Jatmiko, Ary Dwi/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (eJETU). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 1, Juli 2013 pp. 33-39 Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan Jalan Semarang-Surabaya menghadapi Persaingan melalui Penerapan Desain Produk1 Ary Dwi Jatmiko1 1)Fakultas Teknik, Program studi Arsitektur, Universitas Widya Kartika Jl. Sutorejo Prima Utara II/1, Surabaya 60113 Email: [email protected] ABSTRAK Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan dan Buku Bekas yang berdiri sejak tahun 1989 dan sampai dengan perkembangannya telah beranggotakan 50 anggota. Permasalahan utama mereka adalah manajemen keuangan, pasar sasaran yang tidak tepat, tidak dimilikinya jaringan pemasaran, dan yang paling pokok adalah munculnya produk-produk pesaing yang harga jauh lebih murah tetapi tetap berkualitas. Dengan diperolehnya hibah pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) pada tahun 2010, maka tim peneliti bersama Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan dan Buku Bekas, yang selanjutnya disebut mitra, menyepakati beberapa solusi program. Programnya adalah melakukan kegiatan pengembangan produk di bidang permebelan yang berbasis pesanan khusus dan mengembangkan bentuk kerjasama baru. Dari serangkaian kegiatan alternatif program solusi yang ditawarkan, tim peneliti berhasil memberikan sumbangan berarti dalam hal pengembangan produk kepada mitra, diantaranya adalah berdirinya kelompok tim yang berfokus pada jasa pengembangan produk, pembenahan dokumentasi metode produksi, dan beberapa desain produk luaran. Di sisi lain, kegiatan pengabdian masyarakat ini juga memiliki kelemahan, yakni masih dirancangnya persiapan menuju ke arah jaringan atau kerjasama eksternal, baik di bidang Hak Kekayaan Intelektual maupun perihal pemasaran. Dengan kenyataan ini, maka diharapkan melalui riset lanjutan, aspek pendayagunaan dan pemanfaatan kerjasama sebagai program solusi mitra dapat menjadi tugas bersama masyarakat untuk diselesaikan. Kata kunci : desain produk, mebel, elemen interior, pengrajin kayu ABSTRACT Craftsmen Association of wood frame and bed had stand since 1989 and consisted of 50 members. Their main problems are financial management, target market that is not appropriate, not its marketing network, and the most fundamental is the emergence of competitor's products that much cheaper price but still good quality. Based on the grants of science and technology for the Public (IBM) in 2010, the research team along with Craftsmen Association of wood frame and bed, hereinafter referred to as partners, approve some solutions to the program. The programs are to perform product development activities in the field of furniture based on a special order, and to develop new forms of cooperation. According to a series of solutions programs offered, the research team successfully made significant contributions in terms of product development for partners, including the establishment of groups of teams that focus on product development services, revamping the documentation of production methods, and some product design outcomes. On the other hand, the activities of this community service also has a weakness, that is designed preparation toward the network or external cooperation, both in the field of Intellectual Property Rights or about marketing. According to this reality, it is hoped that through further research, utilization and cooperation aspects as a solution program can be a task with the community to be resolved. Keywords : product design, furniture, interior element, wood frame craftsmen 1 Tulisan ini pada awalnya masih berupa draft yang dibuat sebagai salah satu keluaran sewaktu berkegiatan dalam skim Ipteks bagi Masyarakat periode 2010/2011 dan memang belum dipublikasikan. [33] Hak Cipta oleh eJETU © 2013. Open Access at http://www.jurnal.widyakartika.ac.id/index.php/ejetu Pendahuluan Di tengah segala eksistensi dan ketangguhannya, UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) sebenarnya memiliki permasalahan yang dapat dikategorikan atas masalah pemasaran, produksi, organisasi, dan keuangan. Salah satu kelompok usaha kecil yang mengalami masalah tersebut adalah Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan dan Buku Bekas yang berlokasi di sepanjang Jalan Semarang, Pasar Turi, Surabaya. Kelompok usaha ini berdiri sejak tahun 1989 dan sampai dengan perkembangannya yang terus mengalami pasang surut telah beranggotakan 50 anggota dengan 5 orang anggota pengurus. Dan menurut pertimbangan hasil curah pendapat bersama kelompok usaha mitra ini disepakati bahwa akar permasalahannya adalah: a. Manajemen keuangan yang masih bercampur antara manajemen usaha dengan keperluan rumah tangga para mitra sebagai pelaku usaha b. Secara sosial ekonomi, pasar sasaran paguyuban ini di kelas menengah ke bawah menunjukkan kecenderungan semakin menurun daya belinya sebagai akibat masa krisis sehingga stok barang masih tinggi di hampir lokasi stand. c. Tidak dimilikinya jaringan distribusi pemasaran yang lebih sistimatis. d. Dan yang paling pokok adalah munculnya produk-produk pesaing yang harga jauh lebih murah tetapi tetap berkualitas. Misalnya: mebel-mebel knockdown dari lokal maupun China. Dengan diperolehnya hibah pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) pada tahun 2010, maka tim peneliti bersama kelompok usaha mitra ini menyepakati beberapa solusi program, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kegiatan pengembangan produk di bidang permebelan yang berbasis pesanan khusus atau custome made. Sektor ini tidak disentuh secara serius oleh bisnis mebel retail para distributor besar. 2. Mengembangkan bentuk kerjasama baru dengan usaha yang ditunjang oleh mebel berdasarkan pesanan ini, yakni: event organizer, visual merchandiser, sanggar budaya dan teater, perusahaan advertising and promotion, studio entertainment, dan sebagainya. Usaha-usaha ini sangat bersesuaian sebagai peluang untuk mulai membuka pasar yang baru dan paguyuban ini sebaiknya fokus di pangsa pasar khusus ini. Resiko di bisnis custome made cenderung sederhana karena dari segi kualitas tidak ditarget sempurna dan biasanya dapat bersifat periodik sehingga kontinyuitas permintaan tinggi. Dengan resiko rendah diharapkan para anggota paguyuban dapat menggunakannya sebagai tahap belajar yang efektif sampai akhirnya menduplikasikannya pada anggota kelompok yang lain. Metode Kegiatan Langkah Pendekatan Adapun metode pendekatan yang ditawarkan untuk mendukung tujuan program tersebut di atas dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Menawarkan adanya Pengembangan Produk yang dilakukan dengan urutan metode sebagai berikut: a. Tim Program IbM melakukan riset pasar atas produk mebel maupun dekoratif custome made (pesanan khusus) b. Tim program IbM melakukan riset desain di laboratorium Desain Produk dan memberikan proses pelatihan praktek kerja produksi mebel pesanan khusus c. Tim program IbM melakukan penilaian dan pengujian atas hasil praktek kerja paguyuban d. Tahapan berikutnya adalah persiapan kerjasama jaringan dan pemasaran jasa 2. Menawarkan adanya Pengembangan Kerjasama Pangsa Pasar Baru Dilatarbelakangi oleh permasalahan tidak dimilikinya jaringan distribusi pemasaran yang tersistim, dan pasar sasaran yang menurun daya belinya, maka diperlukan upaya untuk keluar dari semua keterpurukan tersebut di luar dari kemampuan yang sudah dimiliki selama ini, diantaranya mulai dipikirkan tentang sebuah upaya jaringan kerja dengan pihak eksternal. Oleh karena itu tahap akhir di pembenahan internal ini adalah dilakukannya upaya untuk mulai menjajaki perluasan pangsa pasar dan fokus di pasar sasaran baru tersebut. Daya beli pasar baru ini harus lebih kuat dari pasar yang sudah ada. Secara otomatis, peningkatan kualitas di sektor produk perlu dilakukan supaya diterima oleh pasar baru ini. Dan karena paguyuban belum mampu dalam taraf ini, maka diperlukan fasilitator dalam hal ini Tim dari institusi pendidikan untuk dapat menjadi mediator antara paguyuban dengan pihak-pihak yang berminat bekerjasama dengan paguyuban. Bentuk kerjasama tersebut dapat berupa model sebagai berikut: [34] Jatmiko, Ary Dwi/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (eJETU). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 1, Juli 2013 pp. 33-39 a) Riset pasar dan pengembangan produk oleh Tim ITATS dengan rumah produksinya menjadi tanggung jawab paguyuban di bawah pengawasan Tim ITATS. b) Dengan adanya perbaikan desain, maka pemasaran produk dapat lebih dipercaya di pasar sasaran baru yang dimediatori di awal oleh Tim ITATS dengan melibatkan Incubator Business ITATS melalui jaringan kerjanya, baik secara offline maupun online. Dalam tahapan ini sebaiknya sudah diletakkan pondasi pemasaran online oleh Tim ITATS. Target Luaran Kegiatan Target luaran dari program yang direncanakan setelah proses identifikasi mendetail atas permasalahan dan kebutuhan solusi para pengrajin, berikut peluang yang potensial saat ini, adalah sebagai berikut: a. Target di Bidang Jasa Seperti telah disepakati dalam usulan program, bahwa jasa yang dimaksud di sini adalah bentuk layanan usaha yang timbul sebagai akibat dari adanya program ipteks bagi masyarakat ini. Jasa itu diantaranya adalah wadah yang dibuat oleh Tim ITATS untuk memberikan jasa riset pasar dan pengembangan produk bagi paguyuban, fasilitator pemasaran, dan mediator antara paguyuban dengan pihak eksternal. Dengan demikian segala biaya maupun keuntungan yang timbul akan diletakkan secara profesional melalui landasan kesepakatan kerjasama secara tertulis. b. Target atas Metode yang Terorganisasi atau Teradministratif baik Dari kegiatan ini diharapkan diperoleh keluaran kegiatan yang berupa dokumentasi atas proses kerja riset dan pengembangan, sistim pengelolaan keuangan, teknik operasional usaha, dan cara-cara pemasaran yang mudah dimengerti maupun diduplikasi diantara para anggota paguyuban. Hal ini apabila terbentuk akan menjadi tolak ukur yang positif apabila paguyuban tersebut akan berperan serta dalam program-program pemerintah selanjutnya. c. Target berupa Produk Dengan program untuk memperluas pangsa pasar yang ditunjang melalui riset dan pengembangan produk, maka diperlukan product pilot sebagai sarananya. Dalam proses identifikasi lanjutan, disepakati beberapa produk yang akan dihasilkan dalam program ini adalah sebagai berikut: c.1. Produk Elemen Interior dan Furnitur Beberapa alternatif produk yang dapat dikembangkan, diantaranya adalah: 1) Hanger Kitchen Set 2) Rak Sepatu 3) Modul Rak CD & Buku 4) Lampu Dinding 5) Jam Dinding 6) Modul Meja Keluarga c.2. Produk Custome Made (Pesanan Khusus) Disesuaikan anggaran dengan membuat produk pilot berupa model skalatis Sarana Niaga Franchise / Kiosk yang saat ini tren untuk aktifitas indoor maupun outdoor. Model ini juga sekaligus menjadi sarana promosi atas jasa para pengrajin. d. Target berupa Hak Kekayaan Intelektual Desain Industri Produk yang dihasilkan tersebut sebaiknya didaftarkan dalam HKI Desain Industri untuk kepentingan perlindungan desain dan sekaligus sebagai langkah profesional untuk keberlanjutan kerja riset dan pengembangan produk di bidang desain. Hasil dan Pembahasan Hasil kegiatan penerapan ipteks bagi masyarakat ini berfokus pada upaya pendampingan, pendidikan berupa pelatihan produksi, dan bantuan rancang bangun produk. Kegiatan yang didanai hibah IbM oleh DP2M Dikti Depdiknas ini dapat disampaikan secara terstruktur dalam tahapan kegiatan sebagai berikut: Survey Pasar Tim peneliti melakukan riset pasar atas produk mebel maupun dekoratif custome made (pesanan khusus) dengan melakukan pendekatan di semua pihak yang terkait dengan keberadaan [35] Hak Cipta oleh eJETU © 2013. Open Access at http://www.jurnal.widyakartika.ac.id/index.php/ejetu produk ini. Beberapa pihak tersebut diantaranya adalah para pengrajin, konsumen potensial, dan juga beberapa pemasok bahan baku ataupun kompetitor. Kegiatan riset pasar ini melibatkan para pengurus Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan Jalan Semarang-Surabaya. Sasaran kompetitor dipusatkan di beberapa pemasok besar, seperti AJBS, Carrefour, dan Ace Hardware Surabaya dengan tujuan untuk mengidentifikasi perkembangan mebel dan elemen interior terkini. Sasaran pengamatan adalah produk-produk furnitur ataupun elemen interior yang umum diminati oleh konsumen awam di kelas menengah ke atas. Sedangkan untuk kategori desain produk berdasarkan pesanan khusus, sasaran yang dituju adalah Mall maupun Mini Market yang di dalamnya menyewakan untuk Teenant Franchise, yang jasanya berbasis Kiosk/Sarana Niaga. Target Lokasi adalah Tunjungan Plaza 1, lantai dasar, Surabaya. Kegiatan riset ini ditunjang juga dengan kegiatan survey sistim joining dan aksesories tambahan lainnya sebagai proses peningkatan informasi atas perkembangan terkini. Hal ini dilakukan untuk dapat memberikan pengalaman terkini bagi para desainer dalam memberikan nilai tambah bagi pengembangan produk bagi para pengrajin. Gambar 1. Hasil Survey Perkembangan Elemen Interior Gambar 2. Hasil Survey Perkembangan Aksesoris Interior Curah Pendapat dan Riset Desain Setelah proses riset pasar, tim peneliti melaksanakan curah pendapat berdasarkan hasil survey. Kegiatan curah pendapat ini membahas dari mulai perkembangan produk, sistim, dan elemen interior yang telah berkembang saat ini. Untuk memperkuat hasil brainstorming, Tim melakukan kegiatan verifikasi atas identifikasi kebutuhan konsumen lokal dengan melakukan survey tambahan di Pameran Jatim Fair di Grand City, Surabaya. Sampai dengan tahapan ini curah pendapat telah berhasil melakukan penyusunan Mission Statement atas proyek yang hendak dilaksanakan. Setelah proses penyusunan Mission Statement dan verifikasi Voice of Customer, maka Tim dapat menyusun Identifikasi Kebutuhan Konsumen dan Target Spesifikasi Teknis Produk Sasarannya. Kegiatan dilanjutkan dengan menghasilkan Konsep Desain sebanyak-banyaknya, untuk dipilih dan siap diproduksi oleh mitra Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan Jalan SemarangSurabaya. Dalam praktek pembuatannya, tim peneliti memberikan pelatihan praktek di laboratorium Desain Produk. Gambar 3. Kegiatan Curah Pendapat dengan para pengrajin Gambar 4. Hasil Kegiatan Curah Pendapat [36] Jatmiko, Ary Dwi/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (eJETU). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 1, Juli 2013 pp. 33-39 Gambar 5. Hasil Curah Pendapat yang berupa beberapa Alternatif Konsep Desain Kegiatan Produksi Purwarupa Dalam kegiatan produksi purwarupa, tim peneliti mengawali lebih dulu dalam bentuk workshop yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan praktek oleh para pengrajin di bawah pembimbingan tim peneliti. Kegiatan praktek produksi purwarupa untuk awalnya dilakukan di workshop laboratorium Jurusan Desain Produk-ITATS dan untuk dilanjutkan atau didiseminasikan ke lingkungan mitra. Gambar 6. Pengerjaan Purwarupa Rak Sepatu Gambar 7. Pengerjaan Purwarupa Lampu Dinding Gambar 8. Pengerjaan Purwarupa Gantungan Baju Kegiatan Persiapan Kerjasama Tahapan berikutnya adalah persiapan kerjasama jaringan dan pemasaran jasa. Dalam tahapan ini, Tim berkoordinasi dengan beberapa pihak eksternal yang sedang dalam status merintis. Target luaran yang saat ini belum tercapai adalah didaftarkannya beberapa hasil desain produk dari pengrajin ini untuk mendapatkan Hak Desain Industri. Dalam hubungannya dengan tahapan kerjasama adalah telah dirintisnya juga hubungan kerjasama eksternal dengan Konsultan HKI di Surabaya. Proses ini diharapkan akan mulai ada langkah nyata sekitar Maret 2011. [37] Hak Cipta oleh eJETU © 2013. Open Access at http://www.jurnal.widyakartika.ac.id/index.php/ejetu Implementasi Kegiatan Secara keilmuan, kegiatan program IbM ini merupakan implementasi ilmu-ilmu dasar desain untuk berorientasi lebih kepada kebutuhan calon pengguna dan permasalahan hidup sehari-hari ataupun dalam hal bersentuhan dengan produk-produk di sekeliling kita. Kajian yang baru justeru terletak dalam riset tentang bagaimana ilmu-ilmu pengembangan produk ini dapat disalurkan kepada para pengrajin yang awam sekalipun, agar materi yang disampaikan dapat berguna bagi para mitra kerja tersebut. Proses riset dan pengembangan telah berhasil dilakukan oleh Tim Peneliti dengan mengeluarkan rancangan konsep yang berfokus pada pesanan khusus. Konsep ini siap untuk memberikan kontribusi yang diharapkan cetak birunya dapat mudah diaplikasikan kepada para mitra pengrajin. Maka untuk tindakan lanjutan selain diperlukan metode yang terdokumentasi baik, diperlukan juga sistim yang mudah diduplikasikan kepada para rekan mitra lainnya. Kegiatan lanjutan lainnya yang tidak kalah penting berupa pemantauan secara langsung di tempat usaha dan memberikan dukungan penuh atas aplikasi konsep desain yang dihasilkan oleh tim. Posisi Tim Peneliti berperan sebagai konsultan dan mediator dengan pihak eksternal. Hal ini ditempuh sampai proses ini kemudian menentukan bahwa antara Tim dan Mitra berposisi setara apabila Mitra telah mampu secara mandiri berkreasi, beroperasi, dan memasarkan dirinya dalam pasar sasarannya yang baru. Kesimpulan Dari serangkaian kegiatan alternatif program solusi yang ditawarkan tim peneliti berdasarkan identifikasi permasalahan mitra, maka beberapa kategori penting dapat disimpulkan sebagai berikut: Keberhasilan Program Dalam proses berjalannya kegiatan ini, tim peneliti berhasil memberikan sumbangan berarti dalam hal pengembangan produk kepada mitra usahanya, yakni Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan. Dengan kondisi waktu dan dana hibah terbatas, tim peneliti telah menghasilkan diantaranya adalah: a. Berdirinya kelompok tim yang berfokus pada jasa pengembangan produk Berawal dari kegiatan ipteks bagi masyarakat ini, maka kelompok tim peneliti berencana untuk merancang kegiatan lanjutannya secara serius dan profesional, minimal dimulai dari unit kerjanya sendiri, yakni Jurusan Desain Produk. b. Dokumentasi Metode Produksi atas pengembangan produk secara massal Dalam hal berproses ke arah pengembangan produk, beberapa data pendukung seperti Identifikasi permasalahan dan kebutuhan, penyusunan mission statement, penetapan target spesifikasi, konsep-konsep desain dan pengembangannya, kegiatan manajemen proyek, gambar kerja, dan dokumentasi produksi adalah berbagai metode yang didokumentasikan oleh tim peneliti untuk dapat menjadi rujukan bagi pengembangan usaha mitra. c. Produk, yang menitikberatkan pada elemen interior sebagai pasar yang relatif baru bagi pengrajin, tetapi karya produk ini bersesuaian dengan kemampuan pengrajin mitra. Beberapa produk tersebut diantaranya adalah, rak sepatu beserta alternatifnya, lampu dinding, gantungan baju, kotak rak, dan jam dinding. Keberlanjutan Program Di sisi lain, kegiatan pengabdian masyarakat ini juga memiliki kelemahan, yakni masih dirancangnya persiapan menuju ke arah jaringan atau kerjasama eksternal, baik di bidang Hak Kekayaan Intelektuak maupun perihal distribusi dan pemasaran. Walaupun begitu program solusi ini bukan berarti telah gagal, sebab beberapa pihak terkait kerjasama eksternal ini masih dalam status progress untuk merintis dan merealisasikannya pada tahun 2011. Diantaranya yang cukup aktif adalah kerjasama dengan salah satu Konsultan HKI di Surabaya. Dengan kenyataan ini, maka diharapkan melalui riset lanjutan, aspek pendayagunaan dan pemanfaatan kerjasama sebagai program solusi mitra Paguyuban Persatuan Pengrajin Kusen Dipan dapat menjadi tugas bersama masyarakat untuk diselesaikan. Ucapan Terima Kasih Atas telah berlangsungnya kegiatan pengabdian ini, maka tim dan mitra yang terlibat sangat mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP2M) [38] Jatmiko, Ary Dwi/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (eJETU). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 1, Juli 2013 pp. 33-39 Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional atas kepercayaannya kepada tim untuk menjalankan Program IPTEKS bagi Masyarakat ini. Besar harapan tim bahwa program ini dapat didukung untuk keberlanjutannya melalui usulan kegiatan riset dan pengabdian masyarakat lainnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Atkinson, Scott. (2003). Ideas for Great Home Lighting, Sunset Publishing Corporation [2]. Iensufiie, Tikno. (2009). Konstruksi Kayu untuk Furniture dan Bangunan, Erlangga [3]. Love, George. (1985). Teori dan Praktek Kerja Kayu, Erlangga [4]. Stefford, John. (1986). Teknologi Kerja Kayu, Erlangga [5]. Ulrich, Karl T. Eppinger, Steven D. (2007). Product Design & Development, McGraw-Hill Education Singapore [6]. Yuswanto, Drs. (2000). Finishing Kayu, Kanisius [39]