16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti
masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi,
yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing.
Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana
terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan
dana dari masyarakat.
Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik
perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan
berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank (Kuncoro,
2002:55). Dana-dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak
Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (
mencapai 80 persen-90 persen dari seluruh dana yang dikelola oleh bank)
(Dendawijaya, 2003:89). Menurut Kasmir (2008:48) untuk memperoleh dana dari
masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan yaitu,
tabungan, giro, dan deposito. Perhitungan dana pihak ketiga dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut :
DPKt – DPKt-1
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (X1) =
x100% ................(1)
DPKt-1
16
Keterangan :
DPKt
= Dana Pihak Ketiga tahun sekarang
DPKt-1
= Dana Pihak Ketiga tahun sebelumnya
a) Simpanan Giro
“Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.” (Pasal 1 UU No. 14/1967).
Pengertian Giro menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998 adalah Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyetgiro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Menurut Suyatno,dkk (1999:38) ada tiga hal yang dapat kita perhatikan dari
pengertian giro yaitu :
-
Simpanan Pihak Ketiga
Simpanan pihak ketiga berupa penyimpanan sejumlah uang di bank
dalam bentuk giro, rekening koran (current account). Simpanan ini
dilakukan dengan kesepakatan atau perjanjian antara pihak nasabah
dan bank. Dengan demikian bank dan nasabahnya terikat pada bunyi
perjanjian mereka. Nasabah mempercayakan uangnya kepada bank dan
bank akan mengelola uang itu menurut ketentuan yang berlaku dan
telah disepakati bersama.
17
Dalam hal ini nasabah atau penyimpan tidak dibatasi pada kelompok,
walau uangnya hanya beberapa ribu saja. Namun demikian, bank-bank
secara sendiri-sendiri menentukan jumlah setoran pertama.
-
Penarikan Dapat Dilakukan Setiap Saat
Artinya bila ada nasabah menyetor pagi hari, seharusnya ia pun dapat
menarik dana (simpanannya) pada sore hari atau dalam beberapa jam
saja. Dalam hal lain, selang beberapa saat suatu perjanjian rekening
giro dapat saja dibatalkan oleh bank maupun olah girant tersebut setiap
saat selama kantor kas bank buka.
-
Cara Penarikan
Yang paling banyak dipergunakan adalah penarikan dengan cek (tunai)
atau penariakan dengan bilyet giro (non tunai). Menurut Kasmir
(2008:51) cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada
bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek
atau kepada pembawa cek.
Artinya, bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa cek ke
bank yang memlihara rekening nasabah untuk diuangkan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindah bukuan.
Maksudnya, bank harus membayar sejumlah uang kepada siapa saja jika cek
tersebut memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh bank.
Kasmir (2008:73) bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah
kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindah
18
bukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima
yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.
Pemindahbukuan pada rekening bank yang bersangkutan artinya dipindahkan dari
rekening nasabah sipemberi BG kepada nasabah penerima BG. Sebaliknya jika
dipindahbukukan ke rekening di bank yang lain, maka harus melalui proses
kliring ke bank lain.
b) Simpanan Tabungan
Berbeda dengan simpanan giro, simpanan tabungan memiliki ciri khas
tersendiri. Jika simpanan giro digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang
dalam bertransaksi, simpanan tabungan digunakan untuk umum dan lebih banyak
digunakan oleh perorangan baik pegawai,mahasiswa atau ibu rumah tangga.
Kemudian bank dalam menetapkan suku bunga juga berbeda dalam arti rata-rata
suku bunga simpanan tabungan lebih tinggi dari jasa giro yang diberikan kepada
nasabah.
Pengertian tabungan menurut Undang- Undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapai tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan atau alat lainnya yang disamakan dengan itu.
c) Simpanan Deposito
Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
19
Untuk mencairkan deposito yang dimiliki, deposan dapat menggunakan bilyet
deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktiknya terdapat 4 jenis simpanan
deposito yang ada di Indonesia :
1) Deposito Berjangka
Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka
biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan.
Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
lembaga. Artinya, di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga sipemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito
berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau
sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun
pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah
bunga yang diterimanya. Jumlah dana yang disetorkan dalam deposito
berjangka bentuk bulat misalnya Rp. 1.000.000, Rp. 2.000.000,00 dan Rp.
2.500.000,00. Serta biasanya juga memiliki batas minimal jumlah uang
yang akan disimpan.
Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan
berbagai insentif atau rangsangan. Insentif biasanya diberikan untuk
jumlah nominal yang besar, baik berupa bunga khusus (special rate)
maupun insentif, seperti hadiah atau cendera mata lainnya.
“Bank Indonesia menjamin sepenuhnya pembayaran kembali
deposito berjangka pada tanggal pelunasannya. Tidak seluruh deposito
20
berjangka dijamin oleh Bank Indonesia. Deposito berjangka yang
diterbitkan (dijual) oleh bank komersial asing atau bank komersial swasta
nasional, tidak dijamin kecuali dijual oleh bank-bank pemerintah.”
Suyatno (1999:40)
Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing biasanya
diterbitkan oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan, dan
bunga dilakukan menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito
berjangka dalam valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti
US Dollar, Yen jepang, DM Jerman, atau mata uang kuat lainnya.
2) Sertifikat Deposito
Menurut Kasmir (2008:86), sertifikat deposito merupakan deposito
yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Sertifikat
deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
Menurut Suyatno (1999:40), pengertian sertifikat deposito adalah
simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan izin
Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Pencairan
bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun non
tunai.
Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai
nominal dan biasanya dalam jumlah bulat sehingga nasabah dapat
21
membeli dalam lembaran yang bervariasi untuk jumlah nominal yang
diinginkan.
3) Deposito On Call
Pengertian Deposito on call menurut Kasmir (2008:66) adalah
deposito yang digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam
jumlah besar, misalnya Rp 30.000.000,00 (tergantung bank yang
bersangkutan) dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan deposit
on call memiliki jangka waktu minila 7 hari dan paling lama kurang dari 1
bulan.
Menurut Suyatno (1999:43) Deposito on call adalah simpanan
yang tetap berada di bank selama deposan tidak membutuhkannya.
Deposito ini agak berbeda dengan deposito berjangka, apabila deposan
akan
menarik
simpanan
depositonya
terlebih
dahulu
ia
harus
memberitahukannya kepada bank. Pemberitahuan deposito disesuaikan
dengan perjanjian antara deposan dan bank misalnya, sebulan atau dua
bulan sebelum jangka waktu penarikan.
4) Deposito Automatic Roll-Over
Deposito yang sudah jatuh tempo, tetapi pinjaman pokok belum
diuangkan berarti uang (deposan) menganggur tanpa berbunga. Deposito
Automatic Roll-Over tidak demikian halnya. Uang deposan secara
otomatis diperhitungkan bunganya, begitu jangka waktu deposito habis.
Uang deposan juga akan terus diberi bunga dan tidak pernah menganggur
seandainya deposan tersebut menarik deposito yang sudah jatuh tempo.
22
Di negara kita, beberapa bank swasta/asing telah melaksanakan deposito
automatic roll-over ini. Thomas Suyatno (1999:43).
Menurut Kasmir (2008:68), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar
dari beberapa sumber dana sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam
menyalurkan kredit.
2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan merupakan hal yang pokok bagi sebuah bank, selain sebagai
penyangga kegiatan operasional sebuah bank, modal juga sebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal ini terkait juga dengan
aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
atas dana yang diterima nasbah. Dengan terjaganya modal berarti bank bisa
mendapatkan kepercayaan diri dari masyarakat yang amat penting artinya bagi
sebuah bank karena dengan demikian, bank dapat menghimpun dana untuk
keperluan operasional selanjutnya (Sinungan, 2000:78).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8 persen dari aktiva tertimbang menurut
risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan
CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk
kredit yang mengadung risiko maka harus disediakan sejumlah modal uang
disesuaikan dengan presentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut
(Budiawan, 2008:92). Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika
23
dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang
dimiliki oleh bank mampu meng-cover kerugian tersebut.
Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari
modal disetor dan cadangan tambahan modal yang terdiri dari faktor penambah
(agio, modal sumbangan, cadangan umum modal, cadangan tujuan modal, laba
tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan setelah
diperhitungkan taksiran pajak (50 persen), selisih lebih penjabaran laporan
keuangan kantor cabang luar negeri, dan dana setoran modal) dan faktor
pengurang (disagio, rugi tahun lalu, rugi tahun berjalan, selisih kurang laporan
penjabaran laporan keuangan kantor cabang di luar negeri, dan penurunan nilai
penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual). Modal inti diperhitungkan
dengan faktor pengurang berupa goodwill. Modal pelengkap terdiri dari cadangan
revaluasi aktiva tetap, modal pinjaman, pinjaman subordinasi (maksimal 50
persen dari modal inti), dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang
tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebesar 45 persen.
Sedangkan ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) terdiri dari aktiva
neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat dan beberapa
pos dalam off-balance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko
kredit yang melekat. ATMR diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal
aktiva dengan bobot risiko. Semakin likuid aktiva risikonya 0 dan semakin tidak
likuid bobot risikonya 100, sehingga risiko berkisar antara 0-100 persen (Ali,
2004:121).
24
Namun,
setiap
bank
memiliki
cara
sendiri
dalam
mengelola
permodalannya, apakah bank tersebut termasuk risk averse yaitu cenderung
memilih cara yang aman seperti menyalurkannya lewat SBI atau risk taker yaitu
dengan memilih menggunakan modalnya untuk sesuatu lebih berisiko, seperti
kredit. Kredit ini dikatakan berisiko karena setiap saat memiliki potensi menjadi
kredit macet dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap CAR-nya. Namun
sebenarnya penurunan angka CAR bukanlah suatu masalah, sepanjang masih bisa
memenuhi ketetuan yang ditetapkan oleh Bank of International Settlements (BIS),
yaitu sebesar 8 persen (Nawa Thalo, 2005:113).
Perhitungan CAR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Modal Bank
x100% ………………………………………….(2)
CAR (X2) =
ATMR
Keterangan :
CAR = Capital Adequacy Rasio
ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2.1.3 Return on Asset (ROA)
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha
termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan
tersebut dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang
saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor
untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat
kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun
25
modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan
dengan lebih luas (Simorangkir, 2004:89).
Tingkat laba atau profitability yang diperoleh bank biasanya diproksikan
dengan return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. Semakin
besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset.
Perhitungan ROA dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
x100%…………..…………(3)
Return On Asset (X3) =
Total Asset
2.1.4 Tingkat Suku Bunga SBI
Kebijaksanaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia umumnya
hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk bank-bank umum pemerintah,
walaupun kemudian dijadikan juga sebagai landasan bagi bank-bank swasta
(dalam hal ini termasuk bank swasta nasional devisa). Penetapan tingkat suku
bunga ini disebut sebagai tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan
(Sinungan, 2000:81). Sedangkan nilai riilnya tercermin dalam tingkat suku bunga
SBI.
Menurut PBI No. 4/10/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia, SBI adalah
surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI
sebagai salah satu operanti pasar terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang
26
dilakukan oleh BI dengan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat
suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. SBI
merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas
risiko (risk free) gagal bayar. Fakta mengungkapkan bahwa saat ini banyak
institusi keuangan sudah menganggap SBI sebagai salah satu instrumen investasi
yang menarik (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat
perbankan betah menempatkan dananya di SBI daripada menyalurkan kredit
(Sugema, 2010:75).
Suku Bunga SBI dihitung menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan
membobot suku bunga dengan volume transaksi SBI di masing-masing suku
bunga yang tidak melebihi SOR pada setiap periode lelang. Stop-out Rate (SOR)
adalah tingkat diskonto tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam rangka
mencapai target kuantitas SBI yang akan diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Perhitungan bunga SBI (Sudirman, 2002:56) ditentukan dengan sistem diskonto,
yaitu :
P
N  360
...................................................................................................(4)
360  (t  i )
Dimana :
P = Nilai tunai SBI jika dijual
N = Nilai nominal surat berharga (SBI)
t
= Sisa jangka waktu SBI setelah saat dijual atau tenor
i
= Tingkat diskonto (bunga) yang disepakati oleh pembeli dan penjual
27
2.1.5 Kredit
Kebutuhan
yang
dimiliki
manusia
selalu
meningkat,
sedangkan
kemampuan dan alat untuk memenuhinya sifatnya terbatas. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut seseorang dapat dibantu dimudahkan untuk
memenuhinya yaitu dengan jalan dibantu aspek permodalannya dalam bentuk
kredit. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” yang berarti
percaya. Jika seseorang mendapat kredit, berarti orang tersebut telah diberi
kepercayaan (trust). Atau dengan kata lain, kredit merupakan bentuk pemberian
kepercayaan dari seseorang/lembaga, bahwa orang yang diberi kepercayaan
tersebut pada waktunya nanti akan memenuhi segala kewajibannya atas apa yang
telah dipercayakan sesuai apa yang telah disepakati (Budiawan, 2008:89).
Menurut
Mulyono
(2001:69),
kredit
adalah
kemampuan
untuk
melaksanakan suatu pembelian/mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji
pembayarannya akan ditangguhkan pada jangka waktu yang telah disepakati.
Sedangkan menurut undang-undang No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan
uang/tagihan
yang
dapat
dipersamakan
dengan
itu
berdasarkan
persetujuan/kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberiaan bunga.
Dari pernyataan diatas kredit merupakan sejumlah nominal tertentu yang
dipercayakan kepada pihak lain dengan penangguhan waktu tertentu yang dalam
pembayarannya akan disertakan adanya tambahan berupa bunga sebagai
kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh pihak yang memberikan pinjaman.
28
Bahwa di dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat
mendasar yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan kredit
dan pihak yang menerima kredit untuk dapat melaksanakan kewajiban dan hak
yang telah disepakati, baik dari jangka waktu peminjaman sampai masa
pengembalian kredit serta imbalan yang diperoleh pemberi pinjaman sebagai
sebagai risiko yang ditanggung jika terjadi pelanggaran atas kesepakatan yang
telah dibuat.
Proses pemberian kredit dilakukan secara hati-hati oleh bank, dengan
maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank
menetapkan keputusan pemberian kredit maka sasaran yang hendak dicapai
adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa
bank dapat menerima kembali ekonomi yang telah diserahkan, terarah maksudnya
adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang
telah ditetapkan, dan menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus
memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan
masyarakat umumnya (Taswan, 2006:77). Tujuan pemberian kredit adalah
minimal akan memberikan manfaat bagi:
a) Bank, yaitu dapat digunakan sebagai instrumen bank dalam
memelihara likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Kemudian dapat
menjadi pendorong peningkatan penjualan produk bank yang lain dan
kredit diharapkan dapat menjadi sumber utama pendapatan bank yang
berguna bagi kelangsungan hidup bank tersebut.
29
b) Debitur, yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank dapat digunakan
untuk memperlancar usaha dan selanjutnya meningkatkan gairah usaha
sehingga terjadi kontinuitas perusahaan.
c) Masyarakat (negara), yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank akan
mampu
menggerakkan
perekonomian
masyarakat,
peningkatan
kegiatan ekonomi masyarakat akan mampu menyerap tenaga kerja dan
pada gilirannya mampu mensejahterakan masyarakat. Disamping itu
bagi negara bahwa kredit dapat digunakan sebagai instrumen moneter.
Pemerintah dapat mempengaruhi restriksi maupun ekspansi kredit
perbankan melalui kebijakan moneter dan perbankan.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2008:88)
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan
datang.
2) Kesepakatan
Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima
kredit yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
30
3) Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati.
4) Risiko
Penyebab tidak tertagih sebenarnya disebabkan adanya suatu tenggang
waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu
suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko
ini menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh
nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.
5) Balas Jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.
Menurut Hasibuan (2002:38), agar kegiatan operasional bank dapat berjalan
dengan lancar maka kredit, sebagai salah satu produk perbankan, harus diprogram
baik dan benar. Kegiatan penyaluran kredit tersebut harus didasarkan pada
beberapa aspek, antara lain:
1) Yuridis, yaitu program perkreditan harus sesuai dengan undang-
undang perbankan dan ketetapan Bank Indonesia.
2) Ekonomis, yaitu menetapkan rentabilias yang ingin dicapai dan
tingkat bunga kredit yang diharapkan
3) Kehati-hatian, besar plafond kredit (legal lending limit atau batas
minimum pemberian kredit) harus didasarkan analisis atas hasil
31
analisis yang baik dan obyektif berdasarkan asas 5C, 5P, dan 3R dari
setiap calon peminjam.
Prinsip-prinsip 5C adalah Character (Watak atau Kepribadian atau
Karakter),
Capacity (Kemampuan atau Kapasitas), Capital (Modal),
Condition of economy (Kondisi Perekonomian), dan Collateral
(Jaminan atau Agunan) (Firdaus, 2009:83).
Prinsip-prinsip 5P adalah
Party (Golongan), Purpose (Tujuan),
Payment (Sumber Pembayaran), Profitability (Kemampuan untuk
mendapatkan keuntungan), dan Protection (Perlindungan) (Firdaus,
2009:88).
Prinsip-prinsip 3R adalah Return (Hasil yang dicapai), Repayment
(Pembayaran kembali), dan Risk bearing ability (Kemampuan untuk
menanggung resiko).
4) Kebijaksanaan, adalah pedoman yang menyeluruh baik lisan maupun
tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat
management action dilakukan.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian
kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
1) Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima
32
oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
dibebankan kepada nasabah.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank
terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank
tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
2) Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit
berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan
bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit
pembangunan
usaha
baru
atau
perluasan
usaha
akan
membutuhkan
tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang
masih menganggur.
33
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian
besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah
barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam
negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat
menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang
dibiayai untuk keperluan ekspor.
Di samping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi (Kasmir, 2008:94)
sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang
maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan
sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut
menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si
penerima kredit.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar
dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang
kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut
akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
34
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si
debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi
berguna atau bermanfaat.
4) Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari
satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang
beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit
dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas
ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan
menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
Kemudian kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang
dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa
negara.
6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan
berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya paspasan.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik,
terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit
35
diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan
membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi
pengangguran. Di samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga
akan dapat meningkakan pendapatannya seperti membuka warung
atau menyewa rumah kontarakan atau jasa lainnya.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di
bidang lainnya.
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat di
lihat dari berbagai segi antara lain:
1) Dilihat dari segi kegunaan
-
Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
-
Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya
lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
36
2) Dilihat dari segi tujuan kredit
-
Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.
-
Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam
kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,
karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau
badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan.
-
Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapakan dari
hasil penjualan barng dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada suplier atau agen-gen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah besar.
3) Dilihat dari segi jangka waktu
-
Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun
atau paling lama 1 tahun dan biasanya dugunakan untuk keperluan
modal kerja.
- Kredit Jangka Menengah
37
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai denagn 3
tahun. biasanya untuk investasi.
-
Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang.
Kredit jangka pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun.
4) Dilihat dari segi jaminan
-
Kredit Dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut
dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan
orang.
-
Kredit Tanpa Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha
dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama
ini.
5) Dilihat dari segi sektor usaha yaitu kredit pertanian, kredit
peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan,
kredit profesi, kredit perumahan, dan sektor lainnya.
Perhitungan pertumbuhan kredit dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Jumlah Kreditt – Jumlah Kreditt-1
x100% ….…(5)
Pertumbuhan Kredit (Y) =
Jumlah Kreditt-1
38
Keterangan :
Jumlah Kreditt
= Kredit tahun sekarang
Jumlah Kreditt-1 = Kredit tahun sebelumnya
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Terdapat
beberapa
penelitian
terdahulu
yang
mengangkat
masalah
pertumbuhan kredit, adalah sebagai berikut :
1) Prayudi (2007) meneliti mengenai Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan
Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
mendapatkan hasil bahwa secara simultan variable-variabel independen;
CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM dengan uji F, secara bersama-sama
berpengaruh terhadap LDR. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel;
CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat
signifikansi 0,812, 0,209 dan 0,121, sedangkan variable ROA dan NIM
berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,001 dan 0,011.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,255 menunjukkan bahwa LDR dapat
dijelaskan oleh variabelvariabel penelitian sebesar 25,5 persen, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
2) Anggrahini (2005) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit perbankan pada bank umum di Indonesia
periode 1994-2003. Variabel independen yang digunakan adalah Modal,
Simpanan masyarakat, Pertumbuhan ekonomi, Tingkat suku bunga SBI.
39
Variabel dependennya adalah penyaluran kredit. Alat analisis yang dipakai
yaitu Metode OLS (ordinary least square). Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa Modal, Simpanan masyarakat, Suku Bunga SBI
berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.
3) Meydianawathi (2006) bertujuan menganalisis perilaku penawaran kredit
perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Variabel
independen yang dipakai adalah dana pihak ketiga (DPK), capital
adequaty ratio(CAR), return on asset (ROA), non performing loan (NPL).
Variabel dependennya adalah kredit. Alat analisis yang dipakai yaitu
Metode OLS (ordinary least square). Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap
penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA.
Sedangkan variabel NPL negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit
perbankan kepada sektor UMKM.
4) Kristijadi, dkk (2006) meneliti mengenai pengaruh Pertumbuhan DPK,
Pertumbuhan Simpanan di Bank lain, Suku Bunga SBI dan CAR pada
bank-bank pemerintah untuk periode 2002-2004. Variabel independennya
adalah Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan di Bank lain, Suku
Bunga SBI dan CAR. Variabel dependennya adalah Pertumbuhan kredit.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari
penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa Pertumbuhan DPK,
Pertumbuhan Simpanan pada bank lain, serta CAR berpengaruh positif
40
signifikan terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan suku bunga SBI
berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit.
5) Fransiska, dkk (2007 mengenai pengaruh faktor internal bank terhadap
volume kredit pada bank yang go public di Indonesia. Variabel independen
yang digunakan adalah dana pihak ketiga (DPK), capital adequaty ratio
(CAR), return on asset (ROA), non performing loan (NPL). Variabel
dependennya adalah volume kredit. Alat analisis yang digunakan yaitu
regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
adalah dana pihak ketiga memiliki pengaruh yang positif terhadap volume
kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan tidak
dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA mempunyai
hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak dapat
digunakan untuk memprediksi volume kredit.
6) Nurhidayat meneliti tentang Analisis pengaruh variabel internal dan
eksternal perbankan terhadap penawaran kredit sektor umkm pada bank
umum periode 2007-2009, dengan hasil bahwa setiap variabel memiliki
kontribusi yang berbeda-beda pada bank-bank umum. Hasil penelitian ini
menyarankan bahwa perlu adanya penambahan periode penelitian dan
penambahan variabel-variabel lain untuk mendapatkan hasil yang lebih
signifikan.
7) Sudiyatno tentang analisis pengaruh dana pihak ketiga, BOPO, CAR dan
LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go public di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2008. Hasil yang di dapat yaitu,
41
Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bank (ROA), Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja bank (ROA), Capital Adecuacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA), Loan to
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kinerja bank (ROA).
8) Vivian, dkk meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan. Hasil yang
didapat adalah bahwa variabel-variabel makro ekonomi tersebut
berpengaruh terhadap jumlah kredit maupun ketiga jenis kredit modal
kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
9) Setiyati (2007) menganalisis pengaruh suku bunga kredit, dana pihak
ketiga, dan produk domestik bruto terhadap penyaluran kredit pada
perbankan Indonesia periode 2002-2006. Variabel independen yang
digunakan adalah Suku Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga, dan Produk
Domestik Bruto. Variabel dependennya adalah kredit. Alat analisis yang
digunakan adalah error correction model (ECM). Hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut adalah Suku Bunga Kredit dan Dana Pihak Ketiga
berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan
Produk Domestik Bruto berpengaruh positif signifikan.
10) Lestari (2007) mengenai pengaruh CAR dan NPL terhadap tingkat
penyaluran Kredit pada Bank Umum di Indonesia periode 2001-2005.
Variabel Independen yang digunakan adalah CAR dan NPL. Variabel
42
dependennya adalah penyaluran kredit. Alat analisis yang dipakai yaitu
metode OLS (ordinary least square). Hasil yang diperoleh dalam
penelitian tersebut adalah CAR dan NPL berpengaruh negatif signifikan
terhadap penyaluran kredit.
11) Arisandi tentang Analisis faktor penawaran kredit pada bank umum di
Indonesia. Hasil yang didapat adalah variabel DPK merupakan variabel
yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit, secara parsial variabel
– variabel DPK, CAR, dan ROA mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penawaran kredit kecuali variabel NPL dan secara
serempak variabel – variabel DPK, CAR, NPL dan ROA mempunyai
pengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit.
12) Ardiana, dkk meneliti tentang Pemodelan ekonometrika agresivitas
pemberian kredit di bank perkreditan rakyat. Hasil yang didapat adalah
Model ke-13 merupakan model ekonometrika agresivitas penyaluran
kredit di Bank Perkreditan Rakyat yang bersifat RLUE. Model ke-13 ini
merupakan model ekonometrika yang RLUE (Ratio Linear Unbuzsed
Estimation) karena memenuhi tujuh asumsi klasik seperti yang disyaratkan
oleh Studendmund (2006). Model ke-13 yang RLUE ini terdiri atas dua
variabel bebas, yaitu pertumbuhan dana pihak ketiga dan ROA tahun
2009. Hal itu berarti bahwa variabel bebas pertumbuhan dana berpengaruh
positif terhadap agresivitas kredit di Bank Perkreditan Rakyat.
13) Wibowo, dkk meneliti tentang analisis pengaruh nilai kurs, tingkat inflasi,
dan tingkat suku bunga terhadap dana pihak ketiga pada bank devisa di
43
Indonesia. Hasil yang didapat adalah bahwa secara keseluruhan pengaruh
variabel independent terhadap jumlah DPK pada Bank Devisa di Indonesia
selama periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 adalah lemah.
Berdasarkan nilai R Square pada pengujian Durbin Watson, variabel DPK
dapat dijelaskan oleh variabel Nilai Kurs, Inflasi dan Suku Bunga SBI
sebesar 19,2 persen. Pada pengujian Regresi Berganda, variabel Nilai Kurs
dan Inflasi memiliki pengaruh searah (positif). Sedangkan Suku Bunga
SBI memiliki pengaruh berlawanan arah (negatif).
14) Nyamiati (2009) meneliti mengenai pengaruh CAR, ROA, NIM, DPK,
Simpanan Bank Lain, Suku Bunga SBI dan Tingkat inflasi terhadap
pertumbuhan kredit bank umum swasta nasional devisa periode 20052008. Variabel independennya adalah CAR, ROA, NIM, DPK, Simpanan
Bank Lain, Suku Bunga SBI dan Tingkat inflasi. Variabel dependennya
adalah Pertumbuhan kredit. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
linear berganda. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa CAR, Suku
Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan kredit. Sedangkan ROA, NIM, DPK, Simpanan dari bank
lain berpengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit.
15) Haryati (2009) meneliti mengenai “Pertumbuhan Kredit Perbankan:
Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi periode 2005-2008”,
dengan menggunakan variabel independennya adalah pertumbuhan ekses
likuiditas (GEL), Pertumbuhan DPK (GDPK), Pertumbuhan dana
simpanan/pinjaman (GPD), Pertumbuhan Ekuitas (GEk), Suku Bunga
44
Bank Indonesia (BI Rate), Inflasi, dan Exchange rate. Variabel
dependennya adalah pertumbuhan kredit. Alat analisis yang digunakan
yaitu regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut pada bank
nasional adalah GPD berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan
kredit, sedangkan GEk berpengaruh negatif signifikan. Sementara itu
variabel makro ekonomi BI rate dan Exchange Rate berpengaruh negatif
signifikan terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan Inflasi berpengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Pada bank asing campuran
variabel GDPK, GPD, GEk berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan kredit sedangkan variabel makro ekonomi BI rate, Inflasi,
Exchange rate berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit.
Selain jurnal Nasional, peneliti juga menggunakan jurnal Internasional sebagai
acuan dalam meneliti selanjutnya. Jurnal Internasional yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
1) Oswari meneliti tentang The influence of capital adequacy ratio, return on
asset and loan to deposit ratio to deposit twelve month bank persero in
Indonesia. Hasil yang didapat adalah CAR, ROA dan LDR telah
signifikan mempengaruhi (α = 0,05) pada tingkat bunga deposito
berjangka dua belas bulan di perusahaan bank di Indonesia adalah 61,2
persen sedangkan 38,8 persen yang mempengaruhi faktor lain. CAR skala
parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito
berjangka dua belas bulan di Perusahaan Bank di Indonesia. ROA dan
LDR skala parsial mempengaruhi tetapi tidak signifikan pada tingkat
45
bunga deposito berjangka dua belas bulan di perusahaan bank di
Indonesia.
2) Simorangkir meneliti tentang Determinant of bank runs in indonesia: bad
luck or fundamental. Hasil yang didapat adalah penelitian ini
menggunakan lag dari variabel independen (dana pihak ketiga persentase
perubahan) sebagai Bank menjalankan proxy. Penggunaan variabel ini
kuat untuk mendapatkan faktor ramalan, bagaimanapun, masih mungkin
untuk menemukan proxy yang lebih baik.
3) Masood, et.al meneliti tentang An empirical study on Banks profitability in
the KSA: A co-integration approach. Hasil yang didapat adalah
menganalisis kointegrasi dan tes lainnya di sektor perbankan Arab Saudi
selama periode studi, hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil
empiris telah menemukan kuat bukti bahwa variabel co-terintegrasi.
4) Rasiah meneliti tentang Theoretical framework of profitability as applied
to commercial banks in Malaysia. Hasil yang didapat adalah Untuk
menggabungkan faktor penentu internal dan eksternal menjadi satu model
profitabilitas, maka perlu untuk kolam lintas bagian dan time-series data.
Sebagai hasilnya, itu perlu untuk memasukkan variabel dummy untuk
mempertimbangkan antar-perusahaan dan antar sementara perbedaan
mencegat. Dengan demikian, analisis regresi pooled diterapkan pada
Model linier untuk menganalisis determinan profitabilitas bank umum.
5) Scott, et.al meneliti tentang Banking profitability determinants. Hasil yang
didapat pentingnya faktor-faktor internal dan eksternal pada perusahaan
46
profitabilitas, analisis penuh dengan kesempatan untuk dilewatkan penting
namun tidak terduga pengaruh yang mungkin akan menyebabkan terhadap
perubahan profitabilitas jangka pendek sementara meninggalkan jangka
panjang profitabilitas tidak terpengaruh dan faktor tentang inovasi dalam
teknologi yang berhubungan baik untuk layanan keuangan perusahaan
internal dan eksternal lingkungan yang akan tergantung pada efektivitas
manajemen bank untuk menambah nilai atau tidak.
6) Elumilade, et.al meneliti tentang Mergers and Acquisitions and Efficiency
of Financial Intermediationin Nigeria Banks: An Empirical Analysis.
Hasil yang didapat yaitu Studi ini menemukan bukti untuk mendukung
tesis bahwa konsolidasi Program akibat merger dan akuisisi di industri
perbankan telah meningkatkan daya saing dan efisiensi dari pinjaman dan
pemberian pinjaman dari industri perbankan Nigeria.
7) Awojobi meneliti tentang Analysing Risk Management in Banks: Evidence
of Bank Efficiency and Macroeconomic Impact. Hasil yang didapat yaitu
menunjukkan bahwa efisiensi manajemen risiko di Nigeria bank tidak
hanya dipengaruhi oleh bank-faktor tertentu tetapi juga oleh variabel
makroekonomi. Ini menjelaskan cyclicality pro-kinerja bank di sektor
perbankan Nigeria. Seperti berdiri, kecukupan prinsip Basel untuk
manajemen risiko diragukan karena aset kualitas bervariasi dengan siklus
bisnis.
8) Sastrosuwito, et.al meneliti tentang The determinants of post-crisis
indonesian banking system profitability. Hasil yang didapat adalah bahwa
47
biaya manajemen, permodalan, dan intensitas pinjaman secara signifikan
mempengaruhi profitabilitas bank. Oleh karena itu, kita menemukan bukti
hipotesis struktur-perilaku-kinerja (SCP), ditunjukkan dengan efek positif
dan signifikan dari konsentrasi industri pada profitabilitas. Selanjutnya,
bukti dampak lingkungan ekonomi makro tidak dapat dikonfirmasi karena
hasilnya tidak signifikan.
9) Xiaogang chen, et.al meneliti tentang Banking efficiency in China:
Application of DEA to pre- and post-deregulation eras: 1993–2000. Hasil
yang didapat adalah deregulasi keuangan tahun 1995 ditemukan untuk
meningkatkan tingkat efisiensi biaya termasuk teknis dan alokasi efisiensi.
10) Levine meneliti tentang deregulasi keuangan tahun 1995 ditemukan untuk
meningkatkan tingkat efisiensi biaya termasuk teknis dan alokasi efisiensi.
2.3 Rumusan Hipotesis
Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu objek
hendaknya memiliki acuan hipotesis, yang berfungsi sebagai jawaban sementara
yang masih harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data hasil
observasi (Umar, 2000). Hubungan variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikatnya menunjukkan bahwa semakin besar DPK yang dihimpun, maka
semakin besar kemampuan bank untuk menyalurkannya kedalam bentuk aset,
yaitu kredit. Besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan
dalam menyalurkan kredit. Semakin besar ROA suatu bank menunjukkan bahwa
bank tersebut mampu untuk menghasilkan laba yang besar dalam penyaluran
48
kredit. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka masyarakat akan
mengurangi konsumsi kreditnya, sehingga volume dan pertumbuhan kredit yang
diberikan bank turun.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1) Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA dan Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk Periode 2007-2011.
2) Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan
kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011.
3) CAR berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011.
4) ROA berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2007-2011.
5) Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap
pertumbuhan kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 20072011.
49
Download