BAB II Landasan Teori II.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan sebagai berikut: “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan efek”. Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang Dan Modal adalah sebagai berikut “Pasar Modal adalah pasar kongkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas”. Suwandi Kuntjoro(2011:23) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal atau bursa merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual efek atau surat berharga yang terdaftar dalam suatu lembaga yang dikenal dengan istilah bursa beserta pernak pernik peraturan dan partisipan untuk berlangsungnya proses jual beli tersebut secara tertib dan adil”. Berdasarkan pengertian pasar modal di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk memfasilitasi kegiatan jual beli instrumen keuangan jangka panjang. II.1.1 Manfaat Pasar Modal Menurut Imam Sjahputra Tunggal (2008:1) manfaat pasar modal adalah: 1. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan 6 Perusahaan dapat meningkatkan permodalannya tidak hanya dalam bentuk pinjaman/loan, tapi telah dimungkinkan pula dalam bentuk equity melalui penerbitan saham di pasar modal. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang memiliki over leverage dapat memperkecil tingkat leveragenya melalui penerbitan saham. Dengan cara ini struktur permodalan perusahaan akan semakin sehat. 2. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal, perusahaan akan memperoleh alternatif yang lebih luas untuk mendapatkan dana yang cost-nya paling rendah. Oleh karena itu, pasar modal berfungsi menciptakan pengalokasian sumber-sumber dana secara lebih efisien. 3. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat Adanya keharusan untuk melakukan disclosure di pasar modal akan melahirkan budaya fairness yang selanjutnya akan menciptakan perilaku bisnis yang baik di pasar modal, sehingga akan berpengaruh bagi terciptanya ekonomi yang sehat. 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Melalui pasar modal, masyarakat dimungkinkan untuk dapat memiliki sahamsaham perusahaan yang go public. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan usaha yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produksi nasional. 5. Membuka alternatif divestasi 7 Pasar modal memberikan kemungkinan bagi investor lokal maupun asing untuk melakukan divestasi manakala menginginkan untuk tidak lagi berinvestasi di sektor tertentu. 6. Meningkatkan penerimaan Negara Melalui pasar modal, penerimaan Negara melalui pemungutan pajak lebih ditingkatkan. Hal ini dimungkinkan karena berkembangnya pasar modal akan memacu keterbukaan yang pada akhirnya dapat mendorong kepatuhan emiten sebagai wajib pajak. Disamping itu semakin besar transaksi di bursa, semakin besar pula potensi pemungutan pajak atas transaksi tersebut. 7. Mengurangi hutang luar negeri pihak swasta Sejalan dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan akan pembiayaan pembangunan tidak hanya diperoleh dari hutang luar negeri, akan tetapi dapat dipenuhi melalui mobilisasi dana masyarakat di pasar modal. Dengan demikian, berkurangnya hutang luar negeri terutama pihak swasta, dapat mengurangi tekanan neraca pembayaran. 8. Arena penggemblengan generasi muda Pasar modal dapat dijadikan media bagi generasi muda dalam berpartisipasi membangun ekonomi nasional. Dengan jiwa dan semangat yang dinamis serta berani menghadapi tantangan memungkinkan bagi generasi muda untuk mengembangkan pasar modal yang membutuhkan sikap dinamis, kreatif, berani mengambil keputusan dan siap mengambil resiko dalam menghadapi tantangan. Oleh karena itu, sangat diperlukan partisipasi kaum muda dalam upaya mengembangkan pasar modal. 8 II.1.2 Peran Pasar Modal Pasar modal memiliki empat peranan menurut Hariyani dan Serfianto (2010:29), yaitu sebagai berikut: 1. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang butuh dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten) dengan pihak pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat investor atau pemodal) 2. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan, dan akuntabel. 3. Pasar modal berperan meyediakan berbagai macam instrumen investasi yang dapat memungkinkan adanya divesifikasi portofolio investasi. 4. Pasar modal berperan mengajak mayarakat investor(selain pendiri perusahaan) untuk ikut serta memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik. II.1.3 Instrumen Pasar Modal Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) Pasal 1 angka 5 instrumen pasar modal berupa efek, yakni surat berharga yang dapat berbentuk surat berharga komersial, saham, surat pengakuan hutang, obligasi, tanda bukti hutang, surat penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap turunan (derivatif) atas efek. II.2 Saham Menurut Dahlan Siamat (2006:268) saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling 9 dominan diperdagangkan. Mengacu pada pendapat Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2011:5) saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. II.2.1 Jenis Saham Mengacu pada pendapat Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2011) dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas injuk. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2011) saham dapat ditinjau dari beberapa segi diantaranya (h.6): 1. Segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentuk dividen, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. b. Saham Preferen (Preferred Stock) Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. 2. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan atas: a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke 10 investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: a. Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Saham pendapatan (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan mebayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Saham pertumbuhan (growth stocks-well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ketahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Saham siklikal (counter cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 11 II.2.2 Ciri-Ciri Saham Menurut Aidil Akbar (2007:100) ciri yang melekat pada instrumen saham adalah sebagai berikut: 1. Merupakan investasi jangka panjang. Berinvestasi pada saham biasanya untuk memenuhi tujuan keuangan di atas lima tahun. 2. Sifat kepemilikan atas nama. Artinya, kepemilikannya mudah dipindahkan. 3. Bila emiten (perusahaan) dilikuidasi, pemegang saham (khususnya common stock/ saham biasa) mendapat bagian paling akhir dalam hal pelunasan kewajiban perusahaan. 4. Bisa menempatkan orang di perusahaan, jika porsi kepemilikannya besar. 5. Diperdagangkan dilantai bursa 6. Mempunyai hak suara 7. Banyak faktor yang menentukan tingkat harga saham. II.2.3 Nilai Saham Menurut Aidil Akbar (2007:101) secara umum nilai saham digolongkan menjadi empat, yaitu: 1. Nilai nominal Nilai nominal saham adalah harga saham yang investor setorkan ke perusahaan, sesuai dengan nilai saham pada perusahaan tersebut, ditentukan saat penawaran perdana dilakukan. Selain itu, ada juga harga perdana, yaitu harga yang tertera pada surat saham. Selisih antara harga perdana dan nilai nominal disebut agio saham 2. Nilai buku 12 Nilai buku adalah nilai suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan laporan keuangan. Nilai buku dilihat berdasarkan nilai ekuitas atau total modal dalam neraca perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar. 3. Nilai pasar Nilai pasar adalah nilai saham yang terbentuk karena mekanisme pasar. 4. Nilai fundamental Harga wajar suatu saham perusahaan. Harga wajar ini dapat dihitung dengan dua cara yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. II.2.4 Risiko Saham Seperti instrumen pasar modal lainnya, saham juga memiliki risiko. Risiko yang timbul dari investasi saham berdasarkan Darmadji dan Fakhrudin (2011:10) 1. Tidak ada pembagian dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. 2. Capital loss Suatu kondisi dimana harga beli saham lebih besar (lebih tinggi) dari harga jual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar akibat penurunan harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah. 3. Risiko likuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka 13 pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah disbanding kreditur atau pemegang obligasi artinya setelah semua aset terjual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masaih terdapat sisa, baru dibagikan kepada pemegang saham 4. Saham dikeluarkan dari Bursa (delisting) Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa. 5. Saham dihentikan sementara (suspensi) Disamping dua risiko tersebut maka risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika saham disuspensi alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa efek. Dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi dicabut. II.3 Analisis Investasi Saham Analisis investasi saham menurut Yuhasril (2008:2) merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis investasi saham yaitu, analisis teknikal dan fundamental. 14 II.3.1 Analisa Teknikal Mengacu pada pendapat Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2010:29) analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar dimasa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Cara ini memang tidak dapat menebak pergerakan harga dengan tepat, namun cukup membantu dalam mengambil keputusan. II.3.2 Analisis Fundamental Kuntjoro Suwandi (2011:42) mendefinisikan analisis fundamental sebagai berikut: “Analisis fundamental adalah suatu menganalisis berbagai faktor yang berhubungan dengan saham yang akan kita pilih melalui analisis perusahaan, analisis industri, dan analisis ekonomi dan pasar makro mikro serta metode-metode analisis lain untuk mendukung analisa saham yang akan datang”. Berdasarkan Hary Suwanda (2009:155) analisis fundamental pada dasarnya dikelompokkan dalam dua golongan utama, yakni macro fundamental analysis (meliputi business cycle, intermarket analysis), dan micro fundamental analysis (meliputi beberapa kriteria seperti P/E, EPS, dividend yield dan lain-lain). II.4 Analisis Penilaian Saham Penilaian adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk suatu saham(Parahita:2008). Analisis penilaian saham bertujuan untuk menafsirkan harga 15 wajar saham dan kemudian membandingkan dengan harga pasar saat ini. Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Harga wajar < harga pasar saat ini(overvalued atau harga terlalu mahal atau tinggi) 2. Harga wajar > harga pasar saat ini(undervalued atau harga terlalu murah atau rendah) 3. Harga wajar = harga pasar saat ini(normal) Penilaian saham dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan diantaranya dividend discounted model, free cash flow dan relative valuation. II.4.1 Dividend Discounted Model (DDM) Dividend discounted model menurut Deden Mulyana (2009) adalah model untuk mengestimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima dimasa datang. Bila investor membeli suatu saham, pada umumnya ada dua tipe pengembalian yang diharapkan yakni besarnya dividen yang dibagikan selama investor memegang saham tersebut dan harga akhir periode pemegang saham (capital gain). Namun harga yang akan datang atau akhir periode pemegang itu sendiri dipengaruhi oleh besarnya dividen yang akan datang. Nilai suatu saham nantinya akan diukur dari present value dari aliran dividen yang akan datang pada periode waktu yang tak terhingga. Ada tiga macam perhitungan dengan menggunakan discounted dividend model sesuai dengan pertumbuhan dividend perusahaan tersebut dan menurut Yuhasril (2008:10) sebagai berikut: a. Model Pertumbuhan Tetap (Constant Growth) 16 Model jenis ini, mengasumsikan bahwa pertumbuhan laba pada pertumbuhan tetap dari tahun ke tahun. Laba termasuk dividen ditambah capital gain (P1-P0). Kenaikan laba meningkat pada tingkat yang konstan. Oleh sebab itu disebut model pertumbuhan tetap. Ini berarti bahwa E1, akan sama terhadap E0(1+g) E2 akan sama terhadap E1(1+g) dan seterusnya. Dengan rumus : 1 b. Model Tanpa Pertumbuhan (zero growth) Model ini mengasumsikan bahwa laba perusahaan tiap tahunnya menghasilkan jumlah yang sama. Jadi tidak ada capital gain dari tahun ke tahun. c. Model dengan Beberapa Pertumbuhan (Multiple Growth) Model ini menggunakan 2 atau lebih tingkat pertumbuhan dividen. Model ini digunakan karena pertumbuhan perusahaan yang berubah-ubah. Penggunaan model ini jika return yang diharapkan lebih kecil dibandingkan growth-nya. Model ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik, juga menentukan harga terminal suatu saham. Rumusnya adalah sebagai berikut: 1 1 1 1 1 Diketahui bahwa: K = return yang diharapkan, g = pertumbuhan dividen selama masa depan. D0 = dividend per shares tahun sebelumnya 17 I II.4.1.1 Retu urn yang dih harapkan(K K) Peng gembalian (rreturn) mennurut Roni Indarto I (20007) adalah kompensasi atau i imbalan yan ng diharapkaan di masa daatang oleh innvestor atas waktu w dan riisiko yang teerkait d dengan inveestasi yang dilakukan. d Peengembaliann (return) ini dapat beruupa pengembbalian y yang telah teerjadi (actuaal return) dann pengembaalian yang dihharapkan (exxpected retuurn). I II.4.1.1.1 Ca apital Asset Pricing Model(CAPM)). Menu urut Brighaam dan Houuston(2006:2239) capital asset pricinng modal addalah S Suatu modeel yang didaasarkan padda adanya dalil d bahwa tingkat penngembalian yang d diharapkan dari suatu saham s adalaah sama denngan tingkatt pengemballian bebas resiko r p plus premi resiko yanng hanya tiinggal menncerminkan risiko yangg tersisa seetelah d dilakukan diiversifikasi. R Rumusnya CAPM C adalaah: E (Ri) = Rf – β(Rm-Rf) B Berikut ini proses p keseim mbangan dallam CAPM E(Ri) SML L D D* C C* Rf K Keterangan: Rf = Risk-fr free rate,biasanya mengggunakan daata dari BI rate. Atau Rf dicari deengan m menggunaka an Rnominaal risk freee rate. Noominal riskk free rate adalah tinngkat p pengembalia an instrumenn bebas risikko ditambah premi p inflasi. Rm = Expected return onn the stock market m as a whole w 18 β = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu II.4.1.1.2 Weighted Average Cost of Capital(WACC). Weighted average cost of capital menurut Alvin(2007) adalah return yang dapat diharapkan oleh investor suatu perusahaan apabila mereka berinvestasi pada sekuritassekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang sebanding. Menurut Mastur Mudi (2010) konsep biaya modal erat kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan,yang dapat dilihat dari 2 sisi yaitu investor dan perusahaan. • Sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki perusahaan. • Sisi perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut Rumus weighted average cost of capital adalah sebagai berikut: WACC = Wd.Kd (1-t)+ Wps.Kps+ Ws.Ks Keterangan: Kd =biaya hutang Kps = biaya saham preferen Ks = biaya laba ditahan T = pajak Brigham dan Houston(2006: h. 470) menyatakan bahwa biaya utang setelah pajak (Kd(1-T)) adalah sebagai berikut:“ biaya hutang setelah pajak adalah biaya yang 19 relevan dengan utang baru, dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga”. Bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih. Berikut ini rumus biaya utang setelah pajak. Komponen biaya utang setelah pajak = Tingkat suku bunga – pengurangan pajak Komponen biaya utang setelah pajak = Kd(1-T) Tingkat suku bunga(Kd) menurut Aswath Damodaran (2006: p212), dan persentase pajak dapat dihitung sebagai berikut: Kd = Risk free rate(KRF) + default spread for country + default spread for firm Persentase Pajak Pajak Laba Sebelum Pajak Untuk menghitung biaya laba ditahan walaupun sulit tetapi dapat dicari dengan pendekatan CAPM. Menurut Agus Zainul Arifin “Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham”. Nilai buku modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan dikurangi hutang lancer adalah struktur modal.untuk menghitung struktur proporsi struktur modal adalah sebagi berikut: Total Utang Jangka Panjang Total Komponen Modal Total Saham Biasa Total Komponen Modal II.4.1.2 Growth Menurut Murhadi R.Werner (2009:99) ada dua hal yang diperhatikan dalam ketika mengestimasi tingkat pertumbuhan. 20 1. Tingkat petumbuhan dividen yang diasumsikan berkembang relatif konstan, akan membuat pengukuran kinerja lainnya juga akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang sama. 2. Bila tingkat pertumbuhan earning lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividen maka memberikan konsekuensi pada dividend payout ratio mendekati nol. Menurut Werner R.Murhadi (2009:87) estimasi tentang pertumbuhan merupakan variabel bebas yang mempengaruhi suatu nilai, tetapi estimasi dengan menggunakan metode tersebut tidak melihat pada detail operasi perusahaan. Berikut ini mencari tingkat pertumbuhan dalam equity income(pendapat bagi pemegang saham): 1. Pertumbuhan dalam dividend per shares Hubungan sederhana untuk menentukan tingkat pertumbuhan dengan mendasarkan pada dividend per shares. Pertumbuhan dengan dividend per shares dapat diukur sebagai berikut: 2. Pertumbuhan dalam net income Hubungan sederhana untuk menentukan tingkat pertumbuhan dengan mendasarkan pada retention ratio(persentase dari earning yang ditahan untuk pengembangan usaha) dan return on equity-ROE (tingkat pengembalian modal dari modal yang telah ditanamkan) atas suatu proyek. Perusahaan dengan retention ratio yang tinggi dan diikuti pula ROE yang tinggi akan memberikan tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Tingkat pertumbuhan ini dapat juga disebut sustainable growth rate. Rumus sebagai berikut 21 1 Berdasarkan pendapat John D. Stowe...(et.al.) (2007:62) menyatakan sebagai berikut:” DDM is most appropriate for companies with earning expected to grow at a rate comparable to or lower than the economy’s nominal growth rate. Businesses growing at much higher rates than the economy often grow at lower rates in maturity”. Economy’s nominal growth rate dihitung dengan rumus sebagai berikut: Economy nominal growth rate = expected growth GDP + expected inflation rate. 22