BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Bagi perusahaan salah satu keputusan penting agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain adalah keputusan pendanaan. Keputusan ini menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya serta mempunyai
pengaruh terhadap keputusan pemberian kredit dan risiko perusahaan itu sendiri.
Manajer keuangan memegang peranan penting dalam memilih sumber pendanaan
yang paling baik bagi perusahaan.
Dalam usahanya untuk mengelola dan menjalankan kegiatan operasi
perusahaan, manajer keuangan memerlukan dana dan perusahaan memiliki dua
alternatif dalam memenuhi dana tersebut yaitu dari dana internal atau dari
eksternal. Penggunaan dana eksternal seperti hutang rentan terhadap konflik
antara manajemen dan pemegang saham.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan dengan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Bringham
dan Gapenski,1996 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Untuk mencapai tujuan
itu, pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer.
Namun, seringkali manajer mempunyai tujuan lain untuk meningkatkan
kemakmuran individu yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan
sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang
biasa disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Konflik dalam
keputusan pendanaan ini terjadi karena pemegang saham hanya peduli dengan
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
risiko sistematik dari saham perusahaan yang diinvestasikan. Sedangkan
sebaliknya, manajer lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan
karena menyangkut reputasinya.
Kondisi
ini dapat
diminimalisir
dengan
mekanisme pengawasan
yangmensejajarkan kepentingan pihak-pihak terkait. Dengan adanya mekanisme
pengawasan ini menyebabkan munculnya biaya yang sering disebut dengan
agency cost. Menurut Bringham dan Houston (2011), dijelaskan bahwa agency
cost adalah biaya yang meliputi semua biaya untuk monitoring tindakan manajer,
mencegah tingkah laku manajer yang tidak dikehendaki, dan opportunity cost
akibat pembatasan yang dilakukan pemegangsaham terhadap tindakan manajer.
Pada dasarnya perusahaan juga melakukan kegiatan operasionalnya yang
tidak terlepas dari kewajiban untuk membayar dividen guna memberikan balas
jasa bagi para pemegang saham. Dividen dibayarkan juga untuk memberikan
sinyal kepada para pemegang saham bahwa dana yang ditanamkan di perusahaan
terus berkembang.
Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan
hutang suatu perusahaan. Jika perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya
maka dana yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan tersebut, maka manajer
cenderung menggunakan hutang lebih banyak (Masdupi, 2005 dalam Karinaputri,
2012).
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Dalam kenyataan perusahaan dituntut untuk menentukan kebijakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
struktur modal yang optimal karena pada dasarnya sumber pendanaan berdampak
pada nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga
saham dan juga mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi juga. Tetapi pada titik
tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat
yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang
ditimbulkannya.
Menurut Wahidahwati (2002) kebijakan hutang merupakan salah satu
keputusan pendanaan yang sangat penting bagi perusahaan. Manajer selaku
pengelola perusahaan harus memilih kombinasi sumber dana perusahaan dengan
teliti karena setiap sumber danamemiliki konsekuensi finansial yang berbedabeda, termasuk utang yang dirasakan lebih berisiko mengancam likuiditas
perusahaan.
Kebijakan hutang merupakan bagian dari perimbangan jumlah hutang
jangka pendek (permanen), hutang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa, perusahaan akan berusaha mencapai suatu tingkat struktur modal yang
optimal (Yeniatie dan Destriana, 2010). Kebijakan hutang ini terkait dengan
Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa bila perusahaan membutuhkan
dana maka prioritas utama adalah menggunakan dana internal yaitu laba ditahan,
karena adanya asimetri informasi, maka pendanaan dari luar kurang diminati.
Menurut (Arisanti, 2003 dalam Setyawati, 2014) bila dibutuhkan pendanaan
eksternal prioritasnya adalah hutang, setelah itu ekuitas yang dikonversi dan
dilakukan penerbitan ekuitas baru.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Dalam menetapkan kebijakan utang, manajer sudah seharusnya berdiskusi
dengan para pemegang saham untuk mendapatkan proporsi hutang yang baik
sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan. Perbedaan posisi antara manajer
yang bertindak selaku agent dan pemegang saham yang bertindak selaku principal
menimbulkan kepentingan yang berbeda. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan
bahwa
pemegang
saham
mempunyai
kepentingan
untuk
mengamankan dana yang diinvestasikan serta mendapatkan keuntungan dari dana
yang
diinvestasikan
tersebut,
sedangkan
manajer
sebagai pihak
agent
berkepentingan terhadap gaji dan bentuk-bentuk kompensasi yang lain sebagai
imbalan terhadap pengelolaan perusahaan yang telah dilakukannya.
Penggunaan hutang juga akan meningkatkan resiko perusahaan oleh
karena itu manajer akan lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan hutang.
Perusahaan yang menggunakan hutang dalam pendanaannya dan tidak mampu
melunasi kembali hutang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada
akhirnya mengancam posisi manajer.
Teori Pecking Order Theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Kebutuhan struktur modal ditentukan oleh kebutuhan investasi. Disamping
kebutuhan investasi, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran dividen.
Pembayaran dividen akan menyebabkan dana kas berkurang. Menurut (Ismiyati
dan Hanafi, 2003 dalam Setyawati, 2014) jika kas berkurang, maka perusahaan
lebih memilih menerbitkan sekuritas baru. Pecking Order Theory menjelaskan
bahwa perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi justru mempunyai tingkat
hutang rendah. Hal ini disebabkan perusahaan tidak membutuhkan pendanaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal cukup untuk
memenuhi kebutuhan investasi.
Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (asymmetric information),
manajer perusahaan dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen
(Sudana, 2011). Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaaninvestasi di masa yang akan datang (Martono dan Harjito, 2008).
Dividen yang dibayarkan memberikan sinyal kepada para pemegang
saham bahwa dana yang ditanamkan di perusahaan terus berkembang. Kebijakan
dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan utang suatu
perusahaan. Jika perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya maka dana
yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan tersebut manajer cenderung menggunakan
utang lebih banyak (Masdupi, 2005).
Kebijakan dividen yang akan diputuskan oleh manajer perusahaan ini
menyangkut keputusan mengenai berapa besarnya jumlah dividen dan dalam
bentuk apa dividen akan dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham
(Yeniatie dan Destriana, 2010). Kebijakan dividen ini juga menentukan tentang
keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan kepada para pemegang saham atau
ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembelanjaan investasi di masa yang
akan datang (reinvestasi).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan
perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar memiliki
keuntungan lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil
Wahidahwati (2002). Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan
oleh perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar
dapat mengakses pasar modal, karena kemudahan tersebut maka perusahaan
memiliki fleksibilitas dan kemampuan lebih untuk mendapatkan dana.
Profitabilitas adalah
laba yang diperoleh perusahaan pada periode
tertentu. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang sangat tinggi biasanya
menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Karena tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan tersebut melakukan
sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal
(Brigham dan Houston, 2011).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
(Susanto, 2011). Profitabilitas merefleksikan pendapatan yang dapat digunakan
untuk pendanaan investasi. Profitabilitas juga menentukan kebijakan hutang yang
akan diambil oleh perusahaan. Sesuai dengan Pecking Order Theory, perusahaan
lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan yang
terdiri atas aliran kas, laba ditahan dan depresiasi daripada pendanaan yang
berasal dari eksternal perusahaan.
Contoh kasus mengenai kebijakan hutang adalah yang terjadi pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk.(INDF) yang memutuskan untuk menjual saham di
dua anak perusahaannya, yakni China Minzhong Food Corporation Limited dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
PT. Nissinmas. Werianty Setiawan, Direktur & Corporate Secretary INDF,
mengatakan direksi memutuskan untuk mengurangi kepemilikan saham di China
Minzhong Food Corporation Limited (CMZ) dari 82,88% menjadi 29,94%.
Padahal INDF baru saja mengakuisisi CMZ pada 2013 lalu. Perseroan menerima
penawaran dari China Minzhong Food Holdings Limited (CMZ BVI) untuk
membeli 347 juta saham CMZ, mewakili 52,94% saham yang diterbitkan oleh
CMZ dengan harga SGD 1,20 per lembar saham.
“Karena direksi memahami bahwa masih dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai transaksi yang ditargetkan, mengingat tingkat sentiment
investasi di Tiongkok saat ini”, ujarnya di Bei, Kamis (15/1/2015). Dia
menambahkan, manajemen INDF percaya pada potensi CMZ dan sinergi yang
dapat dicapai antara kedua perusahaan. Pihaknya akan terus mendukung upaya
manajemen CMZ dalam meningkatkan kinerja. Setelah selesainya rencana
transaksi, sambungnya, perseroan akan memiliki 196.252.517 juta lembar saham
CMZ yang mewakili 29,94% saham yang diterbitkan CMZ. Diperkirakan, nilai
transaksi sekitar SGD 416,4 juta. Rencananya transaksi akan terjadi sekitar Juni
2015 mendatang. Akan tetapi, apabila CMZ BVI tidak mendapatkan pendanaan
untuk membiayai transaksi tersebut, transaksi tersebut tidak dapat dilakukan.
Sementara itu, INDF juga akan melakukan disinvestasi saham PT.
Nissinmas (NIMS). Pertimbangannya, kegiatan operasional Nissinmas mengalami
kerugian. “Mengingat banyaknya produk pesaing di pasaran yang mengakibatkan
daya saing menjadi sangat ketat, sehingga diperlukan ekspansi dan inovasi yang
harus disepakati dan didukung oleh para pemegang saham”, katanya. Hal ini,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
sambungnya, menyangkut penambahan nilai investasi yang harus dilakukan oleh
para pemegang saham. Dia menilai, akibat tidak adanya kesepakatan di antara
para pemegang saham dalam melaksanakan rencana ekspansi usaha tersebut demi
menjaga kelangsungan usaha. Pemegang saham yang tidak menyetujui rencana
ekspansi Nissinmas, termasuk INDF bersedia untuk melepas kepemilikan
sahamnya di Nissinmas. Transaksi dilakukan pada harga yang disepakati yakni
sekitar SGD 5,4 juta.
Manajemen INDF menuturkan, dari kedua transaksi tersebut, dana yang
diperoleh atas penjualan saham NIMS untuk mendukung kegiatan operasional
perseroan. Seluruh dana yang akan diperoleh dari transaksi saham CMZ untuk
melunasi sebagian hutang bank yang digunakan untuk membiayai akuisisi CMZ.
(Bisnis.com).
Penulis termotivasi untuk menguji beberapa faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang dengan
UKURAN
judul: “PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN,
PERUSAHAAN
DAN
PROFITABILITAS
TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN CONSUMER AND GOODS
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014”
B.
Perumusan Masalah
Dari uraian rumusan masalah penelitian tersebut, maka dapat disusunpertanyaan
penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.
Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
2.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
3.
Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
C.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.
Untuk menganalisis secara empiris pengaruh kebijakan dividen terhadap
kebijakan hutang.
2.
Untuk menganalisis secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kebijakan hutang.
3.
Untuk menganalisis secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap
kebijakan hutang.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang
terkait dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Hasil dari penelitian ini bisa berguna bagi siapapun yang akan meneliti hal
yang serupa seperti penelitian ini.
2.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
3.
Bagi penulis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download