Pengobatan hepatitis B dengan entecavir atau tenofovir menurunkan tetapi tidak menghilangkan risiko kanker hati Oleh: Liz Highleyman, 6 November 2013 Menurut penelitian yang disajikan di pertemuan tahunan American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD) ke-64 di Washington, DC, pengobatan jangka panjang dengan entecavir dapat mengurangi kemungkinan orang dengan hepatitis B kronis akan mengembangkan karsinoma hepatoseluler. Namun, studi lain menemukan bahwa sementara entecavir dan tenofovir dapat mengurangi risiko, penderita hepatitis B harus terus menjalani pemantauan rutin untuk kanker hati dan model prediksi yang lebih baik mungkin diperlukan untuk pasien Kaukasia. Selama bertahun-tahun atau dekade, infeksi hepatitis B kronis (HBV) dapat menyebabkan penyakit hati yang berat termasuk sirosis dan karsinoma hepatoseluler, sejenis kanker hati primer. Hepatitis B kronis yang diobati dengan analog nukleosida/nukleotida termasuk adefovir, entecavir, lamivudine, telbivudine dan tenofovir. Sementara obat-obatan ini dapat mengurangi viral load HBV ke tingkat tidak terdeteksi, mereka biasanya tidak membasmi virus secara penuh dan tidak menyembuhkan hepatitis B. Namun demikian, obat-obatan ini bisa menekan replikasi virus dan mengurangi perkembangan penyakit. Tung-Hung Su dari National Taiwan University Hospital mempresentasikan temuan daristudi Cirrhosis Taiwanese Entecavir Multicenter Study (C-TEAM), yang menilai apakah entecavir mengurangi kejadian kanker hati pada orang dengan sirosis terkait HBV. Para peneliti juga melihat efek pengobatan terhadap komplikasi sirosis termasuk asites (akumulasi cairan perut), ensefalopati, perdarahan esofagus atau lambung dan peritonitis bakteri (radang selaput perut), serta kematian terkait penyakit hati. Penelitian kohort observasional termasuk 666 pasien hepatitis B kronis dengan sirosis hati (Child-Pugh tahap A, Metavir F4 atau Ishak 5) dari 17 pusat kesehatan akademi di Taiwan, diikuti dari tahun 2006 sampai Maret 2013. Peserta menggunakan monoterapi entecavir jangka panjang, dan entecavir adalah obat hepatitis B yang pertama kali mereka gunakan. Tiga perempat adalah laki-laki, usia rata-rata adalah 55 tahun dan 77% adalah memiliki antigen hepatitis B ‘e’ (HBeAg) negatif. Orang-orang yang mengembangkan karsinoma hepatoseluler dalam tahun pertama pengobatan dan mereka yang memiliki koinfeksi dengan hepatitis C dikeluarkan dari studi. Peserta tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol historis dari 621 pasien hepatitis B kronis yang tidak diobati dengan sirosis kompensasi diikuti dari tahun 1985 hingga 1995. Dalam kelompok ini, 75% adalah laki-laki, usia rata-rata adalah 49 tahun dan 75% adalah HBeAg-negatif. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, pasien yang dirawat secara signifikan lebih tua dan memiliki penyakit hati yang lebih lanjut. Secara keseluruhan, total 16 kasus karsinoma hepatoseluler tercatat dalam kelompok entecavir selama periode tindak lanjut rata-rata 2,6 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol ada 141 kasus pada 8,5 tahun masa tindak lanjut. Melihat tiga tahun pertama masa tindak lanjut, 16 orang (2,4%) pada kelompok entecavir dan 32 orang (5,2%) pada kelompok yang tidak diobati mengembangkan karsinoma hepatoseluler, memberikan tingkat kejadian 9.19 dan 14.19 per 1000 orang-tahun, masing-masing, perbedaan yang kurang dari signifikansi statistik (p = 0,08). Selama seumur hidup, kejadian kanker hati adalah sekitar 60% lebih rendah untuk pasien yang diobati dengan entecavir (rasio hazard yang disesuaikan 0.41). Dalam analisis multivariat entecavir adalah satu-satunya faktor yang secara signifikan memprediksi peningkatan risiko kanker hati (rasio hazard 0,41; p = 0,015). Usia, jenis kelamin, HBeAg positif atau negatif dan viral load HBV menjadi tidak signifikan setelah mengendalikan faktor-faktor lain. Melihat hasil lainnya selama tiga tahun pertama, pengobatan entecavir tidak dikaitkan dengan penurunan risiko komplikasi sirosis termasuk ensefalopati hepatik (dua kasus baru di kedua kelompok pengobatan dan kontrol) dan perdarahan (10 vs 8 kasus baru), atau dengan mengurangi kematian terkait penyakit hati Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Pengobatan hepatitis B dengan entecavir atau tenofovir menurunkan tetapi tidak menghilangkan risiko kanker hati (0,2 vs 0,6%, masing-masing). Namun, Su mencatat, tindak lanjut dalam kelompok entecavir masih terlalu pendek untuk banyak komplikasi sekunder yang telah terjadi dan perbedaan mungkin muncul dengan durasi yang lebih lama. Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan, “terapi entecavir berkepanjangan mungkin mengurangi pengembangan karsinoma hepatoseluler pada pasien dengan sirosis terkait hepatitis B dan jangka panjang tindak lanjut diperlukan untuk melihat dampaknya terhadap komplikasi sirosis.” Pasien Kaukasia Dalam penelitian terkait, George Papatheodoridis dari Hippokration Rumah Sakit Umum Athena dan rekan mengamati faktor risiko untuk kanker hati di antara pasien hepatitis B Kaukasia yang diobati dengan entecavir atau tenofovir. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pasien hepatitis B yang diobati dengan lamivudine, dengan atau tanpa adefovir, masih dapat mengembangkan karsinoma hepatoseluler, tapi entecavir dan tenofovir, obat lini pertama saat ini, lebih manjur dan memiliki penghalan yang tinggi dengan resistansi. Analisis ini mencakup 1.231 orang dewasa dengan hepatitis B kronis di tujuh pusat hepatologi di Yunani, Italia, Belanda, Spanyol dan Turki. Mayoritas (72%) adalah laki-laki, usia rata-rata adalah 52 tahun dan 86% adalah HBeAg-negatif. Dua pertiga tidak memiliki sirosis, 30% memiliki sirosis kompensasi dan 4% memiliki sirosis dekompensasi. Orang dengan karsinoma hepatoseluler yang didiagnosis sebelum pengobatan dan orang-orang dengan hepatitis C, hepatitis delta atau koinfeksi HIV dikeluarkan dari studi. Peserta menerima entecavir (43%), tenofovir (55%) atau keduanya (2%) selama minimal 12 bulan. Sebelum ini, setengah dari peserta telah menggunakan analog nucleosida/nucleotida lain dan sepertiga telah mengembangkan resistansi terhadap obat-obatan ini. Sebanyak 52 pasien (4,2%) mengembangkan karsinoma hepatoseluler selama masa tindak lanjut, terjadi rata-rata 17 bulan setelah memulai entecavir atau tenofovir. Keseluruhan kejadian karsinoma hepatoseluler pada lima tahun adalah 51 total kasus, atau 13,5 per 1.000 orang-tahun. Namun, insiden bervariasi berdasarkan keparahan penyakit. Probabilitas kumulatif dari karsinoma hepatoseluler pada satu tahun naik dari 0,8% di antara orang-orang tanpa sirosis menjadi 2,5% di antara mereka dengan sirosis kompensasi dan 11,6% di antara mereka dengan sirosis dekompensasi. Pada tiga tahun, probabilitas yang sesuai adalah 1,2, 5,8 dan 23,8%, masing-masing, meningkat pada lima tahun menjadi 2,5, 20,9 dan 29,7%. Kemungkinan kanker hati berkembang juga naik seiring dengan usia, terutama bagi orang-orang yang berusia di atas 60 tahun. Dalam analisis multivariat, faktor risiko yang signifikan untuk mengembangkan karsinoma hepatoseluler di antara orang dengan sirosis adalah usia yang lebih tua, dekompensasi hati dan penggunaan obat antivirus sebelum penggunaan entecavir atau tenofovir. Di antara pasien tanpa sirosis, satu-satunya faktor yang signifikan adalah jumlah trombosit yang rendah (<100.000). Para peneliti juga menentukan bahwa skor REACH-B, yang dikembangkan untuk memprediksi risiko kanker hati di antara pasien hepatitis B di Asia, secara bermakna dikaitkan dengan probabilitas karsinoma hepatoseluler untuk peserta penelitian dengan sirosis, tetapi tidak untuk pasien yang tidak memiliki sirosis (p = 0,068). Nilai prediktif dari skor GAG-HCC baru mencapai signifikansi statistik untuk pasien tanpa sirosis (p = 0.046). “Data dari penelitian multipusat ini besar pada pasien didominasi Kaukasia menunjukkan bahwa risiko kanker hati tetap meningkat pada pasien hepatitis B kronis yang diobati dengan entecavir atau tenofovir, terutama mereka dengan penyakit lanjut,” para peneliti menyimpulkan. “Penggunaaan skor risiko karsinoma hepatoseluler yang dikembangkan di Asia tampaknya tidak bisa digunakan pada pasien hepatitis B kronis Kaukasia,” mereka menambahkan, merekomendasikan bahwa skor risiko yang berbeda harus dikembangkan untuk kelompok pasien ini. Ringkasan: Hepatitis B treatment with entecavir or tenofovir lowers, but does not eliminate, liver cancer –2– Pengobatan hepatitis B dengan entecavir atau tenofovir menurunkan tetapi tidak menghilangkan risiko kanker hati risk Sumber: Su T et al. Reduction of hepatocellular carcinoma in hepatitis B-related cirrhosis patients with long-term entecavir therapy – an interim report of C-TEAM study. 64th Annual Meeting of the American Association for the Study of Liver Diseases, Washington, DC, abstract 189, 2013. Papatheodoridis G et al. Risk and risk factors of hepatocellular carcinoma (HCC) in Caucasian chronic hepatitis B (CHB) patients with or without cirrhosis treated with entecavir (ETV) or tenofovir (TDF). 64th Annual Meeting of the American Association for the Study of Liver Diseases, Washington, DC, abstract 190, 2013. –3–