4 Resampling adalah proses digital untuk mengkonversikan sample rate berkas audio. Resampling bekerja dengan mentransformasikan kembali berkas audio dari continuous time ke discrete time (Rochesso 2007). Cropping Cropping adalah proses pemotongan untuk menghilangkan beberapa bagian data. Cropping untuk berkas audio biasanya diaplikasikan dengan menggunakan perangkat lunak audio processing (Rochesso 2007). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode watermarking direct sequence spread spectrum, untuk penyisipan label hak cipta pada berkas audio. Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 4. Penambahan Derau Derau merupakan suara–suara yang tidak dinginkan. Penambahan derau dapat dilakukan pada dua domain yaitu pada domain waktu dan pada domain frekuensi. Penambahan derau pada domain waktu dilakukan dengan menambahkan sinyal data dengan frekuensi derau yang telah dimultiplikasi dengan amplitude tertentu. Sementara untuk penambahan derau di domain frekuensi, dapat dilakukan dengan mengubah sinyal ke domain frekuensi dengan transformasi Fourier dan menambahkan sinyal hasil transformasi tersebut dengan frekuensi derau yang telah dimultiplikasi dengan amplitude tertentu, lalu kemudian ditransformasi lagi menjadi domain waktu dengan transformasi Fourier (Vawter 2005). Time stretching Time stretching adalah operasi digital untuk mengubah kecepatan atau tempo dari sebuah sinyal. Salah satu metode time stretching yang umum digunakan yaitu phase vocoder yang bekerja dengan mengimplementasikan resampling pada data, lalu memanipulasi fase sinyal pada domain STFT (Short Time Fourier Transform). Manipulasi fase sinyal tersebut bersifat memecah sinyal menjadi beberapa kumpulan fase–fase yang kemudian disisipkan dengan fase semu untuk menghasilkan perlambatan. Hasil pengubahan fase tersebut kemudian disintesis kembali dengan menambahkan overlap pada data (Bernsee 1999). Penyisipan kembali dengan metode DSSS (Multiple watermark) Serangan ini dimaksudkan untuk menguji metode DSSS terhadap serangan multiple watermark. Penyisipan tersebut dilakukan dengan metode yang sama yaitu DSSS namun dengan informasi yang bervariasi. Gambar 4 Tahapan penelitian. Pada tahap implementasi, dilakukan persiapan perangkat lunak, perangkat keras, berkas audio dan berkas teks yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Pada tahap ini juga akan dilakukan implementasi metode DSSS pada domain frekuensi, untuk menyisipkan label hak cipta ke dalam berkas audio. Berkas audio yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa jenis. Deskripsi lengkapnya dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1. Tabel 1 Daftar berkas audio Jenis Speech Instrumental Instrumentmix Full song Nama Berkas ‘speech.wav’ ‘Instrumental.wav’ ‘instrumenmix.wav’ ‘pop.wav’ Ukuran berkas 651 KB 387 KB 1.32 MB 1.29 MB Berkas audio tersebut digunakan berdasarkan asumsi bahwa untuk setiap jenis berkas audio, mewakili jenis audio pada umumnya. Deskripsi lengkap berkas yang digunakan sebagai watermark dapat dilihat pada Tabel 2. 5 Tabel 2 Daftar pesan/watermark Nama Berkas Isi pesan ‘message1.txt’ ‘message2.txt’ ‘sonyMusic’ ‘Universal’ Deteksi watermark dengan metode DSSS Ukuran berkas 4,096 bytes 4,096 bytes Tahapan untuk mendeteksi watermark dari watermarked audio dapat dilihat pada Gambar 6. Lingkup pengembangan sistem Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer mobile yang memiliki spesifikasi: • prosesor Intel Pentium Dual-core T2330 @ 1.60GHz, • memory DDR2 dengan kapasitas 1526MB, • harddisk dengan kapasitas 80 GB, dan • monitor 14” WIDE XGA. Perangkat lunak yang digunakan adalah: sistem operasi Windows XP Professional dan bahasa pemrograman MATLAB 7.0.1. Penyisipan dengan metode DSSS Pengimplementasian metode DSSS dilakukan pada tahapan penyisipan label hak cipta atau watermark dan pada tahapan ekstraksi label hak cipta. Tahapan penyisipan hak cipta pada penelitian kali ini dapat dilihat pada Gambar 5. Berkas audio pertama kali dibagi menjadi beberapa blok sepanjang 90 milisecond, kemudian pada setiap blok tersebut dilakukan operasi FFT. Watermark dengan bentuk teks diubah menjadi rangkaian biner yang kemudian dimodulasi menjadi carrier signal periodik sepanjang blok FFT pada berkas audio. Proses penyisipan dilakukan dengan menambahkan blok sinyal hasil operasi FFT dengan carrier signal periodik yang telah dimultiplikasi dengan watermark amplitude atau alpha sebagai scaling factor. Hasil penambahan tersebut kemudian ditransformasi kembali menjadi domain waktu dengan inverse dari FFT untuk menghasilkan watermarked audio. Gambar 5 Tahapan penyisipan hak cipta. Gambar 6 Tahapan pendeteksian watermark. Proses pendeteksian watermark dilakukan dengan tahapan–tahapan yang hampir sama dengan tahapan penyisipan, namun setelah diubah ke domain frekuensi, watermark amplitude bukan digunakan sebagai faktor multiplikasi carrier signal melainkan sebagi faktor pembagi untuk mendapatkan nilai carrier signal yang berisi watermark. Watermark diestimasi kemudian dikonversi menjadi pesan sesungguhnya. Analisis Hasil Implementasi Hasil implementasi metode DSSS untuk berkas audio kemudian diuji, dianalisis, dan dievaluasi. Hal–hal yang dianalisis antara lain : • Analisis penggunaan parameter alpha Proses analisis ini meliputi pengujian proses watermarking dengan parameter alpha yang berubah–ubah sesuai dengan range yang ditentukan dan penganalisisan pengaruh perubahan parameter alpha tersebut terhadap kualitas watermarked audio dengan membandingkan berkas audio asli dengan watermarked audio menggunakan PSNR, suatu berkas audio dikatakan memiliki kualitas yang cukup bagus jika nilai PSNR nya berada di atas kisaran 30 dB (Pelton 1993). Dari hasil tersebut akan ditentukan alpha optimum dari masing–masing berkas uji. Alpha optimum tersebut adalah nilai alpha 6 antara 0-1 yang maksimum untuk setiap berkas audio di mana watermark yang disisipkan tidak sampai perceptible. Hasil tersebut akan didukung dengan penilaian dari responden dengan menggunakan metode survei. Survei dilakukan terhadap 30 responden yang berasal dari mahasiswa Departemen Ilmu Komputer IPB, pelaku musik, dan non-mahasiswa ilmu komputer juga non-pelaku musik. Hasil survei tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas dan keamanan watermarked audio. • Analisis ketahanan Proses ini meliputi pengujian metode DSSS terhadap beberapa serangan yaitu resampling, cropping, penambahan derau, time stretching, dan penyisipan kembali dengan metode DSSS. Hasil pengujian ini berguna untuk mengetahui ketahanan watermark yang disisipkan terhadap serangan–serangan yang diberikan, sehingga nilai watermark tidak berubah atau rusak. Pada proses ini dilakukan perbandingan antara berkas audio asli dengan watermarked audio, dan antara watermark asli dengan watermark hasil deteksi setelah diujikan dengan serangan–serangan yang diberikan. Pada serangan resampling, sample rate yang digunakan adalah 22050 Hz dan 48000 Hz sedangkan sample rate berkas audio asal keseluruhan adalah 44100 Hz. Pengaplikasian serangan penambahan derau dilakukan di domain waktu dengan menambahkan watermarked signal dengan sinyal random carrier seukuran blok watermarked signal dengan amplitude yang kecil. Untuk serangan penambahan derau di domain frekuensi dilakukan dengan transformasi Fourier dan menambahkan sinyal Fourier dengan sinyal random carrier yang dimultiplikasi dengan amplitude yang kurang dari watermark amplitude yang digunakan untuk penyisipan. Pengujian ketahanan metode audio watermarking DSSS terhadap operasi cropping dilakukan dengan memotong 1/2 bagian dari watermarked audio baik dari 1/2 bagian awal, tengah maupun akhir dengan menggunakan tools Audacity. Serangan time stretching menggunakan metode phase vocoder. Dalam penelitian ini digunakan time stretching dengan metode phase vocoder untuk perlambatan sinyal. Metode ini menggunakan transformasi ke domain STFT untuk mengaplikasikan duplikasi frame–frame sinyal dan memanipulasi fase pada blok STFT dengan menambahkan beberapa fase semu, kemudian ditambahkan dengan overlap. Serangan yang terakhir yaitu penambahan kembali watermark pada watermarked audio dengan metode yang sama yaitu DSSS dengan nilai watermark atau informasi hak cipta yang bervariasi. Penarikan kesimpulan Setelah mendapatkan hasil dari analisis pada tahap sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pengaruh penggunaan parameter alpha pada metode DSSS pada berkas audio dan juga mengenai ketahanan metode DSSS terhadap serangan – serangan yang ditentukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari proses penyisipan watermark berupa watermarked audio. Berkas audio hasil proses tersebut kemudian dibandingkan dengan berkas audio aslinya sehingga dapat diketahui adanya distorsi yang disebabkan oleh proses penyisipan watermark tersebut dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR). Pengukuran nilai PSNR dilakukan untuk semua berkas audio dengan alpha bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai alpha terhadap kualitas watermarked audio. Untuk penentuan alpha optimum sebagai tolak ukur kualitas watermarked audio, hasil kuesioner berupa persentase keberadaan derau pada watermarked audio dengan alpha yang telah ditentukan. Sementara itu untuk pengujian ketahanan dapat diketahui apakah metode DSSS untuk audio watermarking resisten terhadap serangan yang diberikan atau tidak. Analisis Penggunaan Parameter Alpha Proses penyisipan dan pendeteksian watermark pada penelitian kali ini dilakukan dengan beberapa nilai α yang berbeda-beda untuk melihat berapakah nilai α yang cocok untuk masing-masing proses penyisipan dan pendeteksian. Hasil perhitungan PSNR dari masing-masing watermarked audio dan watermark hasil deteksinya dapat dilihat pada Tabel 3.