BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah
membawa perubahan sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi,
sehingga
menimbulkan
tuntutan
yang
beragam
terhadap
pengelolaan
pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu adanya otonomi
daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mensyaratkan bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun
dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan oleh
peraturan pemerintah. Pemerintahan juga mengeluarkan Undang-Undang No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Menurut Badjuri (2004) tujuan penting reformasi akuntansi dan
administrasi sektor publik adalah akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Akuntabilitas dan transparansi
dimaksud untuk memastikan bahwa pengelolaan pemerintah yang di lakukan
aparatur pemerintah berjalan dengan baik, hal tersebut seiring dengan tuntutan
masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme
dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan
pemerintahan pusat/daerah.
1
2
Reformasi ini menghendaki adanya transparansi dan akuntabilitas dalam
berbagai bidang terutama dalam kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Pengertian transparansi menurut Mardiasmo (2002:18) adalah sebagai berikut :
“Transparansi
dibangun
atas
dasar
kebebasan
memperoleh
informasi yang berkaitan dengan kepetingan publik secara lagsung
oleh mereka yang membutuhkan”
Transparansi
keuangan
daerah
pada
akhirnya
akan
mencapai
keseimbangan antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehigga tecapai
pemerintah yang bersih, efekifitas, efesiensi, dan akuntabel. Transparansi daerah
dapat dilakukan apabila ada kejelasan tugas dan kewenangan,ketersediaan
informasi kepada publik, proses penganggaran yang terbuka, dan jaminan
integritas dari pihak indefenden mengenai fiscal,informasi,dan penjabaran.
Dalam konteks pemerintah ,menurut Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006,
mengenai format kebijakan akuntansi maka akuntabilitas adalah sebagai berikut :
“akuntabilitas merupakan kepentingan pemerintah daerah yang
mempunyai
kewajiban
untuk
mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercaya oleh pemerintah daerah dalam tujuan yang telah dicapai
secara periodik”.
3
Akuntabilitas keuangan daerah merupakan kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan
seseorang atau lembaga,
terutama dalam bidang administrasi keuagan kepada pihak yang lebih
tinggi/atasan (LAN dan BPK :2000).
Fenomena yang terjadi
dalam perkembangan pemerintah daerah di
Indonesia adalah semakin menguatkan tuntutan akuntabilitas publik oleh lembaga
publik,baik dipusat maupun daerah. Berdasarkan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) menemukan kejanggalan dan penyimpanagn dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) dam Pemerintah Daerah (Pemda) yang menjurus ke
tindak pidana korupsi (www.kompas.co.id : selasa, 14 Desember 2015).
Menurut
Mardiasmo (2006) hasil evaluasi oleh Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK) menunjukan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah yang
memperoleh Opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dan Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) pada umumnya memiliki pengendalian intern yang telah
memadai. Laporan keuangan pemerintah daerah yang memperoleh opini Tidak
Wajar (TP) dan tidak memperoleh opini hal tersebut memerlukan perbaikan
pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menentukan beberapa kasus
kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan terdiri atas :
1. Pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat.
2. Proses penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan.
3. Terlambat menyampaikan laporan.
4
4. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai.
5. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM
yang memadai.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal dan
dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal.
Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan
juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Berkaitan dengan yang ditegaskan oleh ketua Badan Pemeriksa Keuangan
bahwa diperlukan percepatan perbaikan dari sistem akuntansi keuangan
pemerintah
daerah
melalui
langkah-langkah
nyata,
terprogram
dan
mengikutsertakan berbagai kalangan tidak hanya dari pemerintah daerah saja.
Hasilnya akan mendukung aparatur pemerintah daerah untuk membuat laporan
keuangan yang berkualitas.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu kondisi laporan keuangan
pemerintah mulai membaik yang ditandai dengan membaiknya hasil audit BPK
RI yang diungkapkan dalam opini-opini yang ada,seperti pada tabel dibawah ini
yang merupakan data hasil pemeriksaan Provinsi Jawa Barat dari tahun 20102014.
yaitu :
5
Tabel 1.1
HASIL OPINI BPK ATAS LKPD PROVINSI JAWA BARAT
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Entitas
pemerintah
Daerah
Prov. Jabar
Kab.Bandung
Kab.Bandung
Barat
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab.Cirebon
Kab.Garut
Kab.Indramayu
Kab.Karawang
Kab.Kuningan
Kab.Majalengka
Kab.Pangandaran
Kab. Purwakarta
Kab.Subang
Kab.sukabumi
Kab.Sumedang
Kab.Tasikmalaya
Kota.Bandung
Kota.Banjar
Kota.Bekasi
Kota.Bogor
Kota.Cimahi
Kota.Cirebon
Kota.Depok
Opini
Tahun
2010
WDP
WDP
TMP
Opini
Tahun
2011
WTP
WDP
WDP
Opini
Tahun
2012
WTP
WDP
WDP
Opini
Tahun
2013
WTP
TMP
WDP
Opini
Tahun
2014
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
DPP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
WDP
WDP DPP
WDP
WDP
WDP
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
WDP
WTP DPP
WDP
WTP
WTP
WDP
WTP
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WTP
WDP
TMP
WTP
WTP
WTP
WDP
WTP
WDP
WDP
WTP
WDP
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
WDP
27 Kota.Sukabumi
WDP
28 Kota.Tasikmalaya WDP
Sumber: http://www.bpk.go.id/ihps
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa opini yang diberikan oleh BPK RI atas
provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 dijabarkan tahun 2010 memperoleh WDP
sedangkan 2013-2014 WTP dapat dijabarkan bahwa pada tahun 2010-2014
6
pemerintahan provinsi Jawa Barat masih kurang tenaga akuntannya,sedangkan
pada tahun 2014 sudah mendapatkan opini tertinggi walau demikian Provinsi
Jawa Barat harus masih memperbaiki kekurangan-kekurangan terutama pada
tanggung jawab pengelolaan keuangan. Akuntabilitas dan transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah seharusnya sudah diterapkan tapi pada kenyataanya
sampai saat ini kita sebagai masyarakat Provinsi Jawa Barat belum sepenuhnya
mengetahui pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan
pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan jelas.
BPK menyarankan agar pemerintah daerah mambuat rencana kegiatan
untuk membenahi sistem pembukuan keuangan mengikuti Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), karena laporan keuangan daerah yang berkualitas menunjukan
bahwa kepala daerah
bertanggungjawab sesuai dengai wewenang yang
dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi
dengan melaksanakan pertanggungjawaban keuangan yang tercermin di dalam
Laporan PertanggungJawaban (LPJ) yang akan dipertanggungjawabkan pada
DPRD setahun sekali atau diakhir jabatannya (Permana,2014).
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis tertarik untuk memilih berjudul “Pengaruh Akuntabilitas dan
Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Penelitian Pada Pemerintah Kota
Kuningan Jawa Barat ).
7
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasaran uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
diatas,maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
2. Bagaimana pengaruh transparansi
tehadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
3. Bagaimana pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah.
1.3
Tujuan Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini untuk
mendapatkan bukti bahwa
akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruuh
terhadap kualiatas laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu ukuran
akuntabilitas,
transparansi,
kualitas
laporan
keuangan
pemerintah.
Kemudian,sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menjelaskan pengaruh akuntabilitas laporan keuangan
pemerintah daerah terhadap kualiatas laporan keuangan pemerintah
daerah.
2. Untuk menguji dan menjelaskan pengaruh transparansi laporan keuangan
pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
8
3. Untuk menguji dan menjelaskan pengaruh akuntabilitas dan transparansi
laporan keuangan pemerintah daerah.
1.4
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan wawasan antara ilmu yng diperoleh di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya ada di lapangan.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan koreksi dalam
penyusunan laporan keuangan dan pengelolaan.
3. Bagi pihak lain
Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan menjadi bahan
referensi untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas dalam penelitian ini
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang di perlukan, penulis akan
melaksanakan penelitian pada Pemerintahan Kota Kuningan Jawa Barat
di Jalan Aruji No.26, Kota Kuningan Jawa Barat dan waktu pelaksanaan
dimulai bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016.
Download