perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini popularitas sepeda motor memang tengah menanjak dan menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pertumbuhan komunitas motor di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Berdasarkan perbandingan pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua berbanding lurus dengan pangsa pasar sepeda motor di Indonesia yang juga terbesar di Asia. Berdasarkan data yang dihimpun dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), kepemilikan sepeda motor di Indonesia saat ini adalah sekitar 10 penduduk per sepeda motor. Sepeda motor di Indonesia tidak hanya di anggap sebagai alat transportasi, namun juga merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sepeda motor menjadi citra dari pemiliknya, menjadi sebuah hobi bagi pemiliknya, dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini pemilik atau pengguna sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat untuk menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta sepeda motor atau yang lebih akrab kita kenal dengan komunitas motor, club motor maupun geng motor. Dari sinilah kemudian muncul dan berkembangnya beragam komunitas commit motor to userdengan kareteristik atau ciri khas 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id yang berbeda-beda. Komunitas terbentuk oleh berbagai tujuan, pandangan dan pemahaman tentang pengetahuan menciptakan proses. Berbagi pengalamaman menciptakan keyakinan mendalam dan aturan dasar tentang menjadi angota sebuah komunitas. Pemahaman pengetahuan menciptakan proses yang menjadikan anggota dapat melihat apakah kegiatan mereka berguna bagi lingkungan sekitarnya dan usaha yang terus-menerus untuk menciptakan teori, alat dan hubungan antar anggota. Komunitas motor adalah pasar potensial masa depan. Sebuah komunitas motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan khusus antara mereka, komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai dasar atas kepemilikan atau identifikai bersama diantara pekerja, tetangga, dan kelompok minat. Perkembangan komunitas motor di Indonesia pada saat ini semakin meluas sampai ke tingkat desa, komunitas motor semakin digemari oleh masyarakat karena komunitas dianggap dapat secara langsung menyalurkan hobi mereka dengan mudah dan lebih mengarah pada implikasi sosial yang lebih positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa komunitas motor merupakan mesin penghasil generasi yang tidak ada bedanya dengan organisasi-organisasi lainnya yaitu merupakan tempat pencarian jati diri dan aktualisasi diri. Beberapa karakteristik komunitas motor itu antara lain; ada satu komunitas motor yang mengharuskan anggotanya menggunakan satu merek pabrikan saja, ada pula yang mewajibkan anggotanya dengan type sepeda motor tertentu, atau berdasarkan kapasitas mesin cc sepeda motor, ataupun commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id mencirikan komunitas mereka dengan warna-warna tertentu yang mewajibkan anggotanya menggunakan warna tertentu, komunitas yang seperti itu terbentuk lebih karena fisik kendaraan yaitu sepeda motor yang sejenis, namun ada pula komunitas motor yang terbentuk karena lebih mengarah atas persamaan hobi dan visi misi yang ingin di capai bersama, yaitu hobi modifikasi, freestyle, touring, balapan maupun croos country. Hal ini sesuai yang dikatakan Rogers dalam bukunya yang berjudul Modernization Among Peasants “comunnication the process by which massage are transffered from a saurce to one or, it is indeed the key that opens door for change”. Dari pernyataan Rogers tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak hanya memindahkan message dari komunikator kepada komunikan, akan tetapi dapat juga melibatkan dua individu atau lebih, oleh karena itu komunikasi penting dalam perubahan sosial dan sesungguhnya komunikasi merupakan kunci untuk membuka perubahan, maka setiap perubahan sosial selalu melibatkan komunikasi. Inovasi berasal dari kata innovation berarti mengemukakan sesuatu yang baru. Menurut Roger (2003: 123) inovasi adalah semua objek yang oleh individu dianggap baru, baik yang berupa ide baru ataupun cara penggunaan sesuatu hal, baik yang menyangkut material maupun non material. Menurut Sutopo (2006: 46) memberikan gambaran bahwa sesuatu dikatakan baru bila : 1. Menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum ada. 2. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada. 3. Memperbaruhi sesuatu dari yang sudah ada. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id Pada awal berdirinya, kebanyakan anggota “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri mengendarai merek motor biasa yang dimodifikasikan bentuk motor trail. Ketua komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti pada waktu berdirinya club tersebut sudah mengendarai merek motor trail Kawasaki KLX 150 yang masih standar keluaran pabrik. Untuk kondisi standard, motor Kawasaki KLX cocok untuk postur tubuh pengendara di bawah 175 cm, karena rendah dengan memakai velg 16" – 19". Dengan bobot kendaraan yang tidak terlalu berat, maka Kawasaki KLX 150 sangat cocok untuk hobby yang extrem trail adventure. Untuk pemakai yang tingginya diatas 170 cm, harus melalui modifikasi di beberapa bagian motor antara lain : 1. Roda belakang dan depan Roda standard yang ukurannya 16" – 19" di rubah menjadi ukuran 18" – 21". Tromol standard KLX 150 ada 28 hole, ditambah lagi 8 lobang sehingga menjadi 36 hole. 2. Shock Depan Untuk shock depan standard, kalo di pakai ban depan 21" tidak terlalu cukup ruang untuk naik turun roda depannya. Jarak ban dengan spatbor depan terlalu dekat, apalagi jika dipakai untuk loncat-loncat. Bisa tetap memakai shock teleskopik standard Kawasaki KLX 150 dengan cara disambung. Penyambungan dilakukan di as shock bagian atas yang berbentuk baut tutup as shock yang fungsi tutup tersebut adalah untuk menambah atau mengurangi jumlah oli di dalam shock. Setelah membeli commit to user perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id besi bulat, langsung menuju ke bengkel bubut, tak lupa membawa salah satu shock depan sebagai ukurannya. Panjangnya bisa disesuaikan dengan yang kita mau, namun besarnya harus sama dengan besar as shock, dengan besi sambungan shock depan, panjang sambungan dibuat 8 cm. Setelah terpasang, maka untuk membungkus sambungan nya biar tidak terlalu terlihat, bisa dipakai besi pipa stainless. Jadi sambungan shock tidak terlihat dan tampilannya jadi makin rapi dan bergaya. 3. Knalpot Mengganti pipa buang ini merupakan salah satu cara juga untuk mendongkrak performa motor. Knalpot standard bawaan pabrik sudah barang tentu bunyinya tidak memuaskan para penunggangnya, masih terlalu sopan seperti bunyi knalpot motor bebek standard. Knalpot keluaran salah satu merek kelas menengah, dengan harga Rp 400.000,00 sudah terlihat gagah dan bergaya. 4. Guard Guard atau ebih sering disebut sebagai pelindung mesin, posisinya di bagian bawah mesin, menempel di rangka motor. Guard sangat berfungsi melindungi mesin dan rangka bawah dari benturan ketika jatuh. Guard terbuat dari plat besi yang tebal,di pasaran beredar seharga Rp 150.000,00. Penulis mengambil salah satu contoh komunitas yang saat ini cukup populer di kalangan masyarakat kabupaten Wonogiri, yaitu komunitas motor trail “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti. Pada awalnya komunitas commit to user perpustakaan.uns.ac.id 6 digilib.uns.ac.id trail terbentuk karena kesamaan hoby pengendara sepeda motor yang menyukai tantangan. Medan yang dipakai untuk komunitas ini adalah alam bebas, sehingga tidak membahayakan pengendara lain di jalan raya. Tetapi para pemakai motor trail ini harus ekstra hati-hati dalam mengendarakan motornya karena resikonya tentu juga tinggi. Motor trail yang digunakan awalnya hanya modifikasi pribadi, tentunya untuk menghemat biaya. Perlengkapan keamanan yang digunakan pun hanya seadanya saja. Tetapi seiring dengan perkembangan komunitas yang semakin meningkat jumlah anggotanya, serta banyaknya kegiatan touring yang diadakan untuk mempererat kebersamaan di antara para anggota, kini komunitas motor trail tampil dengan lebih elegan. Banyak pengguna yang telah menggunakan motor trail asli atau yang lebih dikenal dengan nama KLX. Perlengkapan yang digunakan pun sudah semakin modern, ketika suatu trends terbaru masuk ke dalam komunitas trail ini, dengan seiringnya waktu maka saat seseorang telah menjadi trend center dengan memakai perlengkapan seperti helm, sepatu, baju, sarung tangan dan perlengkapan keamanan lainnya yang didesain khusus untuk pengguna motor trail, maka akan banyak pula pengguna motor trail yang memakai juga. Berdasarkan permasalahan diatas, jika dihubungkan dengan proses adopsi konsumen yaitu proses mulai awal konsumen menyerap informasi sampai memakai dan meninjau kembali apa yang telah dilakukan. Prosesproses tersebut terdiri dari knowledge merupakan bagian penting dari konsumen dalam memperoleh informasi tentang keberadaan produk / produk commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hasil inovasi untuk pertama kali, proses ini merupakan proses awal dari proses adopsi. Dimana persuasion berpengaruh terhadap konsumen mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap produk atau produk inovasi, dalam keadaan ini perusahaan dalam tayangan iklan sangat berhati-hati dalam segi kreatifitas guna menarik simpati konsumennya sehingga menimbulkan decision konsumen untuk mengadopsi atau menolak produk atau produk inovasi. Proses inilah yang menjadi kunci pemahaman konsumen akan produk yang dikonsumsi. Kemudian implementation merupakan proses konsumen untuk memakai produk atau produk inovasi secara rutin atau permanen, yang pada akhirnya confirmation konsumen membuat tinjauan kembali keputusan yang telah dibuat dan pada tahap ini bila konsumen mendapatkan pengalaman atau informasi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan kenyataan, maka ada kemungkinanan membatalkan keputusan adopsinya (Roger, 2003: 169). Fenomena ini tentunya membawa keuntungan untuk para produsen motor trail dan perlengkapannya. Tingginya minat masyarakat yang menggemari motor trail sudah pasti akan berbanding lurus dengan minat konsumtif masyarakat untuk meningkatkan pembelian motor trail dan perlengkapannya. Oleh karena itu penulis mengambil skripsi dengan judul “PROSES DIFUSI DAN INOVASI ADOPSI MOTOR TRAIL (Studi Deskripsi Difusi dan Inovasi Adopsi Motor Trail di Kalangan Komunitas Motor Trail “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri)” commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri? 2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri. commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mempraktekkan teori-teori komunikasi dalam proses penyebaran difusi, inovasi dan adopsi pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri. 2. Untuk melatih diri dalam memahami fenomena yang berkembang di masyarakat. 3. Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk membantu bagi penelitian sejenis yang selanjutnya. E. Landasan Teori 1. Pengertian Komunikasi Kenyataan telah menunjukkan bahwa komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi mahluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan hubungan dengan pihak lain. Oleh sebab itu, terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (Effendy, 2002: 3). Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication yang bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002: 4). Carl. I Hovland mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Effendy, 2002: 48). Horold Lasswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang sampaikan, melalui jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000: 18). Defenisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja (Cangara, 2000: 20). Karena itu jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat lebih efektif maka dapat digunakan komunikasi yang efektif berarti, bahwa komunikator dan komunikan, dalam hal ini lembaga dan masyarakat sama-sama memiliki pengertian yang sama mengenai sesuatu yaitu kebutuhan dan keinginan dari masyarakat terpenuhi dengan baik.to user commit 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, bisa terdiri dari 1 orang tetapi juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang ditujukan oleh komunikator kepada komunikan. Komunikan adalah orang yang menerima pesan, bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Media adalah sarana atau jaringan yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan yang berupa sikap dan tingkah laju seseorang (Effendy, 2002: 6). Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa (Cangara, 2000: 29). Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontiniu. Dapat di identifikasi siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan oleh jumlah khalayak yang relatif besar (Cangara, 2000: 34). Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur (Cangara, 2000: 2). commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisai sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberikan perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan organisasi. Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Bahkan studi komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karir dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun juga, setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan pesan. Secara tradisional (fungsionalis dan objektif) komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational boundary). Fokus utamanya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Dimana tekanannya adalah commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka. Redding dan Sanborn memberikan pengertian bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Kemudian katz dan khan menyatakan bahwa komunikai organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi, dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi (Muhammad, 1995: 65). Komunikasi mendudukkan struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemroses informasi besar, maka maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat. Sementara sifat terpenting komunikasi organisasi adalah pencipt.aan pesan, penfasiran dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi. Organisasi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan (Gitosudarmo dan Sudila, commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2000: 57). Goldhaber yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah (Muhammad, 1995: 67). 3. Pola Kelompok Komunikasi kelompok atau group communication adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikator) yang berkumpul bersama-sama dan membentuk kelompok (Effendi, 1998: 5). Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs dan Moss, 2001: 26). Disini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menetukan jenis hubungan yang mereka miliki. Dari pengertian di atas, maka suatu pola kelompok adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi. 4. Difusi Inovasi a. Pengertian Difusi dan Inovasi Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat. b. Elemen Difusi Inovasi Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial. Rogers dalam Nasution (2007: 124-125) proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu : 1) Inovasi Inovasi adalah segala sesuatu: baik ide, gagasan, konsep, caracara, ataupun objek yang dioperasikan seseorang sebagai sesuatu yang baru. Baru disini tidak semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Inovasi terdiri dari dua komponen yaitu a) komponen ide dan b) komponen obyek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap inovasi yang memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi yang berupa tindakan (action), sedangkan untuk inovasi dengan komponen ide, adopsi yang dilakukan hanya berupa penerimaan simbolik. 2) Saluran komunikasi (communication channels) Saluran komunikasi adalah media untuk menyampaikan pesanpesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber perlu memperhatikan a) tujuan diadakannya komunikasi dan b) karakteristik penerima. Jika commit to user komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran komunikasi interpersonal. 3) Sistem sosial (social system) Sistem sosial adalah kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. 4) Jangka waktu Proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam a) proses pengambilan keputusan inovasi, b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. Difusi merupakan suatu proses pengkomunikasian inovasi melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu di antara anggota suatu sistem sosial. Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi melalui suatu proses komunikasi tertentu yang dilakukan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. c. Tahapan Proses Difusi Inovasi Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dalam penerimaan sesuatu inovasi, biasanya seseorang atau target inovasi melalui sejumlah tahapan yang disebut tahapan putusan inovasi yaitu (Nasution, 2007: 126) : 1) Tahap munculnya pengetahuan (knowledge), yaitu dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: a) Karakteristik sosial-ekonomi, b) Nilai-nilai pribadi dan c) Pola komunikasi. 2) Tahap persuasi (persuasion), yaitu tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: a) kelebihan inovasi, b) tingkat keserasian, c) kompleksitas, d) dapat dicoba, dan e) dapat dilihat. 3) Tahap keputusan (decisions), yaitu tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi. 4) Tahapan implementasi (implementation), yaitu tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu. 5) Tahapan konfirmasi (confirmation), yaitu tahap setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Proses pengambilan keputusan inovasi dapat dilihat pada gambar berikut (Rogers, 1983): Saluran Komunikasi Kondisi awal 1. Situasi awal 2. Kebutuhan dan problem 3. Inovasi 4. Sistem sosial Pengetahuan Karakteristik dari unit Pengambil Keputusan 1. Sosia ekonomi 2. Variabel individu 3. Perilaku komunikasi Persuasi Keputusan Implementasi 1. Adopsi Continued Adopsi Later Adopsi 2. Rejection Discontinuance Continued Konfirmasi Karakteristik dari Inovasi 1. Relative Advantage 2. Compatibility 3. Complexity 4. Triability 5. Observability Gambar 1. Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi (Rogers, 1983) Model tersebut menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup 1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), 2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), 3) saluran komunikasi (communication channels), 4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan 5) peran agen perubah (change agents). Ada lima atribut inovasi (perceived attribute of innovation) yang mempengaruhi pandangan pengguna terhadap inovasi. Kelima atribut inovasi tersebut mempengaruhi keputusan pengguna dalam commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengadopsi inovasi yang dikenalkan kepadanya. Menurut Nasution (2007: 125) atribut-atribut inovasi tersebut adalah: a. b. c. d. e. Keuntungan relatif (relative advantages), yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru dalam inovasi yang dikenalkan kepada pengguna memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka atau tidak. Keserasian (compatibility), yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan. Kerumitan (complexity), yaitu apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya users (adopter) tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan tambahan beban yang baru. Dapat dicobakan (trialability), yaitu bahwa suatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum users terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin menghindari suatu risiko yang besar dari perbuatannya. Dapat dilihat (observability), yaitu jika suatu inovasi dapat disaksikan oleh mata, dapat terlihat dan dirasakan langsung hasilnya, maka akan lebih mudah untuk users dalam mempertimbangkan untuk menerima inovasi tersebut. Tujuan dari proses komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru berupa inovasi) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi tidak hanya berhenti jika komunikator telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran (komunikan) telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan komunikator. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi baru berhenti jika sasaran atau target adopsi telah memberikan tanggapan commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id seperti yang dikehendaki komunikator yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ridho Maruli S dan Muhammad Mukti Ali dengan judul Proses Inovasi Pada Klaster Kampoeng Batik Laweyan Kota Surakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa, era teknologi dan informasi yang semakin berkembang menuntut pelaku usaha untuk melakukan inovasi agar dapat bersaing. Inovasi-inovasi ini berasal dari pelaku usaha itu sendiri, rekanan bisnis, konsumen, pesaing dan lembaga riset/universitas. Tetapi mayoritas inovasi ini berasal dari pelaku usaha sendiri karena mereka sadar akan pentingnya inovasi untuk mengembangkan usaha mereka. Awalnya inovasi yang ada pada Klaster Kampoeng Batik Laweyan hanya di terapkan oleh beberapa pelaku usaha yang menjadi pelopor inovasi. Penerapan inovasi ini memberikan peningkatan penjualan dan pendapatan bagi pelopor. Hal ini menjadi motivasi bagi mereka untuk lebih mengembangkan inovasi dalam upaya peningkatan ekonomi. Keberhasilan pelopor ini juga mendorong pelaku usaha lain untuk mengadopsi dan mengembangkan inovasi pada usaha mereka. (Teknik PWK; Volume 2, Nomor 2, 2013: 198-207) Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan. Sehingga apabila yang sedang dikomunikasikan bukan merupakan produk inovasi, maka tidak lazim untuk disebut sebagai difusi. d. Sistem Sosial Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama (Rogers, 1983). Sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Sistem sosial memengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya (sistem sosial lainnya). Selain itu, di dalam sistem sosial ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi mempertahankan sistem sosial tersebut (Widjajati, 2010). Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompokkelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Menurut commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Rogers (1983), salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi. Gambar 2. Kelompok Adopter dalam Sistem Sosial (Rogers, 1983) Kurva yang membentuk lonceng tersebut dihasilkan oleh sejumlah penelitian tentang difusi inovasi. Kurva lonceng tersebut menggambarkan banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu. Pada tahun pertama, usaha penyebaran inovasi akan menghasilkan jumlah pengadopsi yang sedikit, pada tahun berikutnya jumlah pengadopsi akan lebih banyak dan setelah sampai pada puncaknya, sedikit demi sedikit jumlah pengadopsi akan menyusut. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang memengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: struktur sosial, norma sistem, peran pemimpin dan agen perubahan. Struktur sosial (social structure) adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Adanya sebuah struktur dalam suatu sistem sosial memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur organisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem sosial dimana individu tersebut berada. Norma sistem (system norms) adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial. commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidaksesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut. Peran pemimpin (opinion leaders) dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh memainkan peran dalam proses keputusan inovasi. Agen perubahan (change agent) adalah suatu bagian dari sistem sosial yang berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Mereka adalah orang-orang yang mampu memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi. Tetapi change agent bersifat resmi atau formal, ia mendapat tugas dari kliennya untuk memengaruhi masyarakat yang berada dalam sistem sosialnya. Change agent atau dalam bahasa Indonesia yang biasa disebut agen perubah, biasanya merupakan orang-orang profesional commit to user yang telah mendapatkan perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id pendidikan atau pelatihan tertentu untuk dapat memengaruhi sistem sosialnya. Di dalam buku ”Memasyarakatkan Ide-ide Baru” yang ditulis oleh Rogers dan Shoemaker, fungsi utama dari change agent adalah menjadi mata rantai yang menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan change agent berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu. 5. Adopsi Inovasi dalam teori Difusi Inovasi Dalam proses difusi dan adopsi, penelitian menunjukkan bahwa saluran komunikasi publik atau komunikasi melalui media massa biasanya mampu menyebarkan kesadaran atau pengetahuan mengenai suatu inovasi secara jauh lebih cepat daripada saluran interpersonal. Namun, komunikasi interpersonal sering kali terbukti lebih mampu memengaruhi orang untuk menerima gagasan atau inovasi yang diperkenalkan media massa kepada mereka. Meskipun berbagai cara bisa dilakukan dalam proses difusi dan adopsi untuk sebuah inovasi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa inovasi bahkan sama sekali tidak dapat diterima. Dalam sejarah perkembangan teknologi, maka sepeda motor merupakan bentuk inovasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 27 digilib.uns.ac.id yang paling cepat diterima. Pengaruh interpersonal sangat penting dalam proses penerimaan. Salah satu tujuan riset difusi inovasi adalah menentukan cara untuk mempercepat penerimaan inovasi. Sekali diterima, suatu inovasi akan memiliki konsekuensi apakah fungsional atau nonfungsional, langsung atau tidak langsung, nyata atau tersembunyi. Penelitian yang dilakukan oleh M. Dhenda Zericka. A dengan judul Penerapan Electronic Service Dalam Pengembangan Informasi di Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukan bahwa, penerapan electronic service Dalam Pengembangan Informasi di Kabupaten Kutai Kartanegara hingga saat ini belum berjalan dengan baik, dari Penyedia layanan dalam hal ini pemerintah Kutai Kartanegara melalui website kutai kartanegara belum menjalankan fungsinya dengan baik dalam menyebarluaskan data dan informasi pembangunan beserta potensi daerah melalui teknologi informasi, dari Pengguna Layanan yang menggunakan pelayanan melalui forum tanya jawab belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan sangat terbatasnya tenaga operator website, dan dari sistem lelang yang dilakukan melalui jaringan internet ini sudah berjalan cukup baik walaupun baru diterapkan di Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan dari Saluran Penyedia Layanan masih sangat minim sehingga banyak sekali infrastruktur telekomunikasi yang perlu dibenahi dan ditambah baik dari segi aplikasi telematika, sarana komunikasi dan informasi serta pelayanan informasi publik dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id mengoptimalkan pelayanan (eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 345 – 361). Mereka yang menginginkan terjadinya penerimaan inovasi tentunya menginginkan agar penerimaan tersebut bersifat fungsional, langsung, dan nyata, walaupun hasil positif semacam ini tidak selalu bisa terjadi (Morisson, 2010: 146). Menurut Torantzky and Klein dalam Morissan (2010: 147), model simbolik (misalnya, perilaku inovatif yang ditunjukan televisi yang ditiru penonton) merupakan sumber pengaruh yang paling umum terjadi pada tahap awal proses difusi. Jika suatu inovasi sulit dipahami atau sulit dilakukan, maka inovasi tersebut tidak akan diterima secepat inovasi yang relatif sederhana atau mudah dipraktikkan atau digunakan. Morissan (2010: 149) menggunakan atau menerima inovasi atau perilaku baru yang telah dipelajari tergantung pada sejumlah faktor yaitu : 1) Derajat manfaat, riset menunjukkan bahwa semakin besar manfaat yang diperoleh dari inovasi tersebut maka semakin kuat dorongan untuk menerima inovasi bersangkutan. 2) Efektifitas diri, penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh efektivitas diri atau kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. 3) Insentif status, adanya insentif status merupakan salah satu faktor motivasi yang paling kuat bagi penerimaan sesuatu yang baru. Ketika sebagian besar orang telah mengadopsi berbagai inovasi tersebut maka nilainya sebagai simbol status hilang dan penerima awal harus mencari produk atau gaya terbaru lainnya. 4) Nilai individu, penerimaan atau adopsi juga bergantung pada nilainilai individu seseorang dan persepsi dirinya. Jika inovasi atau perilaku baru tersebut berkonflik dengan nilai atau persepsi yang dimilikinya, maka kecil peluang orang itu akan menerimanya. 5) Uji coba, penelitian juga menunjukkan bahwa inovasi yang dapat diuji coba sebelumnya secara terbatas memiliki kemungkinan lebih besar untuk dapat diterima dan digunakan secara lebih cepat. commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Munandar (1999: 12) menyatakan bahwa kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada, dengan demikian perubahan yang terjadi baik di dalam individu maupun lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Oleh karena itu, dengan terbukanya peluang berkreasi dari lingkungannya, maka akan mendorong individu untuk mengembangkan kreativitas. Banyak orang menganggap bahwa kreativitas hanya dapat diajarkan jika dikaitkan dengan bidang subjek atau mata ajaran tertentu. Namun, pada kenyataannya kreativitas dapat diajarkan dalam konteks yang bebas, lepas dari bidang materi tertentu, atau dapat dilekatkan dengan bidang subjek khusus. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Hermana dengan judul Mendorong Daya Saing di Era Informasi dan Globalisasi: Pemanfaatan Modal Intelektual dan Teknologi Informasi sebagai Basis Inovasi di Perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, posisi Indonesia dalam lingkungan global yang relatif rendah dilihat dari berbagai indikator menunjukkan perlunya sebuah pemikiran dan tindakan strategis yang perlu dilakukan, baik oleh individu masyarakat, pelaku usaha atau industri, dan pihak pemerintah itu sendiri. Salah satu tindakan strategis tersebut adalah mendorong laju inovasi di perusahaan agar bisa lebih bersaing di era informasi dan globalisasi. Dalam persaingan bisnis tersebut, perusahaan memerlukan penguasaan IPTEK, baik dalam bentuk pengetahuan, commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id informasi, dan teknologi. Dua modal utama yang sangat penting untuk mendorong laju inovasi adalah modal intelektual dan modal teknologi informasi yang harus dimanfaatkan secara integratif ke dalam proses bisnis. Modal intelektual bisa diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan SDM di perusahaan, misalnya dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, biaya riset dan pengembangan, yang disertai dengan perubahan pola pikir yang menempatkan SDM sebagai aset dan subyek dalam pengelolaan usaha. Perusahaan perlu membuat mekanisme yang bisa merangsang terciptanya pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang pesat. Proses inovasi yang berbasis manajemen pengetahuan tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan agar perusahaan terus bertahan dengan tingkat daya saing yang tinggi. (Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Juli - September 2009) Rogers dalam Munandar (1999: 18) menekankan bahwa sumber kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan kemampuan organisme. commit to user dan mengaktifkan semua 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id F. Kerangka Pemikiran Pengetahuan Suatu Inovasi Berfungsi Persuasi Membentuk Sikap Baik atau Tidak Baik Keputusan Pemilihan Adopsi atau Penolakan Sebuah Inovasi Implementasi Penggunaan Suatu Inovasi Konfirmasi Rencana Pelaksanaan Keputusan Pengambilan Keputusan Inovasi G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya menerangkan cara yang akan ditempuh oleh seorang peneliti dalam proses penelitian. Metode ini menguraikan hal-hal yang meliputi penjelasan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, sumber-sumber data yang dimanfaatkan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Seluruh bagian akan dijelaskan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilaksanakan (Moleong, 2010: 48). Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009: 2). commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan pada di kantor sekretariat Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC) Jalan Kyai Mojo 45 Wonoboyo – Wonogiri 36. Peneliti mengambil tempat penelitian disini karena komunitas motor trail Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC) Kabupaten Wonogiri sedang gencar-gencarnya dikembangkan suatu proses penyebaran divusi, inovasi dan adopsi tentang motor trail. 3. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Menurut HB Sutopo (2002: 35) dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berwujud kata-kata, kalimat/gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka/jumlah. Dalam penelitian ini tidak diajukan hipotesis karena dalam penelitian menggunakan metode deskriptif tidak menjelaskan hubungan antar variabel, tidak menguji hipotesis atau mengajukan prediksi (Jalaluddin Rakhmat, 2001: 24). Jenis penelitian diskripsi kualitatif ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak menguji hipotesis ataupun membuat prediksi. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu saat tertentu (Widodo dan Mukhtar, 2000: 15). Penelitian diskripsi itu sendiri adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan atau fenomena yang diteliti. 4. Populasi dan sampel Teknik sampling atau cuplikan yang digunakan dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat purposive karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Purposive sampling terdapat kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Sutopo, 2002: 56) Sampel dalam penelitian ini adalah pelaksana komunikasi organisasi dalam proses penyebaran divusi, inovasi dan adopsi motor trail di kalangan komunitas motor trail Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC) Kabupaten Wonogiri yang dinilai paling memahami secara mendalam kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dan dinilai mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai sampel adalah: a. Ketua komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti Kabupaten Wonogiri, yang berperan sebagai key informan. b. 4 orang perangkat komunitas motor trail “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Kabupaten Wonogiri. c. 45 orang anggota komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti Kabupaten Wonogiri. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan ciri-ciri yaitu aktif dalam menjalankan organisasi, memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama dan memberikan keuntungan dan manfaat bagi anggota-anggotanya, tapi juga manfaat yang positif bagi lingkungan. Sesuai dengan metodologi penelitian kualitatif, maka teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling. Teknik purposive sampling di dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan cara mewakili informan, sehingga teknik ini juga sering disebut criterion based selection (Sutopo, 2002: 54). Teknik peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui masalahnya dan mampu memberikan informasinya secara akurat. Namun didalam pelaksanaannya, pilihan tersebut bisa berkembang sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan kebutuhan yang timbul, serta kemantapan peneliti di dalam pengumpulan data. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa ia berbicara, kapan melakukan observasi yang dipandang paling tepat (time sampling) dan juga dokumen apa saja yang perlu diteliti (Sutopo, 2002: 56). Karena sifat penelitian yang bersifat kualitatif terpancang, maka kegiatan ini dipusatkan pada tujuan dan pertanyaan penelitian yang ada namun bersifat spekualif karena segala sesuatunya akan ditentukan di lapangan. Dengan demikian, sampel yang diambil akan menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dalam penelitian ini, sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi serta menemukan sejauh mungkin informasi penting. Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dengan cara seperti ini dapat mengisi kesenjangan informasi. 5. Jenis Data a. Data primer Data primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber aslinya yaitu para informan dari hasil wawancara untuk mendapatkan data primer. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (nara sumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan nara sumber disini memiliki posisi yang sama dan nara sumber bukan sekedar memberikan commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. (Sutopo, 2002: 50). b. Data sekunder. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2001: 25). Data sekunder dalam penelitian ini seperti dokumentasi dari buku-buku, katalog dan data-data lain yang diperoleh dari Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC) Kabupaten Wonogiri sebagai obyek penelitian. 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a. Wawancara Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in-depth interviewing) dengan pertanyaan yang bersifat open ended tidak secara formal terstruktur dan mengarah pada kedalaman informasi (Sutopo, 2002: 59). Dalam penelitian ini digunakan wawancara terbuka dimana subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud wawancara tersebut (Moleong, 2002: 137). Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002: 135). Teknik ini dilakukan secara mendalam dengan commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini. b. Observasi Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Susanto, 2006: 126). Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan (lokasi penelitian). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan dimana peneliti hanya melakukan pengamatan mengenai fenomena-fenomena yang diteliti dengan tidak ikut dalam peristiwa atau kegiatan yang diamati secara langsung. c. Dokumentasi Teknik pengambilan pengumpulan data yang data diperoleh dengan melalui dokumentasi ialah dokumen-dokumen (Susanto, 2006: 136). Metode ini diperlukan guna melengkapi hal-hal yang dirasa belum cukup dalam data-data yang telah diperoleh melalui pengumpulan lewat dokumen/catatan yang ada dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan objek penelitian, yaitu berupa gambar-gambar yang sudah di inovasi dan adopsi motor trail dari anggota komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri. commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 7. Validitas Data Validitas data sebagai proses pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti menggunakan cara triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Pada penelitian ini, triangulasi data dilaksanakan dengan membandingkan data yang sama atau pada informan yang berbeda, artinya apa yang diperoleh dari sumber satu, bisa lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda sehingga keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian suatu data akan dapat dikontrol oleh data yang sama namun dari sumber yang berbeda. Trianggulasi (Patton, 1984) dibagi menjadi empat teknik yaitu sumber, metodologi, penyidik dan teori. Sedangkan pada teknik penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data sama atau sejenis akan lebih mantap keberadaannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda dan sejenis bila diuji kemantapan dan kebenarannya (Sutopo, 2002: 79). commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 8. Teknik Analisa Data Menurut Lexy J Moleong (2001: 178) Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Salah satu cara yang dapat digunakan sebagai teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ialah mengikuti model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1974) sebagai analisis interaktif (Sutopo, 2002: 94). Proses analisis tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Penarikan Kesimpulan Gambar 3. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96) Pada gambar dapat dilihat proses interaksinya dan juga model siklusnya sesuai dengan sifat kelenturan penelitian kualitatif yang lebih mementingkan kondisi sebenarnya yang ditemui di lapangan studi daripada beragam asumsi atau prediksi yang mungkin dimunculkan sebelum penelitian memasuki lapangan studinya. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Pengumpulan data Merupakan kegiatan memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi wawancara dan dokumen data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. b. Reduksi data Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuata hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. c. Penyajian data Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logika dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya. Yang banyak terjadi dimasa lalu, penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan. d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Jika disimpulkan dirasa kurang mantap, maka penulis akan menggali dalam field note, tetapi jika dalam field note belum diperoleh data yang diinginkan maka penulis mencari data lagi dilapangan. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada (Sutopo, 2002: 91-93). commit to user