7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. Menurut Kotler & Keller (2012 : 27) : Marketing is about identifying and meeting human and social needs. (Pemasaran adalah tentang bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi keinginan manusia). 2.2 Konsep Pemasaran Holistik Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) : The holistic marketing concept is based on the development, design, and implementation of marketing programs, processes, and activities that recognize their breadth interdependencies. Holistic marketing acknowledges that everything matters in marketing—and that a broad, integrated perspective is often necessary. (Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, desain, dan implementasi program pemasaran, proses, dan aktivitas yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan. Pemasaran holistik menjelaskan bahwa semua hal penting dalam pemasaran—dan perspektif yang luas dan terpadu sering diperlukan). 2.2.1 Orientasi Pemasaran Holistik dan Nilai Pelanggan Menurut Kotler & Keller (2012 : 58) : 7 8 One view of holistic marketing sees it as “integrating the value exploration, value creation, and value delivery activities with the purpose of building long-term, mutually satisfying relationships coprosperity among key stakeholder”. Holistic marketers thus succeed by managing a superior value chain that delivers a high level of product quality, service, and speed. They achieve profitable growth by expanding customer share, building customer loyalty, and capturing customer lifetime value. Holistic marketers address three key management questions : (Salah satu pandangan pemasaran holistik yaitu "mengintegrasikan eksplorasi nilai, penciptaan nilai, dan aktivitas nilai pengiriman dengan tujuan membangun jangka panjang, hubungan kemitraan saling menguntungkan di antara stakeholder utama". Pemasar holistik dapat berhasil dengan mengelola rangkaian nilai unggul yang memberikan kualitas produk tingkat tinggi, pelayanan, dan kecepatan. Pemasar holistik mencapai pertumbuhan keuntungan dengan memperluas customer share, membangun loyalitas pelanggan, dan menangkap seumur hidup nilai pelanggan. Pemasar holistik mengatasi tiga pertanyaan kunci) : 1. Value exploration—How a company identifies new value opportunities. (Bagaimana sebuah perusahaan mengidentifikasi suatu peluang nilai baru). 2. Value creation—How a company efficiently creates more promising new value offerings. (Bagaimana sebuah perusahaan efisien dalam menciptakan penawaran nilai baru yang lebih menjanjikan). Value delivery—How a company uses its capabilities and infrastructure to deliver the new value offerings more efficiently. (Bagaimana sebuah perusahaan menggunakan kemampuan dan infrastruktur untuk memberikan penawaran nilai baru yang lebih efisien). 3. 2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang ditujukan untuk mengatur proses pertukaran. 9 Menurut Kotler & Keller (2012 : 27) : Marketing Management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers trough creating, delivering, and communicating superior customer value. (Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu di dalam memilih pasar sasaran serta meraih, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan melalui penciptaan, penghantaran, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul). Menurut The American Marketing Association : Marketing management sebagai “the activity, set of institutions, and process for creating, communicating, delivering, and exchanging offerins that have value for customers, clients, partners, and society at large”. (aktifitas, seluruh bagian perusahaan, dan proses untuk membuat, mengkomunikasikan, memberikan, dan menciptakan pertukaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat luas). 2.3 Bauran Pemasaran Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Menurut Kotler & Keller (2012 : 47 – 48) : The Four Ps Components of the Marketing Mix (Komponen 4 P Bauran Pemasaran) : a. Product : Product variety, Quality, Design, Features, Brand name, Packaging, Sizes, Services, Warranties, and Returns. (Variasi produk, Kualitas, Desain, Fitur, Nama merek, Kemasan, Ukuran, Pelayanan, Jaminan, dan Pengembalian). 10 b. Price : List price, Discounts, Allowances, Payment period, and Credit terms. (Daftar harga, Diskon, Tunjangan, Periode pembayaran, dan Ketentuan kredit). c. Place : Channels, Coverage, Assortments, Locations, Inventory, and Transport. (Saluran distribusi, Sebaran pelanggan dalam suatu wilayah, Aneka pelanggan, Lokasi, Persediaan, dan Pengiriman). d. Promotion : Sales promotion, Advertising, Sales force, Public relations, and Direct marketing. (Promosi penjualan, Periklanan, Tenaga penjual, Hubungan masyarakat, dan Pemasaran langsung). Updating The Four Ps of Modern Marketing Management : a. People : reflects, in part, internal marketing and the fact that employees are critical to marketing success. Marketing will only be as good as the people inside the organization. It also reflects the fact that marketers must view consumers as people to understand their lives more broadly, and not just as they shop for and consume products and service. (menggambarkan, sebagian, pemasaran internal dan fakta bahwa karyawan adalah penentu bagi keberhasilan pemasaran. Pemasaran hanya akan berjalan baik dengan orang di dalam organisasi. Ini sebenarnya juga mencerminkan bahwa pemasar harus melihat konsumen sebagai orang untuk memahami kehidupan mereka secara lebih luas, dan bukan hanya saat mereka berbelanja dan mengkonsumsi produk dan jasa). b. Performance : We difine performance as in holistic marketing, to capture the range of possible outcome measures that have financial and nonfinancial implications (profitability as well as brand and customer equity), and implications beyond the company itself (social responsibility, legal, ethical, and community related). (Kami mengartikan performance seperti pada pemasaran holistik, untuk menangkap berbagai hasil pengukuran yang mungkin memiliki implikasi keuangan dan nonkeuangan (profitabilitas serta ekuitas merek dan pelanggan), dan implikasinya di luar perusahaan itu sendiri (tanggung jawab sosial, hukum, etika, dan masyarakat terkait). c. Process : reflects all the creativity, discipline, and structure brought to marketing management. Marketers must avoid ad hoc planning and decision making and ensure that state-of-the-art marketing ideas and concepts play and appropriate role in all they do, in mutually beneficial long-term relationships. Another 11 important set of processes guides the firm in imaginatively generating insights and breakthrough products, services, and marketing activities. (menggambarkan semua kreatifitas, disiplin, dan struktur di dalam manajemen pemasaran. Pemasar harus menghindari perencanaan yang tidak pasti dan pengambilan keputusan dan memastikan bahwa suatu seni ide-ide pemasaran dan konsep yang berjalan dan peran yang tepat semua yang mereka lakukan, saling menguntungkan dalam hubungan jangka panjang. Seluruh rangkaian proses penting dalam menjalankan perusahaan untuk menghasilkan wawasan imajinatif dan produk baru, jasa, dan kegiatan pemasaran). d. Programs : reflects all the firm’s consumer-directed activities. It encompasses the old four Ps as well as a range of other marketing activities that might not fit as neatly into the old view of marketing. Regardless of whether they are online or offline, traditional or nontraditional, these activities must be integrated such that their whole is greater than the sum of their parts and they accomplish multiple objectives for the firm. (menggambarkan seluruh kegiatan perusahaan dalam mengelola konsumen. Ini meliputi 4 P lama serta berbagai kegiatan pemasaran lainnya yang mungkin tidak cocok lagi dengan pemasaran lama. Terlepas dari apakah mereka sedang online atau offline, tradisional atau nontradisional, kegiatan ini harus terintegrasi sehingga secara keseluruhan konsumen mendapat lebih besar dari jumlah bagian-bagian mereka dan mencapai tujuan bagi perusahaan). 2.4 Pengertian Personal Selling Bauran pemasaran terdiri atas empat elemen yaitu: product, prices, promotion, dan place (distribution). Sedangkan, bauran promosi terdiri dari komponen : Advertising, Publicity, Personal Selling dan Sales Promotion. Personal selling sebagai bagian dalam komponen promotion menekankan pada komunikasi yang bersifat persuasif untuk dapat menggugah kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian. 12 Menurut Kotler dan Keller (2012 : 583) personal selling adalah sebuah seni menjual yang terdiri dari dari langkah – langkah: prospecting and demonstration, qualifying, overcoming preaproach, objection, presentation closing, follow-up and and maintenance. Menurut Cron dan Decarlo (2010 : 3) personal selling adalah komunikasi langsung antara sales representatives dan prospect dalam sebuah proses agar terjadi transaksi, kepuasan konsumen, perkembangan penjualan, dan hubungan yang menguntungkan. Tjiptono (2004 : 224) juga berpendapat bahwa personal selling merupakan komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap suatu produk sehingga mereka kemudian akan mencoba membelinya. Karena itu sistem kerjanya lebih fleksibel bila dibandingkan dengan media lainya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa personal selling adalah promosi penjualan yang dilakukan dengan dua arah dan dinilai lebih efektif dalam memasarkan produk, karena tujuan akhir dalam suatu promosi adalah melakukan penjualan. Selain itu personal selling merupakan aktivitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga penjual dengan konsumen potensial yang 13 melibatkan pikiran dan emosi, serta tentu saja berhadapan langsung dengan (face to face). Oleh karena berhadapan langsung dengan konsumen potensial, personal selling mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alat promosi lainnya. Program personal selling yang menggunakan wiraniaga (sales people) dan menekankan dydac communication (komunikasi antar dua orang atau kelompok), memungkinkan perancangan pesan secara lebih spesifik dan customized, komunikasi yang lebih personal dan pengumpulan umpan balik secara langsung dari para pelanggan (Chandra, 2005:208). Oleh karena itu, cara ini merupakan satu-satunya cara promosi yang dapat menggugah hati pembeli dengan segera, serta pada tempat dan waktu itu juga diharapakan calon konsumen memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan. 2.4.1 Tujuan Personal Selling Tujuan personal selling sangat beragam, mulai dari sekedar membangkitkan kesadaran mengenai tersedianya suatu produk, menggairahkan minat pembeli, membandingkan harga dan syaratsyarat jual beli serta penyelesaian transaksi, menddidik para pelanggan, menyediakan produk yang berguna dan bantuan pemasaran, serta memberikan pelayanan purna jual dan dukungan kepada para pembeli. 14 Sedangkan menurut Boyd Walker tujuan personal selling adalah: 1. Memenangkan penerimaan produk baru oleh pelanggan yang ada. 2. Memenangkan pelanggan yang baru untuk produk yang ada.Mempertahankan loyalitas pelanggan sekarang dengan memberi pelayanan yang baik. 3. Melengkapi fasilitas penjualan masa depan dengan memberi pelayanan teknis kepada calon pelanggan. 4. Melengkapi penjualan masa depan dengan mengkomunikasikan informasi produk. 5. Mendominasi informasi pasar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan personal selling selain untuk meningkatkan penjualan juga mempertahankan loyalitas pelanggan, memberikan pelayanan teknis dan mengkonfirmasikan informasi produk sepenuhnya berhubungan dengan sasaran pemasaran yang lebih luas yaitu mempertahankan dan meningkatkan penjualan terhadap pelanggan sekarang. 2.4.2 Kriteria Personal Selling Penjual yang ditugaskan untuk melakukan personal selling harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 15 1) Salesmanship Pelaku personal selling harus mepunyai pengetahuan mengenai produk dan seni menjual, antara lain cara bagaimana mendekati pelanggan, mengatasi keberatan pelanggan, melakukan presentasi, ,maupun cara meningkatkan penjualan. 2) Negotiating Pelaku personal selling diharapkan mempunyai kemampuan dalam melakukan negosiasi dengan disertai syarat-syaratnya. 3) Relationship Marketing Pelaku personal selling harus tahu cara membina dan memelihara hubungan baik dengan para pelanggan. Dalam personal selling, calon pelanggan atau pembeli diberikan suatu edukasi terhadap produk yang ditawarkan atau ditunjukan bagaimana perusahaanya dapat membantu pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari produk yang ditawarkan maupun keuntungan secara finansial dengan menjadi bagian didalamnya (menjadikan pelanggan sebagai mitra, sebagai simbiosis yang saling menguntungkan). 2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Selling Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan personal selling adalah : 16 1. Faktor produk a) Apabila produk ini adalah produk industri yang bersifat sangat teknis, karena penjualan harus memberikan penjelasan-penjelasan teknis dan menjawab pertanyaanpertanyaan pelanggan. b) Apabila pelanggan memandang resiko pembelian suatu produk tinggi. c) Apabila produk itu tahan lama (durable goods), karena jarang dibeli dari pada produk-produk yang tidak tahan lama (nondurable goods) dan memerlukan komitmen tinggi terhadap sumber-sumber. 2. Faktor Pelanggan a) Apabila sasaran yang dituju adalah pelanggan industri karena tenaga penjual dapat memberikan penjelasanpenjelasan dan jasa-jasa tertentu yang berkaitan dengan produk. b) Apabila sasaran promosi adalah perantara karena berguna bagi perusahaan untuk member informasi dan bantuan agar dapat menjual produk perusahaan yang baik. c) Apabila geografis pasar yang kecil dan penduduknya padat. 17 3. Faktor Anggaran Jika dana yang tersedia terbatas, maka perusahaan sebaiknya memilih personal selling. 2.4.4 Strategi Personal Seling Ketika suatu perusahaan harus bersaing, dengan perusahaan lain untuk mendapatkan pesanan dari pembeli, perusahaan harus mempunyai strategi yang diterapkan dalam melakukan penjualan produk yang ditawarkan dengan cara personal selling. Strategi personal selling tersebut adalah : 1. Salesman dengan pembeli adalah salesman bercakap-cakap dengan calon pembeli atau pelanggan secara pribadi. 2. Salesman dengan kelompok pembeli adalah salesman melakukan presentasi di hadapan kelompok pembeli. Tim penjual dengan kelompok pembeli adalah seorang dengan tim leader yang melakukan presentasi penjualan dihadapan kelompik pembeli. 3. Penjualan melalui konferensi adalah salesman membawa para narasumber yang berasal dari perusahaan datang bertemu dengan seorang pembeli atau lebih untuk membahas berbagai masalah dan peluang. 18 4. Penjualan melalui seminar, dalam hal ini ada sebuah tim yang berasal dari perusahaan melakukan seminar pendidikan bagi kelompok teknisi yang diadakan perusahaan langganan mengenai perkembangan produk perusahaan. Para wiraniaga (tenaga penjual) merupakan ujung tombak perusahaan dalam menjalin relasi dengan pelanggan. Bahkan bagi sebagian pelanggan, tenaga penjual adalah perusahaan itu sendiri. Wiraniaga juga banyak memberikan informasi umpan balik mengenai pelanggan pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan secara cermat menyangkut perancangan armada penjualanya: tujuan dan strategi, struktur (berdasarkan territorial, produk, pasar atau kombinasinya), ukuran (dengan mempertimbangkan beban kerja) dan kompensasi (straight salary, straight commision dan combination). Selanjutnya keputusan difrefleksikan dalam proses manajemen armada penjualan yang meliputi: rekruitmen dan seleksi, pelatihan, penyelesaian, pemotivasian dan evaluasi kinerja para wiraniaga, Chandra (2005 : 210). 2.4.5 Keuntungan Dan Kelemahan Personal Selling Penggunaan personal selling sebagai alat promosi, tidak hanya bertujuan untuk berkomunikasi saja sehingga menghasilkan tingkat 19 awareness dari konsumen, tetapi yang paling penting personal selling adalah untuk menciptakan penjualan. Personal seling sendiri penting dilakukan jika produk memiliki nilai tinggi, produk dibuat secara khusus, pelangganya sedikit, produk secara teknis rumit dan konsumennya terpusat. Hal ini berbeda dengan periklanan atau promosi penjualan lainya yang cocok dilakukan jika produk memiliki nilai rendah, produk standar, ada banyak pelanggan, tersebar secara geografis. Adapun keuntungan promosi secara personal selling sebagai berikut: 1. Lebih mudah disesuaikan dalam cara menjualnya dengan keinginan konsumen yang diketahui dan reaksi konsumen terhadap barang yang dipromosikan. 2. Berbeda dengan cara promosi yang lain, dalam melakukan penjualan, personal selling mengadakan penjualan pada saat terjadi kontak dengan calon pembeli. 3. Dapat mendemonstrasikan kegunaan barang secara langsung kepada pembeli dan sekaligus menonjolkan lelebihan kelebihan produk tersebut. 4. Dapat memberikan jawaban atas pertanyaan calon pembeli dan memberika penjelasan atas keberatan-keberatan serta denga 20 keahlianya dapat membuat calon pembeli yang semula tidak tertarik akan membeli barang tersebut. 5. Personal selling dapat mengunjungi pelanggan secara teratur, menanyakan pesan-pesan dilangganan tidak selanjutnya, kehabisan dan sehingga barang perusahaan dapat meningkatkan penjualan. Sedangkan kelemahan promosi secara personal selling adalah sebagai berikut : 1. Biaya perkontak relatife tinggi, karena pesan yang disampaikan perusahaan tidak secara masal, tapi bersifat pribadi hanya kepada calon pembeli yang dikunjungi. Sulit mencari tenaga penjual yang benar-benar ahli dalam bidang ini. 2. Dalam pelaksanaan aktifitasnya, personal selling membutuhkan waktu yang cukup lama mulai dari mengadakan kontak awal sampai terjadinya transaksi. 3. Personal selling mempunyai keterbatasan dalam menjangkau serta menemui calon pelanggan. 2.4.6 Aspek Utama Dalam Teknik Personal Selling Telah diketahui bahawa face to face merupakan salah satu aspek dalam personal selling. Kebanyakan program pelatihan 21 wiraniaga memandang proses penjualan pribadi (personal selling process) terdiri dari beberapa langkah yang harus dikuasai wiraniaga dalam menjual. Adapun teknik yang terdapat dalam personal selling menurut Kotler dan Keller (2012 : 583) adalah memilih calon pelanggan (prospecting and (preapproach), demonstration), gualifying), presentasi mengatasi dan mempelajari demonstrasi keberatan calon pelanggan (presentation (overcoming and objections), Menutup penjualan (closing), tindak lanjut setelah penjualan (followup and maintenance). Menurut Jaramilo dan Marshall (The International Journal of Bank Marketing 22.1 (2004): 9-25) terdapat tujuh teknik dalam personal selling yang mempengaruhi penjualan yaitu memilih calon pelanggan (prospecting), mempelajari calon pelanggan (pre- approach), pendekatan (approach), presentasi (the sales presentation), mengatasi keberatan (overcoming objections), menutup penjualan (closing), tindak lanjut setelah penjualan (follow-up and service). 22 Prospecting And Qualifying Preapproach Approach Presentation And Demonstration Overcoming Objections Closing Follow-Up And Maintenance Gambar 2.1 Tujuh Langkah Dalam Personal Selling Sumber : Jaramilo dan Marshall (2004) 1. Memilih calon pelanggan (prospecting and qualifying) Langkah pertama dalam personal selling adalah mengindentifikasi dan memilih calon pelanggan. Beberapa perusahaan terlebih dahulu melakukan hal tersebut agar para tenaga penjual dapat menggunakan waktu mereka yang berharga untuk melakukan yang terbaik yaitu penjualan (selling). Perusahaan terlebih dahulu memilih calon pelanggan dengan menghubungi mereka dengan email atau telepon untuk mendapatkan tingkat ketertarikan dan kemampuan keuangan 23 mereka. Untuk hot prospect akan dilimpahkan langsung ke tenaga penjual lapangan sedangkan untuk warm prospect dilimpahkan ke telemarketing untuk dilakukan follow-up kembali. 2. Mempelajari calon pelanggan (preaproach) Tenaga penjual perlu mempelajari semua tentang prospect (apa kebutuhanya, karakteristik pembeli, gaya pembeli). Jika prospect adalah perusahaan maka kita perlu mempelajari bagaimana proses pembelianya, bagaimana struktur pembelianya, siapa pengambil keputusan pembelian, apakah departemen pembelian bersifat centralized purchasing atau decentralizing purchasing. Tenaga penjual harus mengerti tentang ketentuan dan proses pembelian “who, when, where, how, and why” agar bisa mengatur strategi agar bisa mendapatkan penjualan. 3. Pendekatan (approach) Yaitu proses personal selling dimana tenaga penjual bertemu dan menyapa pembeli untuk mendapatkan hubungan atau untuk memulai suatu awal yang baik. Langkah ini melibatkan penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan penjelasan lanjut. Mc Daniel (2004) mengatakan bahwa “seringkali konsumen lebih mungkin mengingat bagaimana tenaga penjual 24 menampilkan diri mereka dibandingkan dengan apa yang tenaga penjual katakan”. Oleh karena itu, penting bagi tenaga penjual atau wiraniaga untuk memberikan kesan pertama yang baik kepada calon konsumen. 4. Presentasi dan demonstrasi (presentation and demonstration) Yaitu proses personal selling di mana wiraniaga menceritakan riwayat produk kepada pembeli, dengan menjelaskan features, advantages, benefits, and value. Features menguraikan tentang karakteristik dari produk yang ditawarkan. Advantages menguraikan bagaimana features memberikan manfaat bagi konsumen. Benefits menguraikan keuntungan dari sisi ekonomi, secara teknik, pelayanan, sosial. Value menguraikan tentang segala hal yang bisa didapat dibandingkan harga yang harus di bayar. Tenaga penjual biasanya menghabiskan waktu paling lama ketika menguraikan tentang features. 5. Mengatasi Keberatan (overcoming objection) Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga menyelidiki, mengklarifikasi dan mengatasi keberatan pelanggan untuk membeli. Selama presentasi, pelanggan hampir selalu mempunyai keberatan. Demikian juga sewaktu mereka diminta untuk menuliskan pesanan. Masalahnya bisa logis, bisa juga psikologis, dan keberatan saling tidak diungkapkan keluar. 25 Dalam mengatasi keberatan, wiraniaga harus mengunakan pendekatan positif, menggali keberatan yang tersembunyi, meminta pembeli untuk menjelaskan keberatan, menggunakan keberatan sebagai peluang untuk memberikan informasi lebih banyak, dan mengubah keberatan menjadi alasan membeli.Setiap wiraniaga membutuhkan pelatihan dalam halhal keterampilan mengatasi keberatan. Langkah ini bisa berubah menjadi tahap positif dari proses penjualan karena menyediakan peluang kepada tenaga penjualan untuk menyediakan informasi-informasi tambahan dan menawarkan solusi yang unik sebagai salah satu cara untuk mengklarifikasi keberatan-kebratan yang muncul. 6. Menutup Penjualan (Closing) Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga menanyakan apa yang hendak dipesan oleh pelanggan. Setelah mengatasi keberatan prospek, sekarang wiraniaga dapat mencoba menutup penjualan. Wiraniaga harus mengetahui tanda-tanda penutupan dari pembeli termasuk gerakan fisik, komentar dan pertanyaan. Sebagai contoh, pelanggan mungkin duduk condong ke depan dan mengangguk menyetujui atau menanyakan harga dan syarat pembayaran kredit. 7. Tindak lanjut setelah penjualan (follow-up and maintenance) 26 Follow-up dan maintenance diperlukan untuk memberikan kepuasan konsumen dan bisnis yang berkelanjutan. Setelah penjualan tenaga penjual perlu memperhatikan dan memastikan tentang jadwal pengiriman, ketentuan pembelian, dan menginformasikan semua yang penting kepada konsumen. Setelah pengiriman tenaga penjual harus membuat jadwal follow-up untuk memastikan pemasangan, pemakaian, instruksi, service dan mendeteksi problem agar pembeli semakin yakin terhadap kecakapan tenaga penjual dalam memuaskan pelanggan sehingga bisa menghasilkan pembelian berulang bahkan dalam jumlah yang lebih. 2.5 Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan karakteristik kemampuannya barang untuk merupakan atau totalitas jasa memuaskan yang bentuk dari menunjukkan kebutuhan-kebutuhan pelanggan, baik yang nampak jelas maupun yang tersembunyi (Kotler, 2009). Kualitas layanan jasa dapat diukur dengan melihat seberapa jauh efektiitas layanan jasa dapat mempertipis kesenjangan antara harapan dan jasa yang diberikan. Tjiptono (2008) menyatakan bahwa kualitas adalah kondisi dinamis berhubungan dengan produk, pelayanan, Sumber Daya 27 Manusia (SDM), proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Contoh : lokasi, biaya, status, akreditasi, jumlah dan kualifikasi staf dan guru. Lebih lanjut, Tjiptono (2008) menyatakan bahwa dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk yang ditawarkan perusahaan hatus berkualitas. Karena kualitas memiliki sejumlah level: unirval (sama di manapun), kultural (tergantung sistem nilai budaya), sosial (dibentuk oleh kelas sosial ekonomi, kelompok etnis, keluarga, teman serpergaulan), dan personal (tergantung preferensi atau selera setiap individu). Kualitas layanan berkontribusi signifikan bagi perkembangan diferensiasi, positioning, dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran, baik perusahaan manufaktur maupun penyedia jasa. Tertulis pada jurnal St. Johns University, College of Business Administration : “Service Quality: Essential Ingredients” : Langevin, Roger G (2010) : Service quality levels are defined very much in terms of customer expectations. When exploring generic service quality problems, we have found that root causes of those problems typically point to: Inadequate "systems" (manual and automated; tools, instructions, forms and procedures) to do the job. Lack of communications (and feedback at various levels and in all directions). Insufficient on-the-job trining (especially with the modem office system technology). Rapid or high rate of turnover (due to lack of motivation 28 and other reasons). Further exploration of these root-causes discloses that in many service organizations, quality is not considered the top priority. The frequently prevailing attitude is that errors are a part of the normal way of doing business-in fact, errors are expected and anticipated. One consensus is that unless top management recognizes the need for-and priority of service quality, the organization will be destined to complacency and business deterioration. How is service quality measured? From the customer's point of view, greatest concerns are with: quality, timeliness, and responsiveness. Quality reflects the accuracy level or number of errors and problems. Timeliness relates to processing deadlines and on-time delivery of service or product output. Responsiveness pertains to attitude and face-to-face customer relationships. (Kualitas produk terpilih sebagai variabel dependen dari penelitian ini. Pada tahun 1994, Deming menyatakan bahwa bahan yang diperlukan untuk perbaikan kualitas adalah penerapan pengetahuan yang mendalam (Deming, 1994). Banyak literatur telah mengidentifikasi kualitas sebagai variabel inti konten responden (Adam dan Swamidass, 1989; Montoya-Weiss dan Calantone, 1994). Definisi yang berbeda telah diturunkan dari berbagai sudut pandang. Definisi yang paling umum dari kualitas dapat dianggap sebagai keunggulan, kesesuaian nilai, spesifikasi, dan memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Sebenarnya, mendefinisikan kualitas sangat sulit, melibatkan menerjemahkan kebutuhan masa depan pengguna ke dalam karakteristik terukur, sehingga produk dapat dirancang dan ternyata memberikan kepuasan dengan harga bahwa pengguna akan membayar (Deming, 1986). Juran (1988) mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian untuk tujuan dan kebugaran untuk digunakan, ia menekankan pentingnya 29 kualitas dalam setiap langkah dari tingkat produk deService kualitas didefinisikan sangat banyak dalam hal harapan pelanggan. Ketika menjelajahi masalah kualitas layanan generik, kami telah menemukan bahwa akar penyebab masalah tersebut biasanya mengarah ke: Tidak memadai "sistem" (manual dan otomatis, alat, instruksi, formulir dan prosedur) untuk melakukan pekerjaan. Kurangnya komunikasi (umpan balik dan di berbagai tingkatan dan dalam semua arah. Kurangnya on-the-job training (terutama dengan teknologi modem sistem kantor). Cepat atau tinggi tingkat turnover (karena kurangnya motivasi dan alasan lainnya). Eksplorasi lebih lanjut dari akar-penyebab mengungkapkan bahwa dalam organisasi banyak layanan, kualitas tidak dianggap sebagai prioritas utama. Sikap yang sering berlaku adalah bahwa kesalahan adalah bagian dari cara normal melakukan bisnis pada kenyataannya, kesalahan diharapkan dan diantisipasi. Salah satu konsensus adalah bahwa kecuali jika manajemen puncak mengakui perlunya-dan prioritas kualitas pelayanan, organisasi akan ditakdirkan untuk kerusakan puas dan bisnis. Bagaimana kualitas layanan diukur? Dari titik pandang pelanggan, kekhawatiran terbesar adalah dengan: kualitas, ketepatan waktu, dan responsif. Kualitas mencerminkan tingkat keakuratan atau jumlah kesalahan dan masalah. Ketepatan waktu berkaitan dengan tenggat waktu pengolahan dan pengiriman tepat waktu dari layanan atau output produk. Responsiveness berkaitan dengan sikap dan tatap muka hubungan pelanggan. Pembangunan siklus dan sepanjang rantai nilai. Crosby (1991) memberikan definisi kualitas sebagai kesesuaian dengan persyaratan. Deming (1994) menyarankan tiga cara untuk meningkatkan kualitas: melalui inovasi dalam desain suatu produk atau jasa, melalui inovasi dalam proses, dan melalui perbaikan proses yang ada. 30 Kualitas pelayanan secara umum dapat dibentuk oleh lima dimensi yaitu (Kotler, 2009) : 1. Tangible (keterwujudan) Meliputi penampilan fasititas fisik penyediaan jasa seperti gedung, tersediaan tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan komunikasi dan penampilan fisik dari personel penyediaan jasa. 2. Reliability (kehandalan) Keandalan berarti kemampuan untuk memberikan yang telah dijanjikan dengan tepat (accurately), kemampuan untuk dapat dipercaya (dependably), serta tepat waktu (on time). 3. Responsiveness (daya tanggap) Kesigapan merupakan dimensi yang menekankan kepada kesediaan penyediaan jasa dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan pelanggan secara cepat dan tepat. 4. Assurance (jaminan) Dimensi ini menekankan kemampuan penyedia jasa untuk membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri pelanggan bahwa penyedia jasa mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan 31 pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, serta kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan. 5. Empathy (empati) Empati adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti, kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi kepada pelanggan dan urusan perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayanan yang berfokus terhadap lima dimensi jasa ini. Untuk mengatasi kelemahan dari dimensi-dimensi dalam kualitas pelayanan yang telah dikembangkan oleh Kotler (2009) dalam kaitannya dengan penerapannya pada industri produk maka sebuah metode alternatif untuk mengukur kualitas pelayanan dalam penelitian ini akan disarankan pada paradigma kepentingan kinerja. 2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected service dan perceived service. Pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan dan jika layanan yang diterima 32 melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas pelayanan yang ideal, sebaliknya bila layanan yang diterima lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan buruk. Kualitas pelayanan yang baik atau tidak tergantung pada kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. Kualitas pelayanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis. Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya seperti biaya untuk memperoleh pelanggan baru, untuk memperbaiki kesalahan, membangun kembali citra karena wanprestasi dan sebagainya. Jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada melalui kualitas pelayanan yang memuaskan merupakan hal yang sangat penting. Kualitas pelayanan yang didesain secara memadai bukan hanya memuaskan pelanggan, tetapi juga memberi kepuasan karyawannya. 2.6 Pengertian Keputusan Pembelian Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Kalau ada dua atau lebih 33 alternatif, dan dari dua pilihan tersebut konsumen harus memilih salah satu dari alternatif yang ada tersebut tidak lain adalah proses pengambilan keputusan (decision making process). Dalam bukunya Amirullah (2006 : 62), Peter dan Olson mengungkapkan bahwa yang dimaksud pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Dalam konteks perilaku konsumen, maka pengambilan keputusan konsumen (consumer decision marketing) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Definisi ini ingin menegaskan bahwa suatu keputusan tidak harus memilih satu dari sejumlah alternatif, akan tetapi keputusan harus didsarkan pada relevansi antara masalah dan tujuannya. 2.6.1 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Keputusan Pembelian Seorang pemasar harus menguasai pengaruh-pengaruh yang terjadi pada seorang pembeli dan membangun pengertian sebenarnya. Untuk itu seorang pemasar harus mengidentifikasi siapa saja yang membuat keputusan pembelian. 34 Pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan pembelian barang konsumen dapat dibagi menjadi : 1) Pencetus : seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa. 2) Pemberi Pengaruh : seseorang yang pandanganya atau saranya mempengaruhi keputusan. 3) Pengambil Keputusan : seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian, contoh: apakah membeli, tidak membeli dan dimana akan membeli. 4) Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. 5) Pemakaian adalah seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan. Peran-peran ini harus dikuasai oleh produsen karena hal ini bisa diterapkan dalam rancangan produk, penentuan pesan-pesan ilan yang akan disampaikan dan mengalokasikan anggaran promosi. 2.6.2 Faktor Keputusan Pembelian 1) Faktor internal Faktor internal dapat didefinisikan sebagai factor-faktor yang ada dalam diri individu (konsumen), dimana faktor tersebut akan dapat berubah bila ada pengaruh dari faktor luar (eksternal). Sebaliknya jika faktor internal memiliki posisi 35 yang kuat maka faktor eksternal tidak akan memiliki pengaruh yang berarti. Faktor internal terdiri dari : a) Pengalaman belajar dan memori (learning and memory) Dalam proses pemecahan masalah (pengambilan keputusan), konsumen dapat menggunakan proses belajar melalui berpikir wawasan, dimana berfikir disini meliputi manipulasi mental terhadap simbolsimbol yang tersaji dalam dunia nyata dan dalam bentuk kombinasi arti. Sementra itu memori bertindak sebagai perekam tentang yang diketahui konsumen melalui proses belajar. b) Kepribadian dan konsep diri (personality and selfconcept) Kepribadian dan konsep diri merupakan dua gagasan psikologis yang telah digunakan dalam mempelajari perilaku konsumen yang diorganisir secara menyeluruh dari tindakan konsumen. Diharapkan dengan memahami kepribadian dan konsep diri ini akan memberikan kepada kita konsistensi pokok yang cocok atau pola-pola yang tergambarkan dalam pilihan produk dan perilaku lainnya. c) Motivasi dan keterlibatan (motivation and involvement) 36 Motivasi berperan sebagai pendorong jiwa individu untuk bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh mereka dan apa yag telah dipelajari (learning). d) Sikap (attitude) Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam penawaran yang baik atau kurang baik secara konsistensi persepsi (perception) Persepsi dapat diartikan sebagai proses di mana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar. Atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah bagaimana orang memandang lingkungan di sekelilingnya. 2) Faktor Eksternal Keputusan konsumen untuk membeli suatu barang saat ini cenderung mengikuti perubahan-perubahan lingkungan luar (eksternal faktor). Perubahan lingkungan yang begitu cepat dan kompleks menyebabkan konsumen menetapkan pilihan pada sesuatu yang kadang-kadang tidak berdasarkan pada kebutuhan pribadi dan stimuli psikologis. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keputusan membeli seseorang dapat dikelompokan menjadi empat faktor utama yaitu : 37 a) Faktor Budaya Budaya didefinisikan sebagai sejumlah nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang digunakan untuk menjukan perilaku konsumen langsung dari kelompok masyarakat tertentu. b) Faktor Sosial Faktor sosio-kebudayaan lain yang dapat mempengaruhi pandangan tingkah laku pembeli adalah kelas sosial. Pada pokoknya, masyarakat kita ini dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan atas, menengah dan rendah. c) Faktor Ekonomi Pada prinsipnya kekuatan yang sangat besar yang mempengaruhi daya beli dan pola pembelian konsumen meliputi: pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan perkapita dan inflasi. Oleh karena itu, pemasar harus jeli dalam melihat kecenderungan-kecenderungan kondisi ekonomi dimana mereka bersaing. d) Faktor Bauran Pemasaran Bauran pemasaran (markting mix) terdiri dari: produk, harga, kegiatan promosi dan saluran distribusi. 38 Marketing mix merupakan variabel-variabel yang dapat digunakan pemasar untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu yang dituju. 2.6.3 Proses Keputusan Pembelian Proses keputusan pembelian menurut Cron dan Decarlo (2010 : 112) dapat dilihat dari gambar berikut ini : Recognition of Needs Evaluation of Option Purchase Decision Implementation and Evaluation Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian Sumber : Cron dan Decarlo (2010:112) Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan pembelian ada beberapa tahapan yaitu : 1. Pengenalan kebutuhan (recognition of needs) Proses keputusan membeli dimulai dengan pengenalan masalah. Pembeli merasakan adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan ini dapat dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal. Pada tahap ini pemasar perlu menentukan faktor atau situasi yang biasanya memicu pengenalan masalah konsumen. Mereka harus meneliti 39 konsumen untuk mengetahui jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul, apa yang menimbulkanya, dan bagaimana mereka bisa sampai pada produk ini. 2. Evaluasi pilihan (evaluation of option) Konsumen menggunakan informasi untuk tiba pada suatu pilihan merek akhir, tetapi pemasaran perlu mengetahui tentang evaluasi alternatif bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Beberapa konsep tertentu akan membantu menerangkan proses evaluasi: Pertama, kita mengasumsikan bahwa setiap konsumen berupaya memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mungkin berbeda dalam memberikan bobot pentingnya pada tiap atribut atau tiap ciri. Ketiga, konsumen mungkin mengembangkan satu himpunan kepercayaan merek mengenai dimana tiap merek itu berbeda pada tiap ciri. Keempat konsumen dianggap mempunyai fungsi utilitas untuk setiap ciri. Kelima, konsumen tiba pada sikap (pertimbangan, preferensi) kearah alternatif merek melalui prosedur evaluasi. 3. Keputusan Pembelian (purchase decision) 40 Keputusan untuk membeli pada hakikatnya terdiri dari sekumpulan keputusan. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor tak terduga. Sikap orang lain akan mempengaruhi satu alternatif yang disukai tergantung pada: (1) intensitas sikap negatif pihak lain terhadap pilihan alternatif konsumen, (2) motivasi konsumen tunduk pada keinginan orang lain. 4. Implementasi dan evaluasi (implementation and evaluation) Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Jika produk memenuhi harapan , konsumen akan merasa puas dan bila produk melebihi dari apa yang diharapkan, konsumen sangat puas dan bila produk berada dibawah apa yang diharapkan, konsumen akan merasa tidak puas. 41 Perusahaan Pelatihan Produk bermutu tinggi Personal Selling Kualitas pelayanan, yaitu keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Tenaga Penjual 1. Memilih calon pelanggan 2. Mempelajari calon pelanggan 3. Pendekatan 4. Presentasi dan demonstasi 5. Menangani Keberatan 6. Menutup Penjualan 7. Tindak lanjut setelah penjualan. Keputusan Pembelian Gambar 2.3 Rerangka Berpikir Sumber : Jaramilo dan Marshall dalam The International Journal of Bank Marketing 22.1 (2004 : 9-25), Kotler (2002), dan Cron & Decarlo (20101: 112). 42 Personal Selling Keputusan Pembelian Kualitas Pelayanan Gambar 2.4 Model Konsep Sumber : Jaramilo dan Marshall dalam The International of Bank Marketing 22.1 (2004 : 9-25), Kotler (2002), dan Cron & Decarlo (20101 : 112).