Gejala pada susunan saraf pusat umum terjadi di antara orang yang menggunakan raltegravir Oleh: Michael Carter, 10 Oktober 2012 Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal AIDS menunjukkan bahwa sekitar 10% pasien yang menggunakan obat antiretroviral raltegravir mengembangkan efek samping terkait sistem saraf pusat (SSP). Perkembangan efek samping SSP terkait dengan pemberian tenofovir dan proton pump inhibitor (obat yang digunakan untuk mengurangi asam lambung). Para peneliti percaya bahwa obat ini berinteraksi dengan raltegravir, sehingga meningkatkan konsentrasi obat dalam darah. Raltegravir adalah satu-satunya integrase inhibitor yang sejauh ini disetujui untuk pengobatan HIV. Percobaan klinis yang dilakukan selama perkembangan raltegravir menunjukkan bahwa obat ini memiliki profil keamanan yang baik. Namun, beberapa orang mengembangkan gejala SSP dan telah dilaporkan beberapa kasus memburuknya depresi dan perkembangan insomnia pada orang yang memulai terapi raltegravir. Oleh karena itu para peneliti Italia melihat prevalensi dan faktor risiko efek samping SSP pada orang yang menggunakan raltegravir dalam perawatan HIV rutin. Sampel studi mereka termasuk 453 peserta yang diobati dengan raltegravir. Mereka dipantau pada interval enam bulanan, ketika mereka ditanyakan apakah mereka telah mengembangkan gejala SSP seperti sakit kepala, pusing, kecemasan, depresi dan gangguan tidur. Dua pertiga peserta adalah laki-laki dan median usia mereka adalah 46 tahun. Median jumlah CD4 mereka adalah 378 dan viral load rata-rata adalah 1250. Para peserta diikuti selama median 23 bulan. Selama waktu ini, 47 orang (10%) mengembangkan setidaknya satu efek samping terkait SSP. Empat orang berhenti menggunakan terapi karena gejala SSP. Terdapat bukti bahwa risiko gejala SSP meningkat oleh interaksi obat tertentu. Gejala dikembangkan oleh 14% peserta yang menggunakan terapi anti HIV tenofovir, dibandingkan dengan 7% dari mereka yang menggunakan antiretroviral alternatif (p = 0,03). Gejala SSP diamati pada 26% dari orang yang menggunakan proton pump inhibitor, dibandingkan dengan 9% dari orang yang tidak menggunakan terapi ini (p = 0,006). Setelah mengontrol untuk faktor pembaur potensial, para peneliti menemukan bahwa pengobatan bersamaan dengan tenofovir hampir melipatgandakan risiko gejala SSP (OR = 1,9; 95% CI, 1,0-3,5, p = 0,04), sedangkan pengobatan dengan proton pump inhibitor dikaitkan dengan lebih dari tiga kali lipat peningkatan risiko gejala (OR = 3,4, 95% CI, 1,3-8,8, p = 0,01). Para penulis menarik perhatian pada hasil studi farmakokinetik yang menunjukkan bahwa tenofovir dapat meningkatkan kadar raltegravir dalam darah hingga 64%, dan proton pump inhibitor dapat meningkatkan tingkat raltegravir hingga 415%. “Data kami menunjukkan kemungkinan hubungan antara tingginya konsentrasi raltegravir dalam darah dan gejala SSP,” tulis para penulis. Mereka merekomendasikan “penilaian yang cermat dari pasien dengan penyakit kejiwaan sebelum memulai raltegravir dan terus menerus dipantau untuk gejala SSP dalam praktek klinik di antara mereka yang memulai obat tersebut.” Para peneliti juga menekankan kebutuhan untuk memantau interaksi obat yang dapat meningkatkan tingkat raltegravir. Pemantauan tingkat terapeutik obat dapat bermanfaat, mereka menyarankan, untuk orang yang mengalami gejala SSP. “Studi prospektif lebih lanjut diperlukan untuk lebih memperjelas faktor risiko, peran interaksi antar obat dan signifikansi klinis dari gejala SSP pada pasien yang menerima raltegravir,” para peneliti menyimpulkan. Ringkasan: CNS symptoms common in people taking raltegravir Sumber: Madeddu G et al. Raltegravir central nervous system tolerability in clinical practice: results from a multicenter observational study. Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Gejala pada susunan saraf pusat umum terjadi di antara orang yang menggunakan raltegravir AIDS 26, online edition. DOI: 10.1097/QAD.0b013e32835aa141, 2012. –2–