BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Audit 2.1.1 Pengertian Audit Audit merupakan ilmu ekonomi yang berfungsi untuk memeriksa suatu informasi keuangan. Pada dasarnya audit merupakan sarana untuk dapat memahami hubungan perusahaan dengan lingkungan operasinya. Audit dapat membantu manajemen untuk menentukan berdasarkan faktor faktor yang dapat diidentifikasi dan diketahui dengan baik. Dalam pelaksanaan audit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan standar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan evaluasi informasi tersebut. Menurut Arens & Loebbecke dalam bukunya ”Auditing an Integerated Approach ” (2000 : 1) , mendefinisikan auditing sebagai berikut : Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about quantifiable information of an economic entity to determining and reporting on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002:9), memberikan definisi audit sebagai berikut : Audit adalah proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menerapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. 12 13 Adapun, Sukrisno Agus (2004:3) memberikan pengertian auditing sebagai berikut : Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sitematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan catatan pembukuan dan bukti bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan mereka” Jadi pada kesimpulannya, pemeriksaan (audit) merupakan suatu proses pengumpulan dan penilaian bukti yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten mengenai informasi kuantitatif dari suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan pelaporan tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dapat menilai ketepatgunaan (efficiency) dan keberhasilannya (effectiveness) 2.1.2 Jenis Jenis Audit Audit terbagi menjadi beberapa jenis. Arens & Loebbecke (2003:4) membagi tiga jenis audit, yaitu: 1. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan – yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi – telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. 2. Audit operasional Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. 3. Audit ketaatan Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. 14 Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002: 28) menggolongkan audit menjadi tiga golongan yaitu: 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit laporan keuangan adalah audit yang diakukan oleh auditor independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independent menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. 2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat criteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan 3. Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujan tertentu. 15 2.2 Audit Operasional 2.2.1 Pengertian Audit Operasional Audit SDM merupakan bagian dari audit operasional, maka penulis coba untuk menjelaskan hal-hal mengenai audit operasional. Ada beberapa pengertian dan definisi mengenai audit operasional, diantaranya adalah: Dale L Flesher (dalam Amin Widjaja Tunggal, 2000:2) mengatakan bahwa ’An operational audit is an organized search for ways of improving efficiency and effectiveness. It can be considered a form of constructive crictism’. (audit operasional merupakan pencapaian cara cara untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas. Audit operasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk kecaman yang konstruktif) Arens & Loebbecke (2003: 4), memberikan definisi sebagai berikut : Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Umumnya pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk meperbaiki jalannya operasi perusahaan. Menurut Alejendro R Gorospel (dalam Amin Widjaja Tunggal, (2000 : 2), mengemukakan bahwa : Management audit atau operational audit adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistematis digunakan untuk menilai efektivitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar standar perusahaan dan industri dengan menggunakan petugas yang bukan ahli dalam lingkup objek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan , dan keadaan yang membutuhkan perbaikan dapat ditemukan. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002 : 30), mengemukakan bahwa ”Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu” 16 Audit operasional sering juga disebut sebagai audit manajemen, audit prestasi (performance audit), audit system atau audit efisiensi. Pada dasarnya audit operasional adalah suatu audit yang tujuannya menilai efektivitas dan efisiensi manajemen dari suatu organisasi. Audit operasional digambarkan secara luas dan meliputi evaluasi pengendalian internal (internal control) dan bahkan pengujian pengendalian tersebut atas efektivitasnya sebagai bagian dari audit operasional. Audit operasional adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa kembali prosedur dan metode operasional perusahaan untuk menilai tingkat efisiensi dan efektivitas operasi, yang akhirnya menyimpulkan saran-saran kepada manajemen untuk menyempurnakan operasi perusahaan. Operasional audit muncul dari pengembangan financial audit. Dalam audit ini yang dinilai bukan saja aspek yang bersifat non keuangan. Tujuannya adalah memeriksa dan menilai operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaannya. Juga menyangkut pemberian informasi kepada manajemen tentang masalah- masalah operasi yang diperlukan untuk melakukan koreksi demi peningkatan penghematan dan produktivitas. Sasaran audit ini adalah bagaimana mengusahakan agar kegiatan itu lebih efisien, hemat dan lebih produktif. Audit operasional juga mengevaluasi pengendalian intern perusahaan. Keuntungan yang didapat manajemen dari audit operasional adalah : a. Peningkatan keuntungan b. Peningkatan alokasi sumber daya c. Dapat mengidentifikasi masalah sejak awal d. Perbaikan komunikasi Bagian terpenting dari definisi di atas adalah sebagai berikut : 17 a. Proses yang sistematis, dimana suatu audit operasional mencakup suatu langkah prosedur yang logis dan terstruktur serta terorganisir. b. Menilai operasi organisasi, dimana didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disetujui. c. Efektifitas, efisiensi dan ekonomis operasi. Tujuan utama dari audit operasional adalah untuk membantu para manajemen dan organisasi yang diperiksa, memperbaiki efektifitas, efisiensi, dan ekonomis dari operasi. d. Rekomendasi untuk kearah perbaikan, dimana mengembangkan rekomendasi dan memfokuskan ke masa yang akan datang. Dari beberapa definisi di atas mengenai audit operasional, dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah suatu pemeriksaan yang terencana terhadap bagian dari prosedur operasi dan metode organisasi untuk membandingkan kondisi organisasi dengan standar/ kriteria tertentu dalam menilai ketepatgunaan (efficiency) dan keberhasilannya (effectiveness), yang hasilnya dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mencapai tujuan organisasi . 2.2.2 Ruang Lingkup Audit Operasional Ruang lingkup audit operasional meliputi semua aspek manajemen yang perlu mendapatkan perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan mutu penanganannya oleh manajemen atas kegiatan atau program yang diperiksa. Aspek-aspek manajemen yang perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan mutu penangannnya adalah organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, personalia dan pelaporan. Secara luas ruang lingkup audit 18 operasional mencakup pula seluruh kegiatan dari kegiatan keuangan, produksi, pemasaran, teknis personalia dan aspek aspek lain dari kegiatan operasional. 2.2.3 Tujuan Audit Operasional Tujuan audit operasional dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Assesing Performance Tujuan ini dimaksudkan untuk membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan yang dibuat oleh manajemen, seperti kebijaksanaan organisasi, standar/ kriteria pengukuran lainnya. 2. Improvement Dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi, efisiensi dan efektivitas dengan mengidentifikasikan hasil hasil spesifik untuk peningkatan 3. Developing Recommendation for Improvement of Future Action Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi. Menurut Amin Widjaja Tunggal mengenai tujuan audit operasional (2001:12) adalah : 1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan 2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien 3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara cara dan alat alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang paling efisien 4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan 5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen 19 6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka Tujuan audit operasional menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002:30), adalah : 1. Mengevaluasi kinerja 2. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan 3. membuat rekomendasi atau tindakan lebih lanjut Pada kesimpulannya, tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen dalam menemukan dan memecahkan berbagai masalah dengan cara merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan. Sedangkan tujuan utama dari seorang auditor operasional adalah mengurangi pemborosan dan ketidakefsienan. 2.2.4 Manfaat Audit Operasional Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya audit operasional antara lain adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya tidak jelas. 2. Identifikasi kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen. 3. Evaluasi yang independent dan objektif atas suatu kegiatan tertentu. 4. Penetapan apakah organisasi sudah mematuhi suatu prosedur, peraturan, kebijaksanaan, serta tujuan yang telah ditetapkan. 5. Penetapan efektivitas dan efisiensi sitem pengendalian manajemen. 20 6. penetapan tingkat keandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai laporan manajemen. 7. Identifikasi daerah daerah permasalahan dan penyebabnya. 8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya atau hambatan dalam organisasi. 9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Audit Manajemen Kontemporer, mengemukakan bahwa manfaat dari pemeriksaan manajemen (2000:14) adalah : 1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan 2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan laporan-laporan dan pengendalian 3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah 4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil 5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan 6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan 7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan 21 Jadi pada hakekatnya, audit operasional memberikan bantuan aktif bagi perusahaan dengan cara menciptakan pengaruh yang hasilnya dapat langsung diukur, misalnya membantu perusahaan mengurangi biaya, menambah pendapatan dan mengubah kebijakan jika sudah memenuhi kebutuhan perusahaan secara efisien.. 2.2.5 Pelaksana Audit Operasional Audit operasional dapat dilakukan oleh : 1. Internal Auditor Dimana dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab pada dewan direksi atau direktur utama yang biasanya mengaudit suatu sistem. 2. Akuntan publik Akuntan ini melaksanakan audit atas laporan keuangan historis dan membuat rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit. 3. Akuntan pemerintah Akuntan ini bertanggung jawab pada pemerintah tentang pemeriksaan keuangan negara. 2.2.6 Tahap Tahap Audit Operasional Dalam audit operasional diperlukan suatu kerangka tugas sebagai auditor dalam melakukan audit, karena tanpa kerangka tugas yang tersusun baik maka akan sulit untuk auditor melaksakan pekerjannya dengan baik. Menurut Irsan Yani dalam Petunjuk Pemeriksaan Operasional (1992:5), mengemukakan bahwa audit operasional mencakup tahap tahap sebagai berikut : 22 1. 2. 3. 4. Tahap Persiapan Pemeriksaan Tahap Pemeriksaan Pendahuluan Tahap Pemeriksaan Lanjutan Tahap Pelaporan dan Tindak Lanjut 2.2.6.1 Tahap Persiapan pemeriksaan Pada tahap awal persiapan pemeriksaan, auditor harus memperoleh secepat mungkin informasi kerja yang bersifat umum mengenai semua aspek seperti kegiatan atau program, fungsi dan sebagainya. Informasi ini akan dipakai sebagai alat kerja dalam merencanakan tahap tahap pemeriksaan berikutnya dan memberikan informasi mengenai latar belakang objek yang diperiksa. Dalam tahap persiapan pemeriksaan, auditor operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional. Juga perlu menetapkan staf yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memahami struktur pengendalian intern, dan memutuskan bahan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Dalam audit operasional, tahap persiapan audit meliputi : 1. Dapatkan dalam waktu relatif singkat, latar belakang dan informasi umum mengenai kegiatan atau program dan sistem manajemen yang dipilih untuk diperiksa termasuk maksud atau tujuan kegiatan atau program. 2. Lakukan analisa atas latar belakang dan informasi umum tersebut untuk memperbaiki bukti yang relevan (belum perlu bukti yang cukup, material dan kompeten) atas satu atau lebih unsut kriteria, sebab dan akibat untuk suatu kemungkinan sasaran tentatif pemeriksaan kegiatan atau program. 23 3. Dalami atau selidiki elemen elemen lain untuk memperoleh sasaran tentatif pemeriksaan. 4. Ikhtisarkan bukti bukti dari pendalaman pendalaman tersebut. 5. Simpulkan dari bukti yang relevan dan pendalaman pendalaman : a. Bahwa sasaran tentative pemeriksaan atas efektivitas kegiatan atau program dapat digunakan sebagai sasaran pada tahap review, bila bukti yang relevan, material, dan kompeten dapat diperoleh untuk ketiga elemen sasaran tentatif tersebut. (kriteria, sebab, akibat) dengan mengetahui : b. Jenis jenis bukti yang relevan, material dan kompeten dalam rangka menetapkan sasaran pemeriksaan c. Jenis dan banyaknya bukti yang diperlukan untuk menjamin kekompetenan bukti Dilanjutkan ke tahap review : 1. Bahwa bukti yang relevan dan pendalaman akan menunjuk kepada suatu sasaran yang lebih penting dalam pemeriksaan kehematan dan daya guna. Dilanjutkan ke tahap review untuk pemeriksaan kehematan dan daya guna. 2. Bahwa sasaran tentatif tersebut tidak dapat digunakan karena bukti bukti tidak akan tersedia atau bahwa keadaan atau situasi tidak menjamin kelangsungan atau kelancaran pemeriksaan. 24 2.2.6.2 Tahap Pemeriksaan Pendahuluan Pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini auditor bertujuan untuk mengidentifikasi aspek aspek manajemen yang menunjukkkan adanya kelemahan kelemahan yang masih mungkin ditingkatkan baik efisiensi maupun efektivitasnya. Tahap pemeriksaan pendahuluan ini, meliputi: 1. Dapatkan setiap tambahan informasi tentang latar belakang kegiatan atau program yang diperlukan. 2. Dapatkan bukti yang relevan, material dan kompeten atas sasaran tentatif untuk menetapkan : a. Bahwa terdapat suatu kriteria yang beralasan dan mantap, didasarkan atas tujuan objek pemeriksaa atau entitas. b. Bahwa tindakan atau kelalaian, didalam atau diluar organisasi, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tujuan tersebut mungkin manjadi penyebab utama. c. Suatu akibat baik atau buruk yang bersifat material atau signifikan. Dapat terjadi, bahwa bukti bukti yang diperoleh harus melalui suatu teknik analitis yang tidak sederhana. Analisa ini dapat dilakukan oleh auditor yang bersangkutan atau bantuan dari seorang ahli : 1. Dapatkan bukti bukti atas kekompetenan bukti yang harus diperoleh apabila tambahan pekerjaan dilaksanakan 2. Tentukan bahwa bukti tidak diperoleh untuk tiga unsur sasaran tentatif pemeriksaan 3. Ikhtisarkan bukti bukti dan simpulkan : 25 a. Apakah sasaran tentatif pemeriksaan efektivitas cukup mantap untuk dapat menjadi sasaran pemeriksa pada tahap pemeriksaan lanjutan (firm audit objective), lanjutkan ke pemeriksaan rinci, atau b. Apakah bukti bukti menunjukkan bahwa kekurangan atau kelemahan manajemen dapat menjadi sasaran pemeriksaan definitif pada pemeriksaaan kehematan dan daya guna. c. Apakah bukti bukti untuk pemeriksaaan efektif cukup kompeten. d. Bukti tambahan apa yang harus diperoleh untuk mendapatkan bukti yang cukup material, relevan dan kompeten untuk sampai pada kesimpulan pemeriksaan efektivitas. 2.2.6.3 Tahap Pemeriksaan Lanjutan Tahap ini terdiri dari pemeriksaan lebih lanjut atau penilaian atas kegiatan sejauh diperlukan guna mencapai tujuan pemeriksaan sesuai dengan norma pemeriksaan. Pekerjaan pemeriksaan lanjutan meliputi pengamatan dan pengembangan semua informasi penting dan relevan yang berguna untuk mempertimbangkan, mendukung dan mengajukan temuan temuan, kesimpulan kesimpulan dan rekomendasi rekomendasi Tahap pemeriksaan lanjutan ini meliputi : 1. Dapatkan setiap tambahan data latar belakang yang diperlukan 2. Dapatkan bukti bukti yang cukup kompeten, relevan dan material atas sasaran pemeriksaaan untuk menetapkan : a. Dapat diterimanya kriteria dan bahwa setiap argumen atasnya dapat dibantah (dijelaskan dengan baik) 26 b. Adanya tindakan tertentu dalam atau luar organisasi yang bertanggung jawab sebagai penyebab. c. Tingkat pentingnya suatu akibat. d. Tetapkan bukti yang cukup untuk kriteria yang tidak dapat diperoleh,sedangkan bukti untuk sebab sebab (causes) dan akibat (effect) dapat diperoleh. Pertimbangkan tahap pemeriksaaan lanjutan untuk pemeriksaaan efektivitas. 3. Ikhtisarkan bukti pemeriksaaan efektivitas dalam kriteria sebab dan akibat. 4. Simpulkan bahwa akibat adalah cukup penting apabila pelaksanaan dibandingkan dengan kriteria pemeriksaaan efektivitas. 5. Menarik diri dari penugasan atau pemeriksaaan. 2.2.6.4 Tahap Pelaporan dan Tindak Lanjut Tahap pelaporan ini meliputi : 1. Buat gambar melalui latar belakang atau lingkup pemeriksaaan 2. komunikasikan kesimpulan untuk dikembangkan selama tahap pemeriksaan lanjutan. Ungkapkan dalam kesimpulan tersebut, bukti bukti yang cukup relevan, material dan kompeten untuk kriteria sebab dan akibat guna meyakinkan pembaca laporan. 3. Berikan rekomendasi yang sesuai untuk tindakan masa yang akan datang, ditujukan kepada satu atau lebih pejabat berwenang pada sistem manajemen yang bersangkutan. Ada tiga langkah utama yang penting dalam mengembangkan laporan audit secara tertulis, yaitu: 27 1. persiapan (preparation) pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan-temuan audit, menggabungkan temuan-temuan tersebut menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti-bukti pendukung dokumentasi yang diperlukan. 2. penelaahan (review) penelaahan merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf audit, review dan komentar atas laporan diberikan oleh pihak manajemen atau auditee. 3. pengiriman (transmission) tahap pengiriman meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit dan kepada auditee. Hal terpenting dalam sebuah laporan adalah bahwa laporan tersebut dapat diapahami oleh pihak-pihak yang menerima dan membutuhkan laporan. Agar dapat menyampaikan hasil audit dengan baik, auditor harus memastikan siapa yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa para pengguna laporan audit tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan audit adalah: a. laporan audit harus ditulis secara objektif dan tepat waktu b. auditor tidak boleh terlalu overstate c. informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten d. auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun kinerja yang buruk. 28 e. Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakuakn oleh manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. Setelah melaksanakan aktivitas-aktivitas utama audit, masih terdapat aktivitas lain yang perlu dilakukan yaitu tahap penindaklanjutan. Dalam tahap penindaklanjutan akan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang berkompeten. Tahap penindaklanjutan didesain untuk memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan auditor sudah diimplementasikan. Prosedur review follow-up dimulai dengan tahap perencanaan melalui pertemuan dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahna yang dihadapi organisasi dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor. Kemudian auditor mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara lain: a. Dasar pelaksanaan follow-up b. Pelaksanaan review follow-up c. Batasan follow-up d. Implementasi rekomendasi 2.3 Fungsi Sumber Daya Manusia 2.3.1 Pengertian Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia Personalia atau personnel sering juga disebut dengan istilah kepegawaian adalah merupakan keseluruhan orang orang yang bekerja pada suatu organisasi tertentu. dengan demikian manajemen personalia adalah manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada soal soal pegawai di dalam suatu organisasi. 29 Menurut Gary Dessler dalam bukunya Manajemen SDM (MSDM, 2004 : 2) mengemukakan bahwa MSDM adalah proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungankerja mereka, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan. Menurut Flippo (dalam T. Hani Handoko, 2001 : 3) mengemukakan bahwa: Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen personalia dan manajemen sumber daya manusia memiliki kesamaan yaitu pada intinya adalah : • Perencanaan, merekrut dan menyeleksi • Pengembangan • Kompensasi atau balas jasa • Pemeliharaan Maka dari itu untuk selanjutnya penulis beranggapan bahwa dalam hal yang berkaitan dengan teori sumber daya manusia dan personalia memiliki kesamaan dalam suatu ruang lingkup fungsi dan hanya berbeda dalam pengungkapan istilah saja. 2.3.2 Unsur-unsur Fungsi Sumber Daya Manusia Bagaimanapun juga, fungsi sumber daya manusia sama seperti fungsi produksi, pemasaran, keuangan dan akuntansi yang juga merupakan bidang 30 fungsional tersendiri dalam organisasi. Bidang sumber daya manusia ini mempunyai dua fungsi pokok dimana fungsi pertama berkaitan dengan fungsi kedua: 1. Untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan dan administrasi berbagai kebijaksanaan yang mempengaruhi orang orang yang membentuk organisasi, dan 2. Untuk membantu para manajer mengelola sumber daya manusia (T. Hani Handoko, 2001:5) Menurut Gary D. (2004 : 2) pada garis besarnya aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam fungsi personalia, meliputi hal hal sebagai berikut: 1. Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap karyawan) 2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon karyawan 3. Memilih calon karyawan 4. Mengarahkan dan melatih karyawan-karyawan baru 5. Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada karyawan 6. Memberikan insentif dan keuntungan 7. Menilai prestasi 8. Berkomunikasi 9. Melatih dan mengembangkan para manajer 10. Membangun komitmen karyawan. Adapun unsur unsur dari fungsi personalia adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan dan analisis jabatan Perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut. Berbagai manfaat dapat tercapai apabila perencanaan dilakukan dengan matang dan tepat. Diantaranya adalah, 31 peningkatan penggunaan sumber daya manusia, menghemat biaya dalam pengadaan tenaga kerja baru, diperolehnya informasi yang tepat dalam menyelenggarakan berbagai fungsi manajemen sumber daya manusia, mengetahui dengan tepat tentang kondisi pasaran tenaga kerja yang dapat digarap, dan yang terakhir adalah peningkatan koordinasi pelaksanaan berbagai kebijaksanaan perusahaan dalam bidang sumber daya manusia. Perencanaan dan analisis jabatan meliputi deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan perkiran kebutuhan SDM. 2. Rekrutment dan Seleksi Penarikan (recruitment) adalah proses pencarian dan ’pemikatan’ para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan. Proses penarikan penting karena kualitas SDM organisasi tergantung pada kualitas penarikannya. Proses seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup pemaduan kebutuhan kebutuhan kerja pelamar dan organisasi. Proses seleksi adalah pusat manajemen personalia. Analisa jabatan, perencanaan SDM dan penarikan dilakukan untuk membentu seleksi personalia. Bila seleksi dilaksanakan tidak tepat maka upaya upaya sebelumnya tersebut akan sia-sia. 3. Pelatihan dan Pengembangan Sesudah karyawan diperoleh. Sudah selayaknya apabila mereka dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan 32 keterampilan lewat latihan (training) yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-tugas manajer. 4. Penilaian Kinerja Yang menjadi objek audit dalam penilaian kinerja adalah sasaran kinerja objektif, metode penilaian yang ditetapkan, dokumentasi dan review hasil penelitian untuk validasi tes dan prosedur seleksi. 5. Penilaian Prestasi dan Kompensasi Fungsi ini dapat didefinisikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak terhadap para karyawan sesuai dengan sumbangan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. 6. Pemberhentian. Pemutusan hubungan kerja mungkin saja terjadi, sekalipun perjanjian kerja masih mengikat karyawan dengan perusahaan tempat ia bekerja. Keinginan untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja mungkin datang dari karyawan atau mungkin pula datang dari kebijakan perusahaan sendiri. Penyebab pemutusan hubungan kerja dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu : keinginan perusahaan, keinginan karyawan dan sebab sebab lain. Uraian diatas telah menunjukkan bahwa manajemen personalia adalah suatu subsistem utama semua organisasi. Efektivitas subsistem ini dapat 33 dievaluasi dalam pengertian kontribusinya terhadap efektivitas dimana organisasi mencapai tujuan tujuan tertentu. 2.3.3 Tujuan Fungsi Sumber Daya Manusia Dengan memahami fungsi sumber daya manusia, maka akan memudahkan pula dalam mengidentifikasikan tujuan dari fungsi sumber daya manusia. Tujuan yang hendak diklasifikasikan adalah manfaat apa yang akan kita peroleh dengan penerapan manajemen sumber daya manusia dalam suatu perusahaan. Menurut Veithzal Rivai tujuan sumber daya manusia dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan (2004:8) adalah: ”Meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial”. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2001:4) tujuan fungsi sumber daya manusia adalah: ”Untuk memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif” Berdasarkan definisi definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan akhir dari fungsi sumber daya manusia adalah: Peningkatan efisiensi Peningkatan efektivitas Peningkatan produktivitas Rendahnya tingkat perpindahan pegawai Rendahnya tingkat absensi Tingginya kepuasan kerja karyawan 34 2.4 Audit Operasional Atas Fungsi Sumber Daya Manusia 2.4.1 Pengertian Audit Fungsi Sumber Daya Manusia Audit sumber daya manusia pada dasarnya merupakan suatu analisa dari semua faktor yang menyangkut administrasi personalia, dengan ringkasan dari penemuan analisa tersebut, diikuti dengan berbagai rekomendasi untuk memperbaiki setiap penyimpangan dari standar yang diinginkan. Pengertian Audit Sumber Daya Manusia menurut William B. Wether, JR dan Keith Davis(dalam Amin Widjaya Tunggal, 2000 : 80) dalam bukunya “Human Resources and Personal management” mendefinisikan audit sumber daya manusia sebagai penilaian aktivitas personil yang digunakan dalam organisasi (evaluating the personel aktivities used in an organization) Audit fungsi sumber daya manusia menurut T. Hani Handoko (2001:226): 1. Mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab atas setiap kegiatan 2. Menentukan sasaran sasaran yang akan dicapai oleh setiap kegiatan 3. Mereview berbagai kebijaksanaan prosedur yang digunakan untuk mencapai sasaran sasaran tersebut 4. Menentukan besarnya sampel catatan catatan dalam sistem informasi personalia untuk mempelajari apakah kebijaksanaan dan prosedur diikuti secara benar 5. Menyiapkan laporan audit 6. Mengembangkan rencana tindakan koreksi terhadap kesalahan kesalahan dalam sasaran, kebujaksanaan dan prosedur 7. Melaksanakan tindak lanjut untuk memastikan apakah masalah masalah temuan audit telah dipecahkan Jadi, Audit sumber daya manusia pada umumnya merupakan suatu proses sistematik dan formal yang didesain untuk mengukur biaya dan manfaat keseluruhan program dan untuk membandingkan efisiensi dan efektivitas keseluruhan program manajemen sumber daya manusia tersebut dengan kinerja 35 organisasi di masa lalu, kinerja organisasi lain yang dapat dibandingkan efektivitasnya, dan tujuan organisasi. 2.4.2 Tujuan Audit Sumber Daya Manusia Menurut T. Hani Handoko dalam buku manajemen personalia dan sumber daya manusia, mengemukakan bahwa tujuan audit operasional terhadap fungsi sumber daya manusia adalah mengevaluasi kegiatan kegiatan personalia dengan maksud untuk: 1. 2. 3. 4. ”Menilai efektivitas mengenali aspek aspek yang masih dapat diperbaiki Mempelajari aspek aspek tersebut secara mendalam Menunjukkan kemungkinan perbaikan dan membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan perbaikan tersebut” (2001:226). Secara sederhananya audit sumber daya manusia bertujuan untuk : Untuk membantu manajer sumber daya manusia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan-tujuan organisasi Untuk menciptakan nilai (value) sehingga organisasi bertanggung jawab secara sosial, etikal, dan kompetitif Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari para karyawan dan manajer operasi dalam hal yang berkaitan dengan efektivitas manajemen sumber daya manusia Untuk memperbaiki fungsi manajemen sumber daya manusia dengan menyediakan sarana untuk membuat keputusan ketika akan mengurangi dan menambah kegiatan-kegiatan sumber daya manusia. 36 2.4.3 Manfaat Audit Personalia Menurut T. Hani Handoko dalam buku manajemen personalia dan sumber daya manusia (2001: 225-226) mengemukakan berbagai kegunaan audit sumber daya manusia yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. ”Mengidentifikasikan sumbangan sumbangan departemen personalia kepada organisasi 2. Meningkatkan kesan profesional terhadap departemen personalia 3. Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme lebih besar diantara para karyawan personalia 4. Menstimulasi keseragaman kebijaksanaan kebijaksanaan dan praktek praktek personalia 5. Memperjelas tugas tugas dan tanggung jawab departemen fungsi personalia 6. Menemukan masalah masalah personalia yang kritis 7. Mengurangi biaya biaya sumber daya manusia melalui prosedur prosedur personalia yang lebih efektif 8. Menyelesaikan keluhan keluhan lama dengan aturan aturan legal 9. Meningkatkan kesediaan untuk menerima perubahan perubahan yang diperlukan dalam departemen personalia Memberikan tinjauan terhadap sistem informasi departemen 2.5. Produktivitas 2.5.1 Definisi Produktivitas Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini”. Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Produktivitas mengandung pengertian filosofis, seperti dikemukakan Muchdarsyah Sinungan (2005:1) “Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada 37 keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini”. Begitu juga menurut National Productivity Board (NPB) Singapore (dalam Sedarmayanti, 2001:56) dikatakan bahwa “produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan”. Bertitik tolak pada pandangan di atas maka permasalahan produktivitas mencakup pada berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, manajemen, teknologi, psikologi dan lain sebagainya. Produktivitas yang berhubungan dengan permasalahan bidang ekonomi seperti yang dikemukakan Paul Mali (dalam Sedarmayanti, 2001:57): Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu. Menurut Mulyadi (2001:466) “Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama ditujukan kepada hubungan antara keluaran dengan masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut”. Dari pendapat-pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan masukan dalam satuan waktu tertentu. 2.5.2 Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas berhubungan dengan pengukuran perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat 38 dievaluasi. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output / input merupakan model pengukuran yang paling sederhana. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan ini, menurut Vincent Gaspersz (2000:32) akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran : 1. Produktivitas partial (single-factor productivity) merupakan ratio dari output terhadap input, misalnya produktivitas tenaga kerja. Produktivitas Tenaga Kerja = Output total Biaya Tenaga Kerja 2. Produktivitas faktor total merupakan ratio dari output bersih terhadap banyaknya input bahan baku, modal, tenaga kerja, dan biaya lain. Output bersih (net output) output total dikurangi dengan barang dan jasa antara (input antara) yang digunakan dalam proses produksi. Produktivitas faktor total = Output bersih BBB + BTK + BM + BL Keterangan : BBB : Biaya Bahan Baku BTK : Biaya Tenaga Kerja BM : Biaya Modal BL : Biaya Lainnya 3. Produktivitas total merupakan ratio dari output total terhadap input total. Produktivitas total = Output total Input total Pengukuran produktivitas menurut para pakar lainnya adalah sebagai berikut : Mulyadi (2001:467) : Rasio produktivitas = Keluaran Masukan Ukuran output dapat dinyatakan dalam bentuk antara lain : Jumlah satuan fisik produk/jasa 39 Nilai rupiah produk/jasa Nilai tambah Jumlah pekerja/kerja Jumlah laba kotor Ukuran input dapat dinyatakan dalam bentuk antara lain : Jumlah waktu Jumlah tenaga kerja Jumlah jam orang (man-hour) Jumlah biaya tenaga kerja Jumlah jam mesin Jumlah biaya penyusutan dan perawatan mesin Jumlah material Jumlah biaya material Jumlah seluruh biaya pengusahaan Jumlah luas tanah. 2.5.3 Manfaat Pengukuran Produktivitas Menurut Gaspersz (2000:24), terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain : 1) 2) Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perncanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 40 3) Tujuan ekonomis dan nonekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. 4) Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 5) Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang berada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi) dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas aktual). 6) Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global. 7) Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu. 8) Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus menerus. 9) Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu. 10) Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terusmenerus yang dilakukan dalam perusahaan itu. 11) Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga meningkatkan kepuasan kerja. 12) Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu. 2.6 Tenaga Kerja Untuk menghasilkan suatu produk, tenaga kerja merupakan kekayaan dalam suatu perusahan, menurut Sedarmayanti (2001:27), “Sumber daya manusia adalah tenaga kerja atau pegawai di dalam suatu organisasi, yang mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan”. Sedangkan Mulyadi (2005 : 319) mengungkapkan bahwa “Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk pengolahan produk”. 41 Dari pengertian-pengertian tenaga kerja di atas dapat penulis simpulkan bahwa tenaga kerja berarti usaha manusia untuk mengolah suatu produk. 2.7 Produktivitas Tenaga Kerja 2.7.1 Definisi Produktivitas Tenaga Kerja Definisi produktivitas tenaga kerja menurut Usry Milton F. dan Hammer Lawrence H. (2004:356) : “Produktivitas tenaga kerja bisa didefinisikan sebagai ukuran prestasi produksi dengan menggunakan usaha manusia sebagai tolak ukur. Produktivitas adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan seorang pekerja”. Sedangkan menurut J. Ravianto (dalam Bambang Supratman, 2005:18) mengemukakan pengertian produktivitas tenaga kerja sebagai berikut : “Produktkivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu”. Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah rasio antara keluaran hasil yang ingin dicapai dengan masukan tenaga kerja dalam satuan waktu. 2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Sedarmayanti, 2001:71) enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah : 1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim. 2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik industri. 3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja 42 untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control cicles) dan panitia mengenai kerja unggul. 4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. Disamping itu, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Sedarmayanti (2001:72) adalah : 1. Sikap mental, berupa : motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja 2. Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, baik formal maupun informal akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya pendidikan. 3. Keterampilan Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. 4. Manajemen Apabila manajemen tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif. 5. Hubungan Industrial Pancasila Dengan penerapan hubungan industrial pancasila maka akan : a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara produktif sehingga produktivitas dapat meningkat b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas. 6. Tingkat Penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 7. Gizi dan Kesehatan Apabila pegawai dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akn lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. 8. Jaminan Sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan 43 semangat kerja. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. 9. Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baikakan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arh peningkatan produktivitas. 10. Sarana Produksi Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai. 11. Teknologi Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka akan memungkinkan : a. Tepat waktu dalam penyelesaiaan proses produksi b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa. 12. Kesempatan Berprestasi Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi organisasi. Muchdarsyah Sinungan (2005:56) membatasi hanya pada 8 faktor-faktor produktivitas yang umum, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. . Manusia Modal Metode/Proses Lingkungan Organisasi (Internal) Produksi Lingkungan Negara (Eksternal) Lingkungan Internasional atau Regional Umpan Balik