14 PENDAHULUAN Latar Belakang Sitrat sintase merupakan enzim yang sangat penting, memiliki fungsi mengkatalis reaksi kondensasi dari residu asetat berkarbon 2 dari asetil KoA dan sebuah molekul oksaloasetat berkarbon 4 untuk membentuk sitrat berkarbon 6. Sitrat sintase ditemukan hampir pada semua sel hidup, pada sel eukariot umumnya terdapat pada bagian matriks mitokondria dan memiliki peranan yang penting di dalam siklus Krebs. Selain dalam siklus Krebs sitrat memiliki peranan penting dalam oksidasi-β dari asam lemak, lintasan glikolat fotorespirator dan pengkelatan ion beracun (Zhang et al., 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekresi sitrat dari tanaman memegang peranan yang penting dalam toleransi terhadap Aluminium (Al) (Hue et al., 1986; Kasim, 2000; Miyasaka et al., 1991; Ma et al., 1998; Pellet et al., 1995;). Secara umum mekanisme toleransi tanaman terhadap Al adalah dengan cara melakukan kompartementasi pada bagian tertentu sehingga Al tidak bersifat toksik dan atau dengan cara melakukan eksklusi Al keluar jaringan. Asam organik seperti sitrat, malat dan oksalat memiliki peranan yang penting untuk mengelat Al sehingga Al tidak lagi bersifat toksik bagi tanaman (Delhaize dan Ryan, 1995). Peranan asam organik dalam toleransi Al dapat melalui toleransi internal maupun toleransi eksternal. Sitrat sintase merupakan protein yang berperan untuk membentuk asam organik sitrat. Gen penyandi sitrat sintase dari beberapa tanaman telah berhasil diisolasi, misal dari Nicotiana tabacum, Beta vulgaris, Populus hybrid (Takita et al., 1999), Arabidopsis thaliana (Unger et al., 1989), Oryza sativa (Zhang et al., 2005) dan Daucus carota (La Cognata et al., 1996). Introduksi gen penyandi sitrat sintase juga telah dilakukan seperti over ekspresi gen sitrat sintase dari bakteri Pseudomonas aeruginosa pada tanaman pepaya dan tembakau, yang menghasilkan tanaman transgenik yang lebih toleran terhadap Al dibanding tanaman kontrol (de la Fuente et al., 1997). Tanaman Eucalyptus yang merupakan salah satu pohon utama dalam produksi kehutanan juga telah berhasil ditransformasi dengan menggunakan gen penyandi sitrat 15 sintase dari Daucus carota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik lebih toleran terhadap Al dan sumber fosfat terbatas dibandingkan tanaman kontrol (Kawazu et al.,2003). Melastoma malabathricum adalah salah satu tanaman yang mampu tumbuh dengan baik pada lahan asam dengan kelarutan Al yang tinggi, bahkan pertumbuhannya dapat terpacu dengan adanya Al pada media tanam (Osaki et al., 2003). Hasil penelitian Muhaemin (2008) menunjukkan bahwa M. malabathricum mampu tumbuh pada pH 4 dengan kelarutan Al 3,2 mM. Gen-gen yang diduga memegang peranan pada ketahanan M. malabathricum terhadap Al telah berhasil diisolasi, antara lain metallothionein type 2 (Mt2) (Suharsono et al., 2008), multidrug resistance associated protein (MRP) (Suharsono et al., 2009), copper/zinc-superoxide dismutase (CuZn-SOD) (Hanum, 3 Juni Komunikasi Pribadi) dan H+-ATPase membran plasma (MmPMA) (Muzuni et al., 2010). Untuk mengoptimumkan pemanfaatan lahan marjinal yang asam dengan kelarutan Al yang tinggi, varietas tanaman yang toleran asam dan Al sangat diperlukan. Varietas unggul yang toleran pada lahan ini dapat diperoleh dengan perbaikan genetik, baik melalui penyilangan secara konvensional maupun melalui teknologi DNA rekombinan. Perakitan tanaman yang toleran asam dan Al ini membutuhkan gen-gen ketahanan Al. Salah satu gen yang diduga memegang peranan besar dalam toleransi Al adalah gen penyandi sitrat sintase. Dari hasilhasil penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa M. malabathricum memiliki potensi yang kuat untuk dapat digunakan sebagai sumber daya genetik dalam rangka memperoleh tanaman toleran Al. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan karakterisasi fragmen cDNA gen sitrat sintase dari tanaman M. malabathricum.