BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pasar Modal
Pasar Modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memberikan fasilitas berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di
pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih
dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksadana dan berbagai
instrument derivatif seperti option, futures dan lain-lain. Menurut Husnan
(2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta.
Sedangkan menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995,
menyebutkan pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Sundjana dan Berlin (2003) memberikan definisi
pasar modal dalam dua arti yaitu arti secara sempit yang menyebutkan
pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan
pembeli dalam jangka waktu yang panjang dan pengertian pasar modal
dalam arti yang luas yaitu pasar modal adalah keseluruhan sistem
keuangan yang terorganisasi termasuk bank - bank komersil dan semua
perantara di bidang keuangan serta surat – surat berharga jangka panjang
dan pendek.
2. Pengertian Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang
paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi
lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para
investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Menurut pendapat yang dikemukakan Rusdin (2005) saham
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan,
dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam
pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan
atas perusahaan penerbitnya. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka
(Sunariyah, 2004). Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004)
saham atau sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai
kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham (http://www.idx.co.id)
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa
dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau
dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per
saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per
saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar
Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capitalg gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham
PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian
harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp
1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun,
investor menjual pada harga Rp 1.400, tersebut sehingga mengalami
kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak
klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh
kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh
hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat
dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut
untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. Di
pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari,
harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun
penurunan.
Pembentukan
harga
saham
terjadi
karena
adanya
permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga
saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply
dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang
sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri
dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya
makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor
non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
3. Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001):
“Indeks harga saham merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah
indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:
a. Sebagai indikator tren pasar;
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan;
c. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portfolio;
d. Memfasilitasi pembentukan portfolio dengan strategi pasif;
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.”
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu
indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator
pergerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan harga
seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar
untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal
tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada
saat itu berjumlah 13 saham. Rekor posisi tertinggi yang pernah dicapai
IHSG adalah 2.830,26 poin yang tercatat pada 9 Januari 2008
(www.idx.co.id).
Perhitungan indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di
pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai dasar
akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau
terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian
akan dilakukan apabila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue),
partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga
delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus,
nilai dasar tidak disesuaikan karena nilai pasar tidak terpengaruh. Harga
saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di
pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem
lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan
perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan
IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit,
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hal
ini
dapat
dilakukan
setelah
sistem
perdagangan
otomasi
diimplementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008).
4. Nilai Tukar (Kurs)
a. Definisi Nilai Tukar
Menurut Sadono Sukirno (2002) nilai tukar adalah harga dari
satu mata uang dalam ukuran mata uang lainnya, yang menunjukkan
jumlah satuan valuta asing yang dipersiapkan oleh pembeli dan penjual
untuk pertukaran dengan mata uang domestik atau valuta asing
lainnya. Sedangkan menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar
atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain. Misalnya kurs Rupiah terhadap Dollar
Amerika menunjukkan berapa Rupiah yang diperlukan untuk
ditukarkan dengan satu Dollar Amerika. Selain itu, definisi lain
mengenai nilai tukar yang dikemukakan oleh Abimanyu (2004) adalah
harga mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain.
Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik
keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari
kedua mata uang tersebut.
Selain itu, pendapat lain juga dikemukakan oleh Triyono (2008),
kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua
mata uang tersebut. Dari beberapa pengertian nilai tukar tersebut di
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atas, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan
antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain.
b. Pengaruh Nilai Tukar (USD/IDR) terhadap IHSG
Nilai tukar (kurs) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perubahan
nilai tukar dalam negeri yang relatif tajam akan mempengaruhi
kepercayaan investor untuk menanamkan dananya di dalam negeri
dalam bentuk pembelian saham-saham di pasar modal. Akibatnya nilai
Indeks Harga Saham Gabungan akan melemah sehingga kinerja pasar
modal mengalami penurunan. Seperti yang dikemukakan oleh Sitinjak
dan Kurniasari (2003) bahwa terdepresiasinya kurs rupiah terhadap
mata uang asing khususnya Dollar Amerika memiliki pengaruh negatif
terhadap ekonomi dan pasar modal.
Demikian juga dikemukakan oleh Heru (2008) yang menyatakan
bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing
$US. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya
permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya
peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan
mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semakin
menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan
kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai
dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan
menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal
menjadi berkurang.
Selain itu, Muhammad Taqiyudin (2012) mengatakan bahwa
berdasarkan hasil uji parsial (uji t), hipotesis yang menyatakan bahwa
variabel kurs US Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Heru (2008) juga menyatakan bahwa nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh
negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan
meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan
untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga.
5. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
a. Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia
Menurut Adler Haymans Manurung (2003), Sertifikat Bank
Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek dengan sistem diskonto. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem
diskonto/bunga.
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang
beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak
awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga
BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan
BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti
pelelangan.
Pendapat
tersebut
diperkuat
oleh
S.K
Direksi
BI
No.31/67/Kep/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan
perdagangan SBI serta intervensi Rupiah yakni “Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk atas Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek dengan sistem diskonto”.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek
dengan sistem diskonto.
b. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap IHSG
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) salah satu
instrumen moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi
masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan
investasi adalah suku bunga, yang dimaksud dengan suku bunga di sini
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
adalah suku bunga yang diberlakukan oleh Bank Indonesia selaku
bank sentral Indonesia dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka
waktu pendek. Pemerintah melalui BI akan menaikkan tingkat suku
bunga untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat atau dalam arti
luas untuk mengatur perekonomian nasional. Inilah yang sering
disebut dengan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga SBI akan
mendorong bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya untuk
membeli SBI.
Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan
lembaga keuangan yang menikmatinya ini otomatis akan memberikan
tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produk- produknya. Tujuannya
agar mampu menarik sebanyak mungkin dana masyarakat yang akan
digunakan untuk membeli SBI lagi. Bunga yang tinggi ini tentunya
akan berdampak pada alokasi dana investor pasar modal. Investor akan
cenderung menarik investasi pada saham kemudian memindahkannya
pada investasi tabungan atau deposito yang bebas resiko.
Apabila hal tersebut dilakukan oleh sebagian besar investor
pasar modal, maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat bunga membawa pengaruh
negatif terhadap harga saham (Harianto dalam Tandelilin, 2001).
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang dapat terjadi,
baik di negara maju ataupun di negara berkembang seperti Indonesia.
Dinamika dan perkembangan ekonomi berdampak pada peningkatan
permintaan akan barang dan jasa merupakan salah satu penyebab
inflasi. Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus-menerus (Nopirin, 2000). Menurut
Milton Friedman, inflasi selalu dan di manapun merupakan fenomena
moneter Inflasi pada dasarnya merupakan suatu kecenderungan dari
harga-harga
untuk
menaik
secara
umum
dan
terus-menerus
(Mankiw,2007).
b. Pengaruh Inflasi terhadap IHSG
Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Daniel (2001) pada
dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal
karena akan meningkatkan biaya produksi. Inflasi menyebabkan ada
sebagian kelompok yang diuntungkan dan sebagian lainnya dirugikan.
Inflasi akan menguntungkan bagi kelompok yang memiliki uang
berlebih, karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada aset tanah,
rumah dan dialokasikan di pasar uang (Suparmono, 2004).
Bentuk-bentuk investasi tersebut akan mengalami kenaikan
harga yang jauh lebih cepat daripada bentuk investasi lainnya sehingga
pemilik akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan investasi
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut. Sebaliknya, inflasi akan merugikan bagi kelompok dengan
pendapatan rendah karena akan mengalami penurunan daya beli uang
yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Untuk mencegah
dan menanggulangi inflasi, maka menurut Nopirin (2000) pemerintah
dapat melakukan kebijaksanaan berikut ini :
1. Kebijaksanaan Moneter
Kebijaksanaan moneter diambil untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar di masyarakat yaitu dengan cara menaikkan tingkat
suku bunga melalui instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah dan perpajakan, artinya inflasi dapat ditekan apabila
pemerintah mengurangi pengeluarannya dan menaikkan pajak.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan jumlah output barang dapat menekan inflasi, karena
dengan
banyaknya jumlah barang di dalam negeri cenderung
menurunkan harga. Kenaikan jumlah output barang ini dapat
dicapai salah satunya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk
impor barang.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indeks
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan cara penentuan harga
berdasarkan indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah, artinya
jika indeks harga naik, maka gaji atau upah juga akan naik.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam hubungannya dengan pasar modal, kenaikan inflasi
memberikan pengaruh negatif bagi investor (Harianto dalam
Tandelilin, 2001). Inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan, namun jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
peningkatan pendapatan maka profitabilitas perusahaan akan menurun,
yang itu artinya dividen yang diterima oleh investor juga akan
menurun. Apabila banyak investor menjual sahamnya karena
penurunan dividen maka akan berakibat pada turunnya harga saham,
yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Yosep Apriansyah (2014)
Melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai tukar Dolar
Amerika/Rupiah, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan indek Nikkei
225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 20042013. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi berganda
dengan hasil penelitian yaitu variabel Suku Bunga SBI, Inflasi, dan
Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap IHSG. Sedangkan variable
Kurs (USD/IDR) tidak berpengaruh terhadap IHSG.
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Halimahtus Sa’diyah (2014)
Melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
nilai
tukar
Rupiah/US Dolar, inflasi dan tingkat suku bunga SBI terhadap
IHSG. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi berganda
dengan hasil penelitian yaitu menunjukkan bahwa tingkat inflasi,
nilai tukar (US$/Rp) dan suku bunga SBI secara simultan
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
di BEI.Secara parsial, Tingkat Inflasidan Suku Bunga SBI
berpengaruh signifikan terhadap Pergerakan Indeks HargaSaham
Gabungan di BEI, sedangkan Nilai Tukar (US$/Rp) tidak
berpengaruhsignifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEI. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh
ketiga variabel independen tersebut adalah sebesar 69,6%, sedangkan
sisanya sebesar 30,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
c. Aditya Novianto (2011)
Melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai tukar Dollar
Amerika/Rupiah, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan jumlah uang
beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
periode 1999-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi
linear berganda dengan hasil penelitian yaitu variabel nilai tukar
(kurs) rupiah dan jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara
signifikan terhadap IHSG. Sedangkan variable inflasi dan tingkat
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan. Dan variable yang
paling dominan mempengaruhi IHSG adalah nilai tukar (kurs)
rupiah.
d. Tri Susilo Anggoro (2011)
Melakukan penelitian mengenai pengaruh inflasi, kurs dan
suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
periode 2005-2009. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi
berganda dengan hasil penelitian yaitu bahwa kurs dan suku bunga
SBI berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
e. Tulus G Pasaribu (2010)
Melakukan penelitian mengenai pengaruh harga minyak dunia,
nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG
periode 2006-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga
Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI secara
simultan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2009.
Secara parsial, harga minyak dunia berpengaruh secara positf dan
tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia,
Nilai Tukar dan Inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak
signifikan terhadap Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia,
sedangkan Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia selama periode
2006-2009.
B. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap tiga variabel makro ekonomi
yang diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun tiga variabel tersebut yaitu
nilai tukar (kurs) dolar (USD/IDR), tingkat suku bunga SBI, dan inflasi.
Kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga SBI diprediksikan mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diprediksikan
juga mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kerangka pemikiran yang disusun
adalah sebagai berikut:
Kurs
(USD/IDR)
Suku Bunga
Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBI)
Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
Inflasi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
dugaan sementara atas masalah-masalah yang diajukan. Hipotesis yang
disusun dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis Altenatif sebagai berikut:
Ha1: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai pengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2005 - 2015.
Ha2: Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai pengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2005 – 2015.
Ha3: Inflasi mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
pada periode 2005 – 2015.
Ha4: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, suku bunga SBI, dan
Inflasi secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan periode 2005 - 2015.
Hipotesis Nol sebagai berikut:
Ho1: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2005 - 2015.
Ho2: Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2005 – 2015.
Ho3: Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada
periode 2005 – 2015.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ho4: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, suku bunga SBI, dan
Inflasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan periode 2005-2015.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download