KEGAWATDARURATAN PADA KARDIOLOGI DAN RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP (CHAIN OF SURVIVAL) dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Masihkah anda seperti ini? Gejala – gejala awal timbulnya kegawatdaruratan jantung (alarm symptom) Nyeri dada dan rasa tidak nyaman pada dada Berdebar-debar - Keletihan Syok Pingsan Kematian mendadak Pemeriksaan Fisik Tanda Klinis: 1. Tekanan Darah: rendah, tinggi 2. Nadi: Cepat, lambat, ritme teratur, tidak teratur. 3. Tanda hipoperfusi sistemik: kesadaran, warna kulit, kehangatan kulit, jumlah urin. 4. Postur umum pasien: Inspeksi, sesak ketika berdiri, posisi terlentang, pucat, keringat. 5. Kelas Killip. (I-IV). Kegawatdaruratan pada Sistem Kardiovaskuler • Infark miokard: sekelompok otot jantung mati karena penyumbatan mendadak dari arteri koroner (trombosis koroner) • Lethal aritmia: aritmia yg mengancam jiwa • Gagal jantung akut : Gagal jantung akut merupakan keadaan jantung yang tak bisa memompa darah dengan gejala sesak nafas hebat secara tiba-tiba tanpa disadari • Hipertensi krisis: peningkatan TD mendadak > 180/120 mmHg Kegawatdaruratan pada Sistem Kardiovaskuler Infark Miokard Lethal Arrhytmia Gagal Jantung Akut Hipertensi Krisis Henti jantung mendadak Kematian RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP (CHAIN OF SURVIVAL) Rantai I : Pengenalan kejadian Henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat segera (Early access) • Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada atau kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan • Penolong menghubungi layanan gawat darurat memegang peranan awal yg penting dalam rantai ini Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai berikut: • Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke sistem gawat darurat • Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada orang dewasa atau sekitar 1 menit setelah memberikan pertolongan RJP pada bayi dan anak • Penilaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung • Identifikasi tanda henti jantung atau henti napas Rantai II : Resusitasi Jantung Paru segera (Early CPR) • Resusitasi dilakukan segera jika penderita mengalami keadaan henti jantung. • Untuk kasus trauma, tenggelam, dan overdosis sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama 1 menit sebelum menghubungi sistem gawat darurat Golden Period Estimasi berdasarkan suvei Keterlambatan Kemungkinan berhasil 1 Menit 98 dari 100 2 Menit 50 dari 100 10 Menit 1 dari 100 Rantai III : Defibrilasi segera (Early Defibrilation) • Defibrilasi merupakan cara dengan memberikan kejut listrik untuk membantu mengembalikan ritme reguler jantung • Alat automated external defibrilator (AED) dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup di luar rumah sakit Early Defibrillation Angka keberhasilan menurun 7-10% setiap menit keterlambatan penggunaan defibrilator Rantai IV : Perawatan Kardiovaskular lanjutan yg efektif (Effective ACLS) • Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis di tempat kejadian merupakan rantai penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung • Petugas ACLS membawa alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk mengontrol aritmia dan stabilisasi penderita untuk dirujuk ke Tujuan ACLS 1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen lanjut jalan napas, pemberian napas dan pemberian obat-obatan 2. Terapi pada penderita yg tidak berhasil dengan defibrilasi 3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang, dan menstabilkan setelah resusitasi Rantai V : Penanganan terintegrasi pasca henti jantung (Integrated Post Cardiac Arrest Care) • Dalam pedoman RJP yg dikeluarkan AHA tahun 2010 mulai diperkenalkan kepentingan pelayanan sistematis dan penatalaksanaan multispesialistik bagi penderita setelah mengalami kembalinya sirkulasi spontan (Return Of Spontaneous Circulation, ROSC)