BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 8 November 2013, PT Bursa Efek Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi nomor Kep-00071/BEI/11-2013 melakukan perubahan satuan perdagangan dan fraksi harga. Melalui keputusan tersebut, mulai tangggal 6 Januari 2014, satuan perdagangan (round lot) diubah dari 500 menjadi 100, serta mengubah 5 kelompok fraksi harga menjadi 3 kelompok. Peraturan tersebut dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa satuan perdagangan dan fraksi harga merupakan komponen struktur mikro pasar yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan likuiditas saham, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian satuan perdagangan dan fraksi harga guna meningkatkan likuiditas dan kapitalisasi pasar dalam rangka meningkatkan daya saing bursa. Pengurangan lot ini akan memberikan kesempatan bagi investor ritel untuk membeli saham dengan prospek yang bagus namun memiliki harga yang tinggi. Perubahan lot (satuan perdagangan) akan membuat investor ritel membutuhkan dana yang lebih sedikit dalam berinvestasi di saham. Penelitian Ahn, et al. (2002) memperkuat logika tersebut dengan hasil penelitian menyatakan bahwa pengurangan satuan lot di Tokyo Stock Exchange memberikan dampak signifikan atas peningkatan likuiditas, serta masuknya investor ritel ke pasar. Pada kenyataannya tidak sampai satu tahun berjalan, terdapat kritikan atas diberlakukannya Kep-00071/BEI/11-2013 terutama menyangkut fraksi harga. 1 Koordinator Komite Ketua Umum APEI (Asosiasi Pengusaha Efek Indonesia), Susi Meilina, menyatakan setelah enam bulan paska penurunan fraksi harga, banyak investor ritel yang terpukul karena transaksi harga, (Astria, 2014). Sejumlah sekuritas lokal dan asing ditinggalkan nasabahnya. Bahkan ada yang mengalami penurunan transaksi lebih dari 60% jika dibandingkan enam bulan pertama di tahun 2013. Penurunan terbesar dialami oleh CIMB Securities yang turun hingga 68,07%, (Astria, 2014). Saat dikonfirmasi masalah tersebut, Direktur Utama BEI, Ito Warsito, menanggapi bahwa perbandingan angka semester pertama 2013 dengan semester pertama 2014 adalah tidak relevan, karena kondisi ekonomi yang berbeda di kedua periode, (Astria, 2014). Pada semester pertama 2013 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan semester pertama 2014 yang dirundung masalah pelemahan nilai tukar, (Astria, 2014). Pendukung fraksi yang lebih kecil, Ricker (1998) berargumentasi bahwa fraksi besar akan menghambat kompetisi atas permintaan dan penawaran harga saham karena membatasi spekulan dalam melakukan kuotasi saham. Sementara itu bid-ask spread (selisih harga permintaan dan penawaran) yang dianggap sebagai sudut pandang terpenting bagi para spekulan terbukti mengalami penurunan pada fraksi yang lebih kecil. Penurunan bid-ask spread ini merupakan salah satu indikasi meningkatnya likuiditas pasar. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ekaputra dan Asikin (2012) atas diberlakukannya fraksi harga baru sebesar Rp 1 untuk saham dengan harga kurang dari Rp 200 pada Bursa Efek Indonesia ditahun 2007. Penelitian dikhususkan pada fraksi Rp 1 karena dikatakan dalam penelitian ini, analisis atas tipe saham berkapitalisasi kecil 2 biasanya jarang dilakukan oleh para analis sehingga informasi yang didapat atas saham menjadi kurang efisien. Kurangnya efisiensi informasi dikhawatirkan akan menimbulkan volatilitas jika tetap menggunakan fraksi harga yang terlalu besar (sebelumnya Rp 5). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peraturan baru ini berimbas pada menurunnya biaya eksekusi serta peningkatan efisien harga pada saham dengan kapitalisasi dan frekuensi perdagangan yang rendah (saham dengan harga kurang dari Rp 200). Meskipun demikian penelitian Ekaputra dan Asikin (2012) ini bertolakbelakang dengan hasil penelitian Libert (2014), yang menyimpulkan bahwa meskipun likuiditas pada fraksi Rp 5 dan Rp 25 mengalami peningkatan yang dipercaya sebagai akibat semakin murahnya biaya transaksi, namun likuiditas saham berharga murah atau pada fraksi Rp 1 justru mengalami penurunan. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Jones dan Lipson (2001) menemukan bahwa fraksi harga yang semakin kecil akan menurunkan likuiditas pasar karena terjadi peningkatan biaya pada permintaan jual/beli saham dalam jumlah yang besar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebelumnya, penelitian ini mengangkat permasalahan perubahan fraksi harga yang diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia melalui Kep-00071/BEI/11-2013. Perubahan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan likuiditas perdagangan saham di bursa. Namun pada kenyataannya, 3 enam bulan sejak diberlakukan regulasi, sejumlah sekuritas justru ditinggalkan nasabahnya. Hasil penelitian sebelumnya pun mengindikasikan hasil yang berbeda terkait efek penerapan penurunan fraksi harga terhadap likuiditas perdagangan saham. 1.3 Motivasi Penelitian Berdasarkan pertimbangan atas pertentangan hasil penelitian sebelumnya terkait efek penurunan fraksi harga terhadap likuiditas perdagangan, serta fenomena yang terjadi pada perusahaan sekuritas, penelitian ini akan melakukan analisis atas likuiditas saham dengan mengambil rentang periode 1 tahun (6 bulan pra implementasi dan 6 bulan paska implementasi). Pertimbangan ini diambil untuk meminimalisir efek perbedaan kondisi ekonomi yang berbeda seperti perbandingan yang dilakukan APEI. Menurut Ito Warsito, kondisi ekonomi pada semester II/2013 dan semester I/2014 relatif sama. Pertumbuhan ekonomi di semester II/2013 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan semester I/2013. Penurunan ini berlanjut di semester I/2014. Sementara itu, Indonesia juga dirundung masalah pelemahan nilai tukar yang berlangsung sejak semester I/2013 dan berlanjut hingga tahun 2014. Berikut gambaran umum perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2013 – 2014 jika dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. 4 5,80% 5,72% 5,60% 5,40% 5,20% 5,22% 5,21% 5,12% 5,00% y-o-y 5,12% 5,01% 5,01% 4,92% 4,80% 4,60% 4,40% Triwulan I/2013 Triwulan II/2013 Triwulan III/2013Triwulan IV/2013 Triwulan I/2014 Triwulan II/2014 Triwulan III/2014Triwulan IV/2014 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2013-2014 (data diolah dari www.bi.go.id) 14,000 12,226 11,613 12,000 8,000 12,212 12,440 12,189 11,404 9,719 10,000 11,969 9.929 9,698 6,000 USD/IDR 4,000 2,000 Des-14 Okt-14 Nop-14 Sep-14 Jul-14 Agust-14 Jun-14 Apr-14 Mei-14 Mar- 14 Jan-14 Feb-14 Des-13 Okt-13 Nop-13 Sep-13 Jul-13 Agust-13 Jun-13 Apr-13 Mei-13 Mar- 13 Jan-13 Feb-13 - Grafik 1.2 Nilai tukar Rupiah pada Dolar Amerika 2013 – 2014 (data diolah dari www.bi.go.id) 5 1.4 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “apakah terjadi perubahan likuiditas paska penerapan regulasi penurunan fraksi harga?” Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab latar belakang dan pertanyaan penelitian diatas, yaitu untuk mengevaluasi dampak perubahan fraksi harga pada likuiditas pasar saham di Bursa Efek Indonesia. 1.5 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi regulator sebagai tambahan referensi dalam melakukan analisis efektivitas penerapan kebijakan baru terkait likuiditas dalam perdagangan saham di Pasar Modal. 2. Bagi investor dan calon investor sebagai tambahan informasi untuk analisis strategi trading serta keputusan investasi guna memenuhi kebutuhan likuiditasnya baik dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang jika terjadi perubahan kebijakan terkait fraksi harga. 3. Bagi peneliti di bidang bursa saham, sebagai bacaan untuk memperkaya pengetahuan dalam melakukan penelitian berikutnya. 6