BAB II Landasan Teori

advertisement
BAB II
Landasan Teori
II.1 Pasar Modal
Pengertian pasar modal berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
menyatakan sebagai berikut: “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan efek”.
Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang Dan Modal adalah sebagai berikut
“Pasar Modal adalah pasar kongkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun
keatas”.
Suwandi Kuntjoro(2011:23) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Pasar
modal atau bursa merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual efek atau surat
berharga yang terdaftar dalam suatu lembaga yang dikenal dengan istilah bursa beserta
pernak pernik peraturan dan partisipan untuk berlangsungnya proses jual beli tersebut
secara tertib dan adil”.
Berdasarkan pengertian pasar modal di atas dapat disimpulkan bahwa pasar
modal berfungsi sebagai sarana untuk memfasilitasi kegiatan jual beli instrumen
keuangan jangka panjang.
II.1.1 Manfaat Pasar Modal
Menurut Imam Sjahputra Tunggal (2008:1) manfaat pasar modal adalah:
1.
Memperbaiki struktur permodalan perusahaan
6
Perusahaan dapat meningkatkan permodalannya tidak hanya dalam bentuk
pinjaman/loan, tapi telah dimungkinkan pula dalam bentuk equity melalui
penerbitan saham di pasar modal. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang
memiliki over leverage dapat memperkecil tingkat leveragenya melalui
penerbitan saham. Dengan cara ini struktur permodalan perusahaan akan
semakin sehat.
2.
Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana
Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal, perusahaan akan
memperoleh alternatif yang lebih luas untuk mendapatkan dana yang cost-nya
paling rendah. Oleh karena itu, pasar modal berfungsi menciptakan
pengalokasian sumber-sumber dana secara lebih efisien.
3.
Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat
Adanya keharusan untuk melakukan disclosure di pasar modal akan melahirkan
budaya fairness yang selanjutnya akan menciptakan perilaku bisnis yang baik di
pasar modal, sehingga akan berpengaruh bagi terciptanya ekonomi yang sehat.
4.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Melalui pasar modal, masyarakat dimungkinkan untuk dapat memiliki sahamsaham perusahaan yang go public. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk
pengembangan usaha yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produksi
nasional.
5.
Membuka alternatif divestasi
7 Pasar modal memberikan kemungkinan bagi investor lokal maupun asing untuk
melakukan divestasi manakala menginginkan untuk tidak lagi berinvestasi di
sektor tertentu.
6.
Meningkatkan penerimaan Negara
Melalui pasar modal, penerimaan Negara melalui pemungutan pajak lebih
ditingkatkan. Hal ini dimungkinkan karena berkembangnya pasar modal akan
memacu keterbukaan yang pada akhirnya dapat mendorong kepatuhan emiten
sebagai wajib pajak. Disamping itu semakin besar transaksi di bursa, semakin
besar pula potensi pemungutan pajak atas transaksi tersebut.
7.
Mengurangi hutang luar negeri pihak swasta
Sejalan dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan akan
pembiayaan pembangunan tidak hanya diperoleh dari hutang luar negeri, akan
tetapi dapat dipenuhi melalui mobilisasi dana masyarakat di pasar modal.
Dengan demikian, berkurangnya hutang luar negeri terutama pihak swasta, dapat
mengurangi tekanan neraca pembayaran.
8. Arena penggemblengan generasi muda
Pasar modal dapat dijadikan media bagi generasi muda dalam berpartisipasi
membangun ekonomi nasional. Dengan jiwa dan semangat yang dinamis serta
berani menghadapi tantangan memungkinkan bagi generasi muda untuk
mengembangkan pasar modal yang membutuhkan sikap dinamis, kreatif, berani
mengambil keputusan dan siap mengambil resiko dalam menghadapi tantangan.
Oleh karena itu, sangat diperlukan partisipasi kaum muda dalam upaya
mengembangkan pasar modal.
8 II.1.2 Peran Pasar Modal
Pasar modal memiliki empat peranan menurut Hariyani dan Serfianto (2010:29),
yaitu sebagai berikut:
1. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang butuh
dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten) dengan pihak pembeli efek
(pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat investor atau pemodal)
2. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam pengalokasian dana
masyarakat secara efisien, transparan, dan akuntabel.
3. Pasar modal berperan meyediakan berbagai macam instrumen investasi yang
dapat memungkinkan adanya divesifikasi portofolio investasi.
4. Pasar modal berperan mengajak mayarakat investor(selain pendiri perusahaan)
untuk ikut serta memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik.
II.1.3 Instrumen Pasar Modal
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) Pasal 1 angka 5 instrumen
pasar modal berupa efek, yakni surat berharga yang dapat berbentuk surat berharga
komersial, saham, surat pengakuan hutang, obligasi, tanda bukti hutang, surat
penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap turunan (derivatif)
atas efek.
II.2 Saham
Menurut Dahlan Siamat (2006:268) saham adalah surat bukti atau tanda
kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di
bursa efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling
9 dominan diperdagangkan. Mengacu pada pendapat Tjiptono Darmadji dan Hendy M.
Fakhrudin (2011:5) saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut.
II.2.1 Jenis Saham
Mengacu pada pendapat Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2011)
dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares
merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat
diterbitkan dengan cara atas nama atau atas injuk. Menurut Tjiptono Darmadji dan
Hendy M. Fakhrudin (2011) saham dapat ditinjau dari beberapa segi diantaranya (h.6):
1. Segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan
usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan
untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentuk dividen, apabila
perusahaan tersebut memperoleh laba.
b.
Saham Preferen (Preferred Stock)
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa.
2. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan atas:
a.
Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
10 investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka
dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam
RUPS.
b.
Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:
a.
Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan
yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b.
Saham pendapatan (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan mebayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen
yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c.
Saham pertumbuhan (growth stocks-well known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader
di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d.
Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang
tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ketahun,
akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
e.
Saham siklikal (counter cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
11 II.2.2 Ciri-Ciri Saham
Menurut Aidil Akbar (2007:100) ciri yang melekat pada instrumen saham adalah
sebagai berikut:
1.
Merupakan investasi jangka panjang. Berinvestasi pada saham biasanya untuk
memenuhi tujuan keuangan di atas lima tahun.
2.
Sifat kepemilikan atas nama. Artinya, kepemilikannya mudah dipindahkan.
3.
Bila emiten (perusahaan) dilikuidasi, pemegang saham (khususnya common stock/
saham biasa) mendapat bagian paling akhir dalam hal pelunasan kewajiban
perusahaan.
4.
Bisa menempatkan orang di perusahaan, jika porsi kepemilikannya besar.
5.
Diperdagangkan dilantai bursa
6.
Mempunyai hak suara
7.
Banyak faktor yang menentukan tingkat harga saham.
II.2.3 Nilai Saham
Menurut Aidil Akbar (2007:101) secara umum nilai saham digolongkan menjadi empat,
yaitu:
1.
Nilai nominal
Nilai nominal saham adalah harga saham yang investor setorkan ke perusahaan,
sesuai dengan nilai saham pada perusahaan tersebut, ditentukan saat penawaran
perdana dilakukan. Selain itu, ada juga harga perdana, yaitu harga yang tertera pada
surat saham. Selisih antara harga perdana dan nilai nominal disebut agio saham
2.
Nilai buku
12 Nilai buku adalah nilai suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan laporan
keuangan. Nilai buku dilihat berdasarkan nilai ekuitas atau total modal dalam
neraca perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar.
3.
Nilai pasar
Nilai pasar adalah nilai saham yang terbentuk karena mekanisme pasar.
4.
Nilai fundamental
Harga wajar suatu saham perusahaan. Harga wajar ini dapat dihitung dengan dua
cara yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
II.2.4 Risiko Saham
Seperti instrumen pasar modal lainnya, saham juga memiliki risiko. Risiko yang
timbul dari investasi saham berdasarkan Darmadji dan Fakhrudin (2011:10)
1. Tidak ada pembagian dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan.
Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut
mengalami kerugian.
2.
Capital loss
Suatu kondisi dimana harga beli saham lebih besar (lebih tinggi) dari harga jual.
Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin
besar akibat penurunan harga saham, maka seorang investor rela menjual saham
dengan harga rendah.
3.
Risiko likuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung
kepada saham perusahaan tersebut. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka
13 pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah disbanding kreditur atau
pemegang obligasi artinya setelah semua aset terjual, terlebih dahulu dibagikan
kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masaih terdapat sisa, baru
dibagikan kepada pemegang saham
4.
Saham dikeluarkan dari Bursa (delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di
delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu
tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak
membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai
kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
5.
Saham dihentikan sementara (suspensi)
Disamping dua risiko tersebut maka risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika saham disuspensi alias dihentikan
perdagangannya oleh otoritas Bursa efek. Dengan demikian investor tidak dapat
menjual sahamnya hingga suspensi dicabut.
II.3 Analisis Investasi Saham
Analisis investasi saham menurut Yuhasril (2008:2) merupakan hal yang
mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan
rasional para pemodal akan mengalami kerugian.
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis investasi saham yaitu, analisis
teknikal dan fundamental.
14 II.3.1 Analisa Teknikal
Mengacu pada pendapat Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2010:29) analisis
teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan
kecenderungan pasar dimasa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham,
volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih
memperhatikan apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi.
Cara ini memang tidak dapat menebak pergerakan harga dengan tepat, namun cukup
membantu dalam mengambil keputusan.
II.3.2 Analisis Fundamental
Kuntjoro Suwandi (2011:42) mendefinisikan analisis fundamental sebagai
berikut: “Analisis fundamental adalah suatu menganalisis berbagai faktor yang
berhubungan dengan saham yang akan kita pilih melalui analisis perusahaan, analisis
industri, dan analisis ekonomi dan pasar makro mikro serta metode-metode analisis lain
untuk mendukung analisa saham yang akan datang”. Berdasarkan Hary Suwanda
(2009:155) analisis fundamental pada dasarnya dikelompokkan dalam dua golongan
utama, yakni macro fundamental analysis (meliputi business cycle, intermarket
analysis), dan micro fundamental analysis (meliputi beberapa kriteria seperti P/E, EPS,
dividend yield dan lain-lain).
II.4 Analisis Penilaian Saham
Penilaian adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk suatu
saham(Parahita:2008). Analisis penilaian saham bertujuan untuk menafsirkan harga
15 wajar saham dan kemudian membandingkan dengan harga pasar saat ini. Pedoman yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Harga wajar < harga pasar saat ini(overvalued atau harga terlalu mahal atau
tinggi)
2. Harga wajar > harga pasar saat ini(undervalued atau harga terlalu murah atau
rendah)
3. Harga wajar = harga pasar saat ini(normal)
Penilaian saham dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan diantaranya
dividend discounted model, free cash flow dan relative valuation.
II.4.1 Dividend Discounted Model (DDM)
Dividend discounted model menurut Deden Mulyana (2009) adalah model untuk
mengestimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan
diterima dimasa datang. Bila investor membeli suatu saham, pada umumnya ada dua
tipe pengembalian yang diharapkan yakni besarnya dividen yang dibagikan selama
investor memegang saham tersebut dan harga akhir periode pemegang saham (capital
gain). Namun harga yang akan datang atau akhir periode pemegang itu sendiri
dipengaruhi oleh besarnya dividen yang akan datang. Nilai suatu saham nantinya akan
diukur dari present value dari aliran dividen yang akan datang pada periode waktu yang
tak terhingga. Ada tiga macam perhitungan dengan menggunakan discounted dividend
model sesuai dengan pertumbuhan dividend perusahaan tersebut dan menurut Yuhasril
(2008:10) sebagai berikut:
a. Model Pertumbuhan Tetap (Constant Growth)
16 Model jenis ini, mengasumsikan bahwa pertumbuhan laba pada pertumbuhan
tetap dari tahun ke tahun. Laba termasuk dividen ditambah capital gain (P1-P0).
Kenaikan laba meningkat pada tingkat yang konstan. Oleh sebab itu disebut
model pertumbuhan tetap. Ini berarti bahwa E1, akan sama terhadap E0(1+g) E2
akan sama terhadap E1(1+g) dan seterusnya. Dengan rumus :
1
b. Model Tanpa Pertumbuhan (zero growth)
Model ini mengasumsikan bahwa laba perusahaan tiap tahunnya menghasilkan
jumlah yang sama. Jadi tidak ada capital gain dari tahun ke tahun.
c. Model dengan Beberapa Pertumbuhan (Multiple Growth)
Model ini menggunakan 2 atau lebih tingkat pertumbuhan dividen. Model ini
digunakan karena pertumbuhan perusahaan yang berubah-ubah. Penggunaan
model ini jika return yang diharapkan lebih kecil dibandingkan growth-nya.
Model ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik, juga menentukan harga
terminal suatu saham. Rumusnya adalah sebagai berikut:
1
1
1
1
1
Diketahui bahwa:
K
= return yang diharapkan,
g
= pertumbuhan dividen selama masa depan.
D0
= dividend per shares tahun sebelumnya
17 I
II.4.1.1
Retu
urn yang dih
harapkan(K
K)
Peng
gembalian (rreturn) mennurut Roni Indarto
I
(20007) adalah kompensasi atau
i
imbalan
yan
ng diharapkaan di masa daatang oleh innvestor atas waktu
w
dan riisiko yang teerkait
d
dengan
inveestasi yang dilakukan.
d
Peengembaliann (return) ini dapat beruupa pengembbalian
y
yang
telah teerjadi (actuaal return) dann pengembaalian yang dihharapkan (exxpected retuurn).
I
II.4.1.1.1
Ca
apital Asset Pricing Model(CAPM)).
Menu
urut Brighaam dan Houuston(2006:2239) capital asset pricinng modal addalah
S
Suatu
modeel yang didaasarkan padda adanya dalil
d
bahwa tingkat penngembalian yang
d
diharapkan
dari suatu saham
s
adalaah sama denngan tingkatt pengemballian bebas resiko
r
p
plus
premi resiko yanng hanya tiinggal menncerminkan risiko yangg tersisa seetelah
d
dilakukan
diiversifikasi.
R
Rumusnya
CAPM
C
adalaah: E (Ri) = Rf – β(Rm-Rf)
B
Berikut
ini proses
p
keseim
mbangan dallam CAPM
E(Ri)
SML
L
D
D* C
C* Rf
K
Keterangan:
Rf = Risk-fr
free rate,biasanya mengggunakan daata dari BI rate. Atau Rf dicari deengan
m
menggunaka
an Rnominaal risk freee rate. Noominal riskk free rate adalah tinngkat
p
pengembalia
an instrumenn bebas risikko ditambah premi
p
inflasi.
Rm = Expected return onn the stock market
m
as a whole
w
18 β = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
II.4.1.1.2 Weighted Average Cost of Capital(WACC).
Weighted average cost of capital menurut Alvin(2007) adalah return yang dapat
diharapkan oleh investor suatu perusahaan apabila mereka berinvestasi pada sekuritassekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang sebanding. Menurut Mastur Mudi (2010)
konsep biaya modal erat kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang
disyaratkan,yang dapat dilihat dari 2 sisi yaitu investor dan perusahaan. •
Sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat
keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang
dimiliki perusahaan.
•
Sisi perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of
return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan modal tersebut
Rumus weighted average cost of capital adalah sebagai berikut:
WACC = Wd.Kd (1-t)+ Wps.Kps+ Ws.Ks
Keterangan:
Kd =biaya hutang
Kps = biaya saham preferen
Ks = biaya laba ditahan
T = pajak
Brigham dan Houston(2006: h. 470) menyatakan bahwa biaya utang setelah
pajak (Kd(1-T)) adalah sebagai berikut:“ biaya hutang setelah pajak adalah biaya yang
19 relevan dengan utang baru, dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak
melalui bunga”. Bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan
pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih. Berikut ini rumus biaya utang
setelah pajak.
Komponen biaya utang setelah pajak = Tingkat suku bunga – pengurangan pajak
Komponen biaya utang setelah pajak = Kd(1-T)
Tingkat suku bunga(Kd) menurut Aswath Damodaran (2006: p212), dan persentase
pajak dapat dihitung sebagai berikut:
Kd = Risk free rate(KRF) + default spread for country + default spread for firm
Persentase Pajak
Pajak
Laba Sebelum Pajak
Untuk menghitung biaya laba ditahan walaupun sulit tetapi dapat dicari dengan
pendekatan CAPM. Menurut Agus Zainul Arifin “Struktur modal adalah pendanaan
permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham”. Nilai buku modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan
akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Struktur keuangan dikurangi hutang lancer adalah struktur modal.untuk menghitung
struktur proporsi struktur modal adalah sebagi berikut:
Total Utang Jangka Panjang
Total Komponen Modal
Total Saham Biasa
Total Komponen Modal
II.4.1.2 Growth
Menurut Murhadi R.Werner (2009:99) ada dua hal yang diperhatikan dalam
ketika mengestimasi tingkat pertumbuhan.
20 1. Tingkat petumbuhan dividen yang diasumsikan berkembang relatif konstan,
akan membuat pengukuran kinerja lainnya juga akan tumbuh dengan tingkat
pertumbuhan yang sama.
2. Bila tingkat pertumbuhan earning lebih besar daripada tingkat pertumbuhan
dividen maka memberikan konsekuensi pada dividend payout ratio mendekati
nol.
Menurut Werner R.Murhadi (2009:87) estimasi tentang pertumbuhan merupakan
variabel bebas yang mempengaruhi suatu nilai, tetapi estimasi dengan menggunakan
metode tersebut tidak melihat pada detail operasi perusahaan. Berikut ini mencari
tingkat pertumbuhan dalam equity income(pendapat bagi pemegang saham):
1. Pertumbuhan dalam dividend per shares
Hubungan
sederhana
untuk
menentukan
tingkat
pertumbuhan
dengan
mendasarkan pada dividend per shares. Pertumbuhan dengan dividend per
shares dapat diukur sebagai berikut:
2. Pertumbuhan dalam net income
Hubungan
sederhana
untuk
menentukan
tingkat
pertumbuhan
dengan
mendasarkan pada retention ratio(persentase dari earning yang ditahan untuk
pengembangan usaha) dan return on equity-ROE (tingkat pengembalian modal
dari modal yang telah ditanamkan) atas suatu proyek. Perusahaan dengan
retention ratio yang tinggi dan diikuti pula ROE yang tinggi akan memberikan
tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Tingkat pertumbuhan ini dapat juga
disebut sustainable growth rate. Rumus sebagai berikut
21 1
Berdasarkan pendapat John D. Stowe...(et.al.) (2007:62) menyatakan sebagai
berikut:” DDM is most appropriate for companies with earning expected to grow at a
rate comparable to or lower than the economy’s nominal growth rate. Businesses
growing at much higher rates than the economy often grow at lower rates in maturity”.
Economy’s nominal growth rate dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Economy nominal growth rate = expected growth GDP + expected inflation rate.
22 
Download