BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana dari masyarakat. Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank (Kuncoro, 2002:55). Dana-dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank ( mencapai 80 persen-90 persen dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2003:89). Menurut Kasmir (2008:48) untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan yaitu, tabungan, giro, dan deposito. Perhitungan dana pihak ketiga dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : DPKt – DPKt-1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (X1) = x100% ................(1) DPKt-1 16 Keterangan : DPKt = Dana Pihak Ketiga tahun sekarang DPKt-1 = Dana Pihak Ketiga tahun sebelumnya a) Simpanan Giro “Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.” (Pasal 1 UU No. 14/1967). Pengertian Giro menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyetgiro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Menurut Suyatno,dkk (1999:38) ada tiga hal yang dapat kita perhatikan dari pengertian giro yaitu : - Simpanan Pihak Ketiga Simpanan pihak ketiga berupa penyimpanan sejumlah uang di bank dalam bentuk giro, rekening koran (current account). Simpanan ini dilakukan dengan kesepakatan atau perjanjian antara pihak nasabah dan bank. Dengan demikian bank dan nasabahnya terikat pada bunyi perjanjian mereka. Nasabah mempercayakan uangnya kepada bank dan bank akan mengelola uang itu menurut ketentuan yang berlaku dan telah disepakati bersama. 17 Dalam hal ini nasabah atau penyimpan tidak dibatasi pada kelompok, walau uangnya hanya beberapa ribu saja. Namun demikian, bank-bank secara sendiri-sendiri menentukan jumlah setoran pertama. - Penarikan Dapat Dilakukan Setiap Saat Artinya bila ada nasabah menyetor pagi hari, seharusnya ia pun dapat menarik dana (simpanannya) pada sore hari atau dalam beberapa jam saja. Dalam hal lain, selang beberapa saat suatu perjanjian rekening giro dapat saja dibatalkan oleh bank maupun olah girant tersebut setiap saat selama kantor kas bank buka. - Cara Penarikan Yang paling banyak dipergunakan adalah penarikan dengan cek (tunai) atau penariakan dengan bilyet giro (non tunai). Menurut Kasmir (2008:51) cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek atau kepada pembawa cek. Artinya, bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa cek ke bank yang memlihara rekening nasabah untuk diuangkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindah bukuan. Maksudnya, bank harus membayar sejumlah uang kepada siapa saja jika cek tersebut memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh bank. Kasmir (2008:73) bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindah 18 bukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya. Pemindahbukuan pada rekening bank yang bersangkutan artinya dipindahkan dari rekening nasabah sipemberi BG kepada nasabah penerima BG. Sebaliknya jika dipindahbukukan ke rekening di bank yang lain, maka harus melalui proses kliring ke bank lain. b) Simpanan Tabungan Berbeda dengan simpanan giro, simpanan tabungan memiliki ciri khas tersendiri. Jika simpanan giro digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang dalam bertransaksi, simpanan tabungan digunakan untuk umum dan lebih banyak digunakan oleh perorangan baik pegawai,mahasiswa atau ibu rumah tangga. Kemudian bank dalam menetapkan suku bunga juga berbeda dalam arti rata-rata suku bunga simpanan tabungan lebih tinggi dari jasa giro yang diberikan kepada nasabah. Pengertian tabungan menurut Undang- Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapai tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang disamakan dengan itu. c) Simpanan Deposito Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 19 Untuk mencairkan deposito yang dimiliki, deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktiknya terdapat 4 jenis simpanan deposito yang ada di Indonesia : 1) Deposito Berjangka Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya, di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga sipemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya. Jumlah dana yang disetorkan dalam deposito berjangka bentuk bulat misalnya Rp. 1.000.000, Rp. 2.000.000,00 dan Rp. 2.500.000,00. Serta biasanya juga memiliki batas minimal jumlah uang yang akan disimpan. Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan berbagai insentif atau rangsangan. Insentif biasanya diberikan untuk jumlah nominal yang besar, baik berupa bunga khusus (special rate) maupun insentif, seperti hadiah atau cendera mata lainnya. “Bank Indonesia menjamin sepenuhnya pembayaran kembali deposito berjangka pada tanggal pelunasannya. Tidak seluruh deposito 20 berjangka dijamin oleh Bank Indonesia. Deposito berjangka yang diterbitkan (dijual) oleh bank komersial asing atau bank komersial swasta nasional, tidak dijamin kecuali dijual oleh bank-bank pemerintah.” Suyatno (1999:40) Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing biasanya diterbitkan oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan, dan bunga dilakukan menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti US Dollar, Yen jepang, DM Jerman, atau mata uang kuat lainnya. 2) Sertifikat Deposito Menurut Kasmir (2008:86), sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Menurut Suyatno (1999:40), pengertian sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan izin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun non tunai. Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah bulat sehingga nasabah dapat 21 membeli dalam lembaran yang bervariasi untuk jumlah nominal yang diinginkan. 3) Deposito On Call Pengertian Deposito on call menurut Kasmir (2008:66) adalah deposito yang digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar, misalnya Rp 30.000.000,00 (tergantung bank yang bersangkutan) dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan deposit on call memiliki jangka waktu minila 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Menurut Suyatno (1999:43) Deposito on call adalah simpanan yang tetap berada di bank selama deposan tidak membutuhkannya. Deposito ini agak berbeda dengan deposito berjangka, apabila deposan akan menarik simpanan depositonya terlebih dahulu ia harus memberitahukannya kepada bank. Pemberitahuan deposito disesuaikan dengan perjanjian antara deposan dan bank misalnya, sebulan atau dua bulan sebelum jangka waktu penarikan. 4) Deposito Automatic Roll-Over Deposito yang sudah jatuh tempo, tetapi pinjaman pokok belum diuangkan berarti uang (deposan) menganggur tanpa berbunga. Deposito Automatic Roll-Over tidak demikian halnya. Uang deposan secara otomatis diperhitungkan bunganya, begitu jangka waktu deposito habis. Uang deposan juga akan terus diberi bunga dan tidak pernah menganggur seandainya deposan tersebut menarik deposito yang sudah jatuh tempo. 22 Di negara kita, beberapa bank swasta/asing telah melaksanakan deposito automatic roll-over ini. Thomas Suyatno (1999:43). Menurut Kasmir (2008:68), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit. 2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Permodalan merupakan hal yang pokok bagi sebuah bank, selain sebagai penyangga kegiatan operasional sebuah bank, modal juga sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal ini terkait juga dengan aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima nasbah. Dengan terjaganya modal berarti bank bisa mendapatkan kepercayaan diri dari masyarakat yang amat penting artinya bagi sebuah bank karena dengan demikian, bank dapat menghimpun dana untuk keperluan operasional selanjutnya (Sinungan, 2000:78). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 persen dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengadung risiko maka harus disediakan sejumlah modal uang disesuaikan dengan presentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut (Budiawan, 2008:92). Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika 23 dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu meng-cover kerugian tersebut. Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal yang terdiri dari faktor penambah (agio, modal sumbangan, cadangan umum modal, cadangan tujuan modal, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak (50 persen), selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri, dan dana setoran modal) dan faktor pengurang (disagio, rugi tahun lalu, rugi tahun berjalan, selisih kurang laporan penjabaran laporan keuangan kantor cabang di luar negeri, dan penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual). Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, modal pinjaman, pinjaman subordinasi (maksimal 50 persen dari modal inti), dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebesar 45 persen. Sedangkan ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) terdiri dari aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat dan beberapa pos dalam off-balance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko kredit yang melekat. ATMR diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko. Semakin likuid aktiva risikonya 0 dan semakin tidak likuid bobot risikonya 100, sehingga risiko berkisar antara 0-100 persen (Ali, 2004:121). 24 Namun, setiap bank memiliki cara sendiri dalam mengelola permodalannya, apakah bank tersebut termasuk risk averse yaitu cenderung memilih cara yang aman seperti menyalurkannya lewat SBI atau risk taker yaitu dengan memilih menggunakan modalnya untuk sesuatu lebih berisiko, seperti kredit. Kredit ini dikatakan berisiko karena setiap saat memiliki potensi menjadi kredit macet dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap CAR-nya. Namun sebenarnya penurunan angka CAR bukanlah suatu masalah, sepanjang masih bisa memenuhi ketetuan yang ditetapkan oleh Bank of International Settlements (BIS), yaitu sebesar 8 persen (Nawa Thalo, 2005:113). Perhitungan CAR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Modal Bank x100% ………………………………………….(2) CAR (X2) = ATMR Keterangan : CAR = Capital Adequacy Rasio ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko 2.1.3 Return on Asset (ROA) Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun 25 modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir, 2004:89). Tingkat laba atau profitability yang diperoleh bank biasanya diproksikan dengan return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Perhitungan ROA dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Laba Sebelum Pajak x100%…………..…………(3) Return On Asset (X3) = Total Asset 2.1.4 Tingkat Suku Bunga SBI Kebijaksanaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia umumnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk bank-bank umum pemerintah, walaupun kemudian dijadikan juga sebagai landasan bagi bank-bank swasta (dalam hal ini termasuk bank swasta nasional devisa). Penetapan tingkat suku bunga ini disebut sebagai tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan (Sinungan, 2000:81). Sedangkan nilai riilnya tercermin dalam tingkat suku bunga SBI. Menurut PBI No. 4/10/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia, SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu operanti pasar terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang 26 dilakukan oleh BI dengan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar. Fakta mengungkapkan bahwa saat ini banyak institusi keuangan sudah menganggap SBI sebagai salah satu instrumen investasi yang menarik (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI daripada menyalurkan kredit (Sugema, 2010:75). Suku Bunga SBI dihitung menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan membobot suku bunga dengan volume transaksi SBI di masing-masing suku bunga yang tidak melebihi SOR pada setiap periode lelang. Stop-out Rate (SOR) adalah tingkat diskonto tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai target kuantitas SBI yang akan diterbitkan oleh Bank Indonesia. Perhitungan bunga SBI (Sudirman, 2002:56) ditentukan dengan sistem diskonto, yaitu : P N 360 ...................................................................................................(4) 360 (t i ) Dimana : P = Nilai tunai SBI jika dijual N = Nilai nominal surat berharga (SBI) t = Sisa jangka waktu SBI setelah saat dijual atau tenor i = Tingkat diskonto (bunga) yang disepakati oleh pembeli dan penjual 27 2.1.5 Kredit Kebutuhan yang dimiliki manusia selalu meningkat, sedangkan kemampuan dan alat untuk memenuhinya sifatnya terbatas. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut seseorang dapat dibantu dimudahkan untuk memenuhinya yaitu dengan jalan dibantu aspek permodalannya dalam bentuk kredit. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” yang berarti percaya. Jika seseorang mendapat kredit, berarti orang tersebut telah diberi kepercayaan (trust). Atau dengan kata lain, kredit merupakan bentuk pemberian kepercayaan dari seseorang/lembaga, bahwa orang yang diberi kepercayaan tersebut pada waktunya nanti akan memenuhi segala kewajibannya atas apa yang telah dipercayakan sesuai apa yang telah disepakati (Budiawan, 2008:89). Menurut Mulyono (2001:69), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian/mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan ditangguhkan pada jangka waktu yang telah disepakati. Sedangkan menurut undang-undang No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberiaan bunga. Dari pernyataan diatas kredit merupakan sejumlah nominal tertentu yang dipercayakan kepada pihak lain dengan penangguhan waktu tertentu yang dalam pembayarannya akan disertakan adanya tambahan berupa bunga sebagai kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh pihak yang memberikan pinjaman. 28 Bahwa di dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat mendasar yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan kredit dan pihak yang menerima kredit untuk dapat melaksanakan kewajiban dan hak yang telah disepakati, baik dari jangka waktu peminjaman sampai masa pengembalian kredit serta imbalan yang diperoleh pemberi pinjaman sebagai sebagai risiko yang ditanggung jika terjadi pelanggaran atas kesepakatan yang telah dibuat. Proses pemberian kredit dilakukan secara hati-hati oleh bank, dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa bank dapat menerima kembali ekonomi yang telah diserahkan, terarah maksudnya adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang telah ditetapkan, dan menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan masyarakat umumnya (Taswan, 2006:77). Tujuan pemberian kredit adalah minimal akan memberikan manfaat bagi: a) Bank, yaitu dapat digunakan sebagai instrumen bank dalam memelihara likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Kemudian dapat menjadi pendorong peningkatan penjualan produk bank yang lain dan kredit diharapkan dapat menjadi sumber utama pendapatan bank yang berguna bagi kelangsungan hidup bank tersebut. 29 b) Debitur, yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank dapat digunakan untuk memperlancar usaha dan selanjutnya meningkatkan gairah usaha sehingga terjadi kontinuitas perusahaan. c) Masyarakat (negara), yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank akan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat, peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat akan mampu menyerap tenaga kerja dan pada gilirannya mampu mensejahterakan masyarakat. Disamping itu bagi negara bahwa kredit dapat digunakan sebagai instrumen moneter. Pemerintah dapat mempengaruhi restriksi maupun ekspansi kredit perbankan melalui kebijakan moneter dan perbankan. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008:88) 1) Kepercayaan Kepercayaan adalah keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang. 2) Kesepakatan Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak. 30 3) Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4) Risiko Penyebab tidak tertagih sebenarnya disebabkan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja. 5) Balas Jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Menurut Hasibuan (2002:38), agar kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar maka kredit, sebagai salah satu produk perbankan, harus diprogram baik dan benar. Kegiatan penyaluran kredit tersebut harus didasarkan pada beberapa aspek, antara lain: 1) Yuridis, yaitu program perkreditan harus sesuai dengan undang- undang perbankan dan ketetapan Bank Indonesia. 2) Ekonomis, yaitu menetapkan rentabilias yang ingin dicapai dan tingkat bunga kredit yang diharapkan 3) Kehati-hatian, besar plafond kredit (legal lending limit atau batas minimum pemberian kredit) harus didasarkan analisis atas hasil 31 analisis yang baik dan obyektif berdasarkan asas 5C, 5P, dan 3R dari setiap calon peminjam. Prinsip-prinsip 5C adalah Character (Watak atau Kepribadian atau Karakter), Capacity (Kemampuan atau Kapasitas), Capital (Modal), Condition of economy (Kondisi Perekonomian), dan Collateral (Jaminan atau Agunan) (Firdaus, 2009:83). Prinsip-prinsip 5P adalah Party (Golongan), Purpose (Tujuan), Payment (Sumber Pembayaran), Profitability (Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan), dan Protection (Perlindungan) (Firdaus, 2009:88). Prinsip-prinsip 3R adalah Return (Hasil yang dicapai), Repayment (Pembayaran kembali), dan Risk bearing ability (Kemampuan untuk menanggung resiko). 4) Kebijaksanaan, adalah pedoman yang menyeluruh baik lisan maupun tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat management action dilakukan. Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut : 1) Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima 32 oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan). 2) Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. 3) Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah sebagai berikut : a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. 33 c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara. e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. Di samping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi (Kasmir, 2008:94) sebagai berikut : 1) Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 34 3) Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4) Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. 6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya paspasan. 7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit 35 diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkakan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontarakan atau jasa lainnya. 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya. Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat di lihat dari berbagai segi antara lain: 1) Dilihat dari segi kegunaan - Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. - Kredit Modal Kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 36 2) Dilihat dari segi tujuan kredit - Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. - Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan. - Kredit Perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapakan dari hasil penjualan barng dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-gen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 3) Dilihat dari segi jangka waktu - Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya dugunakan untuk keperluan modal kerja. - Kredit Jangka Menengah 37 Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai denagn 3 tahun. biasanya untuk investasi. - Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. 4) Dilihat dari segi jaminan - Kredit Dengan Jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. - Kredit Tanpa Jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 5) Dilihat dari segi sektor usaha yaitu kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, kredit perumahan, dan sektor lainnya. Perhitungan pertumbuhan kredit dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah Kreditt – Jumlah Kreditt-1 x100% ….…(5) Pertumbuhan Kredit (Y) = Jumlah Kreditt-1 38 Keterangan : Jumlah Kreditt = Kredit tahun sekarang Jumlah Kreditt-1 = Kredit tahun sebelumnya 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah pertumbuhan kredit, adalah sebagai berikut : 1) Prayudi (2007) meneliti mengenai Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dan mendapatkan hasil bahwa secara simultan variable-variabel independen; CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM dengan uji F, secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDR. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,812, 0,209 dan 0,121, sedangkan variable ROA dan NIM berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,001 dan 0,011. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,255 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh variabelvariabel penelitian sebesar 25,5 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. 2) Anggrahini (2005) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan pada bank umum di Indonesia periode 1994-2003. Variabel independen yang digunakan adalah Modal, Simpanan masyarakat, Pertumbuhan ekonomi, Tingkat suku bunga SBI. 39 Variabel dependennya adalah penyaluran kredit. Alat analisis yang dipakai yaitu Metode OLS (ordinary least square). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Modal, Simpanan masyarakat, Suku Bunga SBI berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. 3) Meydianawathi (2006) bertujuan menganalisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Variabel independen yang dipakai adalah dana pihak ketiga (DPK), capital adequaty ratio(CAR), return on asset (ROA), non performing loan (NPL). Variabel dependennya adalah kredit. Alat analisis yang dipakai yaitu Metode OLS (ordinary least square). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan variabel NPL negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM. 4) Kristijadi, dkk (2006) meneliti mengenai pengaruh Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan di Bank lain, Suku Bunga SBI dan CAR pada bank-bank pemerintah untuk periode 2002-2004. Variabel independennya adalah Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan di Bank lain, Suku Bunga SBI dan CAR. Variabel dependennya adalah Pertumbuhan kredit. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan pada bank lain, serta CAR berpengaruh positif 40 signifikan terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan suku bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. 5) Fransiska, dkk (2007 mengenai pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang go public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah dana pihak ketiga (DPK), capital adequaty ratio (CAR), return on asset (ROA), non performing loan (NPL). Variabel dependennya adalah volume kredit. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah dana pihak ketiga memiliki pengaruh yang positif terhadap volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit. 6) Nurhidayat meneliti tentang Analisis pengaruh variabel internal dan eksternal perbankan terhadap penawaran kredit sektor umkm pada bank umum periode 2007-2009, dengan hasil bahwa setiap variabel memiliki kontribusi yang berbeda-beda pada bank-bank umum. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu adanya penambahan periode penelitian dan penambahan variabel-variabel lain untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan. 7) Sudiyatno tentang analisis pengaruh dana pihak ketiga, BOPO, CAR dan LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2008. Hasil yang di dapat yaitu, 41 Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA), Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA), Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA). 8) Vivian, dkk meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan. Hasil yang didapat adalah bahwa variabel-variabel makro ekonomi tersebut berpengaruh terhadap jumlah kredit maupun ketiga jenis kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. 9) Setiyati (2007) menganalisis pengaruh suku bunga kredit, dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto terhadap penyaluran kredit pada perbankan Indonesia periode 2002-2006. Variabel independen yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga, dan Produk Domestik Bruto. Variabel dependennya adalah kredit. Alat analisis yang digunakan adalah error correction model (ECM). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah Suku Bunga Kredit dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan Produk Domestik Bruto berpengaruh positif signifikan. 10) Lestari (2007) mengenai pengaruh CAR dan NPL terhadap tingkat penyaluran Kredit pada Bank Umum di Indonesia periode 2001-2005. Variabel Independen yang digunakan adalah CAR dan NPL. Variabel 42 dependennya adalah penyaluran kredit. Alat analisis yang dipakai yaitu metode OLS (ordinary least square). Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah CAR dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit. 11) Arisandi tentang Analisis faktor penawaran kredit pada bank umum di Indonesia. Hasil yang didapat adalah variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit, secara parsial variabel – variabel DPK, CAR, dan ROA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit kecuali variabel NPL dan secara serempak variabel – variabel DPK, CAR, NPL dan ROA mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit. 12) Ardiana, dkk meneliti tentang Pemodelan ekonometrika agresivitas pemberian kredit di bank perkreditan rakyat. Hasil yang didapat adalah Model ke-13 merupakan model ekonometrika agresivitas penyaluran kredit di Bank Perkreditan Rakyat yang bersifat RLUE. Model ke-13 ini merupakan model ekonometrika yang RLUE (Ratio Linear Unbuzsed Estimation) karena memenuhi tujuh asumsi klasik seperti yang disyaratkan oleh Studendmund (2006). Model ke-13 yang RLUE ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu pertumbuhan dana pihak ketiga dan ROA tahun 2009. Hal itu berarti bahwa variabel bebas pertumbuhan dana berpengaruh positif terhadap agresivitas kredit di Bank Perkreditan Rakyat. 13) Wibowo, dkk meneliti tentang analisis pengaruh nilai kurs, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap dana pihak ketiga pada bank devisa di 43 Indonesia. Hasil yang didapat adalah bahwa secara keseluruhan pengaruh variabel independent terhadap jumlah DPK pada Bank Devisa di Indonesia selama periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 adalah lemah. Berdasarkan nilai R Square pada pengujian Durbin Watson, variabel DPK dapat dijelaskan oleh variabel Nilai Kurs, Inflasi dan Suku Bunga SBI sebesar 19,2 persen. Pada pengujian Regresi Berganda, variabel Nilai Kurs dan Inflasi memiliki pengaruh searah (positif). Sedangkan Suku Bunga SBI memiliki pengaruh berlawanan arah (negatif). 14) Nyamiati (2009) meneliti mengenai pengaruh CAR, ROA, NIM, DPK, Simpanan Bank Lain, Suku Bunga SBI dan Tingkat inflasi terhadap pertumbuhan kredit bank umum swasta nasional devisa periode 20052008. Variabel independennya adalah CAR, ROA, NIM, DPK, Simpanan Bank Lain, Suku Bunga SBI dan Tingkat inflasi. Variabel dependennya adalah Pertumbuhan kredit. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa CAR, Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Sedangkan ROA, NIM, DPK, Simpanan dari bank lain berpengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit. 15) Haryati (2009) meneliti mengenai “Pertumbuhan Kredit Perbankan: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi periode 2005-2008”, dengan menggunakan variabel independennya adalah pertumbuhan ekses likuiditas (GEL), Pertumbuhan DPK (GDPK), Pertumbuhan dana simpanan/pinjaman (GPD), Pertumbuhan Ekuitas (GEk), Suku Bunga 44 Bank Indonesia (BI Rate), Inflasi, dan Exchange rate. Variabel dependennya adalah pertumbuhan kredit. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut pada bank nasional adalah GPD berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan GEk berpengaruh negatif signifikan. Sementara itu variabel makro ekonomi BI rate dan Exchange Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Pada bank asing campuran variabel GDPK, GPD, GEk berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit sedangkan variabel makro ekonomi BI rate, Inflasi, Exchange rate berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Selain jurnal Nasional, peneliti juga menggunakan jurnal Internasional sebagai acuan dalam meneliti selanjutnya. Jurnal Internasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1) Oswari meneliti tentang The influence of capital adequacy ratio, return on asset and loan to deposit ratio to deposit twelve month bank persero in Indonesia. Hasil yang didapat adalah CAR, ROA dan LDR telah signifikan mempengaruhi (α = 0,05) pada tingkat bunga deposito berjangka dua belas bulan di perusahaan bank di Indonesia adalah 61,2 persen sedangkan 38,8 persen yang mempengaruhi faktor lain. CAR skala parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito berjangka dua belas bulan di Perusahaan Bank di Indonesia. ROA dan LDR skala parsial mempengaruhi tetapi tidak signifikan pada tingkat 45 bunga deposito berjangka dua belas bulan di perusahaan bank di Indonesia. 2) Simorangkir meneliti tentang Determinant of bank runs in indonesia: bad luck or fundamental. Hasil yang didapat adalah penelitian ini menggunakan lag dari variabel independen (dana pihak ketiga persentase perubahan) sebagai Bank menjalankan proxy. Penggunaan variabel ini kuat untuk mendapatkan faktor ramalan, bagaimanapun, masih mungkin untuk menemukan proxy yang lebih baik. 3) Masood, et.al meneliti tentang An empirical study on Banks profitability in the KSA: A co-integration approach. Hasil yang didapat adalah menganalisis kointegrasi dan tes lainnya di sektor perbankan Arab Saudi selama periode studi, hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil empiris telah menemukan kuat bukti bahwa variabel co-terintegrasi. 4) Rasiah meneliti tentang Theoretical framework of profitability as applied to commercial banks in Malaysia. Hasil yang didapat adalah Untuk menggabungkan faktor penentu internal dan eksternal menjadi satu model profitabilitas, maka perlu untuk kolam lintas bagian dan time-series data. Sebagai hasilnya, itu perlu untuk memasukkan variabel dummy untuk mempertimbangkan antar-perusahaan dan antar sementara perbedaan mencegat. Dengan demikian, analisis regresi pooled diterapkan pada Model linier untuk menganalisis determinan profitabilitas bank umum. 5) Scott, et.al meneliti tentang Banking profitability determinants. Hasil yang didapat pentingnya faktor-faktor internal dan eksternal pada perusahaan 46 profitabilitas, analisis penuh dengan kesempatan untuk dilewatkan penting namun tidak terduga pengaruh yang mungkin akan menyebabkan terhadap perubahan profitabilitas jangka pendek sementara meninggalkan jangka panjang profitabilitas tidak terpengaruh dan faktor tentang inovasi dalam teknologi yang berhubungan baik untuk layanan keuangan perusahaan internal dan eksternal lingkungan yang akan tergantung pada efektivitas manajemen bank untuk menambah nilai atau tidak. 6) Elumilade, et.al meneliti tentang Mergers and Acquisitions and Efficiency of Financial Intermediationin Nigeria Banks: An Empirical Analysis. Hasil yang didapat yaitu Studi ini menemukan bukti untuk mendukung tesis bahwa konsolidasi Program akibat merger dan akuisisi di industri perbankan telah meningkatkan daya saing dan efisiensi dari pinjaman dan pemberian pinjaman dari industri perbankan Nigeria. 7) Awojobi meneliti tentang Analysing Risk Management in Banks: Evidence of Bank Efficiency and Macroeconomic Impact. Hasil yang didapat yaitu menunjukkan bahwa efisiensi manajemen risiko di Nigeria bank tidak hanya dipengaruhi oleh bank-faktor tertentu tetapi juga oleh variabel makroekonomi. Ini menjelaskan cyclicality pro-kinerja bank di sektor perbankan Nigeria. Seperti berdiri, kecukupan prinsip Basel untuk manajemen risiko diragukan karena aset kualitas bervariasi dengan siklus bisnis. 8) Sastrosuwito, et.al meneliti tentang The determinants of post-crisis indonesian banking system profitability. Hasil yang didapat adalah bahwa 47 biaya manajemen, permodalan, dan intensitas pinjaman secara signifikan mempengaruhi profitabilitas bank. Oleh karena itu, kita menemukan bukti hipotesis struktur-perilaku-kinerja (SCP), ditunjukkan dengan efek positif dan signifikan dari konsentrasi industri pada profitabilitas. Selanjutnya, bukti dampak lingkungan ekonomi makro tidak dapat dikonfirmasi karena hasilnya tidak signifikan. 9) Xiaogang chen, et.al meneliti tentang Banking efficiency in China: Application of DEA to pre- and post-deregulation eras: 1993–2000. Hasil yang didapat adalah deregulasi keuangan tahun 1995 ditemukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi biaya termasuk teknis dan alokasi efisiensi. 10) Levine meneliti tentang deregulasi keuangan tahun 1995 ditemukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi biaya termasuk teknis dan alokasi efisiensi. 2.3 Rumusan Hipotesis Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu objek hendaknya memiliki acuan hipotesis, yang berfungsi sebagai jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data hasil observasi (Umar, 2000). Hubungan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya menunjukkan bahwa semakin besar DPK yang dihimpun, maka semakin besar kemampuan bank untuk menyalurkannya kedalam bentuk aset, yaitu kredit. Besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Semakin besar ROA suatu bank menunjukkan bahwa bank tersebut mampu untuk menghasilkan laba yang besar dalam penyaluran 48 kredit. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka masyarakat akan mengurangi konsumsi kreditnya, sehingga volume dan pertumbuhan kredit yang diberikan bank turun. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1) Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA dan Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011. 2) Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011. 3) CAR berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011. 4) ROA berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011. 5) Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 20072011. 49