BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jagung Jagung memegang peranan penting sebagai bahan pangan di Indonesia. Dikatakan penting karena jagung sebagai sumber karbohidrat kedua setelah padi. Selain mengkonsumsi padi sebagai bahan pangan, masyarakat Indonesia juga banyak mengkonsumsi jagung. Hal ini dikarenakan, jagung bermanfaat sebagai pengganti nasi, tepung, bihun, bahan campuran kopi, biskuit, kue kering dan lainnya (Adisarwanto dan Yustina, 2000). Komponen jagung dalam produksi pakan ternak mempunyai proporsi yang paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya yaitu sebesar 51% (Syamsudin dalam Deptan, 2006). Ketersediaan jagung berdampak terhadap ketersediaan bahan baku industri pakan ayam ras pedaging. Lebih lanjut ketersediaan pakan ini mempengaruhi ketersediaan daging ayam ras sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Meningkatnya permintaan daging ayam ras menyebabkan meningkatnya permintaan pakan, selanjutnya berdampak terhadap meningkatnya permintaan jagung, demikian sebaliknya. Fenomena ini menunjukkan bahwa kinerja masing-masing pasar tidak hanya ditentukan oleh faktor internal pasar bersangkutan, tetapi secara bersama-sama ditentukan juga oleh perilaku pasar lainnya (Kariyasa dan Sinaga 2007). 10 Universitas Sumatera Utara 11 Peranan komoditi jagung sebagai bahan baku pakan ternak sampai saat ini belum tergantikan. Komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak memiliki proporsi yg paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya. Komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur 47,14 persen dan untuk ternak babi grower sebesar 49,34 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah, mengandung kalori tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Upaya untuk menggantikan jagung dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil sehingga jagung tetap menjadi bahan baku utama pakan di seluruh dunia (Purwono, et al, 2007). Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap lebih dari 80% produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20% lagi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi (Badan Ketahanan Pangan, 2007). 2.1.2 Ayam Ras Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler. Ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu, ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan Universitas Sumatera Utara 12 timbunan daging yang baik dan banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor ayam (Rasyaf, 2004). 2.1.3 Telur Telur merupakan hasil dari system reproduksi suatu individu. Telur adalah hasil sekresi system produksi dan mekanisme endocrine, metabolic dan kimia faali. Telur ayam mempunyai komposisi zat-zat makanan sebagai berikut : air 66%, protein 13%, lemak 10,5% dan abu 10,5% (Anggorodi, 1985). 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Transmisi Harga Transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat / tingkat pasar lainnya (Hasyim, 2012). 2.2.2 Fluktuasi Harga Fluktuasi harga adalah perubahan harga di atas atau di bawah harga rata-rata pertahun. Harga yang fluktuatif ini didapat karena adanya ketidakseimbangan jumlah permintaan dan penawaran di pasar (Anonimus, 2010). Di Indonesia, harga telur ayam ras sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacammacam, diantaranya faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Biasanya pada waktu menjelang lebaran (Hari Raya Idul Fitri), harga telur ayam ras akan mulai merangkak naik pada minggu kedua bulan Ramadhan dan akan mencapai puncaknya pada 2-3 hari menjelang lebaran (Abidin, 2003). Universitas Sumatera Utara 13 2.2.3 Integrasi Pasar Integrasi pasar merupakan keterpaduan di antara beberapa pasar yang memiliki hubungan harga tinggi. Pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih, kemudian harga di suatu pasar berhubungan dengan harga di pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang (Fitrianti, 2009). Terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan faktor: 1. Segmentansi pasar Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika perubahan harga yang terjadi di pasar acuan tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik, maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang ada di pasar acuan. 2. Integrasi jangka pendek Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar domestik (Nachrowi dan Hardius, 2006). 2.2.4 Penentuan Harga Pokok Harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Namun harga pokok juga bisa diartikan sebagai jumlah biaya-biaya dari produk yang telah dikeluarkan. Untuk menghitung harga Universitas Sumatera Utara 14 pokok hendaknya diketahui dengan baik biaya dan jenis-jenisnya. Komponen/ elemen harga pokok adalah biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Tidak dapat dihindarkan berarti bahwa tanpa pengeluaran biaya proses produksi tidak dapat berjalan dan tidak akan ada hasil. Bahan baku dan tenaga kerja langsung termasuk yang tidak dapat dihindarkan di dalam proses produksi, akan tetapi tidak berarti semua pengeluaran biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja diperhitungkan ke dalam harga pokok (Lesmono, 1998). Tujuan menghitung harga pokok: 1. Untuk menentukan harga penjualan, harga pokok penjualan tidak dapat ditentukan sebelum harga pokoknya ditentukan terlebih dahulu. 2. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan. Laba dihitung dengan cara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Padahal harga pokok penjualan baru dapat ditentukan setelah harga pokok ditentukan terlebih dahulu. 3. Untuk memberi penilaian didalam laporan keuangan yang berupa neraca. Harta dalam neraca yang berupa persediaan produk jadi harus dinilai, diberi harga. Dengan pemberian harga tersebut dapat diketahui kekayaan perusahaan. Penilaian atau pemberian harga tersebut informasinya dari harga pokok. 4. Untuk menentukan kebijakan perusahaan. Misalnya dalam kasus akan memberi potongan harga pada saat menjual secara besar-besaran.Dalam pengambilan kebijakan ini jangan sampai harga yang ditentukan berada di bawah harga pokok. Universitas Sumatera Utara 15 5. Untuk menentukan efisiensi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan perkiraan penentuan harga pokok sebelum proses produksi dikaksanakan dengan perhitungan harga pokok setelah proses produksi dikerjakan. Tujuan perhitungan harga pokok tersebut di atas tidak dapat terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing tujuan saling terkait (Halim, 2009). Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat informasi harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca (Mulyadi, 2005). 2.2.5 Biaya Produksi Biaya merupakan mencakup satu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Boediono, 2002). Biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun secara tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak (Daniel, 2004). Universitas Sumatera Utara 16 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999) menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung impor yang sampai ke Indonesia. Penelitian mengenai dampak harga BBM (Bahan Bakar Minyak) terhadap kesinambungan usaha dalam pola kemitraan ayam broiler yang dilakukan oleh Agus Hermawan, Dian M. Yuwono dan Abdul Choliq (2005) menghasilkan kebijakan pengurangan subsidi BBM memicu naiknya biaya produksi usaha ayam broiler, khususnya biaya pakan, pemanas, dan tenaga kerja. Harga DOC (Day Old Chick) cenderung stabil sebagai dampak dari penerapan pola kemitraan inti plasma. Peningkatan biaya produksi tidak secara langsung menurunkan Universitas Sumatera Utara 17 keuntungan finansial peternak karena harga hasil panen (ayam broiler hidup) juga meningkat. 2.4 Kerangka Pemikiran Peningkatan harga pakan dipengaruhi oleh harga jagung, karena jagung merupakan bahan baku utama penyusun pakan. Rata-rata peningkatan harga pakan ayam ras pedaging terjadi seiring dengan peningkatan harga jagung di tingkat konsumen (harga eceran di pasar) dan harga jagung impor di dalam negeri (harga pembelian jagung impor oleh industri pakan). Perubahan harga daging ayam ras disebabkan karena komponen input berupa pakan sebagian besar masih bergantung kepada impor. Harga jagung giling mampu mempengaruhi harga telur ayam ras baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui harga ayam ras. Begitu juga dengan harga pakan ayam mampu mempengaruhi harga telur baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui harga ayam ras. Adapun skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 18 Harga Jagung Giling (X1) Harga Telur Ayam Ras (Y2) Harga Ayam Ras (Y1) Harga Pakan Ayam (X2) Keterangan : Menyatakan Pengaruh Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Harga jagung giling dan harga pakan ayam berpengaruh nyata terhadap harga ayam ras, serta berdampak terhadap harga telur ayam ras, baik secara langsung maupun tidak langsung. Universitas Sumatera Utara