Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekisting Bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara pada pelaksanaan pekerjaan beton yang berfungsi untuk membentuk beton sesuai dengan ukuran dan tempat kedudukannya disebut cetakan. Macam – macam bekisting antara lain bekisting konvensional, bekisting semi sistem, bekisting full sistem. Pada prinsipnya penggunaan sistem bekisting dari sistem konvensional sampai bekisting full sistem mempunyai fungsi yang sama seperti yang telah disebutkan diatas. Letak perbedaannya hanya jenis pada alat dan bahan yang digunakan, kecepatan pemasangan dan pembongkaran, serta hasil akhir. Sebuah bekisting harus memiliki tiga fungsi pokok antara lain : 1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang baik. 2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar dan juga tahan terhadap getaran. 3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan dipindahkan untuk dapat dengan baik memenuhi fungsinya, sebuah bekisting harus bisa memenuhi kriteria – kriteria penerimaan sebagai berikut : II-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori a. Bekisting harus mampu menahan beban dari beton basah, yang mana secara umum mempunyai beban sekitar 2400 kg/m³ b. Bekisting tersebut tidak boleh lendut atau melengkung pada saat menerima beban beton basah, beban bekisting sendiri dan segala beban pekerjaan diatas bekisting tersebut. c. Bekisting harus akurat, beton yang mengalir ketika dituangkan akan mulai mengisi dan membentuk sesuai bentuk dan rancangan yang diinginkan sehingga bekisting harus dalam ukuran yang presisi dan akurat. d. Sehubungan dengan bekisting yang rapi, sehingga tidak adanya honey comb pada sambungan antara bekisting. Dengan adanya cacat akibat sambungan bekisting yang kurang baik akan menimbulkan beban perbaikan yang tidak sedikit. e. Bekisting yang ingin dipakai dan direncanakan harus bisa dioperasikan dengan manual maupun dengan alat berat. f. Meterial yang dipakai harus dipilih dengan baik, dimana item penghubung dan pengakunya juga direncanakan seperti paku, atau mur yang dapat disesuaikan dengan bentuk yang ingin dibentuk. g. Bekisting harus dapat dengan mudah dilepas dan dipasang tanpa ada bagian yang terlepas atau terjebak menempel pada beton. 2.1.1 Persyaratan Umum Bekisting Bekisting merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme pengecoran beton. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi agar memperoleh hasil yang baik, persyaratan tersebut adalah : II-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori a. Mempunyai ukuran yang stabil sehingga dapat menghasilkan dimensi beton yang akurat. b. Dapat digunakan berulang kali dan untuk proyek yang berbeda pula, awet dengan biaya perawatan rendah. c. Mudah dibongkar dan dipindahkan. d. Rapat air sehingga tidak memungkinkan air semen keluar dari celah bekisting. e. Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton, sehingga mudah dibersihkan. Dalam perencanaan formwork atau bekisting harus dapat memenuhi aspek bisnis (biaya) dan aspek teknologi (strength, workability). Oleh karena itu harus memenuhi hal – hal berikut : a. Ekonomis b. Kuat dan Kokoh c. Tidak berubah bentuk d. Memenuhi standar permukaan cetak Sumber : Taufikhurohman.blogspot.com/2012/12/bekisting.html 2.1.2 Macam-macam Bekisting Sejalan dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, bekisting banyak mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi disuatu proyek yang akan II-3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori dibangun. Beberapa macam bekisting menurut Wigbout (1997) dibedakan menjadi 2, antara lain : a. Bekisting semi modern (semi sistem) Tipe bekisting ini merupakan campuran bekisting yang peralatan dan material ny merupakan campuran antara kayu dan fabrikasi.Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghematan biaya karena kayu bukan material utama dalam bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan bagian tertentu misalnya bekisting kontak yang menggunakan bahan plywood. Gambar 2.1 Bekisting Kolom Semi System b. Bekisting modern (full sistem) Merupakan hasil perkembangan dari bekisting semi sistem dan dapat digunakan dalam berbagai bentuk struktur beton. Bekisting full sistem telah menggunakan bahan – bahan besi plat yang diproduksi oleh pabrik sehingga biaya investasinya tinggi, karena pemakaian ulang lebih banyak disbanding dengan yang lain. Biaya II-4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori dapat ditekan dalam penyediaan tenaga kerja yang sedikit dan waktu pelaksanaan yang relative singkat. Gambar 2.2 Bekisting Kolom Full System 2.1.3 Bagian-Bagian Bekisting Secara Umum Bagian – bagian bekisting mempunyai masing – masing fungsi tersendiri. Bagian – bagian bekisting tersebut antara lain : a. Acuan Bagian dari bekisting yang kontak langsung dengan beton, tempat dituangkannya beton segar dan akan member bentuk beton sesuai dengan yang diinginkan. Acuan harus diperkuat untuk mempertahankan posisi, mencegah tekuk dan lendutan. b. Perancah Perancah untuk suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penahan acuan untuk menahan gaya–gaya yang timbul akibat beton, beban sendiri, peralatan dan II-5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori getaran pada saat pengecoran, beban pekerjaan dan beban lainnya. Perancah harus dapat diperhitungkan dan dibuat langkah – langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja hingga akhir pekerjaan beton. Gambar 2.3 Bagian – bagian Bekisting Kolom II-6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 2.2 Management Proyek Manajemen proyek merupakan penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja. Fungsi Input Output Manajemen Proyek Tujuan, Perencanaan Sasaran, Pengorganisasian Informasi, Pelaksanaan Data serta Pengendalian Optimasi Kinerja Proyek, - Biaya Mutu Waktu Safety/K3 Sumber Daya Gambar 2.4 Proses Manajemen Proyek Dari gambar 2.5 dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek dimulai dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian yang didasarkan atas input – input seperti tujuan dan sasaran proyek, informasi dan data yang digunakan, serta penggunaan sumber daya yang benar dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. II-7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Dalam proses sesungguhnya, pemimpin dalam organisasi proyek mengelola dan mengarahkan segala perangkat dan sumber daya yang ada dengan kondisi terbatas, tetapi berusaha memperoleh pencapaian paling maksimal yang sesuai dengan standar kinerja proyek dalam hal biaya, mutu, waktu, dan keselamatan kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendapatkan produk akhir yang maksimal, segala macam kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan sedetail dan seakurat mungkin untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan. Dan bila ada tindakan koreksi dalam proses selanjutnya, diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak. 2.3 Pengendalian Proyek Konsep pengendalian yang efektif diproyek dikenal dengan nama Management By Exception (MBE), yaitu teknik membandingkan antara perencanaan terhadap parameter proyek yang dapat diukur setiap saat, laporan hanya dilakukan pada saat tertentu jika terdapat kejanggalan atau performa yang tidak memenuhi standar. Ada tiga variable penting yang harus dikendalikan selama proses pelaksanaan suatu proyek-proyek, yaitu: a. Kualitas proyek b. Waktu pelaksanaan proyek c. Biaya pelaksanaan proyek Yang diharapkan oleh manajemen adalah tercapainya kualitas pekerjaan sesuai persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang telah II-8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ditetapkan, dan masih dalam batas anggaran yang disediakan (budget), bahkan kalau bisa dibawah budget yang ada. Ketiga aspek tersebut diatas, adalah saling terkait satu dengan yang lain, dan terakhir bermuara ke biaya.Artinya, kualitas dan waktu pelaksanaan berisiko terhadap membengkaknya biaya, bila tidak dikendalikan dengan baik. 2.3.1 Pengendalian Waktu Yang dimaksud dengan pengendalian waktu adalah pengendalian waktu pelaksanaan proyek, agar proyek dapat diselesaikan dalam batas waktu yang ditetapkan. Keterlambatan penyelesaian proyek, tentu akan membawa resiko bertambahnya biaya. Total durasi suatu proyek adalah ditentukan oleh durasi tiap – tiap jenis pekerjaan, dimana tiap – tiap jenis pekerjaan ditentukan saat mulainya. Sedang durasi tiap – tiap jenis pekerjaan diperoleh dari tingkat produktifitas yang akan dicapai oleh sejumlah sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, bia dalam realisasinya, pekerjaan tidak diselesaikan sesuai rencana waktunya, maka ini berarti realisasi tingkat produktifitas dari sejumlah sumber daya tersebut menurun, atau lebih rendah dari rencana, yang akibatnya tentu saja biaya menjadi naik. Belum lagi pengaruh dari biaya tidak langsung, yang akan bertambah sebanding dengan bertambahnya waktu. Namun dengan demikian akan dipercepat dari waktu normalnya, juga dapat menyebabkan turunnya produktifitas, atau diperlukan tambahan sumber daya yang akan digunakan, berarti akibatnya adalah kenaikan biaya pelaksanaan. II-9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Begitu juga untuk penyusunan time schedule, suatu kegiatan ditetapkan durasinya terlalu cepat, lebih cepat dari waktu normalnya, maka akan diperlukan jumlah sumber daya yang lebih banyak, yang aakibatnya bisa saja produktifitas persumber dayanya jadi menurun. Sehingga harga satuannya akan naik. Jumlah naiknya harga satuan pekerjaan yang dipercepat, tentu tidak sama setiap pekerjaan. Oleh karena itu, dalam pengendalian waktu pelaksanaan proyek, bila suatu saat terlambat, perlu dikatakan percepatan waktu pelaksanaan salah satu atau lebih dari suatu kegiatan, agar durasi total dari proyek tidak terlampaui, untuk menghindari pinalti berupa denda. Dengan demikian, biasanya kita harus memilih kegiatan mana saja yang berpengaruh terhadap total durasi proyek (biasanya kegiatan – kegiatan yang masuk dalam lintasan kritis), yang harus dipercepat dengan resiko tambahnya biaya yang paling kecil. Jadi dalam kaitannya dengan pengendalian biaya maka tindakan dalam pengendalian waktu pelaksanaan, ada beberapa alternatif sesuai dengan kondisinya, antara lain adalah sebagai berikut : a. Menepati total durasi proyek yang telah ditetapkan, untuk menghindari resiko denda dan dampak lainnya yang merugikan, terutama adalah kesulitan pengaturan sumber daya perusahaan (alat, tenaga, dan modal) yang mungkin akan dipergunakan ditempat lain. b. Mempercepat atau memperlambat suatu kegiatan tetapi masih dalam total durasi yang ditetapkan, yang dampaknya dapat menurunkan biaya. II-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori c. Kalau terpaksa harus mempercepat durasi kegiatan atau beberapa kegiatan untuk mengejar keterlambatan yang terjadi, maka harus dapat memilih kegiatan mana yang diputuskan untuk dipercepat, yang memiliki dampak terkecil. Jadi setiap jenis kegiatan tentunya memiliki waktu yang ideal, dimana akan menimbulkan biaya yang terendah. Suatu kegiatan yang ditetapkan waktu pelaksanaan diluar waktu idealnya, baik yang melebihi atau yang kurang dari waktu idealnya akan berakibat naiknya pelaksanaan untuk kegiatan tersebut. Alat kendali waktu yang digunakan untuk pelaksanaan proyek pada dasarnya ada tiga macam metode, yaitu : a. Bar Chart atau Ghantt Chart Method, biasanya digunakan untuk proyek – proyek sederhana. b. Vector Diagram Method, biasanya digunakan untuk proyek – proyek yang sifat pelaksanaannya memanjang, seperti : proyek jalan, saluran, atau terowongan. c. Arrrow Diagram Method, biasanya digunakan untuk proyek yang kegiatan satu dengan yang lain saling berkaitan, seperti proyek gedung bertingkat. Jenis dari Scheduling Method tersebut, biasanya dipilih untuk dapat memberikan informasi yang jelas, tentang penyimpangan waktu yang terjadi. Pada umumnya, pengendalian waktu pelaksanaan yang dilakukan bertujuan agar batas waktu akhir dari proyek tidak terlampaui.Karena disamping menghindari pinalti denda, juga menghindari fluktuasi harga yang cenderung naik. II-11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Sedangkan pengertian dari penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing – masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada. 2.3.2 Pengendalian Biaya Dalam proses pengendalian sebuah proyek, penerapan konsep hubungan antar waktu dan biaya dapat dijelaskan dalam gambar 2.3.2. Biaya yang telah terjadi Tindakan dalam proses pengendalian Sisa biaya atas pekerjaan yang belum selesai Peluang yang ada Data yang lalu Tindakan Pengendaliann Gambar 2.3.2 Konsep Biaya dalam Pengendalian Biaya yang telah terjadi adalah masa lalu, yang harus diketahui data dan penyebab penyimpangan yang terjadi, sedang masa depan adalah mencari peluang y yang ada untuk menutup penyimpangan yang terjadi, pada sisa pekerjaan yang belum dikerjakan. Atas dasar itulah rangkaian tindakan pengendalian dilakukan. II-12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Pada dasarnya tindakan pengendalian biaya proyek adalah menerus melibatkan banyak orang dan meliputi aspek biaya, mutu, dan waktu serta keamanan. - Unsur-Unsur Biaya Dalam cost budget, biaya langsung proyek dirinci menjadi unsur - unsur sebagai berikut : a. Biaya bahan/material b. Biaya upah c. Biaya alat d. Biaya sub kontrak Keempat unsur tersebut merupakan kelompok yang dominan, dan unsur sisanya merupakan kelompok minor, yaitu : a. Biaya persiapan atau penyelesaian b. Biaya over head proyek (lapangan) Yang menjadi fokus pengendalian biasanya kelompok empat tersebut diatas, walaupun tidak meninggalkan sama sekali kelompok minornya. Uraian unsur – unsur biaya tersebut dipengaruhi oleh sistem akuntansi, yaitu didasarkan atas bukti transaksi biaya yang terjadi. Sedangkan dalam cost estimating, biaya dirinci atas item – item pekerjaan, seperti format anggaran penawaran pada umumnya. Oleh karena itu, cost control disamping berfungsi mengendalikan transaksi yang ada, hasil akhirnya diharapkan dapat memberikan umpan balik kepada estimator, beberapa real cost yang terjadi untuk tiap item pekerjaan, terutama pada item pekerjaan yang sifatnya dominan. Dengan kata lain, pada saat melakukan tindakan II-13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori pengendalian menggunakan unsur – unsur biaya dalam cost budget, sedang dalam melakukan evaluasi biaya dilengkapi dengan tinjauan terhadap rincian biaya dalam cost estimating, yaitu item – item. - Faktor Biaya Pada dasarnya, setiap biaya item pekerjaan terdiri dari dua faktor yang dikalikan, yaitu : a. Kuantitas pekerjaan b. Harga Satuan pekerjaan - Evaluasi Biaya Bila yang terjadi pada proses pelaksanaan perlu dievaluasi pada setiap periode tertentu, misal tiap satu bulan atau satu minggu. Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui, bagaimana hasil tindakan pengendalian pelaksanaan proyek pada periode tersebut, bila dibandingkan dengan anggarannya. Bila terjadi penyimpangan, maka masih ada kesempatan untuk dapat melakukan tindakan perbaikan agar sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai, setidak – tidaknya mendekati anggarannya. II-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 2.4. Uraian (10 Tahun Terakhir) Tabel. 2.1 Uraian (10 Tahun Terakhir) A WAKTU BEKISTING B C D √ √ JURNAL E Studi perbandigan biaya bekisting semi modern dengan bekesting konvensional pada bangunan gedung. VARIABEL BIAYA BEKISTING A B C D √ √ F MUTU BEKISTING G H Penulis : Ida Bagus Ananta Wijaya,Ludfi Djakfar, Sugeng P. Budio, (2012) Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat. √ √ Penulis : Yevi Novi Dwi Saraswati, Retno Indriyani, (2012) II-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori VARIABEL JURNAL A WAKTU BEKISTING B C D √ Analisis Bekisting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Bangunan Gedung E A BIAYA BEKISTING D B C √ √ √ √ F MUTU BEKISTING G H √ Penulis : Abdul Muis, Trijeti (2013) Analisa Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Bekisting Metode Semi Sistem Berdasarkan Strategi Rotasi Pada Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus : Proyek FMIPA ITS SURABAYA) Penulis : Krisna Permana Hedy, Tri Joko Wahyu Adi, (2013) Perbadingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus : Proyek Fmipa Tower ITS Surabaya. √ √ √ √ Penulis : Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri ST,MT . II-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori VARIABEL JURNAL A WAKTU BEKISTING B C D Analisis Nilai Hasil Terhadap Waktu dan Biaya Pada Proyek Konstruksi ( Studi Kasus : Pada Proyek ICB Civil Work Construction off Spillway of Countermeasures for Sedimen in Wonogiri. E √ A BIAYA BEKISTING D B C F MUTU BEKISTING G H √ Penulis : Agung Pamunskas, Sugiarto, Setiono (2013) √ Analisa Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja Di Lapangan Dengan Membandingkan Analisi SNI dan Analisis BOW Pada Pembesian dan Bekisting Kolom. √ Penulis : Arthur Arruan, B.F. Sompie, Mochtar Sibi, Pingkan Pratasis. (2014) Metode Pelaksanaan dan Analisa Biaya Bekisting Pada Pekerjaan Struktur, (Studi Kasus : Pembangunan Gedung As.tra Honda Motor Semarang) √ Penulis : Budi Rohmad Wijayanto, M Yudi Purnawan, Sukamta, Arif Hidayat, ( 2014) II-17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori VARIABEL JURNAL A Analisis Perbandingan Zoning dan Siklus Bekisting Table Form System Pada Proyek Pembangunan Prima Orchard Apartement. WAKTU BEKISTING B C D E √ A BIAYA BEKISTING D B C F MUTU BEKISTING G H √ Penulis : Anggraeni Utami, Budi Santosa Analisis Percepatan Waktu Proyek Dengan Tambahan Biaya Yang Optimum, (Studi Kasus : Proyek Pekerjaan Pembangunan Gedung Mako Polsek Jetis Type 305 & Fasum Gedung Mako Polsek Jetis- Yogyakarta. √ √ Penulis : Danny Setiawan, Mandiyo Priyo, Anita Widianti, (2014) Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Bekisting Kolom Full Sistem Dengan Bekisting Kolom SemiSistem. √ √ √ √ II-18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Keterangan : A. Bekisting Kovensional B. Bekisting Table Form C. Bekisting Semi Modern D. Bekisting Full Sistem E. Analisa Waktu F. Analisa Biaya G. Analisis Harga Satuan SNI H. Analisis Harga Satuan BOW II-19 http://digilib.mercubuana.ac.id/