PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan adalah kerjasama antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang terikat kontrak antara satu dengan yang lain. Kerjasama kemitraan memiliki keterikatan antara peternak kecil dan perusahaan besar yang antara keduanya saling menguntungkan. Sumardjo (2001) menyatakan bahwa pola kemitraan adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil atau menengah, usaha besar sebagai perusahaan induk bekerja sama dengan usaha kecil atau menengah selaku kontrak untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Beternak ayam broiler merupakan pekerjaan dari sebagian masyarakat di Kabupaten Sragen, karena daging ayam broiler menjadi primadona masyarakat Indonesia sebagai alternative pengganti daging sapi yang harganya relatif lebih mahal sebagai pangan sumber protein hewani. Kabupaten Sragen merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah khususnya di bidang pertanian dan peternakan, menurut laporan Badan Pusat 1 Statistik (BPS) tahun 2013, sub sektor peternakan berada di urutan kedua dalam jumlah usaha rumah tangga pertanian, urutan pertama adalah sub sektor tanaman pangan dan urutan terakhir adalah sub sektor perikanan. Tabel 1. Jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut sub sektor di Kabupaten Sragen Tahun 2013 Sub sektor Tanaman pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Jasa pertanian Kabupaten Sragen Jumlah rumah tangga 118.655 41.407 8.152 91.853 3.632 37.820 9.547 merupakan Kabupaten yang sebagian penduduknya mempunyai pekerjaan tetap beternak ayam broiler, dengan berkembangnya peternakan ayam broiler di Kabupaten Sragen maka muncul perusahaan kemitraan yang menawarkan berbagai sistem kerjasama, diantaranya adalah kerjasama pola inti plasma dengan sistem kontrak dan sistem upah. Sistem kontrak merupakan sistem kerjasama yang didalamnya perusahaan inti menyediakan sarana produksi, modal, bimbingan dan pelayanan dan peternak plasma menyediakan lahan, kandang dan juga tenaga, sedangkan perhitungan pembagian hasil ditentukan dengan perjanjian atau kontrak antara perusahaan inti dan peternak plasma. Sistem upah merupakan kerjasama yang didalamnya peternak plasma dibayar atau diberi upah sesuai dengan pemeliharaan ayam yang tentunya sesuai dengan kesepakatan, perusahaan inti menyediakan 2 sarana produksi, bimbingan, dan peternak plasma menyediakan lahan, kandang dan tenaga. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan peternak plasma ayam broiler yang menggunakan kerjasama pola inti plasma dengan sistem kontrak dan sistem upah. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peternak ayam broiler yang berada di Kabupaten Sragen untuk memilih model kerjasama dalam beternak. 3 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Peternakan Ayam Broiler Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa tahun 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi politik, serta kondisi keamanan (Fadilah, 2006). Pada tahun 1981 usaha ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha dengan skala besar, sedangkan peternak kecil sulit untuk melakukan usaha ini. Dalam rangka melindungi peternak kecil Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Keputusan Presiden No 50 Tahun 1981 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi paling banyak 5.000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu. Munculnya kebijakan itu membuat sektor peternakan di Indonesia perkembanganya terhambat selama Sembilan tahun, kemudian pada tanggal 28 Mei 1990 Keputusan Presiden No 50 tahun 1981 dicabut dan diganti dengan Keputusan Presiden No 22 tahun 1990 yang isinya merangsang berdirinya peternakan-peternakan besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi sektor penggerak perekonomian (Suharno, 2002). Perubahan drastis terjadi pada sektor peternakan saat krisis moneter tahun 1997, harga bahan baku impor untuk industri peternakan menjadi sangat tinggi sedangkan harga 4 telur dan daging ayam menjadi terus menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat, akibatnya permintaan pakan dan DOC menurun dan berdampak penurunan populasi ayam di Indonesia, Pada saat itu populasi ayam di Indonesia berkurang sekitar 80 % dari tahun sebelumnya. Faktor penyebabnya adalah ketergantungan peternakan Indonesia pada impor bahan baku utama yaitu pakan dan bibit (Saragih, 2001). Pada akhir tahun 1998 industri peternakan di Indonesia mulai mengalami perkembangan, harga daging mulai dapat dikendalikan dan dapat memberi keuntungan kepada peternak, dan pada saat itu muncullah kemitraan antara perusahaan dan peternak untuk melakukan kerjasama di bidang peternakan ayam sehingga peternak mendapatkan keuntungan walaupun tidak usaha secara mandiri, karena modal yang sedikit maka bergabunglah dengan perusahaan yang memberikan modal dan membentuk sistem kemitraan (Suharno, 2002). Kemitraan Ayam Broiler Kemitraan berasal dan kata mitra yang berarti teman, kawan atau sahabat, kemitraan muncul karena minimal ada dua pihak yang bermitra. Keinginan untuk bermitra muncul dan masing-masing pihak, walaupun dapat pula terjadi kemitraan muncul akibat peranan pihak ketiga, selanjutnya dikemukakan oleh Salam et al. (2006) bidang pertanian pada umumnya bidang peternakan ayam broiler khususnya, satu pihak yang bermitra adalah peternak yang melaksanakan budidaya, sedangkan pihak 5 lainnya adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha pengadaan input dan atau usaha pengolahan dan pemasaran hasil. Menurut Kartasasmitha (2006) kemitraan usaha ialah hubungan kerjasama antara berbagai pihak, antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar dan pada skala usaha yang sama, dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam rangka meningkatkan daya saing. Pedoman tentang kemitraan, diatur oleh pemerintah mealui undang-undang No 9 tahun 1995 yang isinya kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Peraturan pemerintah No 44 tahun 1997 yang isinya ketentuan umum dalam kemitraan, macam-macam pola kemitraan, iklim usaha dan pembinaan kemitraan, lembaga pendukung kemitraan dan ditindakianjuti melalui SK Mentan No. 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang pedoman kemitraan usaha pertanian yang isinya mengatur macam-macam pola kemitran, syarat kemitraan usaha pertanian, pembinaan dan pengembangan, pengawasan dan pengendalian. Tujuan kemitraan yang tertuang dalam peraturan tersebut antara lain untuk meningkatkan pendapatan, keseimbangan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya 6 kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri. Peternakan ayam broiler hanyalah merupakan salah satu sub sistem saja dan sistem agribisnis peternakan ayam broiler secara menyeluruh, selain itu ada sub sistem agribisnis lain yaitu sub sistem pengadaan input atau sub sistem pra produksi, di sub sistem budidaya atau proses produksi dan di sub sistem pengolahan dan pemasaran atau sub sistem pasca produksi, selanjutnya Sirajuddin dkk. (2007) menyatakan bahwa untuk menghadapi perubahan harga pakan dan bibit ayam ras pedaging yang tidak dapat dikendalikan oleh peternak maka peternak harus meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan usaha peternakannya dengan sedapat mungkin memanfaatkan potensi lokal agar produk peternakan mempunyai daya saing yang cukup kuat di pasar, dan agar usaha peternakan ayam broiler dapat berproduksi secara terus menerus dan menjamin kelangsungan usaha peternakan rakyat maka diperlukan keterlibatan pengusaha dalam hal penyediaan bibit, pakan dan pemasaran hasil produksi. Artinya ada hubungan kemitraan antara peternak dan pengusaha. Pada usaha peternakan ayam broiler terdapat risiko kegagalan di dalamnya, risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Robi’ah (2006) menyatakan bahwa tingginya tingkat risiko yang dihadapi usaha ternak ayam dikarenakan 7 fluktuasi harga input (pakan dan DOC) dengan struktur pasar oligopoly, fluktuasi harga output dengan struktur pasar oligopoly serta fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan risiko yang dihadapi tinggi. Herawati (2011) melaporkan bahwa biaya paling besar yang dikeluarkan adalah biaya pakan sebesar 62,55 % dan DOC sebesar 29,23 %. Biaya obat dan vaksin, biaya tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya lain-lain relatif kecil yaitu sebesar 4,06 %, 1,34 %, 1,23 % dan 0,33 %. Risiko produksi pada peternakan ayam broiler tergolong besar, perubahan cuaca dan penyakit menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap kerugian produksi. Aziz (2009) melaporkan bahwa studi kasus usaha peternakan X di Desa Tapos, risiko yang dihadapi usaha peternakan X adalah risiko harga (baik harga input maupun harga jual output), risiko produksi (cuaca dan iklim bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 30-50% dan penyakit bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 50%), dan risiko sosial. Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang dihadapi usaha peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi dan risiko sosial sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. Risiko-risiko tersebut menyebabkan pendapatan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usaha ternak ayam broiler adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi selama pemeliharaan (Ibrahim, 2009). Biaya adalah nilai dan semua korbanan ekonomis yang diperlukan 8 untuk menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Zulkifli (2003) menyatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya per unitnya tetap. Artinya, jika volume kegiatan diperbesar dua kali tipat, maka total biaya juga menjadi dua kali lipat dan jumlah semula, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan pembuatan kandang dan pengadaan peralatan serta pajak yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya skala usaha. Biaya pembuatan kandang dikeluarkan sekali dengan masa pemakaian selama sepuluh tahun, biaya pengadaan peralatan dikeluarkan sekali dengan masa pemakaian selama lima tahun, sedang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dikeluarkan sekali setahun (6 periode). Selanjutnya, semua biaya dihitung pada satuan waktu yang sama, yaitu satu periode pemeliharaan ayam mulai dan DOC sampai dengan ayam yang siap dijual (Yunus, 2009). Soekartawi (2006) menyatakan bahwa biaya total usaha tani diartikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau 9 dikeluarkan dalam produksi. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan biaya terdiri atas : 1. Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, misalnya : pajak, sewa tanah, penyusutan, dan bunga pinjaman. 2. Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan Iangsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat dan biaya tenaga kerja Iangsung. Selanjutnya dikatakan bahwa, selain itu biaya dalam usaha tani dapat dibedakan atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan alat, nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan, sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, dan penggunaan benih dan hasil produksi (Soekartawi, 2006). 10 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Landasan Teori Kemitraan adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang dalam jangka waktu tertentu akan meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Sistem kerjasama pola inti plasma yaitu adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang di dalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Menurut peraturan pemerintah kelebihan pola ini adalah kepastian sarana produksi, pelayanan/bimbingan, dan menampung hasil. Kerjasama pola inti plasma di dalamnya terdapat macam-macam sistem kerjasama, di antaranya sistem kontrak dan sistem upah. Kerjasama pola inti plasma yang menggunakan sistem kontrak adalah kerjasama yang di dalamnya perusahaan inti menyediakan modal, sarana produksi, pelayanan dan bimbingan, serta menampung hasil sesuai dengan perjanjian atau kontrak didepan, sedangkan peternak plasma menyediakan tempat serta tenaga untuk membudidayakan ayam broiler. Kerjasama pola inti plasma yang menggunakan sistem upah adalah kerjasama yang di dalamnya perusahaan Inti menyediakan sarana produksi, pelayanan dan bimbingan, dan peternak plasma menyediakan tempat, sistem pembagian hasilnya adalah peternak plasma dibayar berdasarkan upah atau bayaran selama pemeliharaan ayam broiler. 11 Kerjasama pola inti plasma yang menggunakan sistem kontrak memiliki penerimaan dan total penjualan ayam yang tidak terpengaruh dengan harga pasar, karena harga sudah kontrak dengan perusahaan inti, dan jika harga di pasar tinggi maka peternak plasma juga akan mendapat bonus yaitu bonus pasar, dan bila Feed Conversion Ratio (FCR) mencapai standar dari inti maka juga akan mendapat bonus dari perusahaan inti, tetapi tidak ada tanggung jawab dari perusahaan inti jika terjadi kegagalan dalam beternak, yaitu kematian yang banyak yang mengakibatkan peternak mitra mengalami kerugian. Kerjasama pola inti plasma yang menggunakan sistem upah memiliki penerimaan sebatas upah atau bayaran dari pemeiiharaan ayam selama 1 periode berdasarkan Indeks Performance (IP) yang diperoleh, dan meskipun terjadi kematian ayam dalam beternak, peternak plasma tetap mendapatkan penerimaan dan upah hasil pemeliharaan ayam yang masih hidup, tetapi tidak ada bonus pasar dan hanya mendapatkan upah berdasarkan capaian IP. Hipotesis Peternak yang menggunakan sistem kontrak memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan peternak yang menggunakan sistem upah. 12 MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian selama 3 bulan yang dimulai pada tanggal 1 April sampai dengan 31 Juni 2016. Materi Sampel Sampel dari penelitian ini adalah peternak plasma ayam broiler pola inti plasma dengan sistem kontrak yang berjumlah 15 peternak dan peternak plasma ayam broiler pola inti plasma dengan sistem upah berjumlah 15 peternak di Kabupaten Sragen. Metode penarikan dan penentuan sampel dilakukan secara Convenience Sampling karena tidak ada data sekunder yang menyatakan jumlah populasi dan jumlah peternak pada kedua sistem tersebut di Kabupaten Sragen. Metode Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah : a. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap kondisi lokasi penelitian, 13 serta berbagai aktivitas peternak dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler. b. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan pihak peternak yang melakukan usaha peternakan ayam broiler dengan pedoman kuisioner yang telah dipersiapkan terebih dahulu. Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum tempat penelitian, profil para pelaku kemitraan akan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan dan dilanjutkan dengan uji t. Analisis pendapatan yang dilakukan adalah menghitung biaya produksi yang dikeluarkan, jumlah penerimaan dan keuntungan yang didapat selama pemeliharaan ayam broiler pada periode tertentu. Sistem kontrak Sistem kontrak adalah kerjasama dengan perjanjiaan sebagai berikut : a. Perusahaan inti menyediakan sarana produksi seperti - DOC (dijual ke peternak plasma dengan harga kontrak yang berkisar antara Rp 4.150 sampai Rp 6.750 per ekor). - Pakan (dijual ke peternak dengan harga Rp 6.670 sampai Rp 7.800 per Kg). 14 - Obat dan vaksin - Kemudian memberikan bimbingan kepada plasma. b. Peternak plasma menyediakan sarana produksi seperti : - Lahan dan kandang - Tenaga kerja - Sarana produksi yang tidak disediakan oleh perusahaan inti. a. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak adalah : - Biaya variabel yaitu tenaga kerja, pembelian gas, pembelian sekam, biaya listrik, biaya air, sanitasi dan dana sosial. - Biaya tetap yaitu penyusutan kandang, penyusutan alat, dan pajak PBB. c. Penerimaan yang diperoleh peternak plasma antara lain : - Hasil penjualan ayam waktu panen dengan harga kontrak antara Rp 15.700 sampai Rp 17.000 per Kg ayam hidup - Bonus dari perusahaan inti 1. Bonus pasar ( jika selisih harga pasar dengan harga kontrak > Rp 500/Kg maka dapat bonus 25 % dari kelebihan harga kontrak). 2. Bonus FCR (jika FCR < 1,5 maka bonus Rp 250 per Kg) 3. Bonus Kematian (jika kematian < 0,5 % maka dapat bonus Rp 150 per ekor ayam. - Penerimaan dari penjualan kardus, karung pakan dan kotoran ayam 15 Sistem upah Sistem upah adalah kerjasama dengan perjanjiaan sebagai berikut: b. Perusahaan inti menyediakan sarana produksi seperti : - DOC (diberikan kepada peternak tanpa ada perhitungan jumlah biaya yang harus dibayar). - Pakan (diberikan kepada peternak tanpa ada perhitungan jumlah biaya yang harus dibayar ). - Obat dan vaksin (diberikan kepada peternak tanpa ada perhitungan jumlah biaya yang harus dibayar) - Kemudian memberikan bimbingan kepada plasma. c. Peternak plasma menyediakan sarana produksi seperti : - Lahan dan kandang - Tenaga kerja - Sarana produksi yang tidak disediakan oleh perusahaan inti. d. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak adalah : - Biaya variabel yaitu tenaga kerja, pembelian gas, pembelian sekam, biaya listrik, biaya air, sanitasi dan dana sosial. - Biaya tetap yaitu penyusutan kandang, penyusutan alat, dan pajak PBB. e. Penerimaan yang diperoleh peternak plasma antara lain : - Hasil upah pemeliharaan ayam broiler yang hidup per ekor/periode berdasarkan Indeks Performans (IP) yaitu dengan rumus : 16 IP = (100−π·) π₯ π΅π΅ x 100 πΉπΆπ π₯ π΄/π Keterangan : IP : Indeks Performans D : Deplesi (% kematian dan ayam hilang) BB : Bobot badan rata-rata FCR : Jumlah pakan yang digunakan dibagi bobot ayam broiler A/U : Umur rata-rata panen Ketentuan upah per ekor/hari : IP < 265 upah Rp 40 IP 256 sampai 280 upah Rp 45 IP 281 sampai 300 upah Rp 50 IP 301 sampai 312 upah Rp 55 IP 313 sampai 325 upah Rp 60 IP 326 sampai 338 upah Rp 65 IP > 338 upah Rp 70 - Penerimaan dari penjualan kardus, karung pakan dan kotoran ayam Kemudian kedua sistem di analisis dengan analisis pendapatan dengan rumus sebagai berikut : a. Biaya produksi TC = FC + VC Keterangan 17 TC = Total biaya produksi budidaya ayam broiler FC = Biaya tetap budidaya ayam broiler VC = Biaya tidak tetap budidaya ayam broiler a. Total penerimaan usaha budidaya ayam broiler merupakan semua penerimaan yang pemeliharaan didapatkan ayam broiler, dan hasil penjualan atau sampingnya, upah subsidi pemeliharaan serta bonus yang didapat. b. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh peternak ayam broiler. Ibrahim (2009) menyatakan bahwa nilai pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: π = TR –TC Keterangan : π = Pendapatan usaha budidaya ayam broiler TR = Total penerimaan usaha budidaya ayam broiler TC = Total biaya produksi usaha budidaya ayam broiler Uji t Langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut : Merumuskan hipotesa H0 = Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata pendapatan peternak ayam yang menggunakan sistem kontrak dan sistem upah Ha = Terdapat perbedaan antara pendapatan peternak ayam yang menggunakan sistem kontrak dan sistem upah 18