BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi telah memberikan dampak yang sangat besar bagi kemajuan teknologi saat ini. Secara umum, nanoteknologi adalah pengembangan riset mengenai rekayasa material dalam skala kurang dari 100 nm, dimana pada skala tersebut material akan memiliki karakteristik baru yang berbeda dibandingkan material berukuran bulk. Berbagai jenis material telah diamati karakteristik dan kemampuannya untuk dikembangkan di berbagai aplikasi, seperti divais elektronik, sensor, telekomunikasi, biomedis dan lain-lain. Salah satu bidang riset nanoteknologi yang mendapat banyak perhatian adalah nanopartikel magnetik. Nanopartikel magnetik memiliki efek ukuran kuantum (transisi antara ukuran atom dan bulk) dan luas permukaan yang besar menyebabkan perubahan sifat magnetik dan berpotensi menghasilkan fenomena superparamagnetik. Saat ukuran material magnetik lebih kecil dari 20 nm, akan terjadi transisi dari ferromagnetik ke superparamagnetik (Mathew dan Juang, 2007). Ferrite merupakan material magnetik yang sangat menarik karena struktur, sifat kimia, sifat magnetik dan listriknya yang dapat dimanfaatkan secara luas di berbagai bidang. Salah satu bidang yang saat ini menggunakan dan mengembang ferrite adalah biomedis. Aplikasi material ferrite di biomedis membutuhkan nanomaterial yang di desain dapat berinteraksi dengan protein dan sel tanpa mengganggu aktivitas biologikalnya, nanomaterial harus dapat menjaga sifat fisisnya pada kondisi tertentu, dan nanomaterial harus biokompatibel serta tidak beracun (Khot, 2013). Ferrite memiliki rumus senyawa MFe2O4, dimana M dapat berupa kation Ni2+, Mg2+, Zn2+, Cu2+, dan lain-lain. Saat ferrite dimodifikasi dengan membuat M terdiri atas dua kation, maka akan diperoleh karakteristik baru dari ferrite tersebut. 1 2 Material ferrite yang saat ini banyak dikembangkan adalah NiFe2O4 dan MgFe2O4. Keduanya memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. MgFe2O4 memiliki karakteristik yaitu soft magnetik, restivitas relatif tinggi, stabilitas kimia yang baik, tidak berbahaya untuk sel hidup (non-cytotoxic), dan magnetik anisotropi relatif rendah dibandingkan ferrite lain karena sumber momen magnetik hanya berasal dari Fe3+ saja (Mg2+ non-magnetik) (Tomitaka dkk., 2011; Khot, 2013). Sedangkan, NiFe2O4 memiliki karaketeristik yaitu soft magnetik, resistivitas relatif tinggi, stabilitas kimia yang baik, berbahaya untuk sel hidup (cytoxic) (Tomitaka dkk., 2011), dan magnetik anisotropinya lebih tinggi dibandingkan MgFe2O4 karena Ni2+ merupakan ion magnetik. Melihat karakteristik kedua ferrite ini maka banyak dilakukan modifikasi ferrite dengan menggabungkan ion Mg2+ dan Ni2+ untuk meningkatkan karakteristik ferrite tersebut. Material NiFe2O4 memiliki struktur invers spinel dan MgFe2O4 memiliki struktur invers spinel sebagian (mixed spinel) (Gabal dkk., 2014). Ketika dilakukan modifikasi ferrite yaitu menggabungkan ion Mg2+ dengan ion Ni2+, maka akan dihasilkan senyawa MgNiFe2O4. Saat konsentrasi ion Mg2+ sama dengan konsentrasi ion Ni2+ maka dapat diperkirakan terbentuk struktur mixed spinel dengan Mg0.5 Fe0.5[Ni0.5 Fe1.5]O4 (Hankare dkk., 2009). Distribusi kation di tetrahedral dan oktahedral pada MgNiFe2O4 akan sangat mempengaruhi struktur kristal dan sifat kemagnetannya. Seshan dkk. (1981) menyatakan bahwa ion Ni2+ memiliki kecenderung berada di oktahedral dan terjadi persaingan untuk mengisi posisi tetrahedral antara ion Mg2+ dan Fe3+. Selain itu, penggabungan ion magnetik Ni2+ dengan ion non-magnetik Mg2+ akan menghasilkan struktur, sifat magnetik dan sifat listrik yang menarik untuk dibahas. Karakteristik ferrite secara umum bergantung pada metode sintesis, komposisi kimia, dan distribusi kation (Naeem dkk., 2009). Proses sintesis material nanopartikel magnetik dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode combustion, metode solgel, metode keramik, metode kopresipitasi, dan lain-lain. Metode kopresipitasi secara luas telah digunakan untuk mensintesis ferrite, karena komposisi bahan yang fleksibel, dapat mengontrol ukuran dan 3 bentuk partikel jika parameter sintesis ditetapkan sebelumnya (Hankare dkk., 2009), dan membutuhkan biaya yang tidak mahal karena tekniknya sederhana (Naeem dkk., 2009). Nanopartikel magnetik memiliki kecenderungan kuat untuk beraglomerasi akibat interaksi antar partikel magnetik dan besarnya reaktivitas permukaan nanopartikel. Oleh karena itu, untuk menghindari aglomerasi tersebut maka perlu dilakukan modifikasi permukaan dengan mengenkapsulasi nanopartikel, baik menggunakan polimer atau bahan organik/inorganik lainnya (Nadeem dkk., 2014). Selain itu, perlakuan enkapsulasi nanopartikel juga bertujuan untuk menambah stabilitas kimia, dispersibilitas, biokompatibilitas, menyeragamkan distribusi ukuran dan morfologi partikel magnetik yang nantinya dapat dimanfaatkan diaplikasi biomedis seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Salah satu bahan non-magnetik yang banyak digunakan sebagai bahan enkapsulasi adalah silika. Keuntungan menggunakan silika adalah adanya grup silanol yang dapat bereaksi dengan mudah terhadap agen coupling yang menyediakan ligan permukaan yang kuat pada nanopartikel. Silika juga dapat meningkatkan stabilitas nanopartikel dalam larutan (Umut, 2013). Untuk menghasilkan silika biasanya digunakan prekursor sebagai sumber silika. Prekursor yang biasa digunakan adalah TEOS (tetraethyl orthosilicate), Na2SiO3 (Sodium silicate), dan TMOS (tertrametil orthosilicate). Penggunaan TEOS biasanya membutuhkan biaya mahal dan tidak ramah lingkungan, sehingga perlu bahan prekursor silika lain. Salah satu prekursor silika yang dapat digunakan adalah Na2SiO3 karena harganya yang murah, tidak beracun dan ramah lingkungan (Setyawan dkk., 2012; Setyawan dan Balgis, 2011). Selain material inorganik seperti silika, bahan enkapsulasi dapat juga berupa material organik berupa polimer. Salah satu jenis polimer yang biasa digunakan sebagai bahan enkapsulasi adalah polyethylene glycol (PEG). PEG memiliki kelebihan mampu mengikat nanopartikel yang dienkapsulasi sehingga nanopartikel tersebut lebih stabil, memiliki tingkat kelarutan yang baik, serta dapat mencegah terjadinya aglomerasi pada nanopartikel. PEG biasa dimanfaatkan dalam bidang kesehatan karena sifatnya yang tak beracun, 4 biokompatibel, dan murah. Macam-macam PEG dapat dibedakan tergantung berat molekul rata-rata yang dimiliki, seperti PEG-200, PEG-4000 dan lain-lain. Perbedaanya terletak pada panjang rantai polimer yang dimiliki, semakin besar berat molekulnya maka rantainya semakin panjang. PEG-4000 memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan PEG dengan berat molekul rata-rata dibawah 4000. PEG-4000 sebelumnya sudah sering dikaji pengaruhnya sebagai bahan enkapsulasi nanopartikel magnetik. Hasil pengamatan Puspitarum (2015), enkapsulasi PEG-4000 pada nanopartikel MgFe2O4 menyebabkan perubahan karakteristik nanopartikel, seperti ukuran kristal yang menurun dari 10,49 nm ke 5,24 nm dan nilai koersivitas yang berubah dari 120,66 Oe ke 40,88 Oe. Saat ini telah banyak dilakukan sintesis MgNiFe2O4 dengan metode kopresipitasi (Hankare dkk., 2009; Moradmard dkk., 2015). Namun, nanopartikel MgNiFe2O4 belum banyak diamati karakteristiknya jika diberi enkapsulasi material lain, khususnya silika dan PEG-4000. Penggunaan silika sebagai bahan enkapsulasi dengan prekursor Na2SiO3 masih sangat jarang. Demikian juga mengenai pengaruh enlkapsulasi PEG-4000 terhadap nanopartikel magnetik masih sangat sedikit. Kedua bahan ini, silika dan PEG-4000, masih belum banyak dikaji sebagai bahan enkapsulasi dengan mengaitkan pengaruhnya terhadap struktur kristal dan sifat magnet dari nanopartikel magnetik terutama MgNiFe2O4. Pada penelitian ini nanopartikel Mg0.5Ni0.5Fe2O4 akan disintesis dengan metode kopresipitasi. Nanopartikel hasil sintesis tersebut kemudian dienkapsulasi dengan silika (dengan prekursor Na2SiO3) dan PEG-4000. Bahan enkapsulasi akan mempengaruhi struktur kristal nanopartikel dengan munculnya fasa baru dan adanya perubahan ukuran partikel. Morfologi nanopartikel akan lebih terdispersi dan aglomerasi akan berkurang. Pada ikatan gugus fungsi akan muncul vibrasi ikatan baru yang mewakili ikatan dari bahan enkapsulasi. Bahan enkapsulasi yang bersifat non-magnetik akan mempengaruhi sifat kemagnetan Mg0.5Ni0.5Fe2O4, sehingga perlu adanya pengamatan lebih lanjut dengan melihat perubahan nilai koersivitas, magnetisasi remanen, dan magnetisasi saturasi dari seluruh sampel baik sebelum dan setelah dienkapsulasi. 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana cara mengenkapsulasi nanopartikel magnetik Mg0.5Ni0.5 Fe2O4 dengan silika dan Mg0.5Ni0.5 Fe2O4 dengan PEG-4000. 2. Bagaimana pengaruh enkapsulasi silika dan PEG-4000 terhadap struktur kristal, morfologi, gugus fungsi dan sifat kemagnetan nanopartikel Mg0.5Ni0.5 Fe2O4. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah pengaruh bahan enkapsulasi silika dan PEG-4000 terhadap karakteristik nanopartikel Mg0.5Ni0.5Fe2O4. Variasi konsentrasi silika yang diberikan adalah 50%, 30%, 20%, 15%, 10% dan 5%, sedangkan variasi konsentrasi PEG-4000 adalah 25%, 33%, 50%, 67%, 75% dan 80%.Variasi konsentrasi silika dan PEG-4000 kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap struktur kristal dan sifat kemagnetan nanopartikel Mg0.5Ni0.5 Fe2O4. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan nanopartikel magnetik Mg0.5Ni0.5Fe2O4 dengan metode kopresipitasi yang dienkapsulasi dengan silika dan PEG-4000. 2. Mempelajari pengaruh enkapsulasi silika dan PEG-4000 terhadap struktur kristal, morfologi, gugus fungsi, dan sifat kemagnetan nanopatikel Mg0.5Ni0.5 Fe2O4. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang pengaruh enkapsulasi silika dan PEG-4000 terhadap karakteristik struktur kristal, morfologi, gugus fungsi, dan sifat kemagnetan nanopartikel Mg0.5Ni0.5Fe2O4, yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi diberbagai bidang seperti drugs delivery agent, purifikasi, biosensor dan lain-lain. 6 1.6 Sistematika Penulisan Susunan sistematika penulisan tesis ini terdiri atas 6 bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran, kemudian ditambah dengan daftar pustaka dan juga lampiran. BAB I merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang dilakukannya penelitian mengenai enkapsulasi nanopartikel Mg 0.5Ni0.5Fe2O4 dengan silika dan PEG-4000, yang kemudian memunculkan rumusan dan batasan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian. BAB II merupakan tinjaun pustaka yang memaparkan perkembangan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan Mg0.5Ni0.5 Fe2O4 dan proses enkapsulasi nanopartikel magnetik dengan silika dan PEG-4000. BAB III berisi landasan teori yang menjelaskan tentang konsep dasar kemagnetan, klasifikasi sifat kemagnetan material, sifat superparamagnetik pada nanopartikel magnetik, konsep domain magnetik dan kurva histerisis, struktur spinel dan nanopartikel Mg0.5Ni0.5Fe2O4, bahan enkapsulasi, PEG, silika, metode kopresipitasi dan karakterisasi material. BAB IV menjelaskan metode penelitian yang mencakup alat dan bahan yang digunakan untuk enkapsulasi nanopartikel Mg 0.5Ni0.5 Fe2O4, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data yang diperoleh . BAB V memaparkan tentang hasil dan pembahasan dari setiap proses penelitian. BAB VI memuat kesimpulan dan saran yang nantinya dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya. Daftar pustaka berisi mengenai seluruh pustaka yang diacu dalam penelitian ini.