian sejumlah calon karyawan potensial dan mendorong mereka agar melamar pekerjaan pada sebuah organisasi. Sedangkan seleksi adalah proses identifikasi dan pemilihan orangorang dari sekumpulan pelamar yang paling cocok dengan posisi yang ditawarkan dan dengan organisasi. c.) Pengembangan sumber daya manusia Pengembangan sumber daya manusia adalah upaya terencana yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kompetensi http://digilib.mercubuana.ac.id/z 13 pekerja dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan. d.) Kompensasi Kompensasi atau balas jasa di definisikan sebagai semua imbalan yang diterima oleh seseorang sebagai balasan atas kontribusinya terhadap organisasi. e.) Keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan kerja meliputi upaya untuk melindungi para pekerja dari cidera akibat kecelakaan kerja. Sedangkan keselamatan kerja adalah terbebasnya para pekerja dari penyakit dan terwujudnya kesejahteraan fisik dan mental pekerja. f.) Hubungan industrial Hubungan industrial atau hubungan pekerja adalah sebuah sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja atau buruh dan pemerintah. g.) Penelitian sumber daya manusia Penelitian atau riset sumber daya manusia adalah studi sistematis tentang sumber daya manusia pada sebuah perusahaan dengan maksud memaksimalkan pencapaian tujuan individu dan tujuan organisasi. Peran dan fungsi sumber daya manusia adalah ikut memfasilitasi organisasi mencapai tujuan-tujuannya dengan mengambil prakarsa http://digilib.mercubuana.ac.id/z 14 dan memberikan pedoman dan dukungan atas semua persoalan yang terkait dengan para karyawan. Tujuan pokoknya adalah menjamin bahwa organisasi mengembangkan strategi, kebijakan dan praktik-praktik manajemen sumber daya manusia yang secara efektif dapat menangani segala hal yang berhubungan dengan pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia serta hubungan antara manajemen dan pekerja. 4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Sutrisno (2015) mengemukakan tujuan dari manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut : Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja tinggi, pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal. a.) Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur sumber daya manusia yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya. b.) Membantu dalam pengembangan keseluruhan organisasi dan strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi sumber daya manusia. c.) Memberikan dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai tujuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 15 d.) Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya. e.) Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi. f.) Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dala manajemen sumber daya manusia. Setiap organisasi menetapkan tujuan-tujuan tertentu yg ingin dicapai dalam manajemen sumber dayanya termasuk sumber daya manusia. Tujuan dari sumber daya manusia umumnya bervariasi dan bergantung pada penahapan perkembangan yang terjadi pada masing-masing organisasi. B. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Di dalam kehidupan sehari-hari, setiap perusahaan memiliki keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkan akan di penuhi oleh para karyawannya, dan para karyawan juga mengharapkan suatu imbalan yang pantas sebagai balas jasa yang telah dilakukan terhadap perusahaan. Berbagai cara dilakukan oleh karyawan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, untuk memenuhinya tidaklah mudah perlu adanya usaha yang maksimal sehingga dapat terwujud keinginan dan kebutuhannya tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 16 Mengingat banyak kebutuhan orang di dalam kehidupannya sehari-hari dan berbeda-beda pula kebutuhan dan keinginan setiap orang, dengan begitu berarti berbeda-beda pula seseorang dalam cara memperolehnya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginanya seseorang akan berperilaku sesuai dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa di dalam diri seseorang terdapat kekuatan yang mengarahkan pada tindakannya. Motivasi dapat di pakai sebagai alat untuk merangsang para karyawan untuk bekerja lebih produktif. Dalam hal ini, motivasi yang dimaksud adalah motivasi yang diberikan perusahaan dalam menunjang pekerjaan karyawannya. Namun yang menjadi pertanyaan, jenis motivasi apa yang diinginkan oleh para karyawan, mengingat jumlah karyawan yang banyak dan memiliki latar belakang yang berbedabeda.Menurut Marihot Tua Effendi Hariandja (2009:320) berpendapat bahwa :“ Motivasi adalah sebagai faktor – faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah ”. Sedangkan, menurut Wibowo (2010:379) mengemukakan bahwa :“Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus menerus dan adanya tujuan.” Berdasarkan pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwamotivasi selalu berhubungan dengan orang lain dengan maksud http://digilib.mercubuana.ac.id/z 17 mengarahkan, mempengaruhi agar mereka bertindak, berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan untuk tujuan yang telah ditetapkan mendapatkan hasil yang baik dan dapat disimpulkan lagi yaitu hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linear dalam arti dengan memberikan motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk motivasi yang dapat dilihat antara lain ialah tingkat kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap waktu kerja yang telah yang telah ditetapkan (Brahmasari dan Suprayetno, (2008:125). 2. Teori-teori Motivasi a. Hierarki Teori Kebutuhan Maslow Abraham Maslow membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: 1) Kebutuhan Fisiologis : Merupakan kebutuhan utama yang wajib dipatuhi tiap individu karena dengan dipenuhinya kebutuhan ini orang dapat mempertahankan hidup. Contoh: makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya. 2) Kebutuhan Keamanan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 18 Berkaitan dengan kebutuhan rasa aman dari ancaman yang datang dari luar. Contoh: rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional. 3) KebutuhanSosial Berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain. Tiap manusia senantiasa merasa perlu bergaul dengan sesama manusia lain. Contoh: rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan persahabatan. 4) KebutuhanPenghargaan Berkaitan dengan kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Contoh: hormat diri, status, pengakuan dan perhatian. 5) KebutuhanAktualisasi Berkaitan dengan kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Contoh: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang dan pemenuhan diri sendiri. b. Teori Motivasi Dua Faktor Hezberg Menurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor http://digilib.mercubuana.ac.id/z 19 kebutuhan yaitu: 1) Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan (MaintenanceFactors) Merupakan kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan. Kebutuhan ini berkaitan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah. 1) Faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yangbaik. Menurut Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka. c. Teori Motivasi PrestasiMc.Clelland Teori ini berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang memotivasi seseorang yaitu: 1) Kebutuhan akan prestasi Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu kebutuhan ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua http://digilib.mercubuana.ac.id/z 20 kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal. 2) Kebutuhan akanafiliasi Merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Seseorang karena kebutuhan afiliasi akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikantugas-tugasnya. 3) Kebutuhan akan kekuasaan Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan. Kebutuhan ini akan merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. 3. Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Abraham Maslow dalam Hasibuan (2007:105), membagi kebutuhan manusia dalam hirarki kebutuhan bahwa motivasi manusia berhubungan dengan lima kebutuhan dan dimensi motivasi kerja, yaitu : a) Physiological Needs (Kebutuhan fisik dan biologis) merupakan kebutuhan fisiologis berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, serta kebutuhan fisik lainnya. b) Safety and Security Needs (Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan) merupakan kebutuhan akan rasa aman dan terlindung dari berbagai macam resiko fisik dan mental. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 21 c) Social Needs (Kebutuhan sosial) merupakan kebutuhan sosial berupa persahabatan, keakraban, penerimaan, serta unsur keterikatan. d) Esteem Needs merupakan kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, baik penghargaan secara internal maupun penghargaan secara eksternal. e) Self Actualization Needs (Aktualisasi Diri) merupakan kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu dengan cara mempertinggi tingkat kepastian kelangsungan pekerjaan, dan perkembangan kehidupan kerja, serta pernyataan akan potensi diri dari individu tersebut. Teori kebutuhan ini adalah suatu teori motivasi yang menangani hal apa saja yang dibutuhkan atau persyaratan apa saja yang dibutuhkan oleh seseorang untuk menjalani kehidupannya, terutama hal-hal yang menyangkut tentang pekerjaan. Menurut teori kebutuhan, seseorang akan mempunyai motivasi jika belum mencapai tingkat kepuasan tertantu dalam kehidupannya sedangkan kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator. Seorang pemimpin haruslah memberikan perhatian kepada karyawan tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat karyawan terhadap pelaksanaan kerja. Jika telah timbul minatnya maka hasratnya akan menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya ( Brahmasari dan Supyetno, 2008:125). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 22 Maka dengan dimensi-dimensi motivasi kerja di atas dapat diambil indikator-indikator untuk mengukur motivasi kerja Menurut Sondang P. Siagian (2008) : a. Daya pendorong Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berbeda bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. b. Kemauan Kemauan adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena terstimulasi (ada pengaruh) dari luar diri. Kata ini mengindikasikan ada yang akan dilakukan sebagai reaksi atas tawaran tertentu dari luar. c. Kerelaan Kerelaan adalah suatu bentuk persetujuan atas adannya permintaan orang lain agar dirinnya mengabulkan suatu permintaan tertentu tanpa merasa terpaksa dalam melakukan permintaan tersebut. d. Membentuk Keahlian Membentuk keahlian adalah proses penciptaan atau pengubahan kemahiran seseorang dalam suatu ilmu tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 23 e. Membentuk Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga penguasaan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang terampil. f. Tanggung Jawab Tanggung jawab sebagai suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu. g. Kewajiban Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan atas sesuatu yang dibebankan kepadanya. h. Tujuan Tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi atau perusahaan bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 24 4. Tujuan Pemberian Motivasi a) Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; b) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; c) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan; d) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan; e) Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; f) Mengefektifan pengadaan karyawan; g) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; h) Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan; i) Meningkatkan kesejahteraan karyawan; j) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugastugasnya; k) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku (Hasibuan, 2007:97-98). 5. Jenis-jenis Motivasi Pemberian motivasi yang baik akan dapat meningkatkan kinerja mereka. Ada dua jenis motivasi, yaitu : a) Motivasi positif Dalam motivasi positif manajer memotivasi karyawan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi yang biasanya, baik dalam bentuk uang maupun barang, ataupun dengan memberikan promosi, pemberian bonus atau insentif lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 25 b) Motivasi negatif Dalam motivasi negatif manajer memotivasi karyawan dengan standar, dimana mereka melakukan kesalahan akan mendapatkan hukuman. Dengan pemberian motivasi negatif ini, dalam jangka waktu yang pendek kinerja karyawan akan meningkat, tetapi dalam jangka panjang akan berakibat kurang baik.( Hasibuan, 2007:99). Dalam prakteknya di dalam perusahaan, seorang manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya. 6. Metode-metode Motivasi a) Metode Langsung ( Direct Motivation ) Motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya. b) Motivasi tidak langsung ( Indirect Motivation ) Motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya : Kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang tepat dan lain-lainnya ( Hasibuan, 2007:100). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 26 C. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak ada akan terlepas dengan lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadiannya mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman bertindak. Pada dasarnya seseorang atau manusia yang berada di dalam perusahaan/organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang di maksud tidak lain adalah budaya organisasi merupakan perekat bagi semua hal di dalam organisasi ( Wibowo, 2006:353 ). Artinya budaya organisasi mampu menjadi pemersatu dari perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi dan menyatukannya dalam satu tujuan. Pendapat yang lainnya, mengatakan bahwa kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya ( Robbins. 2008:256). Menurut pengertian diatas, budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang artinya sistem tersebut perlu disosialisasikan kepada organisasi agar tujuan organisasi dapat di capai. Budaya organisasi bisa dikatakan sebagai aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan dari sumber daya manusia dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/z 27 menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berperilaku di dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam perilaku dan sikap mereka sehari-hari selama mereka berada dalam organisasi tersebut dan sewaktu mewakili organisasi berhadapan dengan pihak luar. Dengan kata lain, budaya organisasi mencerminkan cara karyawan melakukan sesuatu ( membuat keputusan, melayani orang, dsb.) yang dapat dilihat kasat mata dan dirasakan terutama oleh orang diluar organisasi tersebut. Orang diluar organisasi sebenarnya dapat mengetahui budaya organisasi dalam suatu perusahaan dengan hanya baru memasuki gerbang kantor, mengetahuinya ialah dengan melihat atau merasakan pelayanan, kondisi ruangan, pakaian seragam dsb karyawan dari mula penjaga kantor hingga karyawan yang ada di dalam kantor. Dapat juga dikatakan budaya organisasi adalah pola terpadu perilaku manusia didalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan, pembicaraan-pembicaraan yang dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya (Rismawati, 2008:23). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Tjiptono (2008) menyebutkan ada enam faktor penting yang mempengaruhi budaya organisasi, yaitu : a. Observed Behavioural Regularities Observed behavioural regularities yakni keberaturan cara bertindak bagi para anggota yang tampak teramati. Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 28 b. Norms Norms yakni berbagai standar perilaku yang ada, termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan. c. Dominant values Dominant values yakni adanya nilai-nilai inti yang dianut secara bersama seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi. d. Rules Rules yakni adanya pedoman yang kuat, dikaitkan dengan kemajuan organisasi. e. Philosophy Philosophy yakni adanya kebijakan-kebijakan yang berkenan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan. f. Organization Climate Organization climate merupakan perasaan keseluruhan (anoverral “feeling”) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain. 3. Indikator Budaya Organisasi Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan setiap individu yang melakukan aktivitas secara bersama- http://digilib.mercubuana.ac.id/z 29 sama. mengungkapkan bahwa ada tujuh dimensi yang menjabarkan budaya sebuah organisasi, masing-masing dari ketujuh dimensi tersebut adalah : a) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (inovation and risk taking) yaitu seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko. b) Perhatian terhadap detail (attention to detail) yaitu seberapa besar dalam ketelitian, analisis dan perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari karyawannya. c) Berorientasi pada hasil (outcome orientation) yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian sasaran (hasil) ketimbangpada cara mencapai sasaran (proses). d) Berorientasi pada manusia (people orientation) yaitu seberapa jauh organisasi bersedia mempertimbangkan faktor manusia (karyawan) didalam pengambilan keputusan manajemen. e) Berorientasi tim (team orientation) yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada kerja kelompok (tim), ketimbang individu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. f) Agresifitas (Aggressiveness) yaitu seberapa besar organisasi mendorong para karyawanuntuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari pada santai. g) Stabilitas (stability) yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada pemeliharaan status quo didalam pengambilan berbagai keputusan dan tindakan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 30 Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersamasama oleh para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan, dengan begitu dapat mempermudah kesepakatan yang luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan yang ada pada budaya organisasi adalah sebagai pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang terlibat didalam suatu organisasi. Davis dalam Sobirin (2007:131) menyatakan bahwa budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan atau pedoman berperilaku di dalam organisasi. 4. Fungsi Budaya Organisasi Menurut Robbins (2008:294), fungsi budaya organisasi antara lain sebagai berikut: a. Budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain. b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang. d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 31 e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. 5. Tingkatan Budaya Organisasi Menurut Daft (2002:54) dalam Rismawati (2008:27) terdapat tiga tingkatan budaya organisasi yaitu : a. Artifak adalah budaya organisasi tingkat pertama, yaitu hal-hal yang dilihat, didengar dan dirasa ketika seseorang berhubungan dengan suatu kelompok baru. Artifak bersifat kasat mata, misalnya lingkungan fisik organisasi, cara berperilaku, cara berpakaian dan lain-lain. Karena artifak organisasi yang satu dengan yang lain berbeda-beda, maka anggota baru dalam suatu organisasi perlu belajar dan memerikan perhatian terhadap budaya organisasi tersebut. b. Nilai merupakan alasan yang diberikan oleh sebuah organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu. Ini adalah budaya tingkat kedua yang mempunyai tingkat kesadaran lebih tinggi daripada artifak. Pada tingkat ini, baik organisasi maupun anggota organisasi memerlukan tuntunan strategi, tujuan, dan filosofi dari pemimpin organisasi untuk bersikap dan bertindak. c. Asumsi Dasar merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Asumsi ini merupakan reaksi yang dipelajari bermula dari nilai-nilai yang didukung karena merupakan keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi seperti kepercayaan, persepsi http://digilib.mercubuana.ac.id/z 32 ataupun perasaan yang menjadi sumber nilai dan tindakan. Budaya organisasi tingkat ketiga ini menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dalam sebuah organisasi, yang seringkali dilakuka lewat asumsi yang tidak diucapkan. 6. Sumber-Sumber Budaya Organisasi Menurut Robbins (2002:98) dalam Rismawati (2008:29) isi dari suatu budaya organisasi terutama berasal dari tiga sumber yaitu : a. Pendiri organisasi, pendiri sering disebut memiliki kepribadian yang dinamis, nilai yang kuat dan visi yang jelas tentang bagaiman organisasi seharusnya. Pendiri mempunyai peran kunci dalam menarik karyawan. Sikap dan nilai mereka siap diteruskan karyawan baru. Akibatnya pandangan mereka diterima oleh karyawan dalam organisasi, dan tetap dipertahankan sepanjang pendiri berada di dalam organisasi tersebut, atau bahkan setelah pendirinya lingkungan eksternal, meninggalkan organisasi. b. Pengalaman organisasi menghadapi penghargaan organisasi terhadap tindakan tertentu dan kebijakannya mengarah pada pengembangan berbagai sikap dan nilai. c. Karyawan dan hubungan kerja. Karyawan membawa harapan, nilai dan sikap mereka ke dalam organisasi. Hubungan kerja mencerminkan aktivitas utama organisasi yang membentuk nilai dan sikap. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 33 D. Kinerja Karyawan. 1. Pengertian Kinerja Karyawan Pada dasarnya setiap manusia di lahirkan mempunyai potensi nya masing-masing untuk bertindak dalam segala aktivitasnya. Kemampuan bertindaknya itu dapat diperoleh secara alami maupun kemampuan yang dapat dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasikan pada saat-saat tertentu. Potensi tersebut dinamakan ability (Kemampuan), sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal dengan performance (Kinerja) (Brahmasari dan Suprayetno, 2008:128). Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh faktor-faktor atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009:5). Keluaran yang dimaksud dalam pengertian tersebut merupakan hasil yang dicapai dalam melaksanakan atau penyelesaian tugas. Selain itu Wirawan juga mencantumkan “waktu tertentu” dalam definisinya, ini menunjukan bahwa dalam penyelesaian tugas diperlukan adanya batasan waktu. Penyelesaian tugas tanpa adanya batasan waktu maka akan sulit untuk diukur kinerjanya karena tidak adanya perbandingan antara standar waktu yang ditetapkan dengan waktu yang ditempuh dalam penyelesaian tugas. Pendapat lainnya mengatakan , kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang http://digilib.mercubuana.ac.id/z 34 diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009:9). Berdasarkan pengertian diatas kinerja seseorang dapat dilihat atau dinilai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kualitas menunjukan seberapa baik tugas yang dilaksanakan oleh seorang karyawan, misalnya seorang karyawan dalam menulis suatu laporan tidak ada kesalahan dalam penulisan huruf maka bisa dikatakan bahwa kualitas pekerjaannya baik sedangkan kuantitas menunjukan seberapa banyak hasil atau tugas-tugas yang mampu diselesaikannya. 2. Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan Menurut Dessler (1992:34) dalam Rismawati (2008:129) ada lima faktor dalam penilaian kerja yaitu antara lain : a. Kualitas pekerjaan, meliputi akuisisi, ketelitian, penerimaan dan penampilan keluaran. b. Kuantitas pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi. c. Supervisi yang diperlukan, meliputi saran, arahan dan perbaikan. d. Kehadiran, meliputi regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu. e. Konservasi, meliputi pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya dan kepribadiaannya, karena kedua aspek tersebut dapat mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif, tentunya perlu didasari oleh norma yang diakui bersama-sama tentang kebenarannya dan dipatuhi http://digilib.mercubuana.ac.id/z 35 oleh setiap manusia sebagai pedoman dalam bertindak. Pada umumnya seseorang yang berada dalam lingkungan perusahaan/organisasi berusaha mengakomodir kepentingan semua pihak, agar dalam aktivitasnya tidak menemukan kendala-kendala yang berhubungan dengan sikap dan perilaku masing-masing individu di dalam perusahaan. Sesuatu yang dimaksud adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya ( Koesmono, 2005:170). 3. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja pegawainya. Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan karena kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Penilaian yang dikenal dengan istilah “Performance rating, performace appraisal, personal assessment, employee evaluation, merit rating, effeciency rating, service rating”. Menurut Leon C. Megginson dalam Mangkunegara, (2011:69) mengemukakan bahwa “Performance appraisal is the procces and employer uses to determine whether and employee is performing the job as intended.” (Performance appraisal adalah suatu proses yang digunakan majikan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang dimaksudkan. Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara, (2011:69) mengemukakan bahwa “ Employee appraising is the systematic http://digilib.mercubuana.ac.id/z 36 evaluation’s of a worker’s job performance and potential for development. Appraising is the process of estimating or judging the value excellence, qualities, or status of some object, person, or thing’s”.(penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah proses penaksiran atau penetuan nilai, kualitas, status dari beberapa objek, orang atau sesuatu). Menurut Sedarmayanti (2011:261), mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseoang. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja dalah suatu proses penilaian kinerja pegawai yang dilakukan pimpinan perusahaan secara sistimatis berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. 4. Tujuan Penilaian Kinerja Menurut Robbins (2002:45) dalam Rismawati (2008:35) penilain kinerja memiliki sejumlah tujuan dalam organisasi, yaitu : a. Manajemen menggunakan penilaian untuk mengambil keputusan personalia secara umum, misalnya dalam hal promosi, tranfer atau pemberhentian. b. Penilaian memberikan pengembangan yang penjelasa dibutuhkan. tentang Dalam hal pelatihan ini, dan penilaian menjelaskan keterampilan dan daya saing para pekerja yang belum http://digilib.mercubuana.ac.id/z 37 cukup tetapi dapat diperbaiki jika suatu program yang memadai dikembangkan. c. Penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program seleksi dan pengambangan yang disahkan. d. Memenuhi tujuan umpan balik yang ada terhadapa para pekerja tentang bagaimana organisasi memandang kinerja mereka. e. Sebagai dasar untuk mengalokasikan atau menentukan penghargaan. 5. Penilai Kinerja Menurut Robbins (2002:46) dalam Rismawati (2008:36) pihak-pihak yang dapat menilai kinerja yaitu : a. Atasan langsung, penilaian kinerja mayoritas dilaksanakan oleh atasan langsung karena memang merekalah yang bertanggung jawab terhadap kinerja karyawannya. Sekalipun begitu, sejumlah organisasi mengakui mengalami kemunduran dalam hal ini, karena banyak juga pimpinan yang tidak memnuhi pernyarataan untuk mengevaluasi. Sementara pimpinan yang lain merasa enggan saat diminta untuk menilai kinerja para pekerja mereka. b. Rekan kerja, Evaluasi dari rekan kerja (peers) adalah salah satu cara yang dapat dijadikan sumber data penilaian yang paling dapat dipercaya. Pertama, evaluasi dari rekan kerja sangat erat hubungannya dengan kegiatan. Interaksi sehari-hari memberi mereka sebuah sudut pandang pemahaman yang menyeluruh terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/z 38 kinerja seorang karyawan. Kedua, evaluasi dari rekan kerja sebagai penghitung hasil akan menghasilkan beberapa penilaian mandiri. c. Pengevaluasi diri sendiri, karyawan yang mengevaluasi kinerja sendiri (self evaluation) cenderung mengurangi sifat membela diri yang dilakukan karyawan saat proses penilaian, dan mereka membuat wahana yang baik untuk merangsang diskusi kinerja antara karyawan dengan atasan mereka. d. Bawahan langsung, Penilaian kinerja dilakukan oleh bawahan langsung seorang karyawan, Evaluasi ini dapat memberikan informasi yang akurat dan rinci tentang perilaku seorang manajer karena si penilai secara khusus memiliki hubungan baik dengan manajer. Masalah yang muncul dengan bentuk penilaian ini adalah kekhawatiran akan tindakan balasan dari pemimpin yang dinilai tidak baik. Oleha karena itu kerahasiaan responden sangatlah penting jika ingin dilaksanakan dengan akurat. 6. Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Rivai (2011:563) manfaat penilaian kinerja mempunyai berbagai manfaat diantaranya: a. Manfaat penilaian kinerja bagi penilai adalahMeningkatkan kepuasan kerja, mengidentifikasikan Kesempatan untuk kecenderungan mengukur kinerja dan karyawan, Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun karyawan, Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 39 Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan b. Manfaat penilaian kinerja bagi perusahaan adalah Perbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, Meningkatkan kualitas komunikasi, Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan, Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masing masing karyawan. Menurut Sedarmayanti (2010:264), menyatakan bahwa manfaat penilaian kerja adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan prestasi kerja b) Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan, memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan dan prestasinya. c) Memberi kesempatan kerja yang adil d) Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati sisi pekerjaan sesuai kemampuannya e) Kebutuhan pelatihan dan pengembangan f) Melalui penilaian kerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga memungkinkan adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka g) Penyesuaian kompensasi h) Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 40 i) Keputusan promosi dan demosi j) Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mempromosikan atau mendemosikan karyawan. k) Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan l) Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan tersebut. m) Menilai proses rekrutmen dan seleksi. E. Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian yang berhubungan dengan motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, dengan demikian penelitian tersebut masing-masing berbeda-beda lokasi dan obyek penelitian serta tahun yang berbeda-beda pula, berikut penelitian terdahulu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rica Pramita (2014) yang berjudul pengaruh motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan (studi kasus pada PT. Centrepark citra corpora area solo Grand Mall). Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel motivasi diperoleh nilai signifikansi 0,000 < α = 0,01. H1 diterima secara statistik, artinya variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan variabel budaya organisasi mempunyai nilai signifikansi 0,007 < α = 0,01. H2 diterima secara statistik, artinya variabel budaya organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/z 41 berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Centrepark Citra Corpora Area Solo GrandMall. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri Diah Kusumawati(2014) yang berjudul Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta; (2) besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta; (3) besarnya pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian adalah pegawai Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta dengan jumlah 73 pegawai. Uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap 30 pegawai Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta yang tidak menjadi subyek penelitian. Pengumpulan Pengujian prasyarat data analisis menggunakan meliputi uji kuesioner/angket. linearitas dan uji multikolinearitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama dan kedua serta analisis regresi ganda untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga. Hasil penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh positif dan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 42 signifikan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta yang ditunjukkan dengan nilai r2 sebesar 0,273 yang artinya berpengaruh sebesar 27,3% dengan nilai p < 0,05; (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta yang ditunjukkan dengan nilai r2 0,542 yang artinya berpengaruh sebesar 54,2% dengan nilai p < 0,05; (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta yang ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0,577 yang artinya berpengaruh sebesar 57,7% dengan nilai p < 0,05. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Marliana B. Winarti yang berjudul Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Atri Distribution berdasarkan analisis deskriptif dari hasil kuesioner dengan populasi sebanyak 57 responden. Besarnya pengaruh budaya organisasi secara parsial terhadap kinerja karyawan dapat dihitung dari nilai korelasi parsial sebesar 0,574. Jadi secara parsial budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Atri Distribution sebesar 0,5742x 100% = 32,92%. Hal ini menunjukan bahwa apabila semakin baik budaya organisasi yang terapkan, maka akan meningkatkan kinerja karyawan. Besarnya pengaruh motivasi secara parsial terhadap kinerja karyawan dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/z 43 dihitung dari nilai korelasi parsialsebesar 0,609. Jadi secara parsial motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Atri Distributionsebesar 0,6092 x 100% = 37,03%. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi, maka akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nono Soekardi (2012) yang berjudul Pengaruh motivasi kerja, budaya organisasi, kesejahteraan pegawai terhadap kinerja pegawai pada inspektorat kabupaten Kediri. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Berdasarkan hasil pengujian secara bersama-sama (simultan) diketahui bahwa X1(motivasi kerja), X2(budaya organisasi), dan X3(kesejahteraan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Ini ditunjukkan oleh Fhitung = 108,687 dengan sig. 0.000, ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara X1(motivasi kerja), X2(budaya organisasi),dan X3 (kesejahteraan) terhadap kinerja pegawai (Y). Hasil uji statistik F mendukung hipotesis dari penelitian ini yaitu X1 (motivasi kerja), X2 (budaya organisasi), dan X3 (kesejahteraan) mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadapkinerja pegawai; (2) Berdasarkan pengujian secara parsial didapat bahwa variabel bebasmempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Terbukti dari hasilperhitungan diperoleh thitung = 2.490 dengan sig. 0.017, ini berarti bahwa terdapatpengaruh positif dan signifikan secara parsial antara variabel bebas (X1) terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/z 44 variabelterikat (Y). Hasil perhitungan diperoleh t-hitung = 2,837 dengan sig. 0.007, ini berartibahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara variabel bebas (X2)terhadap variabel terikat (Y). Hasil perhitungan diperoleh t-hitung = 4.176 dengan sig.0.000, ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antaravariabel bebas (X3) terhadap variabel terikat (Y). Hipotesis dalam penelitian ini terbuktiatau dapat diterima; dan (3) Karena X3(kesejahteraan), memiliki koefisien korelasi parsialtertinggi yaitu 0,561 dibandingkan dengan X1(motivasi kerja), sebesar 0,375 dan X2(budaya organisasi) sebesar 0.418 maka dapat dikatakan bahwa variabel penempatanpegawai berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu produktivitas kerja pegawai. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2012) yang berjudul Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Kesehatan pada Rumah Sakit Panti Secanti Gisting Dalam penelitian ini digunakan metode sampling,yaitu cara untuk melakukan pengambilan contoh dari populasiyangdiketahui,baikdaricarapenentuan jumlah sampelmaupundarimodelpengambilan sample dimaksud,dengan harapan agar sampel yang digunakan dapat mewakili populasi. Penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode proportion sratified random sampling, yaitu penentuan sampel secara acak pada strata jabatan. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner dan data sekunder yang dikumpulkan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 45 melalui studi kepustakaan. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan diketahui Kinerja karyawan Rumah Sakit Panti Santi Gisting selama ini tergolong baik. Dari penelitian juga diketahui faktor motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan (76,4%) terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Panti Secanti, Gisting. Faktor disiplin kerja juga mempunyai pengaruh yang signifikan (45,6%) terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Panti Secanti Gisting. Faktorbudaya oganisasi mempunyai pengaruh yang signifikan (75,6%) terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Panti Secanti Gisting penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) pada Rumah Sakit Panti Secanti, Gisting sangat kuat. Pengaruh motivasi kerja, disiplin kerja, dan budaya organisasi secara bersama / simultan terhadap kinerja. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah Enny (2011) yang berjudul Influence of Motivation and Culture on Organizational Commitmen and Performance of Employee of Medical Services” Journal Bhayangkara Surabaya University Volume 1, Issue 3, November ISSN:22239553.Berdasarkan hasil uji lima hipotesis, hipotesis kedua Budaya organisasi (X2) terhadap komitmen organisasi (Y1) memberikan tingkat signifikans 0.430 (p <0,05). Sementara itu, hipotesis ketiga motivasi (X1) Terhadap kinerja karyawan (Y2) memberikan tingkat terkecil signifikansi 0,171 (p <0,05). Tiga hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel motivasi dan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 46 budaya organisasi terhadap organisasi komitmen dan kinerja karyawan. Ketiga variabel laten tersebut dapat secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan dan juga dapat secara tidak langsung, intervensi variabel endogen mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil ini menunjukkan thdi komitmen organisasi adalah penting instrumen variabelmotivasi, budaya organisasi untuk mengukur kinerjapara karyawan. Hasil penelitian ini menggabungkan atau integrasi semua variabel: motivasi dengan variabel komitmen organisasi ; budaya organisasi dengan komitmen organisasi; variabel motivasi terhadap kinerja; budaya organisasi dengan kinerja; dan komitmen organisasi terhadap variabel kinerja.Semua studi ini diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan seluruh model. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Mappamiring (2015) yang berjudulEffect of Cultural Organization, Leadership and Motivation of Work on The Performance Employees (Studies in Islamic banking in Makassar) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel budaya organisasi Islamdari 0.640 dengan arah positif. Hubungan antara variabel budaya organisasi Islam dengan variabel motivasi untuk bekerja Islam searah.Titik kritis (CR) sebesar 2.783 *signifikan pada 95 tingkat kepercayaan semakin baik. Maknanya bahwa budaya organisasi yang lebih tinggi dibandingkan motivasi kerja Islam pada Bank di Makassar. Fakta empiris analisis deskriptif pada Tabel 5.3 diketahui bahwa rata-rata (mean) variabel budaya organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/z 47 Islam dan kinerja karyawan Islam masing-masing 4,19 dan4.02. Artinya, organisasi budaya dan kinerja karyawan Islam adalah pada tingkat yang baik. Peran tanpa pamrih lebih tinggi dari indikator lainnya untuk mencerminkan budaya organisasi Islam, sedangkan peran sedekah merupakan indicator penting untuk mencerminkan karyawan ini kinerja perbankan syariah Islam di Makassar. Hasil pengujian hipotesis dicatat bahwa nilai koefisien jalur variabel kepemimpinan islam tidak signifikan pada 0.036 karyawan terhadap kinerja. Artinya, kinerja karyawan di lingkup perbankan Islam tidak ditentukan oleh baik dan apakah kepemimpinan islam menunjukkan bahwa karyawan memiliki kerja yang tinggi di mana mereka cenderung untuk melihatnya sebagai karya agama. Hasil pengujian hipotesis dicatat bahwa nilai koefisien motivasi kerja secara signifikan oleh 0.652 karyawan terhadap kinerja. Semakin tinggi motivasi untuk bekerja semakin tinggi kinerja karyawan di lingkup perbankan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan dari organisasi perusahaan dapat di kalikan dengan meningkatnya kualitas modal manusia, salah satunya dapat dicapai melalui meningkat motivasi karyawan yang secara signifikan akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Karyawan harus memiliki keyakinan bahwa peningkatan kinerja memiliki manfaat untuk diri karyawan sendiri dan karyawan perusahaan. Potensi besar dapatdihasilkan oleh motivasi. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad dkk (2014) yang berjudul The Impact of the Motivation on the Employee’s Performance in http://digilib.mercubuana.ac.id/z 48 Beverage Industry of Pakistan, untuk mengamati pengaruh dari motivasi terhadap kinerja karyawan di industri minuman. Kami menggunakan analisis regresi dan analisis korelasi untuk menguji hubungan antara dependen dan variabel independen. Bahwa motivasi berkorelasi positif dengan karyawan kinerja dalam industri minuman dengan nilai p sebesar 0,000 yang signifikan pada 1%.Tabel 1.2 menunjukkan nilai beta yang berarti individu variabel motivasi independen mempengaruhi pada variabel kinerja tergantung. Hasil menunjukkan Motivasi yang memiliki pengaruh kuat pada karyawan kinerja dalam industri minuman dengan beta value.0.537.Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa motivasi dalam industri minuman dari Pakistan dapat secara signifikan pengaruh kinerja karyawan. Kita dapat mengatakan bahwa jika manajemen puncak menempatkan fokus mereka pada motivasi karyawan maka akan pemimpin ke arah peningkatan positif dalam kinerja karyawan. 9. Penelitian yang dilakukan oleh Rumana dkk (2013) yang berjudul Impact of Organizational Culture on Employee Performance and Productivity : A Case Study of Telecommunication Sector in Bangladesh, Penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai atribut budaya organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikanatas kinerja organisasi dengan memetakan aspek budaya yang berbeda dari organisasi serta menunjukkan hubungan penting antara budaya dan kinerja. Penelitian kualitatif memfasilitasi dengan pengamatan yang kuat dan mendalam. Melalui pengamatan yang kuat dan mendalam, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 49 penelitian dapat menjelaskan bagaimana keyakinan karyawan, norma, perilaku, dan semua aspek yang relevan dari budaya organisasi berdampak pada kinerja perusahaan. Penelitian ini secara signifikan menunjukkan kedua perangai positif dan negatif dari budaya yang memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap karyawan serta kinerja perusahaan. Peneliatian ini telah menutupi berbagai ciri budaya yang meliputi dari aspek perilaku dengan atribut gestural. Penelitian ini juga menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan suatu pendekatan sistem terbuka yang memiliki saling tergantung dan interaktif hubungan dengan kinerja organisasi. Sifat canggih dan luas penelitiannya akan menambah nilai organisasi mempelajari disiplin dengan memberikan persepsi kualitatif penting menuju budaya organisasi dan kinerja dan akan memulai diskusi lebih lanjut untuk menciptakan kerangka kerja yang efektif antara organisasi budaya dan dampaknya terhadap kinerja. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Zunaidah (2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh Motivasi dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Business Unit SPBU PT Putra Kelana Makmur Group Batam) menunjukan pada tabel 4 diketahui bahwa nilai korelasi atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah kuat dimana ditunjukkan nilai korelasinya sebesar 0.808 lebih besar dari pada 0.5. Angka R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0.653. Ini artinya bahwa 65.3% variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel motivasi dan budaya organisasi. Sedangkan sisanya 34,7% http://digilib.mercubuana.ac.id/z 50 dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti kompensasi, pelatihan dan pengembangan, manajemen karir serta kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui regresinya sebagai berikut:a= 6.522, b1= 0.344, b2= 0.228 Dari hasil regresi diatas, maka diperolehpersamaan regresi linier berganda sebagai berikut:Y = 6.522 + 0.344X1+ 0.228X2 Dimana:Y= Kinerja karyawanX1= Variabel motivasiX2= Variabel Budaya Organisasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk: a. Variabel motivasi (X1) mempunyai t hitung sebesar 8.455 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α (0.000 < 0.050). ini berarti H0 ditolak, yaitu motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. b. Variabel budaya organisasi (X2) mempunyai t hitung sebesar 6.550 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α (0.000 < 0.050). ini berarti H0 ditolak, yaitu budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan tabel 4.49 diatas, dapat dilihat hasil perhitungan diperoleh F hitung 121.543 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α (0.000 < 0.050) yang artinya H ditolak. Ini berarti bahwa motivasi dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan motivasi dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan Business Unit SPBU PT. Putra Kelana Makmur Group Batam. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 51 F. Rerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu maka rerangka pemikiran dan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut. 1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Motivasi kerja merupakan dorongan, upaya, dan keinginan yang ada di dalam diri manusia mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku dalam pelaksanaan tugas di lingkungan pekerjaannya. Kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja Mc Cormick(1985:268) mengemukakan dalam Mangkunegara (2008:66). Motivasi kerja akan berdampak pada hasil kinerja karyawan, Hasibuan (2007) mengungkapkan kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepadanya, berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.” Selanjutnya dikatakan juga “ hasil kerja atau prestasi itu merupakan gabungan dari tiga faktor terdiri dari minat dalam bekerja, penerimaan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Syafitri Diah Kusumawati(2014) mengemukakan bahwa secara simultan motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta. Penelitian lain juga mengatakan hasil yang sama yaitu yang dilakukan oleh Rica Pramita (2014) mengungkapkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT Centrepark Citra Corpora Area Solo Grand http://digilib.mercubuana.ac.id/z 52 Mall. Selain itu hal yang sama juga dikemukakan oleh Muhammad dkk (2014) mengungkapkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. HI : Motivasi kerja berpengaruh terhadapa kinerja karyawan. 2. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada dasarnya seseorang atau manusia yang berada di dalam perusahaan/organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang di maksud tidak lain adalah budaya organisasi merupakan perekat bagi semua hal di dalam organisasi ( Wibowo, 2006:353 ). Artinya budaya organisasi mampu menjadi pemersatu dari perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi dan menyatukannya dalam satu tujuan. Pendapat yang lainnya, mengatakan bahwa kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya ( Robbins. 2008:256). Menurut pengertian diatas, budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang artinya sistem tersebut perlu disosialisasikan kepada organisasi agar tujuan organisasi dapat di capai. Nono Soekardi (2012) mengungkapkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang juga mengatakan hal yang sama yaitu yang dilakukan Zunaidah (2012) bahwa http://digilib.mercubuana.ac.id/z 53 budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Selain itu yang sama juga di kemukakan oleh Rumana dkk (2013) bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. H2 : Budaya Organisasi berpengaruh terhada kinerja karyawan. Motivasi Kerja (X1) H1 Budaya Organisasi (X2) H2 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/z Kinerja Karyawan (Y)