10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Lulusan sekolah menengah atas dalam mengambil keputusan untuk memilih perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh nama suatu perguruan tinggi. Nama perguruan tinggi yang ada di fikiran lulusan sekolah menengah atas adalah perguruan tinggi yang sudah memiliki nama baik di mata masyarakat. Citra suatu perguruan tinggi merupakan anggapan masyarakat tentang kemampuan suatu perguruan tinggi dalam memberikan jasa pendidikan kepada masyarakat. Citra baik suatu perguruan tinggi akan menjadi nilai tambah suatu perguruan tinggi dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. Citra yang baik suatu perguruan tinggi akan menjadi pertimbangan bagi lulusan sekolah menengah atas dalam memutuskan perguruan tinggi yang akan dijadikan tempat untuk kuliah. 1. Pemasaran Menurut Kotler & Armstrong (2001:7) pemasaran adalah “proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain”. Tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Swasta dan Handoko (2003:3), bahwa pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari segala kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli harga maupun pembeli potensial. Nitisemito dalam Lupiyoadi (2001:31), mengemukakan pemasaran adalah “semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud commit to user untuk menciptakan permintaan efektif”. perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id Menurut American Marketing Association (AMA) seperti yang dikutip oleh Kasali (1998:53), “pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga,promosi, hingga distribusi barangbarang, ide-ide dan jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya”. Berdasarkan seluruh pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses dalam memahami kebutuhan dan keinginan konsumen agar produk atau jasa yang dibuat sesuai dengan harapan konsumen sehingga produk atau jasa tersebut dapat memuaskan konsumen. Kotler (2002:15) mengemukakan bahwa pemasaran mempunyai tujuan membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihakpihak yang memiliki kepentingan utama pelanggan, pemasok, distributor dalam rangka mendapatkan serta mempertahankan referensi dan kelangsungan bisnis jangka panjang mereka. Alma (2004:5) mengemukakan tujuan pemasaran antara lain: a. Mencari keseimbangan pasar, antara buyer's market dan seller's market, mendistribusikan barang dan jasa dari daerah surplus ke daerah minus, dan produsen ke konsumen, dari pemilik barang dan jasa ke calon konsumen. b. Tujuan pemasaran yang utama ialah memberi kepuasan kepada konsumen. Tujuan pemasaran bukan komersial atau mencari laba. Tapi tujuan pertama ialah memberi kepuasan kepada konsumen, Dengan adanya tujuan memberi kepuasan ini, maka kegiatan marketing meliputi berbagai lembaga produsen (yayasan, lembaga pendidikan, pribadi, masjid, organisasi non profit). 2. Strategi Pemasaran Assauri (2008:168) strategi pemasaran adalah “serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta commit to user alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah”. Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan dan internal perusahaan melalui analisa keunggulan dan kelemahan perusahaan, serta analisa kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya. Tjiptono (2000:43) menyatakan bahwa “strategi pemasaran adalah rencana yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran, rencana tindakan ini didasarkan atas analisa situasi dan tujuan-tujuan perusahaan dan merupakan cara untuk pencapaian tujuan tersebut”. Kotler & Amstrong (2010) berpendapat bahwa strategi pemasaran adalah “logika pemasaran dan berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran pemasarannya”. Menurut Winardi (1998:328) mengatakan “strategi pemasaran adalah sebuah rencana tertulis yang biasanya komprehensif yang melukiskan semua aktifitas yang bertalian dengan upaya mencapai suatu sasaran pemasaran tertentu dan hubungan mereka satu sama lain sehubungan dengan waktu dan luas mereka masing-masing”. Rencana tertulis yang termasuk di dalamnya ramalan-ramalan penjualan jangka pendek dan jangka panjang, target produksi serta kebijaksanaan penetapan harga, strategi pemasaran dan strategi penjualan, syarat-syarat pengisian lowongan, maupun pemasaran yang terpilih dan anggarannya. Strategi pemasaran didasarkan analisis manajer perusahaan akan lingkungan perusahaan baik internal maupun eksternal. Menurut Tjiptono (2011) terdapat tiga elemen pokok dalam strategi pemasaran, antara lain: a. Konsumen Pemasaran berawal dari kebutuhan dan keinginan pelanggan serta berakhirnya dengan kepuasan dan loyalitas pelangan. Pemasar wajib memahami siapa saja pelanggan, preferensi, karakteristik, kebutuhan, keinginan, gaya hidup, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka. b. Perusahaan pesaing Memenuhikepuasan konsumen belumlah cukup. Apabila ada pesaing yang commit to user sanggup memuaskan pelanggan dengan baik, maka pelanggan akan beralih ke perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id pesaing. Oleh sebab itu setiap organisasi harus memperhatikan faktor pesaing. Faktor tersebut meliputi siapa saja pesaing perusahaan, strategi, kelemahan, kompetensi diri, serta relasi mereka. c. Tujuan perusahaan Tujuan perusahaan dicapai melalui upaya memuaskan pelanggan. Caranya tidak semata-mata dengan menekankan pada aspek transaksi, namun justru lebih fokus pada aspek relasi. Untuk itu dibuthkan strategi, kinerja, kompetensi diri, sumberdaya (manusia, alam, finansial, teknologi, intelektual, informasi, dan waktu). Berdasarkan penjelsan di atas dapat dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan dan internal perusahaan melalui analisa keunggulan dan kelemahan perusahaan, serta analisa kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya. 3. Promosi Promosi adalah salah satu bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya. Promosi adalah cara menyampaikan pesan yang dapat mempengaruhi konsumen agar berubah sikapnya dengan tujuan untuk membantu menciptakan permintaan dan terlaksananya penjualan. Menurut Kotler & Keller (2009) “promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran agar membelinya”. Tjiptono (2008:219) mengungkapkan pada hakikatnya promosi adalah commit to user suatu bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan bersangkutan. Dalam promosi terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, pada umumnya ada 4 kegiatan yang biasa dilakukan yaitu: a. Periklanan (advertensing) Periklanan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang sering dilakukan perusahaan melalui komunikasi non individu dengan sejumlah biaya seperti iklan melalui media masa, perusahaan iklan, lembaga non laba, individu-individu yang membuat poster dan sebagainya. Periklanan dilakukan untuk memasarkan produk baru, memasuki segmen pasar yang baru atau yang tidak terjangkau oleh salesman maupun personal selling. Periklanan sering dilakukan baik melalui surat kabar, radio dan TV, pos langsung atau bahkan melalui biro periklanan. b. Personal selling Personal selling adalah kegiatan promosi yang dilakukan antar individu yang sering bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Proses personal selling adalah sebagai pelayanan sesudah penjualan. c. Promosi penjualan Promosi penjualan adalah salah satu bentuk kegiatan promosi dengan menggunakan alat peraga seperti: peragaan, pameran, demonstrasi, hadiah, contoh barang dan sebagainya. d. Publisitas Publisitas merupakan kegiatan promosi yang hampir sama dengan periklanan yaitu melalui media masa tetapi informasi yang diberikan tidak dalam bentuk commit to user iklan tetapi berupa berita. Biasanya lembaga yang dipublisitaskan tidak 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengeluarkan biaya sedikitpun tetapi bisa merugikan kalau lembaga yang dipublisitaskan diberitakan kejelekannya. Kegiatan promosi setiap organisasi pada umumnya masih terbatas pada tahap menciptakan citra perusahaan (corporate image), disamping organisasi tersebut juga berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Tanpa adanya promosi sangat sulit mengharapkan masyarakat dapat mengetahui kelebihan dari suatu organisasi. Oleh karena itu, promosi merupakan cara yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya. Salah satu tujuan promosi bank adalah menginformasikan segala jenis produk atau jasa yang ditawarkan dan berusaha menarik calon pelanggan baru. 4. Pemasaran Jasa Pendidikan Menurut Alma (2009:66) jasa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi yang di dalamnya terdapat individu, anggota-anggota dan lembaga pendidikan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi sebagai lembaga penyedia jasa mempunyai beberapa karakteristik tersendiri. Menurut Lupiyoadi (2009:148) karakteristik jasa perguruan tinggi adalah: a. Perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni dimana pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana pendukung semata. b. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa), yang dalam hal ini pelanggan yang mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk mendapatkan jasa yang dinginkan. c. Penerima jasa adalah orang merupakan pemberian jasa yang berbasis orang. commit to user Pelanggan dan penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berlangsung. Untuk menerima jasa pelanggan harus menjadi bagian dari sistem jasa tersebut. d. Hubungan dengan pelanggan berdasarkan member relationship, dimana pelanggan telah menjadi anggota lembaga pendidikan tersebut. Sistem pemberian jasa secara terus menerus dan teratur sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Bauran pemasaran jasa pendidikan oleh Koes dalam Alma (2009) adalah konsep 7P yang terdiri atas 4P tradisional dan 3P yang diperluas yaitu: a. Produk atau jasa yang ditawarkan kepada mahasiswa adalah reputasi, prospek dan variasi pilihan. b. Harga dalam kontes jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu jasa pendidikan. Penetapan harga (SPP, biaya pembangunan, biaya laboratorium), adalah elemen harga jasa pendidikan, pemberian beamahasiswa, prosedur pembayaran dan syarat cicilan. c. Lokasi adalah tempat jasa pendidikan yang akan mempengaruhi preferensi calon pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi perlu mempertimbangkan lingkungan dimana lokasi itu berada. Dekat dengan pusat kota atau perumahan, kondisi lahan parkir, lingkungan belajar yang kondusif dan transportasi. Selain lokasi secara fisik, jasa pendidikan juga dapat dijangkau secara virtual melalui internet. d. Promosi yang dapat dilakukan jasa pendidikan adalah periklanan (iklan TV, radio, spot dan billboard), promosi penjualan melakukan kontak langsung dengan calon mahasiswa dan melakukan kegiatan hubungan masyarakat. e. Sumber daya manusia atau people adalah semua orang atau perilaku yang terlibat dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen serta mempengaruhi persepsi konsumen, seperti para personel penyedia jasa, pelanggan dan para pelanggan lain yang terkait dengan jasa tersebut. Sumber daya manusia dalam commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id jasa pendidikan, dikelompokkan menjadi 3 yaitu administrator, guru dan karyawan. f. Bukti fisik atau sarana dan prasarana merupakan suatu lingkungan dimana mahasiswa dapat berinteraksi dan terdapat komponen berwujud (tangible) yang mendukung kinerja atau komunikasi dari jasa pendidikan, seperti gaya bangunan, fasilitas penunjang (kelengkapan sarana pendidikan, peribadatan, olahraga dan keamanan). g. Proses atau manajemen layanan merupakan suatu prosedur, mekanisme dan serangkaian kegiatan untuk menyampaikan jasa dari produsen kepada konsumen. Proses ini sangat berkaitan dengan sumber daya manusia yang akan menyampaikan jasa kepada konsumen. Proses atau manajemen layanan merupakan serangkaian kegiatan yang dialami mahasiswa selama dalam pendidikan seperti proses belajar mengajar, ujian dan lainnya. 5. Merek American Marketing Association (dalam Kotler dan Keller, 2009:258), menjelaskan bahwa “merek adalah nama, istilah, simbol atau rancangan kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing”. Lebih lanjut dalam Kotler dan Keller (2009:105) disebutkan bahwa merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Menurut pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa merek adalah nama atau simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk baik berupa barang atau jasa yang dapat membedakan dengan produk lain, sehingga konsumen mudah mengenalinya. Merek sangatlah besar manfaatnya bagi sebuah produk, berhasil tidaknya sebuah produk tergantung bagaimana sebuah merek dapat commit to user diingat oleh konsumen. Pemberian nama atau merek perlu dipertimbangkan secara 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id matang-matang karena dengan merek pula seorang konsumen dapat merasakan kepuasan sehingga akan mengembangkan loyalitas konsumen. Simamora (2009:3) mengatakan bahwa merek memberi manfaat bagi pembeli untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Bagi masyarakat, merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten, meningkatkan efesiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya, meningkatkan inovasi-inovasi baru, karena produsen terdorong dan menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing. Sedangkan bagi penjual, merek memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia serta menguntungkan dan membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Kotler dan Keller (2009:259) menyampaikan bahwa merek melaksanakan fungsi berharga perusahaan yang pertama, merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi. Merek juga menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Nama merek dapat dilindungi melalui nama dagang terdaftar, proses manufaktur dapat dilindungi melalui hak paten, dan kemasan dapat dilindungi melalui hak cipta dan rancangan hak milik. Penetapan merek dapat menjadi alat yang berguna untuk mengamankan keunggulan kompetitif. 6. Citra Merek (Brand Image) Aaker (dalam Simamora, 2009:96) menjelaskan bahwa “citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang commit to user dijanjikan kepada konsumen”. Merek merupakan simbol dan indikator dari 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kualitas sebuah produk. Oleh karena itu merek produk yang sudah lama akan menjadi sebuah citra bahkan simbol status bagi produk yang mampu meningkatkan citra pemakainya. Citra sebuah merek merupakan seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemegang merek. Asosiasi tersebut, menyatakan yang sesungguhnya merek dan kualitas suatu produk yang dijanjikan kepada pelanggan. Identitas merek adalah citra merek yang ingin ditanamkan dibenak konsumen. Perusahaan bisa menginginkan sesuatu hal namun hasilnya tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Setelah konsumen mengkonsumsi sebuah produk, maka konsumen akan mengingat kesan yang ditangkap dari sebuah produk. Jika konsumen telah merasakan manfaatnya maka ingatan konsumen akan lebih besar lagi terhadap produk tersebut daripada sebelum menggunakannya. Inilah yang membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap asosiasi sebuah merek. Kesan merek ditunjukkan dengan produk tersebut mempunyai reputasi yang baik dimata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri bagi konsumen (Keller dalam Shimp, 2009:10) Shimp (2009:12) berpendapat bahwa citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain. Kerangka citra merek (brand image) ditunjukkan pada bagan 2.1. commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengenalan terhadap merek KESADARAN AKAN MEREK Kemampuan untuk mengingat merek Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (contoh: harga, kemasan, pemakai, dan citra penggunaan). PENGETAHUAN Atribut Hal-hal yang berhubungan dengan produk (contoh: warna, ukuran, dan desain). Manfaat Fungsional AKAN MEREK Asosiasi merek Evaluasi keseluruhan (sikap) CITRA MEREK Simbolis Pengalaman Dukungan, kekuatan, dan keunikan assosiasi merek Bagan 2.1 Kerangka Citra Merek Berbasis Konsumen (Sumber: Keller dalam Shimp, 2009:10) Bagan kerangka citra merek berbasis konsumen di atas dapat dijelaskan variabel-variabel dari citra merek sebagai berikut. a. Asosiasi Merek (Brand Assosiasion) Aaker dalam Simamora (2009:30) menjelaskan bahwa ”asosiasi merek adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan dengan suatu merek”. Aaker dalam Rangkuti (2009:43) mendefinisikan bahwa “asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek”. Durianto (2009:43) berpendapat bahwa asosiasi terhadap merek dibentuk oleh tiga hal, yaitu: 1) persepsi nilai (perceived value), 2) kepribadian merek (brand personality), dan 3) asosiasi organisasi (organizationalcommit association). to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Persepsi nilai diartikan sebagai persepsi kualitas dibagi dengan harga. Ada lima unsur pembentuk persepsi nilai (perceived value), yaitu: 1) kualitas produk, 2) harga, 3) kualitas layanan, 4) faktor emosional, dan 5) kemudahan. 1) Kualitas Produk, kualitas produk terdiri enam elemen, yaitu: a) Kinerja, merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan langsung dengan bagaimana suatau produk dapat menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b) Reliabilitas, merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi. c) Feature, merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada suatu produk. Misalnya televisi dengan feature remote control. d) Keawetan (durability), merupakan dimensi kualitas produk yang menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk dikatakan awet jika dapat bertahan dalam pemakaian yang berulang-ulang. e) Konsitensi, merupakan elemen yang menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi suatu standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang mempuyai konsitensi tinggi berarti sesuai dengan standar yang ditentukan. f) Desain, merupakan aspek emosiaonal dalam mempengaruhi kepuasan konsumen. Sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut mempengaruhi persepsi kualitas produk tersebut. 2) Harga, unsur harga memberikan pengaruh relatif. Ada sebagian dari konsumen yang sensitif terhadap harga, dan ada juga yang tidak begitu mempertimbangkan harga dalam pengambilan keputusan pembelian produk. 3) Kualitas layanan, kualitas layanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu: 1) sistem, 2) teknologi, dan 3) manusia. Dimensi kualitas layanan terdiri dari wujud fisik (tangible), reliabilitas, daya tanggap (responsivness), kepastian (assurance), dan (emphaty). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id 4) Faktor Emosional, dimensi emosional dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1) estetika, 2) self-expressive value, dan 3) brand personality. Aspek estetika berkaitan dengan bentuk dan warna. Bentuk meliputi besar kecilnya produk, proporsi dan kesimetrisan. Aspek self-expressive adalah bentuk kepuasan yang terjadi karena lingkungan sosial disekitarnya. Aspek Brand personality berkaitan dengan karakter personal. 5) Kemudahan, konsumen akan cenderung lebih merasa puas jika ia merasa relatif mudah, nyaman, dan efesien dalam mendapatkan produk atau layanan. Brand Personality berhubungan dengan ikatan emosi merek dengan manfaat merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek dan customer relationship. Kepribadian merek akan melibatkan dimensi yang unik untuk sebuah merek. Dalam Asosiasi Organisasi (organizational association), konsumen akan mengkaitkan sebuah produk dengan perusahaan yang memproduksinya. Asosiasi organisasi akan menjadi faktor penting jika merek yang ada mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya atau jika organisasi merupakan hal penting untuk dilihat maka produsen harus meningkatkan kesuksesan perusahaan`terhadap konsumen dengan memberikan rasa aman dalam mengonsumsi suatu produk. Asosiasi organisasi ditunjukkan dengan produsen yang sukses serta mendapat kepercayaan dari konsumen. b. Dukungan asosiasi merek Keller (dalam Shimp, 2009:55) menyatakan bahwa dukungan asosiasi merek merupakan ingatan terhadap sebuah merek akan atribut, manfaat serta keyakinan dari sebuah produk atas penilaian konsumen terhadap produk tersebut. Atribut adalah karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk yang meliputi kualitas, fitur, desain. Menurut Kotler & Keller (2009:125), merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Atribut diperlukan untuk menjadi fungsional dan manfaat simbolik. Atribut dan manfaat dari suatu produk menciptakan asosiasi commit to user merek tersendiri dalam ingatan konsumen berdasarkan persepsi terhadap dua hal 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tersebut sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih merek tersebut. Dukungan asosiasi merek tersebut ditunjukkan dengan persepsi konsumen yang menganggap bahwa produk yang dikonsumsi itu desainnya banyak diminati dan bermanfaat bagi konsumen. c. Kekuatan asosiasi merek Keller (dalam Shimp, 2009:43) menyatakan bahwa kekuatan asosiasi merek tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari brand image. Jika konsumen telah merasakan manfaatnya maka ingatan konsumen akan lebih besar lagi terhadap produk tersebut daripada sebelum menggunakannya. Manfaat sebuah produk yang dirasakan akan membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap asosiasi sebuah merek. Kekuatan asosisi merek ditunjukkan dengan produk tersebut mempuyai reputasi yang baik dimata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki manfaat ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri bagi konsumen. d. Keunikan asosiasi merek Keller (dalam Shimp, 2009:133) menyatakan ”Jika sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakannya dari produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen”. Ingatan konsumen akan semakin kuat lagi setelah konsumen merasakan manfaat dari sebuah produk dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa memuaskan keinginan konsumen tersebut. Kualitas yang lebih baik dari perbandingan antara suatu produk terhadap produk yang lain akan membuat pemikiran unik dibenak konsumen terhadap merek tersebut. Berdasarkan dari beberapa kajian pustaka di atas maka yang dimaksud dengan citra merek adalah asosiasi atau persepsi yang dimiliki oleh sebuah merek di pikiran masyarakat atau konsumen ketika menyebutkan tentang suatu merek tertentu. Indikator dari citra merek antara lain sebagai berikut: a. Kualitas produk b. Harga atau biaya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id c. Kualitas layanan, d. Lingkungan sosial e. Kemudahan informasi f. Ikatan emosi atau kebanggaan g. Rasa percaya diri h. Produk/jasa terkenal i. Dipercaya masyarakat j. Desain produk/jasa banyak diminati k. Produk/jasa bermanfaat bagi konsumen. l. Keunggulan produk/jasa dibandingkan produk pesain m. Produk/jasa mudah diingat n. Produk/jasa memiliki ciri khas o. Produk/jasa mencerminkan keunggulan 7. Ekuitas Merek (Brand Equity) Kotler & Keller (2009:263) menyatakan bahwa “ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa”. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. Menurut perspektif konsumen, sebuah merek memiliki ekuitas sebesar pengenalan konsumen atas merek tersebut dan menyimpanya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat, dan unik. Kertajaya (2010:62) mendefinisikan “merek sebagai aset yang menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas”. Definisi tersebut menggambarkan peran merek yang tidak hanya sebagai representasi dari produk yang dimiliki, tapi juga harus dapat berfungsi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Menurut Tjiptono (2011:95), “ekuitas merek commit to user perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id didapatkan dari posisi pasar strategik merek bersangkutan dan kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut”. Tjiptono (2011:97) menyatakan bahwa “sejauh ini terdapat dua model brand equity mapan dalam aliran psikologi kognitif, yaitu model Aaker dan model Keller”. Dalam model Aaker, ekuitas merek diformulasikan dari sudut pandang manajerial dan strategi korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku konsumen. Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yakni: 1) kesadaran merek (brand awareness), 2) persepsi kualitas (perceived quality), 3) asosiasi merek (brand associations), dan 4) loyalitas merek (brand loyalty). Elemen Brand Equity versi Aaker di atas dapat dijelaskan variabel-variabel dari citra merek sebagai berikut. a. Kesadaran Merek (brand awareness) Menurut Sadat (2009:165) mengatakan bahwa “kesadaran merek (brand awareness) adalah kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali sebuah merek dan mengkaitkanya dengan satu kategori produk tertentu”. Menurut Tjiptono (2011:97) kesadaran merek (brand awareness) yakni “kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu”. b. Persepsi Kualitas (perceived quality) Menurut sadat (2009:168) mengatakan bahwa “persepsi kualitas terhadap merek menggambarkan respons keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek”. Sedangkan menurut Tjiptono (2011:97) Persepsi Kualitas (Perceived Quality) merupakan “penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan”. c. Asosiasi Merek (brand associations) Asosiasi merek (brand associations) berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek. (Tjiptono, commit to user 2011:98). 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d. Loyalitas Merek (brand loyalty) Tjiptono (2011:98) menyatakan bahwa “brand loyalty, yaitu the attachment that a customer has to a brand”, dapat diartikan bahwa loyalitas merek adalah keterikatan pelanggan kepada suatu merek. Oliver & Yoo (dalam Sadat 2009:170) berpendapat bahwa “loyalitas merek adalah komitmen kuat dari pelanggan atau membeli kembali suatu merek secara konsisten di masa mendatang”. Loyalitas merek (brand loyalty) secara kualitatif berbeda dari dimensi-dimensi utama yang lain karena terkait dengan pengalaman menggunakan. Loyalitas merek tidak bisa terjadi tanpa lebih dulu melakukan pembelian dan tanpa mempunyai pengalaman menggunakan. Sebaliknya, kesadaran asosiasi dan persepsi kualitas adalah karakteristik merek yang dimiliki seseorang tanpa pernah menggunakannya. Sementara itu, model Keller lebih berfokus pada perspektif perilaku konsumen. Ia mengembangkan model ekuitas merek berbasis pelanggan. Asumsi pokok model ini adalah bahwa kekuatan sebuah merek terlatak pada apa yang dipelajari, dirasakan, dilihat dan didengarkan konsumen tentang merek tersebut sebagai hasil dari pengalamannya sepanjang waktu. Berdasarkan dari beberapa kajian pustaka di atas maka yang dimaksud dengan ekuitas merek adalah nilai tambah yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa. Indikator dari ekuitas merek antara lain sebagai berikut: a. Produk/jasa mudah diingat b. Produk/jasa mudah dikenali c. Produk/jasa memiliki kualitas yang baik d. Kualitas produk/jasa dapat diandalkan e. Kualitas bahan dari produk/jasa dapat diandalkan f. Nama produk/jasa berkualitas g. Nama produk/jasa terkenal h. Nama produk/jasa terpercaya i. Loyalitas pada produk/jasa commit to user perpustakaan.uns.ac.id 27 digilib.uns.ac.id j. Merekomendasikan produk/jasa pada orang lain k. Mengikuti perkembangan produk/jasa 8. Kepercayaan Merek (Brand Trust) Taleghani (2011) berpendapat bahwa kepercayaan konsumen pada suatu merek berkembang berdasarkan keyakinan positif dan harapan konsumen terhadap perilaku dan kinerja dari merek dari suatu organisasi. Kepercayaan terhadap suatu merek mencerminkan efek kumulatif dari waktu ke waktu terhadap keterlibatan konsumen yang tinggi terhadap suatu produk maupun layanan yang diberikan oleh suatu perusahaan. Kiyani (2012) berpendapat bahwa kepercayaan merek pada dasarnya adalah komitmen emosional pelanggan terhadap suatu merek. Kepercayaan terhadap suatu merek merupakan suatu proses jangka panjang. Kepercayaan terhadap suatu merek dimulai dari kepeduli perusahaan terhadap harapan konsumen, kemudian kemampuan perusahaan dalam memenuhi janji dan nilai pelanggan yang akhirnya mengarah kepada kehandalan dan kepercayaan merek. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek sangat penting dalam membangun hubungan yang kuat antara konsumen dengan merek tertentu. Bastian (2014) mengemukakan, terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen yaitu: a. harapan konsumen adalah janji perusahaan yang harus dipenuhi bila ingin mendapatkan kepercayaan konsumen. b. bertindak dengan integritas berarti adanya konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain. c. kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk, akan menumbuhkan kepercayaan dengan merek. commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut Yanita (2010) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Karakteristik merek Karakteristik merek mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Konsumen melakukan penilaian terhadap suatau merek sebelum melakukan membeli. Karakteristik merek meliputi; dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. b. Karakteristik perusahaan Suatu perusahaan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman kosumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. c. Karakteristik konsumen-merek Karakteristik mempengaruhi. konsumen-merek merupakan Karakteristik konsumen-merek dua kelompok dapat yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karaktersitik ini meliputi; kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek. Berdasarkan dari beberapa kajian pustaka di atas maka yang dimaksud dengan kepercayaan merek adalah keyakinan positif dan harapan konsumen terhadap perilaku dan kinerja dari suatu merek produk/jasa tertentu. Indikator dari kepercayaan merek antara lain sebagai berikut: a. Percaya pada pada kinerja produk/jasa b. Percaya pada reputasi atau nama baik produk/jasa commit to user c. Percaya pada kemampuan produk/jasa 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d. Percaya pada reputasi karyawan e. Percaya pada visi perusahaan f. Percaya pada kemampuan perusahaan g. Percaya bahwa produk/jasa sesuai dengan keinginan konsumen h. Percaya bahwa produk/jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen i. Percaya pada pengalaman produk/jasa 9. Perilaku Konsumen Mangkunegara (2009:4) menjelasakan bahwa “perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi lingkungan”. Nitisusastro (2012) berpendapat bahwa “perilaku konsumen meliputi semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk”. Mangkunegara (2009:4) menjelaskan ada tiga variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu: 1) variabel stimulus, 2) variabel respon, dan 3) variabel antara. Ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Variabel Stimulus Variabel stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian, contohnya: merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang, dan ruangan toko. b. Variabel respon Variabel respon merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variabel respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus, contohnya: keputusan membeli barang, pemberi penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk. c. Variabel antara commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Variabel antara adalah variabel antara stimulus dan respons. Variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. Peranan variabel ini adalah untuk memodifikasi respon. Berdasarkan dari beberapa kajian pustaka di atas maka yang dimaksud dengan perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa. Indikator dari perilaku konsumen antara lain sebagai berikut: a. Memilih produk/jasa karena sesuai dengan minatnya b. Memilih produk/jasa karena produk/jasa terkenal c. Memilih produk/jasa karena sesuai dengan kebutuhan d. Memilih produk/jasa karena produk/jasa tersebut produk/jasa terbaik 10. Keputusan Pembelian Perilaku konsumen akan menentukkan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan, dan perilaku pasca pembelian. Model keputusan konsumen merupakan urut-urutan proses yang lazim dijalani oleh setiap individu konsumen ketika mengambil keputusan membeli (Nitisusastro, 2012). Nitisusastro (2012) menegaskan bahwa pengambilan keputusan konsumen merupakan proses interaksi antara sikap afektif, sikap kognitif, sikap behavioral dengan faktor lingkungan dengan mana manusia melakukan pertukaran dalam semua aspek kehidupannya. Nitisusastro (2012:195) berpendapat bahwa keputusan konsumen dalam membeli, merangkum tiga tahapan proses, yakni: 1) proses masuknya informasi, 2) proses pertimbangan konsumen dalam membeli, commit to user dan 3) proses pengambilan keputusan oleh konsumen. 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Proses masuknya informasi Pada proses ini konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal yang di dalamnya terdapat dua sub-faktor, meliputi: 1) upaya para pemasar perusahaan, dan 2) lingkungan sosial budaya. b. Proses pertimbangan konsumen dalam membeli Pada proses ini terdapat tiga proses, yaitu: 1) pengenalan kebutuhan dan keinginan, 2) pencarian informasi yang relevan dengan kebutuhan dan keinginan, dan 3) evaluasi beberapa alternatif. Selama berlangsungnya proses tersebut konsumen dipengaruhi oleh sejumlah unsur yang membentuk faktor internal individu. Unsur-unsur internal individu tersebut meliputi, 1) persepsi, 2) pembelajaran, 3) kepribadian, serta 4) motivasi dan sikap. c. Proses pengambilan keputusan oleh konsumen Keputusan konsumen setelah melalui dua tahapan sebelumnya dapat berupa kemungkinan membeli, memunda, atau tidak membeli. Apabila konsumen memutuskan untuk membeli maka akan mengevaluasi dari produk yang sudah dibeli. Evaluasi pascabeli memiliki implikasi yang sangat luas baik bagi konsumen maupun bagi produsen. Berdasarkan dari beberapa kajian pustaka di atas maka yang dimaksud dengan keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Indikator dari keputusan pembelian antara lain sebagai berikut: a. Memilih produk/jasa karena proses pemasaran dari perusahaan b. Memilih produk/jasa karena disarankan orang yang dikenal c. Memilih prduk/jasa karena kebutuhan d. Memilih produk/jasa karena hasil informasi yang dicari e. Memilih produk/jasa karena membandingkan dengan produk lain f. Memilih produk/jasa setelah mempertimbangkan berbagai hal commit to user perpustakaan.uns.ac.id 32 digilib.uns.ac.id 11. Hubungan Antara Citra Merek, Ekuitas Merek, Kepercayaan Merek, Perilaku Konsumen, dan Keputusan Pembelian Sumarwan (2011:369) berpendapat merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah lama dikenal oleh konsumen telah menjadi sebuah citra, bahkan simbol status bagi produk tersebut, maka tidaklah mengherankan jika merek sering kali dijadikan kriteria dalam mengevaluasi produk. Suatu keputusan sebagai pilihan suatu tindakan dari dua atau lebh pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Seorang konsumen yang ingin membeli sebuah sedan, konsumen dihadapkan kepada beberapa merek kendaraan. Dengan demikian konsumen harus mengambil keputusan merek yang akan dibelinya, atau ia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek. Setelah konsumen menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merek yang dievaluasi, maka langkah berikutnya konsumen menentukan alternatif pilihan. Pada proses evaluasi kriteria, konsumen akan mendapatkan sejumlah merek yang dipertimbangkan. Konsumen akan mengurangi jumlah alternatif merek yang akan dipertimbangkan lebih lanjut. Konsumen akan membagi merek tersebut ke dalam beberapa kelompok. Pertama adalah kelompok merek yang tidak berbeda, yaitu kelompok merek yang dianggap tidak memiliki kelebihan, sehingga konsumen tidak mengevaluasi secara positif atau negatif. Konsumen tidak termotivasi untuk mempertimbangkannya lebih lanjut. Kedua adalah kelompok produk yang dinilai negatif, konsumen mungkin memperoleh dari orang-orang sekelilingnya mengenai buruknya merek tersebut atau konsumen sendiri yang telah mengalami kekecewaan dari produk tersebut. Konsumen tidak mempertimbangkan produk tersebut untuk dibeli. Ketiga adalah consideration set, yaitu sejumlah merek yang akan dievaluasi selanjutnya, dan konsumen akan memilih satu dari merek-merek tersebut (Sumarwan:2011). commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tjiptono (2011:59) menyatakan bahwa jejaring memori konsumen berkembang dan mencakup pula informasi produk selain katagori produk dasar yang selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi produk berdasarkan faktor konsistensi dan kualitas. Konsumen mulai memakai nama merek berdasarkan citra merek bersangkutan sebagai alat heuristik dalam pembuatan keputusan pembelian. Kendati demikian, konsumen masih cenderung mengandalkan nilai utilitarian dalam pengevaluasian merek. Setiadi (2013) berpendapat bahwa tingkat upaya pengambilan keputusan konsumen dalam membuat keputusan pembelian merek dipengaruhi oleh faktorfaktor lingkungan, di samping tanggapan kognitif (pengetahuan) dan efektif yang diaktifkan selam proses pengambilan keputusan. Tiga aspek pengetahuan dan afektif yang diaktifkan yang memiliki dampak langsung pada pemecahan masalah: 1) tujuan konsumen, 2) pengetahuan konsumen tentang alternatif pilihan dankriteria yang ada, 3) tingkat keterlibatan mereka. Taleghani et al. (2011) berpendapat bahwa kepercayaan dalam pengalaman merek secara keseluruhan (meliputi baik aspek produk dan layanan yang ditawarkan oleh penyedia merek) tetapi tidak fokus pada atribut tertentu. Pelanggan membeli kembali niat untuk merek sebagai konsekuensi penting dari kepercayaan merek telah dikonseptualisasikan baik sebagai niat perilaku terhadap merek atau sebagai pola yang sebenarnya perilaku pembelian, atau keduanya. Perilaku konsumen akan menentukkan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan, dan perilaku pasca pembelian (Kotler & Keller, 2009). Shah et al. (2012) berpendapat bahwa keputusan pembelian merupakan jenis keputusan yang mempelajari pelanggan dalam membeli merek commit to user tertentu. Bentuk keputusan pembeli oleh konsumen seperti mengingat sesuatu 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merek dan merek tersebut membantu konsumen dalam menentukan pembelian. Niat pelanggan untuk membeli suatu produk tidak hanya terfokus dengan merek yang sama, tetapi juga dipengaruhi oleh perilakunya yang mengarah ke merek lain untuk dipertimbangkan. Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif perilaku. Model pengambilan keputusan mencakup semua aspek pengaruh kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di lingkungan. Inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Berbagai jenis konsekuensi yang terkait dengan produk dapat menjadi suatu kriteria pilihan dalam keputusan pemilihan merek, termasuk kepercayaan utama tentang konsekuensi fungsional (kinerja produk), konsekuensi psikososial (penghargaan dari teman), atau konsekuensi nilai (rasa percaya diri atau kebanggaan) (Setiadi:2013). B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan menjadi acauan dan memperkuat dari penelitian ini. Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan beberapa hasil penelitian yang menjadi acuan dari penelitian ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti Anwar et al. 2011 Judul Impact of brand image, trust and affect on consumer brand Extension attitude: the mediating role of brand loyalty commit to user Hasil 1. Merek, citra merek, dan kepercayaan merek berdampak positif pada loyalitas merek dan sikap perluasan pada merek konsumen 2. Loyalitas merek berperanan penting dalam meningkatkan sikap perluasan pada merek konsumen. 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Loyalitas merek konsumen memediasi hubungan antara citra merek, kepercayaan merek dalam mempengaruhi sikap perluasan merek. Taleghani et al. 2011 The investigation and analysis impact of brand dimensions on services quality and customers satisfaction in new enterprises of Iran Ranjbarian et al. 2012 An Analysis of Brand Image, Perceived Quality, Customer Satisfaction and Re-purchase Intention in Iranian Department Stores The Impact of Brands on Consumer Purchase Intentions Shah et al. 2012 Kiyani et al. 2012 The relationship between brand trust, customer satisfaction And customer loyalty. (evidence from automobile sector of Pakistan) Malik et al. 2013 Impact of Brand Image and Advertisement on Consumer Buying Behavior commit to user 1. Pengalaman merek memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan merek dan komitmen merek. 2. Kualitas layanan memiliki pengaruh yang positif terhadap kepercayaan merek, kepuasan merek, dan komitmen merek. 3. Kepuasan merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat konsumen untuk membeli kembali. 4. Kepercayaan merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat konsumen untuk membeli kembali. 5. Komitmen merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat konsumen untuk membeli kembali. Kualitas layanan mempunyai pengaruh pada citra merek toko, kepuasan pelanggan, dan niat untuk membeli kembali oleh pelanggan. Citra merek dan sikap konsumen pada merek berpengaruh pada niat pembelian kembali oleh konsumen. 1. Kepuasan pelanggan dan kepercayaan merek memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. 2. Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang relatif lebih tinggi pada loyalitas pelanggan. 1. Citra merek memiliki dampak positif yang kuat terhadap perilaku pembelian konsumen seperti itu perangkat tersirat yang dapat mengubah perilaku beli masyarakat secara positif dan remaja di Gujranwala menjadi lebih dan lebih sadar untuk produk bermerek untuk memamerkan simbol kepribadian mereka . 2. Iklan juga memiliki dampak positif pada perilaku 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kazemi et al. 2013 The Effect of Brand Extension Strategies upon Brand Image in the Mobile Market Saveri & Ling 2013 The Mediating Effects of Brand Association, Brand Loyalty, Brand Image and Perceived Quality on Brand Equity Dogan, V 2013 Brand name strategies at universities: Comparison of three distinct naming strategies Aghdaie & Honari 2014 Investigating the Role of Brand in Forming the Consumer Involvement. pembelian konsumen 1. Penerapan strategi citra merek perlu meperhatikan beberapa faktor seperti citra merek awal. Kualitas produk baru yang dirasakan konsumen mempengaruhi sikap konsumen dan citra merek akhir. 2. Citra merek awal yang lebih baik dan lebih kuat, akan ada persepsi yang lebih tinggi dari konsumen. 3. Persepsi yang lebih tinggi dari konsumen memperkuat sikap konsumen terhadap pengembangan produk dan meningkatkan peluang keberasilan merek dalam melakukan strategi perluasan merek. 1. Terdapat hubungan antara kesadaran merek dan ekuitas merek yang dimediasi oleh asosiasi merek. 2. Terdapat hubungan antara asosiasi merek dan ekuitas merek yang dimediasi oleh loyalitas merek. 3. Terdapat hubungan antara loyalitas merek dan ekuitas merek yang dimediasi oleh citra merek. 4. Terdapat hubungan antara citra merek dan ekuitas merek yang dimediasi oleh persepsi kualitas merek. Superioritas atau inferioritas nama kota atau nama orang terkenal dalam penamaan suatu universitas sangat bepengaruh terhadap kredibilitas universitas. Merek, loyalitas merek, kesediaan untuk membayar lebih tinggi, kesadaran merek, nama merek, popularitas merek, dan persepsi kualitas merek memiliki korelasi yang signifikan dengan keterlibatan konsumen. Berdasarkan tabel 2.1 di atas, maka dapat dibuat roadmap penelitian seperti pada bagan 2.2 di bawah ini. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Malik et al. Impact of Brand Image and Advertisement on Consumer Buying Behavior Anwar et al. Impact of brand image, trust and affect on consumer brand Extension attitude: the mediating role of brand loyalty Taleghani et al. The investigation and analysis impact of brand dimensions on services quality and customers satisfaction in new enterprises of Iran 2011 Kazemi et al. The Effect of Brand Extension Strategies upon Brand Image in the Mobile Market Saveri & Ling The Mediating Effects of Brand Association, Brand Loyalty, Brand Image and Perceived Quality on Brand Equity Dogan, V Brand name strategies at universities: Comparison of three distinct naming strategies 2012 2013 Ranjbarian et al. An Analysis of Brand Image, Perceived Quality, Customer Satisfaction and Re-purchase Intention in Iranian Department Stores Shah et al. The Impact of Brands on Consumer Purchase Intentions 2014 Hidayat, R Pengaruh Citra Merek, Ekuitas Merek,Kepercayaan Merek, dan Perilaku mahasiswa terhadap keputusan memilih kuliah di Universitas Negeri Malang 2015 Aghdaie & Honari Investigating the Role of Brand in Forming the Consumer Involvement Kiyani et al. The relationship between brand trust, customer satisfaction And customer loyalty. (evidence from automobile sector of Pakistan) Bagan 2.2 Roadmap Penelitian commit to user Perilaku Konsumen dalam mengambil Keputusan Memilih Perguruan Tinggi 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kerangka Berfikir Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penelitian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesa pada data yang sama. Penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang diteliti adalah pengaruh antara varibel bebas dengan variabel terikat dan pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat yang melalui variabel antara. Beribut pengaruh antara masing-masing variabel yang diteliti: 1. Pengaruh citra merek (X1) terhadap perilaku mahasiswa (Y). 2. Pengaruh ekuitas merek (X2) terhadap perilaku mahasiswa (Y). 3. Pengaruh kepercayaan merek (X3) terhadap perilaku mahasiswa (Y). 4. Pengaruh citra merek (X1) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z). 5. Pengaruh ekuitas merek (X2) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z). 6. Pengaruh kepercayaan merek (X3) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z). 7. Pengaruh citra merek (X1) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z) melalui perilaku mahasiswa (Y). 8. Pengaruh ekuitas merek (X2) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z) melalui perilaku mahasiswa (Y). 9. Pengaruh kepercayaan merek (X3) terhadap keputusan memilih perguruan tinggi (Z) melalui perilaku mahasiswa (Y). Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis), yang merupakan suatu bentuk terapan dari analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini seperti pada bagan 2.3. commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Asosiasi Merek Dukungan Asosiasi Merek Citra Merek Kekuatan Asosiasi Merek Keunikan Asosiasi merek Kesadaran Merek Persepsi kualitas Ekuitas Merek Asosiasi merek Perilaku Mahasiswa Keputusan Memilih PT Loyalitas merek Karakteristik merek Kepercayaan Merek Karakteristik Kampus Karakterisik konsumenmerek Bagan 2.3 Kerangka Berfikir Bagan 2.3 di atas menunjukkan, analisis data dapat dilakukan denga cara menganalisis masing-masing sub variabel bebas dengan variabel terikat. Teknik tersebut akan dapat mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel intervening, dan variabel intervening terhadap variabel terikat serta pengaruh tidak langsung dari variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel intervening. D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara, di mana kebenarannya harus diuji terlebih dahulu melalui suatu kegiatan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id H1 : Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku mahasiswa. H2 : Ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku mahasiswa. H3 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku mahasiswa. H4 : Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang. H5 : Ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang. H6 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang. H7 : Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang melalui perilaku mahasiswa. H8 : Ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang melalui perilaku mahasiswa. H9 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih Universitas Negeri Malang melalui perilaku mahasiswa. commit to user