BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini popularitas sepeda motor memang tengah menanjak dan
menjadi
pilihan
utama
bagi
sebagian
besar
masyarakat
Indonesia.
Pertumbuhan komunitas motor di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat, hal ini merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari
perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Berdasarkan
perbandingan pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua berbanding lurus dengan
pangsa pasar sepeda motor di Indonesia yang juga terbesar di Asia.
Berdasarkan data yang dihimpun dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor
Indonesia), kepemilikan sepeda motor di Indonesia saat ini adalah sekitar 10
penduduk per sepeda motor.
Sepeda motor di Indonesia tidak hanya di anggap sebagai alat
transportasi, namun juga merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari
masyarakat Indonesia. Sepeda motor menjadi citra dari pemiliknya, menjadi
sebuah hobi bagi pemiliknya, dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini
pemilik atau pengguna sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat untuk
menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok
pecinta sepeda motor atau yang lebih akrab kita kenal dengan komunitas
motor, club motor maupun geng motor. Dari sinilah kemudian muncul dan
berkembangnya beragam komunitas
commit motor
to userdengan kareteristik atau ciri khas
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
yang berbeda-beda. Komunitas terbentuk oleh berbagai tujuan, pandangan dan
pemahaman tentang pengetahuan menciptakan proses. Berbagi pengalamaman
menciptakan keyakinan mendalam dan aturan dasar tentang menjadi angota
sebuah komunitas. Pemahaman pengetahuan menciptakan proses yang
menjadikan anggota dapat melihat apakah kegiatan mereka berguna bagi
lingkungan sekitarnya dan usaha yang terus-menerus untuk menciptakan teori,
alat dan hubungan antar anggota.
Komunitas motor adalah pasar potensial masa depan. Sebuah
komunitas motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan
khusus antara mereka, komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai dasar
atas kepemilikan atau identifikai bersama diantara pekerja, tetangga, dan
kelompok minat. Perkembangan komunitas motor di Indonesia pada saat ini
semakin meluas sampai ke tingkat desa, komunitas motor semakin digemari
oleh masyarakat karena komunitas dianggap dapat secara langsung
menyalurkan hobi mereka dengan mudah dan lebih mengarah pada implikasi
sosial yang lebih positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di
sebagian masyarakat bahwa komunitas motor merupakan mesin penghasil
generasi yang tidak ada bedanya dengan organisasi-organisasi lainnya yaitu
merupakan tempat pencarian jati diri dan aktualisasi diri.
Beberapa karakteristik komunitas motor itu antara lain; ada satu
komunitas motor yang mengharuskan anggotanya menggunakan satu merek
pabrikan saja, ada pula yang mewajibkan anggotanya dengan type sepeda
motor tertentu, atau berdasarkan kapasitas mesin cc sepeda motor, ataupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
mencirikan komunitas mereka dengan warna-warna tertentu yang mewajibkan
anggotanya menggunakan warna tertentu, komunitas yang seperti itu terbentuk
lebih karena fisik kendaraan yaitu sepeda motor yang sejenis, namun ada pula
komunitas motor yang terbentuk karena lebih mengarah atas persamaan hobi
dan visi misi yang ingin di capai bersama, yaitu hobi modifikasi, freestyle,
touring, balapan maupun croos country.
Hal ini sesuai yang dikatakan Rogers dalam bukunya yang berjudul
Modernization Among Peasants “comunnication the process by which
massage are transffered from a saurce to one or, it is indeed the key that
opens door for change”. Dari pernyataan Rogers tersebut dapat dikatakan
bahwa komunikasi tidak hanya memindahkan message dari komunikator
kepada komunikan, akan tetapi dapat juga melibatkan dua individu atau lebih,
oleh karena itu komunikasi penting dalam perubahan sosial dan sesungguhnya
komunikasi merupakan kunci untuk membuka perubahan, maka setiap
perubahan sosial selalu melibatkan komunikasi.
Inovasi berasal dari kata innovation berarti mengemukakan sesuatu
yang baru. Menurut Roger (2003: 123) inovasi adalah semua objek yang oleh
individu dianggap baru, baik yang berupa ide baru ataupun cara penggunaan
sesuatu hal, baik yang menyangkut material maupun non material. Menurut
Sutopo (2006: 46) memberikan gambaran bahwa sesuatu dikatakan baru bila :
1. Menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum ada.
2. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada.
3. Memperbaruhi sesuatu dari yang sudah ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
Pada awal berdirinya, kebanyakan anggota “Gajah Mungkur Trabas
Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri mengendarai merek motor biasa
yang dimodifikasikan bentuk motor trail. Ketua komunitas “Gajah Mungkur
Trabas Club (GMTC)” Sekti pada waktu berdirinya club tersebut sudah
mengendarai merek motor trail Kawasaki KLX 150 yang masih standar
keluaran pabrik. Untuk kondisi standard, motor Kawasaki KLX cocok untuk
postur tubuh pengendara di bawah 175 cm, karena rendah dengan memakai
velg 16" – 19". Dengan bobot kendaraan yang tidak terlalu berat, maka
Kawasaki KLX 150 sangat cocok untuk hobby yang extrem trail adventure.
Untuk pemakai yang tingginya diatas 170 cm, harus melalui modifikasi di
beberapa bagian motor antara lain :
1. Roda belakang dan depan
Roda standard yang ukurannya 16" – 19" di rubah menjadi ukuran
18" – 21". Tromol standard KLX 150 ada 28 hole, ditambah lagi 8 lobang
sehingga menjadi 36 hole.
2. Shock Depan
Untuk shock depan standard, kalo di pakai ban depan 21" tidak
terlalu cukup ruang untuk naik turun roda depannya. Jarak ban dengan
spatbor depan terlalu dekat, apalagi jika dipakai untuk loncat-loncat. Bisa
tetap memakai shock teleskopik standard Kawasaki KLX 150 dengan cara
disambung. Penyambungan dilakukan di as shock bagian atas yang
berbentuk baut tutup as shock yang fungsi tutup tersebut adalah untuk
menambah atau mengurangi jumlah oli di dalam shock. Setelah membeli
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
besi bulat, langsung menuju ke bengkel bubut, tak lupa membawa salah
satu shock depan sebagai ukurannya. Panjangnya bisa disesuaikan dengan
yang kita mau, namun besarnya harus sama dengan besar as shock, dengan
besi sambungan shock depan, panjang sambungan dibuat 8 cm. Setelah
terpasang, maka untuk membungkus sambungan nya biar tidak terlalu
terlihat, bisa dipakai besi pipa stainless. Jadi sambungan shock tidak
terlihat dan tampilannya jadi makin rapi dan bergaya.
3. Knalpot
Mengganti pipa buang ini merupakan salah satu cara juga untuk
mendongkrak performa motor. Knalpot standard bawaan pabrik sudah
barang tentu bunyinya tidak memuaskan para penunggangnya, masih
terlalu sopan seperti bunyi knalpot motor bebek standard. Knalpot
keluaran salah satu merek kelas menengah, dengan harga Rp 400.000,00
sudah terlihat gagah dan bergaya.
4. Guard
Guard atau ebih sering disebut sebagai pelindung mesin, posisinya
di bagian bawah mesin, menempel di rangka motor. Guard sangat
berfungsi melindungi mesin dan rangka bawah dari benturan ketika jatuh.
Guard terbuat dari plat besi yang tebal,di pasaran beredar seharga
Rp 150.000,00.
Penulis mengambil salah satu contoh komunitas yang saat ini cukup
populer di kalangan masyarakat kabupaten Wonogiri, yaitu komunitas motor
trail “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti. Pada awalnya komunitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
trail terbentuk karena kesamaan hoby pengendara sepeda motor yang
menyukai tantangan. Medan yang dipakai untuk komunitas ini adalah alam
bebas, sehingga tidak membahayakan pengendara lain di jalan raya. Tetapi
para pemakai motor trail ini harus ekstra hati-hati dalam mengendarakan
motornya karena resikonya tentu juga tinggi. Motor trail yang digunakan
awalnya hanya modifikasi pribadi, tentunya untuk menghemat biaya.
Perlengkapan keamanan yang digunakan pun hanya seadanya saja. Tetapi
seiring dengan perkembangan komunitas yang semakin meningkat jumlah
anggotanya, serta banyaknya kegiatan touring yang diadakan untuk
mempererat kebersamaan di antara para anggota, kini komunitas motor trail
tampil dengan lebih elegan. Banyak pengguna yang telah menggunakan motor
trail asli atau yang lebih dikenal dengan nama KLX. Perlengkapan yang
digunakan pun sudah semakin modern, ketika suatu trends terbaru masuk
ke dalam komunitas trail ini, dengan seiringnya waktu maka saat seseorang
telah menjadi trend center dengan memakai perlengkapan seperti helm,
sepatu, baju, sarung tangan dan perlengkapan keamanan lainnya yang didesain
khusus untuk pengguna motor trail, maka akan banyak pula pengguna motor
trail yang memakai juga.
Berdasarkan permasalahan diatas, jika dihubungkan dengan proses
adopsi konsumen yaitu proses mulai awal konsumen menyerap informasi
sampai memakai dan meninjau kembali apa yang telah dilakukan. Prosesproses tersebut terdiri dari knowledge merupakan bagian penting dari
konsumen dalam memperoleh informasi tentang keberadaan produk / produk
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil inovasi untuk pertama kali, proses ini merupakan proses awal dari proses
adopsi. Dimana persuasion berpengaruh terhadap konsumen mengembangkan
sikap suka atau tidak suka terhadap produk atau produk inovasi, dalam
keadaan ini perusahaan dalam tayangan iklan sangat berhati-hati dalam segi
kreatifitas guna menarik simpati konsumennya sehingga menimbulkan
decision konsumen untuk mengadopsi atau menolak produk atau produk
inovasi. Proses inilah yang menjadi kunci pemahaman konsumen akan produk
yang dikonsumsi. Kemudian implementation merupakan proses konsumen
untuk memakai produk atau produk inovasi secara rutin atau permanen, yang
pada akhirnya confirmation konsumen membuat tinjauan kembali keputusan
yang telah dibuat dan pada tahap ini bila konsumen mendapatkan pengalaman
atau informasi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan kenyataan, maka
ada kemungkinanan membatalkan keputusan adopsinya (Roger, 2003: 169).
Fenomena ini tentunya membawa keuntungan untuk para produsen
motor trail dan perlengkapannya. Tingginya minat masyarakat yang
menggemari motor trail sudah pasti akan berbanding lurus dengan minat
konsumtif masyarakat untuk meningkatkan pembelian motor trail dan
perlengkapannya. Oleh karena itu penulis mengambil skripsi dengan judul
“PROSES
DIFUSI
DAN
INOVASI
ADOPSI
MOTOR
TRAIL
(Studi Deskripsi Difusi dan Inovasi Adopsi Motor Trail di Kalangan
Komunitas Motor Trail “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di
Kabupaten Wonogiri)”
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik
perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada
komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten
Wonogiri?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat
dalam proses penyebaran
difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah Mungkur
Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail
pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di
Kabupaten Wonogiri.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam proses
penyebaran difusi dan inovasi adopsi motor trail pada komunitas “Gajah
Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Mempraktekkan teori-teori komunikasi dalam proses penyebaran difusi,
inovasi dan adopsi pada komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club
(GMTC)” Sekti di Kabupaten Wonogiri.
2. Untuk melatih diri dalam memahami fenomena yang berkembang
di masyarakat.
3. Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk
membantu bagi penelitian sejenis yang selanjutnya.
E. Landasan Teori
1. Pengertian Komunikasi
Kenyataan telah menunjukkan bahwa komunikasi merupakan
unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi mahluk
sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin
mengadakan hubungan dengan pihak lain. Oleh sebab itu, terjadinya
komunikasi
adalah
sebagai
konsekuensi
hubungan
sosial
(Effendy, 2002: 3).
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communication yang bersumber pada kata communis yang berarti sama,
dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti
proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap,
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media (Effendy, 2002: 4).
Carl. I Hovland mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses
dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)
(Effendy, 2002: 48). Horold Lasswell menyatakan bahwa cara yang tepat
untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang sampaikan, melalui
jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000: 18).
Defenisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum
mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat banyak pakar,
namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa
yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya,
sengaja atau tidak sengaja (Cangara, 2000: 20).
Karena itu jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi,
maka kita memiliki beberapa kesamaan dari simbol-simbol yang
digunakan
dalam
berkomunikasi.
Untuk
memahami
pengertian
komunikasi sehingga dapat lebih efektif maka dapat digunakan
komunikasi yang efektif berarti, bahwa komunikator dan komunikan,
dalam hal ini lembaga dan masyarakat sama-sama memiliki pengertian
yang sama mengenai sesuatu yaitu kebutuhan dan keinginan dari
masyarakat terpenuhi dengan
baik.to user
commit
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas,
tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang
merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi
komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, bisa terdiri
dari 1 orang tetapi juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,
organisasi atau lembaga.
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang
ditujukan oleh komunikator kepada komunikan.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan, bisa terdiri dari satu
orang atau lebih.
Media adalah sarana atau jaringan yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan yang berupa sikap
dan tingkah laju seseorang (Effendy, 2002: 6).
Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public
dan komunikasi massa (Cangara, 2000: 29). Komunikasi publik memiliki
ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap
muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga
memiliki ciri masing-masing. Dalam komunikasi publik penyampaian
pesan berlangsung secara kontiniu. Dapat di identifikasi siapa yang
berbicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima
sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini
disebabkan oleh jumlah khalayak yang relatif besar (Cangara, 2000: 34).
Komunikasi
publik
berfungsi
untuk
menumbuhkan
semangat
kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi,
mendidik dan menghibur (Cangara, 2000: 2).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisai sangat penting dan layak untuk dipelajari
karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberikan perhatian
kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat
mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Bahkan studi
komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karir dalam manajemen,
pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan
tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan
dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi
terjadi kapanpun juga, setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki
suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan
pesan.
Secara
tradisional
(fungsionalis
dan
objektif)
komunikasi
organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang
terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational boundary).
Fokus
utamanya
adalah
menerima,
menafsirkan
dan
bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Dimana tekanannya adalah
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang
beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Redding dan Sanborn memberikan pengertian bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks. Kemudian katz dan khan menyatakan bahwa komunikai
organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi, dan
pemindahan arti di dalam suatu organisasi (Muhammad, 1995: 65).
Komunikasi mendudukkan struktur organisasi dan adaptasinya
dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemroses informasi
besar, maka maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh
informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat.
Sementara
sifat
terpenting
komunikasi
organisasi
adalah
pencipt.aan pesan, penfasiran dan penanganan kegiatan anggota
organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa
maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila
organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada
sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi
nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu
wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari
sistem organisasi.
Organisasi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pola
aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang
oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan (Gitosudarmo dan Sudila,
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2000: 57). Goldhaber yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar pesan dalam suatu
jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah
(Muhammad, 1995: 67).
3. Pola Kelompok
Komunikasi
kelompok
atau
group
communication
adalah
komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang
(komunikator) yang berkumpul bersama-sama dan membentuk kelompok
(Effendi, 1998: 5).
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris.
Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari
satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam
simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan
(Tubbs dan Moss, 2001: 26). Disini kita mulai melihat bagaimana proses
interaksi menciptakan struktur sistem. Bagaimana orang merespon satu
sama lain menetukan jenis hubungan yang mereka miliki.
Dari pengertian di atas, maka suatu pola kelompok adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
4. Difusi Inovasi
a. Pengertian Difusi dan Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan
inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana
suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka
waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process
by which an innovation is communicated through certain channels
overtime among the members of a social system). Disamping itu,
difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu
suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang
dianggap atau dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat.
Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau
benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau
kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah
suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam
upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus
menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang
yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu
inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan
masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat
berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada
masyarakat.
b. Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat
4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan
melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi
diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
Rogers dalam Nasution (2007: 124-125) proses difusi inovasi
terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu :
1) Inovasi
Inovasi adalah segala sesuatu: baik ide, gagasan, konsep, caracara, ataupun objek yang dioperasikan seseorang sebagai
sesuatu yang baru. Baru disini tidak semata-mata dalam ukuran
waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya
inovasi tersebut. Inovasi terdiri dari dua komponen yaitu a)
komponen ide dan b) komponen obyek (aspek material atau
produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap inovasi yang
memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi yang
berupa tindakan (action), sedangkan untuk inovasi dengan
komponen ide, adopsi yang dilakukan hanya berupa penerimaan
simbolik.
2) Saluran komunikasi (communication channels)
Saluran komunikasi adalah media untuk menyampaikan pesanpesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih
saluran komunikasi, sumber perlu memperhatikan a) tujuan
diadakannya komunikasi dan b) karakteristik penerima. Jika
commit to user
komunikasi dimaksudkan
untuk memperkenalkan suatu inovasi
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media
massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran
komunikasi yang paling tepat adalah saluran komunikasi
interpersonal.
3) Sistem sosial (social system)
Sistem sosial adalah kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan
masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4) Jangka waktu
Proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui
sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan
dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam a)
proses pengambilan keputusan inovasi, b) keinovatifan
seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima
inovasi, dan c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem
sosial.
Difusi merupakan suatu proses pengkomunikasian inovasi
melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu di antara anggota
suatu
sistem
sosial.
Difusi
inovasi
dimaknakan
sebagai
penyebarluasan gagasan inovasi melalui suatu proses komunikasi
tertentu yang dilakukan menggunakan saluran tertentu dalam suatu
rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
c. Tahapan Proses Difusi Inovasi
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak
berhenti segera setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini
akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima
adopsi.
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penerimaan sesuatu inovasi, biasanya seseorang atau
target inovasi melalui sejumlah tahapan yang disebut tahapan putusan
inovasi yaitu (Nasution, 2007: 126) :
1) Tahap munculnya pengetahuan (knowledge), yaitu dalam tahap
ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada,
bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun
komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga
dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan
keputusan, yaitu: a) Karakteristik sosial-ekonomi, b) Nilai-nilai
pribadi dan c) Pola komunikasi.
2) Tahap persuasi (persuasion), yaitu tahap ini individu tertarik
pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai
inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat
pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan
dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: a) kelebihan
inovasi,
b) tingkat keserasian, c) kompleksitas, d)
dapat dicoba, dan
e) dapat dilihat.
3) Tahap keputusan (decisions), yaitu tahap ini individu
mengambil
konsep
inovasi
dan
menimbang
keuntungan/kerugian
dari
menggunakan
inovasi
dan
memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi.
4) Tahapan implementasi (implementation), yaitu tahap ini
mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda
tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan
kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut
tentang hal itu.
5) Tahapan konfirmasi (confirmation), yaitu tahap setelah sebuah
keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup
kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang
tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan
evaluasi.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses pengambilan keputusan inovasi dapat dilihat pada
gambar berikut (Rogers, 1983):
Saluran Komunikasi
Kondisi awal
1. Situasi awal
2. Kebutuhan
dan problem
3. Inovasi
4. Sistem sosial
Pengetahuan
Karakteristik dari unit
Pengambil Keputusan
1. Sosia ekonomi
2. Variabel individu
3. Perilaku komunikasi
Persuasi
Keputusan
Implementasi
1. Adopsi
Continued Adopsi
Later Adopsi
2. Rejection
Discontinuance
Continued
Konfirmasi
Karakteristik dari Inovasi
1. Relative Advantage
2. Compatibility
3. Complexity
4. Triability
5. Observability
Gambar 1. Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi (Rogers, 1983)
Model tersebut menggambarkan tentang variabel yang
berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari
proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh
terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup 1) atribut inovasi
(perceived atrribute of innovasion), 2) jenis keputusan inovasi (type of
innovation decisions), 3) saluran komunikasi (communication
channels), 4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan 5)
peran agen perubah (change agents).
Ada lima atribut inovasi (perceived attribute of innovation)
yang mempengaruhi pandangan pengguna terhadap inovasi. Kelima
atribut inovasi tersebut
mempengaruhi
keputusan pengguna dalam
commit
to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengadopsi inovasi yang dikenalkan kepadanya. Menurut Nasution
(2007: 125) atribut-atribut inovasi tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Keuntungan relatif (relative advantages), yaitu apakah cara-cara
atau gagasan baru dalam inovasi yang dikenalkan kepada
pengguna memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka
atau tidak.
Keserasian (compatibility), yaitu apakah inovasi yang hendak
didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan,
gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya,
kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan sebagainya dari masyarakat
yang bersangkutan.
Kerumitan (complexity), yaitu apakah inovasi tersebut dirasakan
rumit. Pada umumnya users (adopter) tidak atau kurang
berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk
dipahami, juga cenderung dirasakan tambahan beban yang baru.
Dapat dicobakan (trialability), yaitu bahwa suatu inovasi akan
lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran
kecil sebelum users terlanjur menerimanya secara menyeluruh.
Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin
menghindari suatu risiko yang besar dari perbuatannya.
Dapat dilihat (observability), yaitu jika suatu inovasi dapat
disaksikan oleh mata, dapat terlihat dan dirasakan langsung
hasilnya, maka akan lebih mudah untuk users dalam
mempertimbangkan untuk menerima inovasi tersebut.
Tujuan dari proses komunikasi adalah tercapainya suatu
pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih
partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide
baru berupa inovasi) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam
komunikasi inovasi, proses komunikasi tidak hanya berhenti jika
komunikator
telah
menyampaikan
inovasi
atau
jika
sasaran
(komunikan) telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan
komunikator. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi baru
berhenti jika sasaran atau target adopsi telah memberikan tanggapan
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seperti yang dikehendaki komunikator yaitu berupa menerima atau
menolak inovasi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ridho Maruli S dan
Muhammad Mukti Ali dengan judul Proses Inovasi Pada Klaster
Kampoeng
Batik
Laweyan
Kota
Surakarta. Hasil
penelitian
menunjukan bahwa, era teknologi dan informasi yang semakin
berkembang menuntut pelaku usaha untuk melakukan inovasi agar
dapat bersaing. Inovasi-inovasi ini berasal dari pelaku usaha itu
sendiri,
rekanan
bisnis,
konsumen,
pesaing
dan
lembaga
riset/universitas. Tetapi mayoritas inovasi ini berasal dari pelaku usaha
sendiri karena mereka sadar akan pentingnya inovasi untuk
mengembangkan usaha mereka. Awalnya inovasi yang ada pada
Klaster Kampoeng Batik Laweyan hanya di terapkan oleh beberapa
pelaku usaha yang menjadi pelopor inovasi. Penerapan inovasi ini
memberikan peningkatan penjualan dan pendapatan bagi pelopor. Hal
ini menjadi motivasi bagi mereka untuk lebih mengembangkan inovasi
dalam upaya peningkatan ekonomi. Keberhasilan pelopor ini juga
mendorong pelaku usaha lain untuk mengadopsi dan mengembangkan
inovasi pada usaha mereka. (Teknik PWK; Volume 2, Nomor 2, 2013:
198-207)
Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan
penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki.
Difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi
yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian
komunikasi meliputi semua bentuk pesan. Sehingga apabila yang
sedang dikomunikasikan bukan merupakan produk inovasi, maka
tidak lazim untuk disebut sebagai difusi.
d. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah
dalam rangka mencapai tujuan bersama (Rogers, 1983).
Sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang
yang mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan
sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus.
Sistem sosial memengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu
sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang
merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap
sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan
batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya
(sistem sosial lainnya). Selain itu, di dalam sistem sosial ditemukan
juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi
mempertahankan sistem sosial tersebut (Widjajati, 2010).
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompokkelompok adopter (penerima
inovasi) sesuai
dengan tingkat
keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Menurut
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rogers (1983), salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan
adalah
pengelompokan
berdasarkan
kurva
adopsi.
Gambar 2. Kelompok Adopter dalam Sistem Sosial (Rogers, 1983)
Kurva yang membentuk lonceng tersebut dihasilkan oleh
sejumlah penelitian tentang difusi inovasi. Kurva lonceng tersebut
menggambarkan banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu. Pada
tahun pertama, usaha penyebaran inovasi akan menghasilkan jumlah
pengadopsi yang sedikit, pada tahun berikutnya jumlah pengadopsi
akan lebih banyak dan setelah sampai pada puncaknya, sedikit demi
sedikit jumlah pengadopsi akan menyusut.
Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini
dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan
agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem
sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983)
menyebutkan adanya empat faktor yang memengaruhi proses
keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: struktur sosial,
norma sistem, peran pemimpin dan agen perubahan.
Struktur sosial (social structure) adalah susunan suatu unit
sistem yang memiliki pola tertentu. Adanya sebuah struktur dalam
suatu sistem sosial memberikan suatu keteraturan dan stabilitas
perilaku setiap individu dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur
sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal
ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur organisasi suatu
perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur
sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu
sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa
sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui
struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti
sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh
Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu
inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga
sistem sosial dimana individu tersebut berada.
Norma sistem (system norms) adalah suatu pola perilaku yang
dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi
sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima
suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian
(compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat
dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidaksesuaian suatu inovasi
dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu
(sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial berpengaruh
terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
Peran pemimpin (opinion leaders) dapat dikatakan sebagai
orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu
memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem
sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi
pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka)
berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau
menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa
orang berpengaruh memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubahan (change agent) adalah suatu bagian dari
sistem sosial yang berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Mereka
adalah orang-orang yang mampu memengaruhi sikap orang lain untuk
menerima sebuah inovasi. Tetapi change agent bersifat resmi atau
formal, ia mendapat tugas dari kliennya untuk memengaruhi
masyarakat yang berada dalam sistem sosialnya. Change agent atau
dalam bahasa Indonesia yang biasa disebut agen perubah, biasanya
merupakan
orang-orang profesional
commit to user
yang
telah
mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
pendidikan atau pelatihan tertentu untuk dapat memengaruhi sistem
sosialnya. Di dalam buku ”Memasyarakatkan Ide-ide Baru” yang
ditulis oleh Rogers dan Shoemaker, fungsi utama dari change agent
adalah menjadi mata rantai yang menghubungkan dua sistem sosial
atau lebih. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan change
agent berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi
tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik
struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial
(misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu
inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul
dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
5. Adopsi Inovasi dalam teori Difusi Inovasi
Dalam proses difusi dan adopsi, penelitian menunjukkan bahwa
saluran komunikasi publik atau komunikasi melalui media massa biasanya
mampu menyebarkan kesadaran atau pengetahuan mengenai suatu inovasi
secara jauh lebih cepat daripada saluran interpersonal. Namun, komunikasi
interpersonal sering kali terbukti lebih mampu memengaruhi orang untuk
menerima gagasan atau inovasi yang diperkenalkan media massa kepada
mereka.
Meskipun berbagai cara bisa dilakukan dalam proses difusi dan
adopsi untuk sebuah inovasi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa
beberapa inovasi bahkan sama sekali tidak dapat diterima. Dalam sejarah
perkembangan teknologi, maka sepeda motor merupakan bentuk inovasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27
digilib.uns.ac.id
yang paling cepat diterima. Pengaruh interpersonal sangat penting dalam
proses penerimaan.
Salah satu tujuan riset difusi inovasi adalah menentukan cara untuk
mempercepat penerimaan inovasi. Sekali diterima, suatu inovasi akan
memiliki konsekuensi apakah fungsional atau nonfungsional, langsung
atau tidak langsung, nyata atau tersembunyi.
Penelitian yang dilakukan oleh M. Dhenda Zericka. A dengan
judul Penerapan Electronic Service Dalam Pengembangan Informasi di
Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukan bahwa,
penerapan electronic service Dalam Pengembangan Informasi di
Kabupaten Kutai Kartanegara hingga saat ini belum berjalan dengan baik,
dari Penyedia layanan dalam hal ini pemerintah Kutai Kartanegara melalui
website kutai kartanegara belum menjalankan fungsinya dengan baik
dalam menyebarluaskan data dan informasi pembangunan beserta potensi
daerah melalui teknologi informasi, dari Pengguna Layanan yang
menggunakan pelayanan melalui forum tanya jawab belum berjalan
dengan baik, hal ini dikarenakan sangat terbatasnya tenaga operator
website, dan dari sistem lelang yang dilakukan melalui jaringan internet ini
sudah berjalan cukup baik walaupun baru diterapkan di Kabupaten Kutai
Kartanegara, sedangkan dari Saluran Penyedia Layanan masih sangat
minim sehingga banyak sekali infrastruktur telekomunikasi yang perlu
dibenahi dan ditambah baik dari segi aplikasi telematika, sarana
komunikasi dan informasi serta pelayanan informasi publik dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
mengoptimalkan pelayanan (eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1,
Nomor 1, 2013: 345 – 361).
Mereka yang menginginkan terjadinya penerimaan inovasi
tentunya menginginkan agar penerimaan tersebut bersifat fungsional,
langsung, dan nyata, walaupun hasil positif semacam ini tidak selalu bisa
terjadi (Morisson, 2010: 146).
Menurut Torantzky and Klein dalam Morissan (2010: 147), model
simbolik (misalnya, perilaku inovatif yang ditunjukan televisi yang ditiru
penonton) merupakan sumber pengaruh yang paling umum terjadi pada
tahap awal proses difusi. Jika suatu inovasi sulit dipahami atau sulit
dilakukan, maka inovasi tersebut tidak akan diterima secepat inovasi yang
relatif sederhana atau mudah dipraktikkan atau digunakan.
Morissan (2010: 149) menggunakan atau menerima inovasi atau
perilaku baru yang telah dipelajari tergantung pada sejumlah faktor yaitu :
1) Derajat manfaat, riset menunjukkan bahwa semakin besar manfaat
yang diperoleh dari inovasi tersebut maka semakin kuat dorongan
untuk menerima inovasi bersangkutan.
2) Efektifitas diri, penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh efektivitas
diri atau kepercayaan pada kemampuan diri sendiri.
3) Insentif status, adanya insentif status merupakan salah satu faktor
motivasi yang paling kuat bagi penerimaan sesuatu yang baru.
Ketika sebagian besar orang telah mengadopsi berbagai inovasi
tersebut maka nilainya sebagai simbol status hilang dan penerima
awal harus mencari produk atau gaya terbaru lainnya.
4) Nilai individu, penerimaan atau adopsi juga bergantung pada nilainilai individu seseorang dan persepsi dirinya. Jika inovasi atau
perilaku baru tersebut berkonflik dengan nilai atau persepsi yang
dimilikinya, maka kecil peluang orang itu akan menerimanya.
5) Uji coba, penelitian juga menunjukkan bahwa inovasi yang dapat
diuji coba sebelumnya secara terbatas memiliki kemungkinan lebih
besar untuk dapat diterima dan digunakan secara lebih cepat.
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Munandar (1999: 12) menyatakan bahwa kreativitas adalah hasil
dari
interaksi
antara
individu
dan
lingkungannya.
Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada,
dengan demikian perubahan yang terjadi baik di dalam individu maupun
lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Oleh
karena itu, dengan terbukanya peluang berkreasi dari lingkungannya, maka
akan mendorong individu untuk mengembangkan kreativitas.
Banyak orang menganggap bahwa kreativitas hanya dapat
diajarkan jika dikaitkan dengan bidang subjek atau mata ajaran tertentu.
Namun, pada kenyataannya kreativitas dapat diajarkan dalam konteks
yang bebas, lepas dari bidang materi tertentu, atau dapat dilekatkan dengan
bidang subjek khusus.
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Hermana dengan judul
Mendorong Daya Saing di Era Informasi dan Globalisasi: Pemanfaatan
Modal Intelektual dan Teknologi Informasi sebagai Basis Inovasi di
Perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, posisi Indonesia dalam
lingkungan global yang relatif rendah dilihat dari berbagai indikator
menunjukkan perlunya sebuah pemikiran dan tindakan strategis yang perlu
dilakukan, baik oleh individu masyarakat, pelaku usaha atau industri, dan
pihak pemerintah itu sendiri. Salah satu tindakan strategis tersebut adalah
mendorong laju inovasi di perusahaan agar bisa lebih bersaing di era
informasi dan globalisasi. Dalam persaingan bisnis tersebut, perusahaan
memerlukan penguasaan IPTEK, baik dalam bentuk pengetahuan,
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi, dan teknologi. Dua modal utama yang sangat penting untuk
mendorong laju inovasi adalah modal intelektual dan modal teknologi
informasi yang harus dimanfaatkan secara integratif ke dalam proses
bisnis.
Modal
intelektual
bisa
diaktualisasikan
dalam
bentuk
pengembangan dan pengelolaan SDM di perusahaan, misalnya dalam
bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, biaya riset dan pengembangan,
yang disertai dengan perubahan pola pikir yang menempatkan SDM
sebagai aset dan subyek dalam pengelolaan usaha. Perusahaan perlu
membuat mekanisme yang bisa merangsang terciptanya pengetahuan,
menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya
kepedulian terhadap pengetahuan
yang terus berkembang pesat.
Proses inovasi yang berbasis manajemen pengetahuan tersebut harus
dilakukan secara berkelanjutan agar perusahaan terus bertahan dengan
tingkat daya saing yang tinggi. (Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8,
Nomor 4, Juli - September 2009)
Rogers dalam Munandar (1999: 18) menekankan bahwa sumber
kreativitas
adalah
kecenderungan
untuk
mengaktualisasikan
diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang,
kecenderungan
untuk
mengekspresikan
kemampuan organisme.
commit to user
dan
mengaktifkan
semua
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Kerangka Pemikiran
Pengetahuan
Suatu Inovasi Berfungsi
Persuasi
Membentuk Sikap Baik
atau Tidak Baik
Keputusan
Pemilihan Adopsi atau
Penolakan Sebuah Inovasi
Implementasi
Penggunaan Suatu Inovasi
Konfirmasi
Rencana Pelaksanaan
Keputusan
Pengambilan Keputusan
Inovasi
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif pada dasarnya menerangkan cara yang akan ditempuh
oleh seorang peneliti dalam proses penelitian. Metode ini menguraikan
hal-hal yang meliputi penjelasan tempat dan waktu penelitian, jenis
penelitian, sumber-sumber data yang dimanfaatkan, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data. Seluruh bagian akan dijelaskan
sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian yang
dilaksanakan (Moleong, 2010: 48). Metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2009: 2).
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan pada di kantor sekretariat Gajah
Mungkur Trabas Club (GMTC) Jalan Kyai Mojo 45 Wonoboyo –
Wonogiri 36. Peneliti mengambil tempat penelitian disini karena
komunitas motor trail Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC) Kabupaten
Wonogiri
sedang
gencar-gencarnya
dikembangkan
suatu
proses
penyebaran divusi, inovasi dan adopsi tentang motor trail.
3. Jenis Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
deskriptif.
Penelitian
deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan
cermat. Menurut HB Sutopo (2002: 35) dalam penelitian kualitatif, data
yang dikumpulkan terutama berwujud kata-kata, kalimat/gambar yang
mempunyai arti lebih dari sekedar angka/jumlah. Dalam penelitian ini
tidak diajukan hipotesis karena dalam penelitian menggunakan metode
deskriptif tidak menjelaskan hubungan antar variabel, tidak menguji
hipotesis atau mengajukan prediksi (Jalaluddin Rakhmat, 2001: 24).
Jenis penelitian diskripsi kualitatif ini hanyalah memaparkan
situasi atau peristiwa dan tidak menguji hipotesis ataupun membuat
prediksi. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu saat tertentu (Widodo dan Mukhtar, 2000: 15). Penelitian diskripsi
itu sendiri adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan atau
fenomena yang diteliti.
4. Populasi dan sampel
Teknik sampling atau cuplikan yang digunakan dalam penelitian
kualitatif cenderung bersifat purposive karena dipandang lebih mampu
menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi
realitas yang tidak tunggal. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data
yang dipandang memiliki
data yang penting berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
Purposive sampling terdapat kecenderungan peneliti untuk
memilih
informan
yang
dianggap
mengetahui
informasi
dan
permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan
data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Sutopo, 2002: 56)
Sampel dalam penelitian ini adalah pelaksana komunikasi
organisasi dalam proses penyebaran divusi, inovasi dan adopsi motor trail
di kalangan komunitas motor trail Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)
Kabupaten Wonogiri yang dinilai paling memahami secara mendalam
kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dan dinilai
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai sampel adalah:
a.
Ketua komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti
Kabupaten Wonogiri, yang berperan sebagai key informan.
b.
4 orang perangkat komunitas motor trail “Gajah Mungkur Trabas
Club (GMTC)” Kabupaten Wonogiri.
c.
45 orang anggota komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)”
Sekti Kabupaten Wonogiri.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan ciri-ciri yaitu aktif
dalam menjalankan organisasi, memiliki peran serta tugas masing masing
sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama dan memberikan
keuntungan dan manfaat bagi anggota-anggotanya, tapi juga manfaat yang
positif bagi lingkungan.
Sesuai dengan metodologi penelitian kualitatif, maka teknik
pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah jenis purposive
sampling. Teknik purposive sampling di dalam penelitian kualitatif
biasanya dilakukan dengan cara mewakili informan, sehingga teknik ini
juga sering disebut criterion based selection (Sutopo, 2002: 54). Teknik
peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui masalahnya dan
mampu memberikan informasinya secara akurat. Namun didalam
pelaksanaannya, pilihan tersebut bisa berkembang sesuai dengan kondisi
yang dihadapi dan kebutuhan yang timbul, serta kemantapan peneliti
di dalam pengumpulan data.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai pikiran umum
yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa
ia berbicara, kapan melakukan observasi yang dipandang paling
tepat (time sampling) dan juga dokumen apa saja yang perlu diteliti
(Sutopo, 2002: 56).
Karena sifat penelitian yang bersifat kualitatif terpancang, maka
kegiatan ini dipusatkan pada tujuan dan pertanyaan penelitian yang ada
namun bersifat spekualif karena segala sesuatunya akan ditentukan
di lapangan. Dengan demikian, sampel yang diambil akan menyesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan.
Dalam penelitian ini, sampel berfungsi untuk menggali beragam
informasi serta menemukan sejauh mungkin informasi penting. Dalam
memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan
informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dengan cara seperti ini
dapat mengisi kesenjangan informasi.
5. Jenis Data
a. Data primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber
aslinya yaitu para informan dari hasil wawancara untuk mendapatkan
data primer. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia
(nara sumber) sangat penting perannya sebagai individu yang
memiliki informasinya. Peneliti dan nara sumber disini memiliki
posisi yang sama dan nara sumber bukan sekedar memberikan
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia lebih memilih arah dan
selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. (Sutopo, 2002: 50).
b. Data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data (Kuncoro, 2001: 25). Data sekunder dalam penelitian
ini seperti dokumentasi dari buku-buku, katalog dan data-data lain
yang diperoleh dari Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)
Kabupaten Wonogiri sebagai obyek penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
a. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in-depth
interviewing) dengan pertanyaan yang bersifat open ended tidak
secara formal terstruktur dan mengarah pada kedalaman informasi
(Sutopo, 2002: 59). Dalam penelitian ini digunakan wawancara
terbuka dimana subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula maksud wawancara tersebut (Moleong, 2002: 137).
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2002: 135). Teknik ini dilakukan secara mendalam dengan
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada
informan untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam
tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini.
b. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti (Susanto, 2006: 126). Observasi
dilakukan melalui
pengamatan langsung di
lapangan (lokasi
penelitian). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non
partisipan dimana peneliti hanya melakukan pengamatan mengenai
fenomena-fenomena yang diteliti dengan tidak ikut dalam peristiwa
atau kegiatan yang diamati secara langsung.
c. Dokumentasi
Teknik
pengambilan
pengumpulan
data
yang
data
diperoleh
dengan
melalui
dokumentasi
ialah
dokumen-dokumen
(Susanto, 2006: 136). Metode ini diperlukan guna melengkapi hal-hal
yang dirasa belum cukup dalam data-data yang telah diperoleh melalui
pengumpulan lewat dokumen/catatan yang ada dan dianggap relevan
dengan masalah yang diteliti.
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari
dokumen-dokumen yang terkait dengan objek penelitian, yaitu berupa
gambar-gambar yang sudah di inovasi dan adopsi motor trail dari
anggota komunitas “Gajah Mungkur Trabas Club (GMTC)” Sekti di
Kabupaten Wonogiri.
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Validitas Data
Validitas data sebagai proses pembuktian bahwa data yang
diperoleh sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti menggunakan
cara triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang
diperoleh. Pada penelitian ini, triangulasi data dilaksanakan dengan
membandingkan data yang sama atau pada informan yang berbeda,
artinya apa yang diperoleh dari sumber satu, bisa lebih teruji
kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber
lain
yang
berbeda
sehingga
keakuratan
data
dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian suatu data akan dapat
dikontrol oleh data yang sama namun dari sumber yang berbeda.
Trianggulasi (Patton, 1984) dibagi menjadi empat teknik yaitu
sumber, metodologi, penyidik dan teori. Sedangkan pada teknik penelitian
ini menggunakan triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar
didalam mengumpulkan data sama atau sejenis akan lebih mantap
keberadaannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan
cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik
pengumpulan data yang berbeda dan sejenis bila diuji kemantapan dan
kebenarannya (Sutopo, 2002: 79).
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Teknik Analisa Data
Menurut Lexy J Moleong (2001: 178) Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Salah satu cara yang
dapat digunakan sebagai teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
ialah mengikuti model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles
dan Huberman (1974) sebagai analisis interaktif (Sutopo, 2002: 94).
Proses analisis tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96)
Pada gambar dapat dilihat proses interaksinya dan juga model
siklusnya sesuai dengan sifat kelenturan penelitian kualitatif yang lebih
mementingkan kondisi sebenarnya yang ditemui di lapangan studi
daripada beragam asumsi atau prediksi yang mungkin dimunculkan
sebelum penelitian memasuki lapangan studinya.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengumpulan data
Merupakan kegiatan memperoleh informasi yang berupa
kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi
wawancara dan dokumen data yang diperoleh masih berupa data
mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data
menjadi teratur.
b. Reduksi data
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuata hal-hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan
penelitian dapat dilakukan.
c. Penyajian data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti
dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logika dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah
dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk
berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pemahaman tersebut.
Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian ini merupakan
narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan
menggunakan logika penelitinya. Yang banyak terjadi dimasa lalu,
penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang
banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan.
d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat
dalam reduksi data dan sajian data. Jika disimpulkan dirasa kurang
mantap, maka penulis akan menggali dalam field note, tetapi jika
dalam field note belum diperoleh data yang diinginkan maka penulis
mencari data lagi dilapangan. Kesimpulan perlu diverifikasi agar
cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan
dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan
yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap
fenomena yang ada (Sutopo, 2002: 91-93).
commit to user
Download