BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Pentingnya kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, dimana perusahaan meletakkan pemasaran sebagai pusat kegiatan dan memandu semua unit yang diproduksi kearah pencapaian tujuan perusahaan. Untuk menuju tercapainya tujuan perusahaan ini diperlukan konsep pemasaran. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi perusahaan (Tjiptono, 2008). Menurut Kotler & Lane (2009:13), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan produk lain. Dan dari pemasaran ini memiliki tujuan : mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri. Menurut Kurzt (2008), pemasaran adalah fungsi organisasi dan sebuah proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan nilai untuk konsumen dan mengatur hubungan dengan konsumen sebagai cara menguntungkan perusahaan dan juga pihak berkepentingan. 12 Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan telah banyak dibicarakan, khususnya oleh para pemain dalam bidang pemasaran. Pembicaraan tersebut menghasilkan suatu pandangan mengenai perdagangan elektronik, khususnya perdagangan elektronik melalui internet. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada dasawarsa sembilan puluhan, terjadi perubahan trend pemasaran, dari pemasaran konvensional ke pemasaran online, jika sebelumnya konsumen membeli produk-produk fashion, DVD, CD, VCD, dan aksesoris di retail dan mall-mall yang terkenal, pada saat ini konsumen sudah mulai beralih ke transaksi online shop (Ollie, 2008). 2.2 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Sciffman dan Kanuk, 2007). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, ternasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. 13 Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu (1) proses pengambilan keputusan, (2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barand dan jasa ekonomis. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya yaitu faktor psikologis. Adapun macam dari faktor psikologis ini antara lain : 1. Motivasi, adalah suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya; 2. Persepsi, adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginteepresentasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai duni; 3. Pembelajaran, adalah perubahan pada perilaku individu yang muncul dari pengalaman; 4. Keyakinan, adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu, dan sikap, menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderuangan ytang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah obtek atau gagasan. 2.2.1 Perilaku Konsumen Online Pertumbuhan pelaku e-commerce atau penyedia layanan jual beli online memang terus terjadi. Tidak hanya tahun ini namun setidaknya sudah dari 1-2 tahun ke belakang, namun sepertinya perkembangan dari e-commerce tahun ini akan semakin menarik dan menjadi pondasi pada babak selanjutnya dari pertumbuhan e-commerce di Indonesia termasuk di dalamnya perkembangan payment gateway. 14 Aswin Utomo dari AdaDiskon, dalam wawancara di DailySocial awal bulan kemarin mengatakan bahwa tahun kemarin 2010-2011 adalah tahun ecommerce dan tahun 2011-2012 adalah tahunnya payment gateway. Disamping besarnya pasar yang bisa diraih, tumbuhnya berbagai pelaku bisnis, ada beberapa hal ‘mendasar’ yang saya pikir juga harus diperhatikan oleh para pelaku ecommerce, baik yang telah menerapkan segala fasilitas seperti keranjang belanja sampai dengan pembayaran secara terintegrasi atau mereka yang menjalankan proses jual-beli, promo barang di ranah online. Beberapa hal tersebut adalah kepercayaan dan perilaku konsumen. Dari hasil DS-Research yang dipublikasikan, bisa dilihat juga ada beberapa faktor dominan yang bisa ditingkatkan oleh para pelaku e-commerce, salah satunya adalah ‘trust’. Tingkat kepercayaan konsumen dalam membeli barang secara online masih harus terus ditingkatkan. Trust menjadi faktor paling dominan ketika responden ditanyakan tentang apa yang bisa ditingkatkan dari layanan e-commerce. Demikian juga untuk alasan kenapa responden tidak membeli barang secara online, sebagai besar responden mengatakan isu keamanan dari situs e-commerce adalah yang paling berpengaruh kenapa mereka tidak membeli barang secara online. Hal ini juga berhubungan dengan perilaku pembelian dan jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen dalam membeli barang secara online, dari majalah Marketeers edisi Juni 2011 disebutkan bahwa hasil riset yang mereka lakukan, barang terbesar yang dibeli secara online adalah Fashion & Apparel. Waizly Darwin Chief Operation dari Marketeers, mengatakan bahwa salah satu 15 sebab produk pakaian menjadi pilihan dalam berbelanja online adalah harga yang murah atau tidak terlalu mahal, jadi jika ada kesalahan atau kegagalan dalam proses pembelian resiko kehilangan tidak begitu besar. Resiko yang lebih kecil berhubungan dengan tingkat kepercayaan, semakin percaya konsumen pada penyedia layanan e-commerce semakin mau mereka untuk berbelanja dengan jumlah harga yang lebih besar. Hasil DSResearch pun tidah jauh berbeda, barang yang paling banyak dibeli adalah pakaian dan sepatu, jumlah pengeluaran untuk belanja di e-commerce antara Rp. 100.000 – Rp. 500.000 adalah jumlah pengeluaran tertinggi dari responden. Perkembangan sistem pembayaran dan semakin banyak bermunculannya pelaku e-commerce yang juga mengedukasi para konsumen dan penjual akan mendukung perkembangan e-commerce, namun beberapa hal seperti layanan dari e-commerce itu sendiri, antara lain yang berhubungan dengan keamanan belanja dari konsumen juga harus ditingkatkan dan terus dipelihara, karena perilaku pembelian konsumen tentu akan dipengaruhi atas hal ini. 2.3 Definisi Word of Mouth Word of Mouth dalam bahasa Indonesia disebut juga berita dari mulut ke mulut. Word of Mouth merujuk pada komunikasi lisan mengenai berbagai produk dengan temen, keluarga, dan rekan sejawat. Word of Mouth merupakan salah satu cara menyebarkan desas-desus (buzz) Rosen (dalam Sembiring 2009:27). Menurut Word – Of - Mouth Marketing Association (WOMMA) word of mouth adalah usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, 16 mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk/merek kita kepada pelanggan lain (MajalahMIX 2007). Menurut Silverman (dalam Hakim, 2009:33), word of mouth adalah : “….is communication about products and services between people who are perceived to be independent of the company providing the products or services, in a medium perceived to be independent of the company”. Artinya, word of mouth adalah komunikasi mengenai produk dan jasa diantara orang-orang yang dipersepsikan independen, bukan merupakan bagian dari perusahaan dalam hal penyediaan produk dan jasa, dan bukan didalam jalur komunikasi/media yang disediakan perusahaan. Mowen dan Minor (dalam Hakim, 2009:33) menjelaskan bahwa : “word of mouth communication refers to an exchange comments, thoughts, or ideas between two or more consumers, none of whom represent a marketing source.” Maksudnya: komunikasi word of mouth merujuk kepada sebuah pertukaran, dapat berupa komentar, kritik, buah pikiran/gagasan dalam penyediaan sumber (informasi/berita) yang berhubungan dengan kegiatan/aktivitas pemasaran. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, disimpulkan bahwa word of mouth merupakan bagian dari komunikasi personal yang informal, yang disampaikan oleh sesama konsumen atau orang lain selain organisasi, didasarkan pada pengalaman jasa yang diterima dalam hal penggunaan produk dan layanan tertentu dimana dapat berupa ide, komentar/opini, saran ataupun rekomendasi yang diharapkan dapat bersifat positif sehingga berguna bagi pihak organisasi. Word of mouth tidak dapat dibuat-buat atau diciptakan. Karena word of 17 mouth dilakukan oleh konsumen dengan sukarela atau tanpa mendapat imbalan. Berusaha membuat WOM sangat tidak etis dan dapat memberikan efek yang lebih buruk lagi, usaha tersebut dapat merusak brand dan merusak reputasi perusahaan. Terdapat lima elemen dasar dari word of mouth (Dowd, et all., 2009:9), yaitu 1. Identify the influencers (identifikasi pemberi pengaruh) 2. Create simple ideas that are easy to communicate (menciptakan gagasan yang mudah dan sederhana untuk dikomunikasikan) 3. Give people the tool they need to spread the word (memberikan alat yang dibutuhkan untuk menyebarkan ucapan) 4. Host a conversation (membawakan percakapan) 5. Evaluate and measure (mengevaluasi dan mengukur) Dari seluruh media promosi baik itu Above The Line maupun Below The line, WOM merupakan aktivitas promosi yang tingkat pengendaliannya oleh pemasar sangat rendah tetapi memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap produk atau merek perusahaan. Perusahaan dapat mendorong dan memfasilitasi percakapan dari mulut ke mulut tersebut terlebih dahulu memastikan bahwa produk atau merek dari perusahaan memang unik, inovatif dan patut menjadi conversation product sehingga terciptalah WOM yang positif yang pada ujungnya akan menghasilkan penjualan bagi perusahaan (Yosevina, 2008:13) Menurut Sumardy dkk (2011), menyatakan alasan memilih WOM dari pada beriklan: 1. Tuhan tidak melakukan periklanan, pemasar 18 melakukan penjualan melebihi tuhan, pemasar menghabiskan lebih banyak 2. Iklan itu membingungkan, WOM meyakinkan 3. Iklan adalah harga sebuah kebosanan, WOM adalah buah yang menarik 4. Iklan lebih mahal, WOM jauh lebih murah 5. Iklan kehilangan kepercayaan, WOM mendapatkan kredebilitas 6. Iklan itu buatan, WOM itu kenyataan 7. Iklan itu memberi tahu konsumen, WOM melibatkan konsumen 8. Iklan akan menjadi sejarah jika sudah tidak beriklan, WOM akan selalu diingat dan akan mengena di hati konsumen. Inti dari pernyataan tersebut adalah satu pesan yang seseorang dapatkan dari teman atau keluarga lebih dapat dipercaya dari pada ratusan informasi melalui belasan media yang berbeda, selain itu jumlah pesan yang anda terima dari teman atau keluarga lebih sedikit sehingga biasanya akan lebih memberikan kesan. Karena sifat yang lebih terpercaya dan mampu memberikan kesan, sebuah pesan melalui WOM akan lebih tahan lama dalam benak konsumen. Sebuah penelitian yang ada dalam buku Rest In Peace Advertising menunjukkan : 1. 76% konsumen tidak percaya bahwa perusahaan menceritakan yang sebenarnya dalam iklan mereka 2. 93% konsumen mempercayai referensi dari teman atau orang yang dikenalnya sebagi sumber informasi yang paling kredibel dan layak dipercaya. 3. 67% keputusan pembelian dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman atau 19 keluarga. 4. 74% konsumen yang mendengarkan cerita jelek tentang sebuah merek dari temannya memutuskan untuk tidak jadi membeli merek tersebut. 2.3.1 Jenis Word of Mouth Menurut Richard Darmawan, 2010 dalam jurnalnya menyebutkan bahwa word of mouth dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Organik WOM yaitu WOM yang tercipta secara alami dan natural ketika seorang konsumen yang puas terhadap sebuah produk dengan sukarela dan antusias (sangat bergantung pada pengalaman konsumen). 2. Amplified WOM, yaitu WOM yang dikondisikan atau didesain agar konsumen mau menceritakan kapada konsumen lain dengan membidik para “opinion leader”, yaitu pemuka pendapat atau orang yang pendapatnya didengar atau para “surogate buyers”. Para pembeli ahli. Keuntungan terbesar dari WOM adalah mengurangi biaya promosi perusahaan karena WOM relatif murah ketimbang promosi-promosi lainnya. 2.3.2 Sifat-Sifat Word of Mouth Word of Mouth dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan atau malah mendatangkan masalah. Oleh karena itu menurut sifatnya word of mouth dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Word of Mouth positif (Positive Word of Mouth/PWOM) Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang 20 sudah dikonsumsi berhasil memuaskan konsumennya. Konsumen yang sudah terpuaskan belum tentu akan menceritakannya kepada orang lain. Word of mouth positif baru akan muncul dari suatu pengalaman yang dianggap luar biasa oleh konsumen, yang pada saat itu tingkat kepuasan emosionalnya tinggi. Artinya apa yang diperoleh konsumen setelah transaksi lebih tinggi dari harapannya. Sehingga tanpa diminta konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan kepada orang terdekatnya. Dalam Hospitaly Management hal ini disebut juga emotional satisfaction yaitu kepuasan yang muncul karena emosi terhadap kualitas. b. Word of Mouth negatif (Negative Word of Mouth/NWOM) Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang dikonsumsi ternyata mengecewakan. Merupakan suatu fenomena yang paling ditakutkan perusahaan karena seorang konsumen yang kecewa akan berbicara, tidak hanya ke orang-orang terdekatnya saja.Konsumen akan berusaha menyampaikan kekecewaan ke sebanyak mungkin orang. 2.3.3 Tahapan Word of Mouth WOM mempunyai tiga tahapan, yaitu : 1. Talking Membicarakan adalah tahapan dimana seorang konsumen membicarakan sebuah produk dengan sukarela dan antusias (tergantung pada pengalaman konsumen) 21 2. Promoting Mempromosikan dimana ketika konsumen bukan hanya sekedar membicarakan merek/produk tetapi juga bersedia untuk mempromosikannya kepada konsumen lain. 3. Selling Menjual adalah tahapan dimana seorang konsumen mau untuk menjual merek/produk tersebut kepada orang lain. Menurut Kappler dalam artikelnya yang berjudul “The Power of Word of Mouth Marketing” (WOMM) menerangkan bagaimana cara WOM bekerja sebagai berikut : 1. WOMM selalu berdasar pada pelayanan produk yang baik Perusahaan terkadang menghabiskan banyak uang untuk beriklan dan mengembangkan slogan yang menarik atau memberikan aksen penjualan yang agresif. Pada dasarnya tidak ada pengganti untuk produk dan servis yang baik. 2. WOMM bergantung pada kualitas dari pelayanan purna jual dan customers service. Konsumen terkadang lebih sering mengingat pelayanan dari pada produknya itu sendiri. Jadi, WOM yang positif merupakan pasangan pelayanan yang akan menciptakan pembelian berulang. 3. Selalu memberikan lebih baik dari yang konsumen harapkan Hal termudah untuk memciptakan WOM yang negatif adalah dengan memberikan pelayanan yang buruk. Suatu produk yang berkualitas tanpa 22 ahli yang berpengalaman yang dapat diandalkan idak akan cukup untuk menciptakan WOM yang positif. Bagaimanapun, apabila perusahaan secara konstan berhasil memberikan pelayanan yang lebih baik dari yang diharapkan konsumen akan menciptakan komunikasi interpersonal yang positif yang tidak akan berakhir. 4. WOMM berawal dari karyawan perusahaan WOMM dilakukan dalam proses yang kesempatan konkrit untuk menciptakan citra positif di pasar dan konsumen. Hal ini akan berhasil apabila semua anggota perusahaan memberikan pelayanan yang tanggap dan kepuasan. Menurut Andy Sernovitz dalam bukunya “Word of mouth Marketing : How Smart Companies Get Peple Talking” bahwa ada alasan dimana seseorang membicarakan suatu produk yaitu : 1. Karena mereka menyukai produk kita 2. Karena mereka membenci produk kita 3. Mereka menyakan opini orang lain terhadap produk kita 4. Karena komunitas mereka membicarakan produk kita 2.3.4 Cara Melakukan Word of Mouth Menurut Kotler dan Keller (2009:586) terdapat dua cara dalam melakukan WOMM yaitu dengan buzz dan viral marketing. 1. Buzz marketing generates excitement creates publicity and convoys new relevant brand-related information through unexpected or even outrage 23 us means. Apabila diterjemahkan secara bebas maka buzz marketing umumnya adalah menciptakan publisitas dan rangkaian informasi relevan mengenai merek baru berupa informasi yang tak terduga bahkan diluar jangkauan. 2. Viral marketing encourages consumers to pass alongcompany-develop products and services or audio video, or written information to others online. Dari definisi diatas viral marketing dapat berarti usaha mendorong konsumen meneruskan usaha perusahaan dalam membangun informasi audia, video, atau tertulis mengenai produk dan jasa secara online. Menurut Barber dan Wallace (2009:13) word of mouth marketing yang efektif harus memiliki lima hal, yaitu : 1. A good product and great customer service (produk dan layanan yang baik) 2. A plan (sebuah rencana) 3. A clear, conscious, consistent message (pesan yang bersih, teliti, dan konsisten) 4. A prepared and commited sales force (mempersiapkan dan meletakkan tenaga penjualan) 5. People willing to testify (orang berkeinginan untuk beraksi) 2.2.5 Manfaat Word of Mouth WOM sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi atau perusahaan, terutama dalam bidang jasa. Hermawan Kartajaya (2007:183),WOM merupakan 24 media komunikasi yang paling efektif. Dengan buzzing yang tepat, diharapkan persepsi merk yang kurang baik mulai dapat beralih. Dua manfaat utama pengembangan rujukan atau sumber dari mulut ke mulut menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Benjamin Molan (2005:261) sebagai berikut : a. Sumber mulut ke mulut itu meyakinkan Kata-kata yang keluar dari mulut adalah suatu metode promosi. Ini merupakan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen. Mendapat pelanggan yang puas dan setia, serta bangga akan bisnisnya dengan anda, merupakan impian dari setiap pemilik perusahaan. Para pelanggan yang puas tidak hanya membeli kembali, melainkan juga berfungsi sebagai papan iklan dengan berbicara atas nama bisnis anda. b. Sumber mulut ke mulut itu biaya rendah Bagaimanapun juga mengadakan kontak dengan pelanggan yang puas dan membuat mereka sebagai pemberi nafkah akan membebani perusahaan dengan biaya relative rendah. 2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Word of Mouth Dikutip dalam jurnal Jillian C.Sweeney, Geoffery N. Soutar dan Tim Mazzarol “Factors influcencing word of mouth effectiveness: receiver perspecives” bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi peningkatan WOM. 1. Faktor Personal Yang berkaitan dengan faktor ini yatu mengenai kredibilitas penyampai pesan (sender), kepercayaan dan kepercayaan akan sumber informasi dan 25 nilai yang terdapat didalamnya. 2. Faktor Interpersonal WOM akan lebih efektif apabila si penyampai pesan (sender) mempunyai hubungan yang dekat antara penyampai pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) yang didasarkan pada kepercayaan dan saling menghormati. 3. Faktor Situasional. Nilai WOM akan lebih efektif untuk pembelian yang membutuhkan banyak pertimbangan (highly involved) dan resiko yang besar. Selain itu WOM juga sangat efektif ketika pesan yang sama diterima dari beberapa sumber (dari penyedia WOM atau dari media lainnya). 4. Karakteristik Pesan yang disampaikan Yaitu kejelasan pesan yang digambarkan, seperti melalui bercerita. Komunikas non-verbal seperti bahsa tubuh juga memainkan peranan penting dalam WOM. Faktor lainnya yang difokuskan dalam penyampaian pesan itu sendiri yaitu bagaimana cara WOM tersebut disampaikan atau cara WOM tersebut diceritakan. Kesimpulannya WOM akan lebih efektif ketika penerima pesan membutuhkan informasi yang lebih tentang suatu produk yang ditawarkan, atau ketika konsumen mempunyai waktu yang sedikit untuk memperoleh perbandingan serta konsumen ingin mengurangi resiko dalam pembelian. 2.3.7 Kekuatan Word of Mouth dan Pengaruhnya Word of mouth merupakan alat pemasaran yang terbaik untuk membantu 26 meningkatkan keuntungan perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Online bahwa 92% pengguna internet percaya kepada rekomendasi dari orang yang ia kenal. Dalam kata lain bahwa WOM berpengaruh kepada setiap orang. Secara jelas diterangkan bahwa WOM mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya adalah opini buruk yang diciptakan oleh konsumen dapat mengecilkan hati pembeli potensial dari pembelian walaupun sebelumnya konsumen telah berhubungan dengan perusahaan atau dengan produk tersebut. Berdasarkan ICOM, sekitar 80% pengguna facebook cenderung mengatakan pengalamannya kepada orang lain jika ia memiliki pengalaman bermasalah dengan suatu produk atau jasa. Pengaruh positifnya bahwa perusahaan bisa mendapatkan konsumen baru melalui kisah pelanggan yang puas yang kemudian berbagi mengenai pengalamannya tersebut dan merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Morpace Consultancy, bahwa positif dan negatif WOM dalam facebook atau media sosial dapat memberikan pengaruh yang besar pada bagaimana anggota suatu media sosial uuk membeli suatu produk. Pada dasarnya para pembeli pengaruhnya (influencer) tersebut ada pada setiap generasi, gender dan mereka tidak berhubungan satu sama lain dengan media apapun. Mereka suka berbagi mengenai pengalamannya dengan produk atau jasa kepada semua orang. Lebih lanjut ditambahkan, bahwa meraka mencari pengalaman baru secara terus menerus karena meraka ingin tahun banyak mengenai produk atau jasa baru dan mereka ingin menjadi orang pertama yang akan memberikan kritik tentang produk atau jasa tersebut baik dengan cara yang positif maupun negatif. 27 Dalam hal ini dikatakan bahwa para influencer menginginkan menjadi bagian dari fenomena WOM yang melekat dan pernyataan yang dibuat oleh influencer biasanya membatasi dirinya untuk berbicara pada kategori produk tertentu yang membuatnya tertarik. 2.3.8 Hubungan Word Of Mouth Communication Dengan Keputusan Pembelian Word of mouth dapat dengan cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikan adalah seorang yang terpercaya seperti pakar, teman, keluarga, dan publikasi media massa. Word of mouth juga cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri (Tjiptono, dalam Hakim, 2009:25). Walaupun komunikasi word of mouth sangatlah efektif dalam mengenalkan sebuah prduk atau layanan jasa, namun faktanya komunikasi informal ini sulit untuk dikontrol terkait pendapat negative berupa rumor yang tidak benar yang dapat dengan cepat menyebar luas (Schiffman dan Kanuk, dalam Hakim,2009:25) Zheithaml dan Bitner (dalam Hakim, 2009:35) juga menyebutkan bahwa word of mouth merupakan salah satu komponen dari desired-service, yang diakatakan sebagai faktor yang kurang dapat dikendalikan. Dalam majalah marketing edisi khusus “10 Karakter Unik Konsumen Indonesia” salah satunya adalah suka berkumpul dan bersosialisasi secara informal. Sehingga strategi komunikasi WOM jauh lebih efektif dan lebih ampuh diterapkan di Indonesia dibanding di Amerika. Menurut riset yang dilakukan oleh Handi Irawan 28 (pakar marketing), konsumen yang puas akan bercerita kepada 2-15 orang lain. Sedangkan di Amerika, konsumen yang puas akan bercerita kepada 2-5 orang. Membangun komunitas pelanggan yang akan menjadi refrences group. Menurut Hendriani (2008) 78% konsumen Indonesia lebih mempercayai apa yang dikatakan temannya tentang harga dan produk yang di tawarkan satu toko ketimbang promosi atau diskon harga yang dilakukan toko, bahkan ketimbang melakukan riset/membandingkan sendiri harga – harga di toko dengan membaca leflet dan flyer, pernyataan ini didasarkan pada Nielsen Consmers Report 30 Januari 2008. WOM menjadi bagian penting dalam studi pemasaran mengingat bahwa komunikasi dalam WOM mempu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Di sisi lain, kekuatan WOM juga bertambah mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senang berinteraksi dan berbagi dengan sesamanya, termasuk masalah preferensi pembelian. WOM mampu menyebar begitu cepat bila individu yang menyebarkannya juga memiliki jaringan yang luas. WOM adalah suatu sarana komunikasi pemasaran yang efektif, murah dan kredibel (Kertajaya,2007:126). WOM juga penting, karena esensi pemasaran adalah mempromosikan dengan keyakinan untuk kemudian diakhiri dengan keputusan pembelian. Bahkan menurut Kumar et.al (2002) pelanggan yang paling berharga itu bukanlah pelanggan yang paling banyak membeli, melaikan pelanggan yang paling banyak beraktivitas word of mouth dan mampu membawa pelanggan yang lain untuk membeli di perusahaan kita, tanpa memperhatikan banyaknya pembelian yang pelanggan-pelanggan tersebut lakukan sendiri (www.hbrreprints.org, diakses 30 Januari 2012). Konsumen lebih mempercayai word of mouth dalam menilai sebuah produk, 29 dan mempengauruhi keputusan pembelian mereka dibanding iklan. Cerita dan pengalaman seseorang menggunakan sebuah produk terdengar lebih menarik yang bisa mempengaruhi pendengarnya untuk ikut mencoba produk tersebut. Kita seperti tidak pernah merasa bosan mendengarkan cerita dari teman ataupun anggota keluarga tentang pengalamannya menggunakan sebuah produk atau jasa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya 67% keputusan pembelian dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman atau keluarga, yang berarti disini rekomendasi mempunyai kekuatan pengaruh yang sangat besar pada keputusan pembelian seseorang terhadap suatu produk. Sumardy (2011:66) menyatakan tidak peduli perusahaan kecil atau besar, WOM tetap menjadi praktik pemasaran yang paling mendominasi keputusan pembelian konsumen terhadap produk apapaun. Studi yang dilakukan oleh Cengiz dan Yayla (2007) mengenai WOM mengembangkan model bahwa WOM dapat dipengaruhi oleh persepsi nilai, kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Babin et al (2005) dalam Modelling Consumer Satisfaction and word or mouth: “Restaurant Patronage in Korea” mengembangkan model penelitian bahwa pelayanan dapat mempengaruhi WOM melalui kepuasan. Dalam penelitian pada restaurant di Korea, Babin et al (2005) menetapkan indikator WOM sebagai berikut , mengatakan hal yang positif kepada orang lain, merekomendasikan kepada orang yang membutuhkan saran, mengajak teman/keluarga untuk mengunjungi restaurant. 2.4 Definisi Trust (Kepercayaan) Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis, suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. 30 Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai awal dan dapat dibuktikan (Rofiq, 2007:30). Pengertian lain dari kepercayaan konsumen berbelanja online adalah “Keinginan konsumen akan tindakan yang peka dari vendor internet saat transaksi online, didasari harapan bahwa vendor internet akan berperilaku jujur, terlepas dari kemampuan konsumen untuk memantau atau mengontrol vendor internet” Lee dan Turban (2001) dalam Cheung dan Lee (2008:481) 2.4.1 Elemen-Elemen Trust (Kepercayaan) Menurut Barners (dikutip oleh Kusmayadi 2007), beberapa elemen penting dari kepercayaan adalah : 1. Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengamalan dan tindakan di masa lalu watak yang diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan dapat dihandalkan 2. Kepercayaan melibatkan kesedian untuk menempatkan diri dalam resiko 3. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri mitra Ketika seorang berbelanja online, hal utama yang menjadi pertimbangan seorang pembeli adalah apakah mereka percaya kepada website yang menyediakan online shop dan penjual online pada website tersebut. Peppers dan Rogers (dikutip oleh Wijaya dan Thio 2007) menyatakan bahwa komponen –komponen kepercayaan adalah : 1. Kredibilitas. Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur dan kata-katanya dapat dipercaya. Kredibilitas harus dilakukan dengan kata-kata, “saya dapat mempercayai apa yang dikatakannya mengenai….” Bentuk lain 31 yang berhubungan adalah believability dan truthfulness. 2. Reliabilitas. Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat reliable atau dapat dihandalkan. Ini berarti berhubungan dengan kualitas individu/organisasi. Reliabilitas harus dilakukan dengan tindakan; “saya dapat mempercayai apa yang akan dilakukannya…”. Bentuk lain yang berhubungan adalah predictability dan familiarity. 3. Intimacy. Kata yang berhubungan adalah integritas yang berarti karyawan memiliki kualitas sebagi karyawan yang memiliki prinsip moral yang kuat. Integritas menunjukkan adanya internal consistency, ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dan dilakukan, ada konsistensi antara pikiran dan tindakan. Selain itu integritas juga menunjukan adanya ketulusan. 2.4.2 Kepercayaan Pembeli Online Kepercayaan pembeli terhadap website online shop terletak pada popularitas website online shop tersebut. Semakin popularitas suatu website, maka pembeli lebih yakin dan percaya terhadap reliabilitas website tersebut. Selanjutnya, kepercayaan pembeli terhadap penjual online terkait dengan keandalan penjual online dalam menjamin keamanan bertransaksi dan meyakinkan transaksi akan diproses setelah pembayaran dilakukan oleh pembeli. Keandalan ini terkait dengan keberadaan penjual online. Semakin berkembangnya teknologi semakin berkembang pula modus penipuan berbasis teknologi pada online shop. Pada situs-situs online shop, tidak sedikit penjual online fiktif yang memasarkan produk fiktif juga. Seorang pembeli harus terlebih dahulu untuk mengecek keberadaan penjual online. Biasanya pada 32 situs online shop, situs akan menampilkan informasi tentang penjual-penjual yang “lapaknya” sering diakses oleh orang. Pembeli dapat memanfaatkan informasi ini ketika akan membeli online. Hubungan tingkat kepercayaan konsumen terhadap resiko adalah apabila konsumen sudah percaya pada belanja online maka konsumen sudah mengetahui risiko apa yang akan ada, jika konsumen melakukan transaksi online beberapa kali dan transaksi tersebut sesuai (barang yang diterima sesuai harapan, keamanan data saat transaksi, pengiriman barang, dan saat pembayaran) maka resiko akan berkurang. Faktor kepercayaan (trust) merupakan salah satu faktor kritis dalam online shop, terutama menyangkut kepercayaan kompetensi (competence trust) dan kepercayaan itikad baik (goodwill trust). Transaksi melalui internet tidak bisa jalan tanpa adanya faktor kepercayaan. Apalagi pihak-pihak yang terlibat belum tentu bisa jalan tanpa adanya faktor kepercayaan, dan pihak-pihak yeng terlibat belum tentu bisa bertatap muka secara langsung. Faktor kepercayaan ini sangat sukar dibangun, namun sangat mudah sekali dirusak. Oleh karena itu dibutuhkan tiga faktor utama dalam rangka membangun dan mempertahankan kepercayaan, yaitu kepuasan pelanggan, reputasi dan itikad baik pemasok, serta pengakuan dari pihak ketiga. Pada tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian, konsumen mungkin saja membutuhkan bantuan tertentu, misalnya menyangkut informasi mengenai karakteristik produk yang dibutuhkan dan berbagai alternatif marek. Untuk itu dibutuhkan aktivitas layanan pelanggan yang dirancang secara khusus guna memuaskan konsumen. Pada konteks online shop, 33 bentuk layanan pelanggan yang bisa diberikan setiap situs meliputi 1. Menjawab setiap pertanyaan pelanggan dan calon pelanggan 2. Menyedikan fasilitas pencarian dan perbandingan, misalnya dalam bentuk search engine 3. Menyediakan informasi teknis yang bersifat interaktir dan user friendly kepada pelanggan 4. Memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk melacak status pesanan 5. Memudahkan konsumen untuk melakukan customization atas produk yang di pesannya dan melakukan pemesanan melalui online. Berikut ini adalah beberapa saran yang dianjurkan kepada pembeli online sebelum berbelanja online terkait masalah kepercayaan (wikipedia.com), yaitu : 1. Setia kepada penjual yang terkenal 2. Bertanya kepada konsumen “independen atau lainnya” tentang pengalaman berbelanja online mereka 3. Memastikan bahwa terdapat informasi kontak menyeluruh tentang produk pada website 4. Memastikan bahwa penjual online telah memiliki trust mark atau trust seal. 5. Memastikan bahwa penjual online menyatakan secara tegas bahwa terdapat kebijakan kerahasian (privacy policy). Seperti misalnya : penjual online menyatakan bahwa tidak akan memeberikan informasi pribadi pembeli kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pihak pembeli. 6. Memastikan bahwa website online shop memiliki fasilitas penjamin 34 keamanan dan kerahasiaan kartu kredit seperti Secure Sockets Layer (SSL). SSL ini berfungsi untuk mencegah pencurian informasi karu kredit oleh hacker. Menurut Jia, Shen (2008) terdapat beberapa kontruk yang merupakan indikator trust (kepercayaan) yaitu 1. Sistem keamanan website, Setiap situs e-commerce yang terpercaya mempunyai informasi tentang bagaimana sebuah transaksi perdagangan akan diproses dalam kebijakan privasi dan kemananan. Seiring maraknya kejahatan internet, seperti misalnya pembobolan kartu kredit dan penipuan, faktor trust (kepercayaan) menjadi hal yang sangat penting dalam transaksi online shop. Konsep kepercayaan ini berarti bahwa pembeli percaya terhadap keandalan pihak penjual online yang dapat menjamin keamanan bertransaksi online. 2. Sistem kerahasian website, Ketika konsumen hendak memesan barang, ada beberapa informasi pribadi yang harus konsumen sertakan seperti nama dan alamat. Seringkali konsumen diminta memberikan informasi pribadi lainnya, misalnya pendapatan bulanan. Dalam hal ini konsumen harus tahu apa relevansi atau keterkaitan antara barang pesanan dan pendapatan bulanan. Jika tidak ada relevansinya, jangan berikan informasi itu. Bisa jadi informasi tersebut disalahgunakan. Karena itu, konsumen hanya perlu menulis data yang diperlukan saja dalam prroses 35 transaksi itu. Selain itu memastikan bahwa penjual online menyatakan secara tegas bahwa terdapat kebijakan kerahasiaan (privacy policy). Seperti misalnya : penjual online menyatakan bahwa tidak akan memberikan informasi pribadi pembeli kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pihak pembeli. 3. Jaminan keamanan dan kerahasiaan, Jaminan keamanan dan kerahasian dalam bertransaksi diwujudkan dalam bentuk Escrow Account (Rekening Bersama) yaitu perantara / pihak ketiga yang membantu keamanan dan kenyamanan transaksi online Anda. Proses pertama-tama adalah Pembeli dan Penjual sepakat menggunakan Rekening Bersama, Kedua, Pembeli mentransfer dana ke Rekening Bersama. Ketiga, Penjual mengirim barang kepada Pembeli. Keempat, Pembeli mengkonfirmasikan pengiriman barang yang sudah dilakukan. Terakhir, Rekening Bersama mentransfer dana ke Penjual. Pilihan bank untuk Rekening Bersama menggunakan: BCA, Bank Mandiri, BNI, dan Bank BRI. Proses yang cukup panjang ini, tentunya sangat aman dan tidak ada yang dirugikan. Salah satunya adalah Kaskus, website jual beli online yang menggunakan Escrow Account (Rekening Bersama) ini. 4. Kompensasi kerugian karena alasan keamanan dan kerahasiaan. Penjual memberikan jaminan kompensasi kepada pembeli apabila dalam proses transaksi jual beli atau sesudah proses jual beli data- 36 data pribadi dari pembeli yang telah diberikan kepada penjual jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan kerugian kepada pihak pembeli. 2.5 Keputusan Pembelian Proses pengambilan keputusan pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, hanya saja semua proses tersebut tidak semua dilaksanakan oleh para konsumen. Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu konsumen akhir atau individual dan konsumen organisasional atau konsumen industrial. Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan konsumen organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, padagang dan lembaga non-profit, tujuan pembeliannya adalah untuk keprluan bisnis atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Pengertian keputusan pembelian sendiri adalah keputusan mengenai preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan (Kotler, dan Keler, 2009:240). Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Proses pembelian merupakan suatu perilaku konsumen untuk menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang terdiri dari lima tahap (Kotler dan Keller, 2007). Lima tahap proses keputusan pembelian dapat dilihat dalam gambar berikut : 37 Pengenalan MasalahMasalah Pencarian Informasi Penilaian Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku setelah pembelian Sumber : Kotler dan Keller 2007 Gambar 2. 1 Proses Keputusan Pembelian 1. Pengenalan Masalah Merupakan tahap pertama di proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali masalah atau kebutuhan 2. Pencarian Informasi Pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari lebih banyak informasi, konsumen bisa lebih mudah melakukan pencarian informasi aktif, ketika lebih banyak informasi diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang barang atau jasa akan semakin meningkat. 3. Penilaian Alternatif Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam himpunan pikiran. 4. Keputusan Pembelian Pada tahap ini konsumen secara aktual membeli suatu produk. 5. Perilaku setelah pembelian Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Jika produk sesuai harapan maka konsumen puas. Jika melebihi harapan maka konsumen sangat puasa. Jika kurang memenuhi harapan maka konsumen tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku 38 selanjutnya. Bila konsumen puas, dia akan menunjukan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Menurut Kotler (2005), dalam keputusan pembelian, umumnya ada lima peranan yang dilakukan seseorang. Kelima peran tesebut meliputi : 1. Pemprakarsa (Initiator) Initiator adalah orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu. 2. Pemberi Pengaruh (Influencer) Influencer adalah orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan pembelian. 3. Pengambil keputusan (Decider) Decider adalah orang yang mentukan keputusan pembelian, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya. 4. Pembeli (Buyer) Buyer adalah orang yang melakukan pembelian secara aktual (nyata). 5. Pemakai (User) User adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang telah dibeli. Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariatif. Ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Hawkins et al. (1992) dan Engel at al. (1990) dalam Pamujo (2011) membagi proses pengambilan keputusan ke dalam tiga 39 jenis : 1. Proses pengambilan keputusan yang luas Jenis pengambilan keputusan yang paling lengkap, bermula dari pengenalan masalah konsumen yang dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk. 2. Proses pengambilan keputusan terbatas Apabila konsumen mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau merek berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya melakukan sedikit usaha) mencari informasi baru tentang produk atau merek tersebut. 3. Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan Proses ini sangat sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung mengambil keputusan untuk membeli merek favorit/kegemarannya (tanpa mengevaluasi alternatif). Buchari Alma menegaskan, setelah melakukan penilaian maka diambillah keputusan membeli atau tidak membeli (2009:59). 2.5.1 Keputusan Pembelian Online Ada beberapa alasan mengapa semakin banyak orang berbelanja dan berusaha di Internet. Visa eComerce Consumer, monitor-badan riset milik Visa, menemukan empat jawaban berikut: pertama, sekitar 80% responden menyatakan waktu berbelanja online lebih fleksibel. Kedua, sebanyak 79% responden mengatakan mereka mudah membandingkan harga sehingga bisa lebih berhemat. Ketiga, (78% responden) untuk membanding-bandingkan produk. Yang terakhir 40 (75% responden) untuk menncari barang murah. (Kasali, 2011). Menurut Chandra (2000, h.64-65) dalam tulisannya ilmiahnya yang berjudul “mengenal konsumen di dunia digital: proses belanja konsumen melalui media internet:, menjelaskan bahwa kekuatan terbesar dari internet yang membuat menjadi pilihan utama konsumen dalam belanja masa depan ialah bahwa proses pencarian, evaluasi pilihan serta aktualisasi belanja terjadi sangat cepat, nyaman, serta dilakukan di mana saja dan kapan saja. Proses pencarian melalui internet dapat diperkuat dengan diskuis melalui chat atau news group di antara sesama konsumen atau calon konsumen, kemudian proses evaluasi untuk membanding-bandingkan serta membangun decision criteria, selanjutnya proses transaksi pembelian. Penggunaan layanan pembelian lewat internet (online shopping) di Indonesia juga meningkat drastis. Menurut report global tentang belanja online yang dikumpulkan oleh nielsen company, hampir 70% pengguna internet di Indonesia yang berpartisipasi dalam survey global online pada Maret 2010 menyatakan mereka berencana melakukan belanja online dan hanya sepertiganya yang mengaku tidak pernah melakukan belanja online. Hal ini menguatkan hasil survey nielsen global online pada 2007 yang menyatakan bahwa 51% pengguna internet di Indonesia pernah belanja online setelah sebelumnnya pada tahun 2005 hanya 4% pembeli dari populasi pengguna internet (Wijaya,2008). Indikator keputusan membeli secara online adalah (Deavaj et al.2003) : 1. Efisiensi untuk pencarian (waktu cepat, mudah dalam penggunaan, dan usaha pencarian mudah). Kemudahan dalam mencari informasi tergantung dari layout halaman website. 41 Jika layout cukup jelas, waktu yang diperlukan untuk searching lebih dipersingkat, usaha untuk searching lebih mudah, sehingga efisiensi meningkat. 2. Value (harga bersaing dan kualitas baik). Harga termasuk salah satu faktor yang berhubungan positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian via internet. Alasan paling sederhana dari pembelian online adalah untuk menghemat uang. Pada beberapa kategori online, harga secara signifikan lebih rendah dari pada daftar harga produsen atau outlet pembelian, oleh karena itu harga termasuk penting di dalam mempengaruhi keputusan pembelian pada toko online. Faktor lain adalah kualitas dari produk yang dijual di toko online tersebut, dimana semakin baik kualitas produk yang ditawarkan maka akan semakin banyak orang yang mengunjungi tok online tersebut. 3. Interaksi (informasi, keamanan, load time, dan navigasi). Informasi pada halaman website dihubungkan dengan beberapa komponen teks atau grafik. Bagaimana dan dimana komponen akan diletakkan mempengaruhi navigasi user dan interaksi antara user dengan halaman web. Ukuran komponen isi dan grafis mempengaruhi waktu loading. Liau dan Cheung (2001) menyatakan bahwa network dengan kecepatan yang tinggi tidak secara signifikan mempengaruhi harapan untuk berbelanja melalui internet. Terlalu banyak grafis memerlukan memori yang besar dan membuat beberapa kesulitan untuk menampilkan halaman website. Dengan kata lain, menjadikan konsumen tidak senang. Bahkan untuk mengatasi kemacetan, 42 meskipun tidak banyak membutuhkan memori konsumen menutup beberapa halaman website yang tidak diperlukan. 2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1 Penulis Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Hasil Relevansi Jia, Shen User Acceptance of Social Shopping Sites : A Research Proposal Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Perceive usefulness, perceived ease of use, tendency to social comparison dan trust terhadap minat untuk menggunakan (intention to use). Didapat hasil bahwa kepercayaan (trust) berpengaruh signifikan positif terhadap melakukan pembelian sebuah produk. Dapat diartikan bahwa variabel trust (Kepercayaan) dapat dijadikan salah satu variabel independen, karena berperan besar dalam kaitannya dengan keputusan pembelian online, untuk diuji kembali. Haryono dkk, (2003) Analisis Beberapa Atribut Produk dan Bauran Promosi serta Implikasi Terhadap Keputusan Pembelian Variabel yang digunakan adalah merek, bukti fisik, iklan, promosi penjualan dan rekomendasi personal dari mulut ke mulut (Word of Mouth) (variabel bebas) dan keputusan pembelian (variabel tidak bebas). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang memiliki pengaruh paling besar terhadap Dapat diartikan bahwa variabel Word of Mouth dapat dijadikan salah satu variabel independen, karena berperan besar dalam kaitannya dengan keputusan pembelian, untuk diuji kembali 43 keputusan pembelian adalah variabel rekomendasi personal dari mulut ke mulut dengan koefisiensi regresi sebesar 0,324 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005. 44