BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan usaha kecil atau menengah atau
entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas yang signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) untuk mampu membuat
laporan keuangan sendiri. Selain itu SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan
dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya tetapi tetap
memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
Ikatan Akuntansi Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang disahkan oleh
DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk
penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011.
(Sumber: www.iaiglobal.or.id).
2.1.1 Pengertian SAK ETAP
Menurut Ryan Arriefirmansyah dan Miyosi Margi Utami (2013:10),
SAK ETAP adalah:
“Standar akuntansi untuk entitas yang memiliki skala kecil hingga
menengah, misalnya UKM (tidak memiliki akuntabilitas publik).”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013:1), pengertian SAK
ETAP yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan.
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
5
6
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik tahun 2013 Bab 1 Ruang
Lingkup Paragraf 1.2. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. Entitas telah melakukan mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam
proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialag dana atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
c. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan SAK ETAP.
2.2 Perbedaan SAK Umum dengan SAK ETAP
Menurut Martini Hadari (2011), menyebutkan bahwa perbedaan antara
SAK Umum dengan SAK ETAP diantaranya meliputi:
a. Konsep pajak penghasilan.
Dalam hal mengatur pajak penghasilan, SAK ETAP menggunakan konsep
pajak terutang, sedangkan SAK Umum menggunakan konsep pajak
tangguhan. SAK ETAP mengakui beban pajak penghasilan untuk tahun
berjalan sebesar kewajiban pajak periode berjalan dan periode sebelumnya
yang belum dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar untuk periode berjalan
dan periode sebelumnya melebihi jumlah yang terutang untuk periode
tersebut, entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset, yaitu pph
lebih bayar. Dalam SAK Umum beban pajak penghasilan perusahaan tidak
hanya berupa jumlah seluruh pajak penghasilan periode berjalan, dan
periode sebelumnya yang belum dibayar, tetapi juga termasuk pajak
tangguhan.
7
b. Metode Penyusunan Arus Kas.
Metode penyusunan laporan arus kas yang diatur dalam SAK Umum
adalah metode langsung dan tidak langsung. Perusahaan diberikan pilihan
untuk menggunakan metode langsung ataupun tidak langsung, sesuai
dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan SAK ETAP hanya mengatur
penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode tidak
langsung. Metode tidak langsung dianggap lebih efektif bagi UMKM
karena biaya penyusunan arus kas dengan metode ini lebih murah
dibandingkan dengan metode langsung, dimana perusahaan harus
memberikan rincian lebih lanjut tentang penerimaan dan pembayaran kas
operasi.
c. Metode Pencatatan Biaya Investasi.
Berdasarkan SAK Umum, investasi pada entitas asosiasi, entitas anak dan
joint venture harus dipertanggung jawabkan dengan menggunakan metode
ekuitas sejak tanggal pada saat investasi tersebut memenuhi definisi
perusahaan asosiasi. Selisih antara biaya perolehan dengan bagian investor
atas nilai wajar aset netto yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi
juga harus dipertanggungjawabkan (diatur dalam PSAK No.22). SAK
ETAP mengatur metode berbeda untuk investasi pada setiap entitas.
Investasi pada entitas asosiasi dan joint venture diukur dengan
menggunakan metode biaya. Investasi pada entitas anak dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
d. Metode Pengukuran Aset Tetap, Aset tidak Berwujud dan Properti
Investasi.
Berdasarkan SAK ETAP, aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti
investasi dicatat dan diukur sebesar biaya perolehannya pada saat
pengakuan awal. Selanjutnya, pengeluaran setelah pengakuan awal suatu
aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan
besar memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja,
harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut. Setelah
8
pengakuan awal, entitas harus mengukur aset tersebut pada biaya
perolehan dikurang akumulasi penyusutan atau amortisasi dan akumulasi
kerugian penurunan nilai. Pada SAK Umum, pengukuran terhadap aset
tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi menggunakan dua model
pengukuran, yaitu model biaya dan model nilai wajar yang harus
diterapkan secara konsisten.
e. Perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK Umum tidak hanya terletak
pada kompleksitas isinya tetapi juga pada dasar pengukuran. SAK ETAP
menggunakan dasar pengukuran berbasis historical cost sedangkan SAK
Umum menggunakan basis fair value.
2.3 Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2013), laporan keuangan adalah
laporan yang menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan kas
entitas. Laporan keuangan entitas meliputi:
1. Neraca.
2. Laporan Laba Rugi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba.
4. Laporan Arus Kas.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Adapun penjelasan mengenai masing-masing laporan keuangan yaitu:
2.4 Neraca
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik tahun 2013. Neraca adalah:
“laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan
ekuitas entitas pada waktu tertentu.”
9
2.4.1 Informasi yang Disajikan Dalam Neraca
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf
4.2, neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. Kas dan Setara Kas.
Kas dan setara kas merupakan, investasi jangka pendek dan sangat likuid
yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek bukan untuk
tujuan investasi atau lainnya.
2. Piutang Usaha dan Piutang Lainnya.
Hak perusahaan untuk menerima sejumlah kas dimasa yang akan datang,
akibat dari kejadian dimasa lalu.
3. Persediaan.
Aset untuk dijual untuk kegiatan usaha normal, dalam proses produksi
untuk kemudian dijual, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
4. Properti Investasi.
Properti (tanah atau bangunan, bagian bangunan, atau keduanya yang
dikuasai oleh (pemilik melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan
sewa, kenaikan nilai, keduanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, atau tujuan administratif atau dijual
dalam kegiatan usaha biasa.
5. Aset Tetap.
Aset yang berwujud, dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain atau
untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu
periode.
6. Utang Usaha dan Utang lainnya.
Entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung
manfaat ekonomi.
10
7. Aset dan Kewajiban Pajak.
Aset sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu, dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas.
8. Kewajiban diestimasi.
Kewajiban yang waktu atau jumlahnya belum pasti.
9. Ekuitas.
Hak residual atas aset dan entitas setelah dikurangi semua kewajibannya.
2.4.2 Klasifikasi Aset dan Kewajiban
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf
4.5. Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi dalam neraca
yang terpisah, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi
yang andal dan relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset
dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya.
1. Aset
Menurut Donald E.Kieso, Jerry J.Weygant, Terry D.Warfield
(2010:180), pengertian aset adalah:
“Manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh dari masa depan atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atas
kejadian masa lalu”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), pengertian aset adalah:
“Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.”
11
a) Aset Lancar
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf 4.6. Entitas
mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas.
b. Dimiliki untuk diperdagangkan.
c. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan.
d. Berupa kas atau setara kas.
b) Aset Tidak Lancar
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf
4.7. Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar. Jika
siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus
operasi diasumsikan 12 bulan.
2. Kewajiban
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), kewajiban adalah:
“Entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi.”
Kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang.
a) Kewajiban Jangka Pendek
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf 4.8. Entitas
mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika:
12
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus operasi normal
operasi entitas.
b. Dimiliki untuk diperdagangkan.
c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan.
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajibannya setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
b) Kewajiban Jangka Panjang
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 4 Neraca paragraf
4.9. Entitas mengklasifikasikan semua kewajiban lainnya sebagai kewajiban
jangka panjang.
3. Ekuitas
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), ekuitas merupakan:
“Hak
residual
atas
aset
entitas
setelah
dikurangi
semua
kewajibannya.”
2.4.3 Urutan dan Format Pos dalam Neraca
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik(2013) Bab 4 Neraca paragraf
4.10. Entitas tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang akan
disajikan. Paragraf 4.2 hanya menyediakan daftar pos-pos yang berbeda baik sifat
ataupun fungsinya untuk menjamin penyajian yang terpisah dalam neraca.
Tabel 2.1
Contoh Neraca
AKTIVA
Aktiva Lancar
Koperasi x
Neraca
Per 31 desember
PASIVA
Kewajiban Lancar
13
Kas
xxx Hutang Bank
xxx
Bank
xxx
Dana-dana
xxx
Piutang Anggota
xxx
Pembagian SHU
xxx
Piutang Non Anggota
xxx
Simpanan Sukarela
xxx
Persediaan
xxx Hutang Anggota
Jumlah
xxx
Aktiva Tetap
xxx
SHU Bagian Anggota
xxx
Biaya yang Harus di Bayar
xxx
Tanah
xxx Jumlah
xxx
Bangunan
xxx Kewajiban Jangka Panjang
xxx
Peralatan Usaha
xxx
Jumlah
xxx
Peralatan Kantor
xxx
Akumulasi Penyusutan
xxx
Jumlah
xxx
Aktiva Lain-lain
xxx
Badan Hukum
xxx
Penyusutan
xxx
Modal
xxx
Jumlah
xxx
Simpanan Pokok
xxx
Jumlah Aktiva
xxx
Simpanan Wajib
xxx
Cadangan
xxx
Donasi
xxx
SHU
xxx
Jumlah
xxx
Jumlah Pasiva
xxx
Sumber :Koperasi Petani Karet Karya Harapan (KOPTAN-KHH)
2.5 Laporan Laba Rugi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Laporan laba rugi
adalah:
14
“laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai kinerja
entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan dengan
beban.”
Menurut Budiartha Ketut (2008:2). Penghasilan merupakan:
“Kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang berasal dari kontribusi penanam modal.”
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:8). Beban merupakan:
“Biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis.
Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa
yang akan datang dikelompokan sebagai aset. Biaya ini dimasukan
kedalam laporan laba rugi sebagai pengurangan dari pendapatan.”
2.5.1 Informasi yang Disajikan di Laporan Laba Rugi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 5 paragraf 5.3.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan
Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas
normal entitas selama satu periode ketika arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan entitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
b. Beban Keuangan
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar, berkurangnya aset, atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
c. Bagian Laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas.
d. Beban Pajak
Jumlah agregat yang termasuk dalam penentuan laba atau rugi untuk
periode pajak kini.
e. Laba atau Rugi Netto
Jumlah residual yang tersisa setelah beban dikurangkan penghasilan.
15
2.5.2 Analisis Beban
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 5 laporan laba rugi
paragraf 5.6. Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan
informasi yang lebih andal dan relevan.
a. Analisis Menggunakan Sifat Beban
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi
berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya
transfortasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan
kembali antara berbagai fungsi dalam entitas misalnya:
Pendapatan
xxx
Pendapatan operasi lain
xxx
Perubahan persediaan barang jadi
xxx
dan barang dalam proses
Bahan baku yang digunakan
xxx
Beban pegawai
xxx
Beban penyusutan dan amortisasi
xxx
Beban operasi lainnya
xxx
Jumlah beban operasi
(xxx)
Laba operasi
xxx
b. Analisis Menggunakan Fungsi Beban
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai
bagian dari biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi
atau
aktivitas
administrasi.
Sekurang-kurangnya,
entitas
harus
mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban
lainnya, misalnya:
Pendapatan
xxx
Beban pokok penjualan
(xxx)
Laba bruto
xxx
Pendapatan operasi lainnya
xxx
16
Beban pemasaran
(xxx)
Beban umum dan administrasi
(xxx)
Beban operasi lain
(xxx)
Laba operasi
xxx
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) Bab 5 laporan laba rugi
paragraf 5.7. Entitas dianjurkan menyajikan analisis diatas pada laporan laba rugi.
2.6 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Laporan perubahan
ekuitas adalah:
“ laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi untuk suatu
periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan pada periode, dan (bergantung pada format
laporan perubahan ekuitas yang dipilih entitas) jumlah transaksi
dengan pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik selama satu
periode.”
Menurut Dwi Martini, et.al (2012:126), laporan perubahan ekuitas
merupakan:
“Laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi untuk suatu
periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan pada periode, dan (bergantung pada format
laporan perubahan ekuitas yang dipilih entitas) jumlah transaksi
dengan pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik selama periode.”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Laporan laba rugi dan
saldo laba merupakan:
“laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi dan perubahan
saldo laba untuk suatu periode.”
17
2.7 Laporan Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Laporan arus kas
adalah:
“Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan
kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukkan
secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan.”
Menurut Rudianto (2012:19), laporan arus kas adalah:
“Laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan yang
digunakan
selama
satu
periode
akuntansi,
beserta
sumber-
sumbernya.”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Entitas menyajikan
laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan
mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
a) Aktivitas Operasi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Arus kas dari aktivitas
operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh
karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa
dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba rugi. Contoh arus kas dari
aktivitas operasi adalah:
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c. Pembayaran kas dari pemasok barang dan jasa.
d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan.
e. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
didefinisikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi.
18
f. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak
lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan
persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.
Beberapa transaksi, seperti penjualan pelaratan pabrik, dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi.
Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari
aktivitas investasi.
b) Aktivitas Investasi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Arus kas dari aktivitas
investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus
kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
a. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang
dibangun sendiri), aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya.
b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lainnya.
c. Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain
dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang
diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk
diperdagangkan).
d. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain
dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang
diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan).
e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.
f. Penerimaan kas dari pemnbayaran kembali uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain.
19
c) Aktivitas Pendanaan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013). Contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain.
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham entitas.
c. Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang lainnya.
d. Pelunasan pinjaman.
e. Pembayaran kas oleh lesee untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiyaan.
2.8 Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik 2013. Catatan atas laporan keuangan
adalah:
“Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan terhadap
pos-pos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan
memberikan uraian naratif atas pemisahan pos-pos yang
diungkapkan dalam laporan keuangan, serta informasi tentang pospos yang tidak memenuhi persyaratan pengakuan dalam laporan
keuangan tersebut.”
2.9 Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009). Karakteristik kualitatif
informasi dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna
yang dimaksud adalah masyarakat yang mengerti tentang ekonomi dan
keuangan.
20
b. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
c. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
d. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan
penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
e. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset
atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban
tidak disajikan lebih rendah.
f. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya, kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relavansi.
g. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus mampu membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan
antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relatif.
h. Tepat Waktu
21
Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya.
i. Keseimbangan antara biaya dan manfaat-manfaat informasi seharusnya
melebihi biaya penyediannya.
Download