8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Proyek
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Soeharto (2001, p21), Manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta
sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang
telah ditentukan.
Menurut Stephen.P Robbins dan Mary Coulter (2005, p7), Manajemen
adalah proses mengkoordinasi kegiatan – kegiatan pekerjaan sehingga secara
efisien dan efekif dengan dan melalui orang lain
Menurut Robert N Anthony dan Vijay Govindanajan (2007, p4),
Manajemen adalah sebuah organisasi
yang terdiri dari orang – orang yang
berada dalam sebuah group yang bekerja secara bersama – sama untuk mencapai
tujuan tertentu.
Yang dimaksudkan dengan proses adalah mengerjakan sesuatu dengan
pendekatan tenaga, keahlian, peralatan, dana dan informasi.
2.1.2 Pengertian Proyek
Menurut Schwalbe (2006, p4), Proyek adalah suatu usaha yang bersifat
sementara untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Pada
umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan
aktifitasnya dan sponsor utama dari proyek biasanya tertarik dalam penggunaan
8
9
sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisiensi dan tepat waktu.
Menurut Olson (2003,p16), Proyek adalah sesuatu yang unik, aktifitas yang
dilakukan sekali untuk mengembangkan sesuatu yang baru. Proyek melibatkan tujuan
yang dapat didefinisikan atau dijelaskan, melintasi struktur organisasi dan merupakan
aktifitas yang unik.
Menurut Clifford F Gray dan Erik W Lanson (2000, p4), Proyek adalah sebuah
hal yang komplek, tidak rutin, sebuah usaha yang dibatasi waktu, dan dikerjakan sekali
saja, biaya, sumber daya dan kemampuan yang didesain untuk memenuhi pelanggan.
Menurut Soeharto (1997, p1), Proyek adalah kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.
Menurut Nicholas (2001, p22), Karakteristik proyek meliputi :
1. Melibatkan suatu tujuan yang dapat dijelaskan, dimana tujuan tersebut
dispesifikasikan dalam bentuk biaya, jadwal, dan kinerjanya.
2. Unik, suatu proyek perlu memiliki sesuatu yang berbeda dari proyek
sebelumnya. Jadi proyek tersebut merupakan sesuatu jenis aktifitas yang
bukan pengulangan dari aktifitas sebelumnya.
3. Suatu aktifitas yang bersifat sementara, digunakan untuk menyelesaikan
suatu tujuan yang dibatasi oleh periode waktu yang telah ditentukan.
4. Menggunakan kemampuan dan talenta dari beberapa profesi dan organisasi.
5. Kemungkinan tidak dikenal (familiar), karena terdiri dari beberapa ide baru,
pendekatan baru, atau teknologi
ketidakpastian yang tinggi.
baru
yang memiliki resiko
dan
10
6. Ada sesuatu yang dipertaruhkan, kegagalan dari proyek dapat menyebabkan
hal – hal yang beresiko bagi organisasi maupun tujuan dari proyek tersebut.
7. Proses pengerjaan untuk mencapai tujuan selama proses proyek melewati
berbagai tahap – tahap yang jelas yang disebut daur hidup proyek.
Menurut Schwalbe (2006, p7), setiap proyek mempunyai batasan yang
berbeda terhadap ruang lingkup, waktu, biaya, yang biasanya disebut sebagai
triple constraint (Tiga Kendala). Setiap proyek manajer harus memperhatikan
hal – hal penting dalam manajemen proyek:

Ruang lingkup (scope): Apa yang ingin dicapai dalam proyek? Produk atau
layanan apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut?

Waktu (time): Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek? Bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan?

Biaya (cost): Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
proyek?
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka
umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu, yang selanjutnya berakibat
pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya,
maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal.
2.1.3 Manajemen Proyek
Menurut Schwalbe (2006, p9), Manajemen proyek merupakan aplikasi
dari ilmu pengetahuan, skills, tools, dan teknik untuk aktifitas suatu proyek
11
dengan maksud memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholders dan harapan
dari sebuah proyek.
Menurut Nicholas (2001, p46), Manajemen Proyek adalah suatu
pendekatan sistem kepada organisasi dan manajemen yang menerapkan elemen
tradisional dan kemampuan untuk mengelola (behavioral management) serta
memiliki pola organisasi dan kebijakan manajemen yang paling sesuai untuk
diterapkan pada lingkungan proyek yang unik.
Menurut Budi Santosa (2003, p3), Manajemen proyek adalah kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan,
mengarahkan
dan
mengendalikan
sumberdaya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu
dengan sumber daya tertentu.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung halhal pokok sebagai berikut:

Menggunakan
pengertian
manajemen
berdasarkan
fungsinya,
yaitu
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya
perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material.

Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan
yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

Menggunakan pendekatan sistem.

Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontal di samping hierarki vertikal.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen proyek tidak bermaksud
meniadakan arus kegiatan vertikal atau mengadakan perubahan total terhadap
12
manajemen klasik, tetapi ingin memasukkan (incorporated) pendekatan,
teknik serta metode yang spesifik untuk menanggapi tuntutan dan tantangan
yang dihadapi, yang sifatnya juga spesifik, yaitu kegiatan proyek.
Menurut Nicholas (2001, p22), Karakteristik Manajemen Proyek yaitu:
1. Manajer proyek mengepalai organisasi proyek. Organisasi mencerminkan
lintas fungsi organisasi (cross functional), berorientasi pada tujuan, proyek
yang bersifat sementara.
2. Manajer proyek merupakan suatu bagian penting untuk mengikutsertakan
seluruh usaha untuk mencapai suatu tujuan proyek.
3. Karena setiap proyek memerlukan berbagai macam keahlian dan sumber
daya, pengerjaannya mungkin dapat dilakukan oleh orang yang berasal dari
wilayah fungsional yang berbeda atau dari pihak luar organisasi.
4. Manajer proyek bertanggungjawab untuk mengintegrasikan orang dari
beberapa wilayah fungsi yang berbeda untuk bekerja dalam suatu proyek.
5. Manajer proyek bernegosiasi langsung untuk mencari dukungan dengan
manajer fungsional.
6. Proyek terfokus pada penyediaan suatu produk atau jasa pada waktu dan
biaya tertentu.
7. Suatu proyek mungkin memiliki dua rantai perintah, yang pertama vertikal
dan fungsional, yang lainnya horisontal dan proyek serta anggota proyek
dapat melaporkan kepada manajer proyek maupun manajer fungsional.
8. Pengambilan keputusan, pertanggung jawaban, hasil dan penghargaan
dibagikan kepada anggota tim proyek dan unit fungsional yang mendukung.
13
9. Walaupun organisasi proyek itu bersifat sementara, unit fungsional dari
organisasi tersebut bersifat tetap (permanent).
10. Proyek dapat dijalankan pada beberapa tempat yang berbeda baik itu di
dalam ataupun di luar organisasi.
Manajemen proyek digunakan apabila menghadap situasi sebagai berikut:

Menyangkut Reputasi Perusahaan
Manajemen perusahaan digunakan untuk keberhasilan atau pelaksanaan suatu
kegiatan dalam perusahaan.

Derajat Keterkaitan dan Ketergantungan yang Amat Besar
Bila tujuan usaha harus dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas yang
memerlukan kerja sama erat dari berbagai bidang internal maupun eksternal
organisasi, maka akan terasa perlunya pertangungjawaban tunggal yang
merupakan unsur penting manajemen proyek.

Besarnya Ukuran Kegiatan (Usaha)
Bilamana volume kegiatan suborganisasi secara substansial melebihi beban
normal pada kurun waktu tertentu sehingga untuk melaksanakannya
memerlukan tambahan sumber daya, maka pendekatan pengelolaan dengan
manajemen proyek berguna untuk dipertimbangkan agar penggunaan sumber
daya dapat efektif dan efisien dipandang dari segi perusahaan secara
menyeluruh.
14
Lima tahap pengembangan manajemen proyek :
1. Inisiasi
Menurut Schwalbe (2006, p72), dalam manajemen proyek, inisiasi
adalah proses mengenal dan memulai sebuah proyek baru atau fase proyek.
Menurut Schwalbe (2006, p72), tindakan yang harus dilakukan manajer
proyek dan manajemen senior didalam inisiasi proyek adalah sebagai berikut:

Dengan cepat menentukan sebuah tim proyek yang kuat.

Mendapatkan keterlibatan pemegang saham di dalam awal proyek

Menyiapkan analisis lebih detil dari masalah bisnis dan mengembangkan
teknik perbandingan proyek.

Menggunakan pendekatan fase per fase.

Menyiapkan rencana yang berguna dan realistis untuk proyek.
2. Perencanaan
Menurut Schwalbe (2006, p72), Perencanaan merupakan proses yang
paling sulit dan tidak diperhatikan dalam manajemen proyek. Tujuan utama
dari perencanaan proyek adalah sebagai panduan dalam pelaksanaan proyek.
Untuk itu, rencana yang dibuat harus realistis dan berguna. Untuk
menciptakan rencana yang realistis dan berguna, cukup banyak waktu dan
usaha yang harus dilibatkan dalam proses perencanaan, dan pengetahuan
orang dalam melakukan kebutuhan kerja untuk merencanakan pekerjaan.
3. Eksekusi
Menurut Schwalbe (2006, p72), Eksekusi proyek melibatkan
pengambilan tindakan yang perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa
15
aktivitas di dalam rencana proyek terselesaikan dengan baik. Produk dari
proyek dihasilkan selama eksekusi proyek, dan biasanya memakan banyak
sumber daya untuk diselesaikan. Keluaran yang paling penting adalah hasil
kerja, atau pengiriman produk.
4. Pengontrolan
Menurut Schwalbe (2006, p73), Pengontrolan adalah proses untuk
membandingkan kemajuan proyek dengan objektif proyek, pengawasan
penyimpangan dari rencana, dan mengambil tindakan korektif untuk
menyesuaikan kemajuan dengan rencana. Pengawasan meliputi semua fase
dalam daur hidup proyek.
5. Penutupan
Menurut Schwalbe (2006, p73), proses penutupan proyek meliputi
kegiatan untuk mendapatkan penerimaan pemegang saham dan pelanggan
dari produk akhir dan proyek atau fase proyek, untuk pemesanan akhir. Hal
ini meliputi verifikasi terhadap semua pekerjaan yang sudah diselesaikan,
dan menyangkut audit proyek. Meskipun banyak proyek TI yang dibatalkan
sebelum penyelesaian, masih tetap penting untuk secara resmi menutup
proyek dan merefleksikan apa yang dapat dipelajari untuk meningkatkan
proyek di masa yang akan datang.
Pembatalan proyek dapat dilakukan dengan 2 cara :

Pemusnahan langsung (extinction)

Starvation, mengakhiri proyek dengan cara ini sangat sulit dan biasanya
diselesaikan ketika organisasi tidak bersedia mengakui proyek gagal.
16
2.2
Alternate Organizational Structure
Menurut Olson (2003, p38) Struktur organisasi menggambarkan laporan
secara hierarki dan jaringan komunikasi resmi dalam suatu organisasi. Galbraith
telah menggambarkan 3 formulir dasar dari organisasi proyek, yaitu: fungsional,
proyek, dan matrik. Setiap jenis dari 3 struktur organisasi tersebut terdapat
kelebihan masing – masing, dan masing – masing bekerja baik di dalam tipe –
tipe tertentu dari lingkungan. Penggunaan struktur organisasi tergantung kepada
tujuan dari organisasi, tipe kerja yang harus dilakukan dan lingkungan dalam
yang beroperasi.
2.2.1 Functional Organization
Menurut Olson(2003, p38) Functional Organization bekerja baik dalam
perulangan, lingkungan yang stabil. Sub-elemen organisasi yang didefinisikan
dengan aktivitas atau fungsi spesial. Semua bagian akuntan di dalam perusahaan
dikumpulkan di dalam suatu lokasi di mana mereka bekerja bersama – sama.
Keuntungan dari functional organization adalah spesialis bekerja bersama dan
dapat mengembangkan kemampuan profesional di dalam cara yang paling
efisien. Akuntan fokus pada masalah akuntansi dan menjadi terlatih dengan
sangat bagus di dalam akuntansi.
17
Julius Caesar
Chief Executive Officer
Ebenezer Scrooge
Accounting
Atlanta
Accountants
J. Pierpont Morgan
Finance
Denver
Accountants
Snidely Whiplash
Marketing
Bobby Cox
Atlants
Kennesaw Landis
Operation
Larry Dieker
Houston
Grace Hopper
MIS
Don Baylor
Denver
Houston
Accountants
Atlantas MIS
Houston MIS
Denver MIS
Gambar 2.1 Functional Organization
(Sumber :Olson, 2003, p39)
2.2.2 Project Organization
Menurut Olson (2003, p39) Project Organization murni terdiri dari
membuat suatu pemisahan, organisasi mandiri terutama untuk menyelesaikan
suatu proyek istimewa atau terbilang luar biasa. Ketika proyek selesai, tidak ada
alasan bagi organisasi untuk melanjutkan.
Pusat
proyek
dihubungkan
kepada
organisasi
induk
untuk
menggambarkan sumber daya manusia dan personil yang dibutuhkan. Kadangkadang organisasi proyek adalah organisasi yang berdiri sendiri. Pada struktur
organisasi ini seorang manajer proyek bertanggung jawab untuk beberapa
aktivitas, padahal aktivitas lain juga membutuhkan lebih banyak dukungan.
Seperti akuntansi berhubungan dengan divisi fungsional. Ini adalah perjanjian
yang sudah biasa.
18
Houston
manager
Houston Accounting
(Project Staff)
Systems Analysis and Design
Design
Customer
Liaison
Workers
System Production
Coding
Testing
Workers
User
Liaision
Installation
installer
Gambar 2.2 Project Organization
(Sumber : Olson, 2003, p40)
2.2.3 Matrix Organization
Menurut Olson(2003, p41) Matrix Organization adalah suatu struktur
gridlike dari hubungan antara pelaporan dan kekuasaan yang menutupi organisasi
fungsi tradisional. Matrix organization digunakan dalam organisasi yang
menggunakan tim proyek dan grup produksi yang minimal.
Penggambaran kunci dari organisasi matrik adalah garis multiple dari
kekuasaan. Spesialis melaporkan kepada manajer fungsional mereka dengan
menanggapi isu – isu yang meliputi spesialis dan laporan mereka kepada manajer
proyek untuk kewajiban yang spesifik. Spesialis fungsional ditunjuk untuk
proyek yang akan diimplementasikan. Spesialis ini membuat keputusan karir
personal pada tempat fungsional permanen mereka.
Ada beberapa masalah yang diperkenalkan dalam bentuk matrix
organization. Struktur pelaporan yang ganda menciptakan kondisi yang
membingungkan pada bagian yang tinggi dari struktur tersebut. Di dalam tim
19
matrix organization tersebut harus terdapat prinsip yang tegas dalam hal perintah
atasan.
Organization CEO
Chief Accountant
System Analysis
Unassigned
Accountans
Atlanta Project
Houston Project
Atlanta
Accountants
Unassigned
SA & D
Atlanta SA & D
Denver Project
Houston
Accountant
Houston SA
&D
Denver
Accountant
Denver SA & D
Gambar 2.3 Matrix Organization
(Sumber : Olson, 2003, p41)
2.3
Prototyping
Menurut Olson (2003, p127), prototyping adalah proses membangun
sebuah model kerja kecil dari sebuah komponen program atau sistem dengan
harapan dapat melihat apa yang dapat dikerjakan sistem tersebut.
Kelebihan dari model prototyping adalah:

User dapat melihat sistem dalam skala kecil

User dapat meminta modifikasi terhadap sistem yang akan dibuat

Lebih cocok bagi aplikasi yang memiliki tingkat investasi yang rendah dan
struktur yang kecil.

Berguna dalam menentukan kebutuhan proyek

Lebih cocok untuk proyek skala kecil.
20
Kekurangan dari model prototyping adalah:
2.4

Performance yang kurang efisien

Tidak cocok untuk proyek yang skala besar

Sering muncul masalah yang tidak terduga sebelumnya.
Critical Success Factor (CSF)
Menurut Olson (2003, p10), CSF adalah suatu bagian terpenting yang
harus dilaksanakan agar suatu kegiatan (proyek) dapat berjalan dengan baik.
Kesuksesan suatu proyek dapat dilihat dari apakah proyek tersebut sudah sesuai
dengan spesifikasi, biaya dan waktu yang diinginkan.
Menurut Olson (2003, p12), tiga faktor yang diyakini sebagai faktor
keberhasilan suatu proyek adalah :

Keikutsertaan klien dalam proyek

Dukungan dari manajemen tingkat atas

Objektifitas dari proyek yang jelas
Menurut Soeharto (2001, p471), Pinto dan Slevin pada tahun 1988 telah
menyelidiki lebih dari 400 proyek, dan menemukan CSF yang berikut ini
berdasarkan urutannya :
1. Misi Proyek
Harus memiliki tujuan dan arah yang jelas mengenai proyek diadakan. Hal
tersebut harus dimengerti oleh tim proyek dan bidang-bidang yang terkait di
dalam perusahaan serta stakeholders yang memiliki peranan penting.
21
2. Dukungan dari Manajemen Atas
Dukungan dapat diberikan dalam bentuk penyediaan sumber daya yang
diperlukan,
memberikan
otoritas
yang
cukup
untuk
pelaksanaan
implementasi, mengikuti dan memperhatikan beberapa aspek kritis proyek,
serta turun tangan dalam penyelesaiannya.
3. Perencanaan dan penjadwalan
Proyek harus memiliki perencanaan dan jadwal secara keseluruhan seperti
milestone (suatu kegiatan penting dalam proyek dengan durasi = 0), jadwal
penyerahan produk yang dibuat, dan lain-lain. Dalam hal ini termasuk sistem
pelaporan dan monitoring yang efektif untuk mendeteksi kemungkinan
adanya penyimpangan.
4. Konsultasi Dengan Pemilik Proyek
Konsultasi dengan pemilik
proyek dari
waktu
ke waktu selama
penyelenggaraan proyek akan sangat memperlancar pelaksanaan tahap
implementasi sejauh mana keinginan peranan pemilik.
5. Personil
Berhubungan dengan memilih, melakukan negosiasi, merekrut, serta
pembinaan tim kerja yang efektif. Dengan kata lain, personil berhubungan
dengan orang-orang yang cocok ditugaskan ke dalam tim proyek.
6. Kemampuan Teknis
Pelaksana proyek harus memiliki kemampuan teknis dan menguasai betulbetul teknologi dari proyek yang akan dikerjakan.
22
7. Penerimaan dari pihak pemilik proyek
Pemilik proyek terutama pada akhir tahap implementasi ikut aktif melakukan
testing uji coba dan sertifikasi (pemilik proyek menerima produk yang
dihasilkan tersebut).
8. Pemantauan, pengendalian dan feedback
Diperlukan guna mengetahui sejauh mana hasil pelaksanaan dibandingkan
dengan perencanaan terutama anggaran. Disini diperlukan metode yang dapat
meramalkan hasil kegiatan akhir proyek bilamana kondisi seperti saat
pelaporan tidak berubah. Dengan demikian bisa diadakan koreksi sesuai
keperluan.
9. Komunikasi
Terbinanya komunikasi yang baik antara peserta proyek (tim proyek) dan
stakeholders yang terkait diperlukan untuk mencegah duplikasi kegiatan
maupun salah pengertian. Namun dengan komunikasi yang baik akan dapat
dibicarakan persoalan-persoalan yang timbul selama proses implementasi.
10. Trouble Shooting
Mekanisme ini membantu memperkirakan persoalan yang akan terjadi di
kemudian hari sehingga jauh sebelumnya sudah diberikan perhatian yang
seksama (menangani krisis dan hambatan-hambatan yang terjadi).
Langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan proyek piranti lunak adalah :
a. Manfaat analisis
b. Mengembangkan jadwal dasar
c. Melaksanakan analisis kebutuhan
d. Menguji dan menverifikasi semua perangkat lunak
23
e. Melaksanakan akibat evaluasi dari semua proposal
Banyak proyek piranti lunak mengalami kegagalan dikarenakan
spesifikasi desain atau waktu dan perkiraan biaya. Kebanyakan permasalahan
proyek tidaklah nyata bahkan sampai akhir proyek tersebut. Lyytinen dan
Hirschheim mengidentifikasi 4 kategori utama dari kegagalan proyek piranti
lunak :
1. Kegagalan penyesuaian : kegagalan sistem pada sasaran desain. Ini adalah
suatu kegagalan teknis dalam pengkodean pada komputer.
2. Kegagalan proses : kegagalan penyelesaian suatu proyek dengan tepat waktu
dan sesuai dengan anggaran. Sistem bekerja secara teknis, tetapi tidak
ekonomis dan tidak sesuai dengan perencanaan bisnis.
3. Kegagalan interaksi : terjadi ketika suatu sistem tidaklah digunakan sesuai
dengan rencana. Interaksi antara tim proyek dengan user tidak berjalan
dengan sistematis dan efektif.
4. Kegagalan harapan : terjadi ketika sistem tidak bisa memenuhi syarat-syarat
yang diharapkan. Sistem mungkin akan menampilkan secara teknis, sesuai
dengan waktu maupun anggaran, tetapi mungkin tidak bisa melakukan tugas
manajemen.
Menurut Rakos (1990, p1) di dalam sebuah proyek piranti lunak ada
masalah-masalah yang menyebabkan proyek piranti lunak mengalami kegagalan,
antara lain :
1. Kegagalan di saat suatu proyek mulai
Terkadang banyak proyek yang dijalankan tanpa mengetahui
gambaran yang jelas tentang mengapa sebuah proyek harus dimulai dan
24
tujuan akhir dari proyek yang telah diselesaikan. Sehingga sering terjadi
penyimpangan di dalam aktivitas proyek dikarenakan tidak adanya arah yang
jelas dari proyek tersebut. Itu disebabkan kurang baiknya dalam perencanaan
proyek atau tidak adanya suatu rencana dalam suatu proyek.
2. Kegagalan pada saat pembuatan
Setelah melakukan perencanaan yang baik, akan dilakukan sebuah
analisis masalah yang terjadi pada sistem yang lama dan melakukan desain
untuk sistem yang baru kemudian dimulailah tahap pembuatan sesuai desain
yang telah dibuat. Kegagalan dapat terjadi bila hasil dari analisis dan desain
tidak digambarkan secara jelas, maka akan terjadi salah perkiraan dalam
tahapan pembuatan sistem yang baru.
3. Kegagalan pada saat akhir proyek
Kegagalan terjadi dikarenakan pada saat batas waktu yang telah
ditentukan telah tiba, produk yang dijanjikan masih belum selesai atau
produk sudah selesai, lalu diserahkan aplikasi yang dihasilkan kepada user
tanpa adanya pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui kegagalan yang
akan terjadi dari aplikasi yang telah dihasilkan tersebut atau aplikasi tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan dan kinerja yang telah dijanjikan kepada user.
2.5
Siklus Hidup Proyek
Menurut Budi Santosa (2004, p7), secara garis besar proyek memiliki 4
tahap:
1. Tahap Konsepsi
25
Tahap menyusun dan merumuskan gagasan, menganalisis pendahuluan dan
melakukan studi kelayakan.
2. Tahap Pendefinisian
Tahap kegiatan penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan
spesifikasi proyek secara rinci.
3. Tahap Akuisisi
Tahap kegiatan yang terdiri dari desain, pengadaan fasilitas-fasilitas
pendukung maupun material untuk tahap selanjutnya, produksi, dan
implementasi
4. Tahap Operasi
Tahap akhir dari suatu proyek dimana proyek diserahkan kepada user. Tahap
ini terjadi tergantung pada jenis proyek.
2.6
Sembilan Area Pengetahuan Manajemen Proyek
Menurut Schwalbe (2006, p10), Sembilan area pengetahuan manajemen
memiliki fungsi yang saling terkait satu sama lainnya di dalam area pengetahuan
manajemen tersebut. Manajer proyek harus mempunyai pengetahuan dan
keahlian di dalam sembilan area ini.
Empat inti dari area pengetahuan manajemen proyek meliputi manajemen
lingkup proyek, waktu, biaya, dan manajemen kualitas. Pengetahuan manajemen
ini dapat membantu manajer proyek untuk menentukan sumber daya manusia,
komunikasi, resiko, dan manajemen pengadaan proyek.
26
2.6.1
Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project Scope Management)
Menurut Schwalbe (2006, p167-189), ruang lingkup proyek mencakup
semua proses yang terlibat dalam pendefinisian dan pengaturan mengenai segala
sesuatu yang termasuk atau tidak didalam proyek. Hal ini untuk meyakinkan
bahwa tim proyek dan stakeholders mempunyai pengertian yang sama mengenai
produk yang akan diproduksi sebagai hasil dari proyek dan proses yang akan
digunakan dalam memproduksi proyek tersebut.
Lima proses utama di dalam manajemen ruang lingkup proyek adalah:
a. Perencanaan Ruang Lingkup (Scope Planning )
Memutuskan
bagaimana
ruang
lingkup
akan
didefinisikan,
diverifikasikan, dan dikontrol, serta bagaimana WBS (Work Breakdown
Structure) akan dibuat. Tim proyek membuat scope management plan
(rencana manajemen ruang lingkup) sebagai hasil utama dari proses
perencanaan ruang lingkup proyek.
Scope management plan adalah dokumen yang meliputi deskripsi
mengenai bagaimana tim akan mempersiapkan pernyataan ruang lingkup
proyek, membuat WBS, memverifikasi kelengkapan dari hasil proyek dan
pengendalian permintaan untuk perubahan terhadap ruang lingkup proyek.
Kunci masukan dari scope management plan meliputi:

Project Charter
Merupakan kunci dokumen untuk pengenalan formal mengenai
keberadaan dan penyediaan keseluruhan proyek. Project Charter
terdiri dari:
o Judul proyek
27
o Tanggal mulai proyek dan tanggal penyelesaian proyek
o Nama manajer proyek dan informasi yang dapat dihubungi
o Deskripsi proyek secara objektif
o Penjelasan mengenai rencana pengaturan proyek
o Peranan utama dan tanggung jawab dari stakeholders proyek
o Bagian persetujuan dari pihak stakeholders proyek
o Bagian komentar mengenai proyek dari pihak stakeholder proyek

Preliminary Scope Statement
Scope
statement
adalah
dokumen
yang
digunakan
untuk
mengembangkan dan mengkonfirmasikan pemahaman umum dari
ruang lingkup proyek. Scope statement menggambarkan rincian
pekerjaan untuk menyelesaikan proyek dan alat-alat penting yang
digunakan untuk mencegah scope creep (kecenderungan ruang
lingkup proyek untuk terus berkembang). Oleh sebab itu, sangatlah
membantu untuk menciptakan sebuat preliminary atau pernyataan
inisiasi ruang lingkup selama inisiasi proyek sehingga seluruh tim
proyek dapat memulai diskusi penting dan pekerjaan yang
berhubungan dengan ruang lingkup proyek.
b. Definisi ruang lingkup (scope definition)
Meliputi kembali project charter, dan preliminary scope statement
yang muncul selama proses perencanaan (inisiasi) dan menambah beberapa
informasi selama proses perencanaan sebagaimana kebutuhan dikembangkan
dan perubahan permintaan persetujuan.
28
Hasil utama dari scope definition adalah pernyataan ruang lingkup
proyek (Project Scope Statement), perubahan permintaan terhadap proyek,
dan memperbaharui perencanaan manajemen ruang lingkup proyek.
c. Membuat Work Breakdown Structure (WBS)
WBS merupakan alat yang sangat penting dalam manajemen proyek
karena WBS menyediakan dasar untuk menentukan bagaimana melakukan
suatu pekerjaan. WBS juga menyediakan dasar untuk menciptakan jadwal
proyek dan menampilkan manajemen nilai yang dihasilkan untuk mengukur
dan memperkirakan kinerja proyek.
d. Verifikasi Ruang Lingkup (Scope Verification)
Meliputi penerimaan formal dari ruang lingkup proyek. Kunci
stakeholders proyek, seperti pelanggan dan sponsor untuk proyek secara
formal menerima hasil proyek selama proses berlangsung.
e. Pengendalian Ruang Lingkup (Scope Control)
Meliputi pengendalian perubahan terhadap ruang lingkup proyek.
Pengendalian ruang lingkup meliputi identifikasi, evaluasi, dan implementasi
perubahan-perubahan dalam ruang lingkup proyek sebagai kemajuan proyek.
Perubahan ruang lingkup biasanya mempengaruhi kemampuan tim untuk
mencapai tujuan dari waktu dan biaya proyek.
2.6.2 Manajemen Waktu Proyek (Project Time Management)
Menurut Scwalbe (2006, p203-231), Manajemen waktu proyek meliputi
perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkerjaan,
29
mengembangkan jadwal penerimaan proyek dan memastikan penyelesaian
proyek tepat pada waktunya.
Terdapat enam proses utama dakam manajemen waktu proyek yang terdiri dari:
1. Definisi Aktifitas (Activity Defintion)
Meliputi identifikasi aktifitas – aktifitas spesifik yang harus dilakukan
oleh anggota tim proyek dan stakeholders untuk menampilkan hasil akhir
proyek. Sebuah aktifitas atau tugas adalah elemen kerja yang biasanya
ditemukan dalam WBS yang mempunyai durasi yang diharapkan, biaya dan
kebutuhan akan sumber daya. Hasil utama dari proses ini adalah:

Daftar aktifitas
Tabulasi dari aktifitas – aktifitas yang termasuk dalam jadwal proyek.
Daftar tersebut harus meliputi nama aktifitas, aktifitas identifier atau
nomor, dan penjelasan singkat atas aktifitas tersebut.

Atribut aktifitas
Menyediakan lebih banyak informasi yang terkait dengan jadwal.
Informasi tersebut meliputi setiap aktifitas pendahulu (predecessors),
hubungan logical, kebutuhan sumber daya, kendala, dan asumsi yang
berhubungan dengan aktifitas.

Milestone
Merupakan kejadian signifikan yang biasanya tidak memiliki durasi.
Biasanya diperlukan beberapa aktifitas dan banyak usaha untuk
melengkapi milestone. Milestone juga merupakan alat yang berguna
30
untuk menetapkan tujuan penjadwalan dan memantau kemajuan atau
perkembangan proyek.
Menurut Budi Santosa (2004, p49), WBS (Work Breakdown
Structure) adalah pemecahan pekerjaan menjadi elemen-elemen kecil.
Pemecahan ini akan memudahkan pembuatan jadwal proyek dan estimasi
biaya serta menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh
mana pekerjaan harus dipecah tidak ada pedoman yang baku. Sejauh
pekerjaan itu sudah cukup mudah dilaksanakan, dapat ditentukan waktu
penyelesaiannya, sumber daya apa yang diperlukan dan biaya yang
diperlukan bisa dihitung, itu berarti sudah cukup memadai.
WBS mempunyai kegunaan yang besar dalam perencanaan dan
pengendalian proyek. Setidaknya ada 3 manfaat utama WBS:
a) Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel lain yang akan
mengerjakannya diidentifikasikan sekaligus terlibat. Persetujuan mereka
terhadap WBS akan membantu memastikan tingkat akurasi dan
kelengkapan pendefinisian perkerjaan akan mendapatkan komitmen
terhadap proyek.
b) WBS akan menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan. Setiap paket
pekerjaan ditentukan biaya penyelesaiannya. Jumlah secara keseluruhan
paket pekerjaan ditambah biaya kerja tidak langsung akan menjadi biaya
total proyek. Sedangkan waktu penyelesaian tiap paket pekerjaan berguna
untuk penjadwalan. Dari penganggaran dan penjadwalan ini ukuran
kemajuan proyek dan penggunaan biaya bisa diukur.
31
c) WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek. Beberapa peyimpangan
pengeluaran untuk pengerjaan paket-paket kerja tertentu serta waktunya
bisa dibandingkan dengan WBS ini.
Sebaiknya WBS cukup fleksibel sehingga bisa mengakomodasikan
perubahan dalam hal tujuan ataupun lingkungan proyek. Karena
perubahan terhadap WBS akan berpengaruh terhadap mekanisme
pengadaan material, staffing dan aliran dana.
2. Barisan aktifitas (Activity Sequencing)
Meliputi perkiraan seberapa banyak sumber daya (orang, peralatan,
dan material) yang digunakan oleh tim proyek untuk menampilkan aktifitas –
aktifitas proyek. Hasil utama dari proses ini adalah activity resource
requirement,
resource
breakdown
structure,
request
changes,
dan
memperbaharui atribut aktifitas serta kalender sumber daya.
3 Aktifitas Perkiraan Durasi (Activity Duration Estimating)
Melibatkan perkiraan jumlah dari periode pekerjaan yang diperlukan
untuk melengkapi aktifitas individual. Hasilnya meliputi aktifitas perkiraan
durasi dan pembaharuan atribut aktifitas.
4 Pengembangan Jadwal (Schedule Development)
Meliputi analisa urutan aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, dan
kebutuhan sumber daya untuk membuat jadwal proyek. Hasilnya meliputi
jadwal proyek, jadwal data model, perubahan yang diperlukan dan
pembaharuan terhadap kebutuhan sumber daya, kalender proyek, dan rencana
manajemen proyek. Beberapa alat dan teknik yang digunakan dalam proses
pengembangan jadwal:
32
a. Gantt Chart
Gant Chart adalah alat yang umum untuk menampilkan informasi
jadwal proyek. Gantt Chart menyediakan formal standar untuk
menampilkan informasi jadwal proyek dengan mendaftar aktifitas
proyek, jadwal mulai dan jadwal selesai dalam format kalender.
b. Critical Path Method (CPM)
Critical Path Method (CPM) disebut juga teknik analisis jalur kritis
yaitu teknik pembuatan diagram jaringan yang digunakan untuk
memprediksi total durasi proyek. Langkah ini bertujuan mengkaji secara
analitis berapa lama waktu penyelesaian proyek.
Menurut
Olson
(2003,
p184-189),
Metode
jalur
kritis
menyediakan cara yang mudah untuk mengindentifikasi seberapa cepat
proyek dapat diselesaikan dalam perkiraan durasi kegiatan yang akurat.
Masukan bagi metode jalur kritis adalah setiap kegiatan, durasi yang
diharapkan, dan kegiatan – kegiatan yang mendahului masing-masing
kegiatan.
Menurut Budi Santosa (2003, p76), CPM mengasumsikan bahwa
umur proyek bisa dipersingkat dengan penambahan sumberdaya tenaga
kerja, peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Metode CPM pertama diimplementasikan pada proyek konstruksi
diperusahaan Du Pont pada tahun 1957. Hal yang membedakan CPM
dengan PERT adalah CPM lebih menekankan pada biaya proyek,
sedangkan PERT lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Melalui
33
Gantt Chart, dapat dilihat progress yang jelas akan jadwal masingmasing aktivitas
Bila tidak ada ketentuan lain, maka waktu pelaksanaan kegiatan
dianggap berada pada kondisi normal dinamakan waktu normal
Gambar 2.4 Critical Path Method
(Sumber : http://NetMBA.com)
Event , tanda dimulai atau berakhirnya kegiatan
-
Kegiatan (membutuhkan sumber daya terutama waktu)
-
Garis lurus, arah anak panah menuju kejadian atau event
berikutnya.
- Garis tanpa skala
- Garis kejadian harus selalu mengarah dari kiri ke kanan, boleh
arah serong tetapi tidak boleh mengarah balik ke kiri
34
- Kegiatan semu (tidak membutuhkan sumber daya apapun)
-
Hanya merupakan garis penghubung peristiwa antara dua
kegiatan yang tidak saling tergantung
A
-
A Menunjukkan kode pkerjaan atau nama pekerjaan
25
-
25 menunjukkan waktu yang dibutuhkan menyelesaikan
kegiatan atau pekerjaan A dengan peristiwa berikutnya.
A
-
Contoh kegiatan A, B, dan C selesai sampai dengan kejadian
B
atau event yang sama
C
ES
= Waktu paling awal suatu kegiatan
LS
= Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat
proyek secara keseluruhan
EF
= Waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu
kegiatan terdahulu,
maka EF suatu kegiatan terdahulu
merupakan ES kegiatan berikutnya.
LF
= Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat
penyelesaian proyek
35
D
= Kurun waktu suatu kegiatan, dengan satuan waktu berupa hari,
minggu atau bulan.
Slack = Selisih antara jadwal LS dan ES. Kegiatan dengan nilai slack =
0 adalah kegiatan kritis. Rantai kegiatan kritis dari awal hingga
akhir proyek adalah jalur kritis.
c. Calender View
Calender View merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada
Microsoft
Project.
Calender
View
menampilkan
jadwal
proses
pelaksanaan proyek lengkap dengan tanggal, bulan, tahun dan dapat pula
digunakan untuk mengedit pekerjaan dalam proyek. Dengan pemanfaatan
fasilitas ini, manajer proyek dan seluruh anggota tim dapat secara jelas
melihat aktivitas proyek setiap harinya, yang bermanfaat sebagai salah
satu acuan jadwal aktivitas. Pada Calender View terdapat beberapa
atribut, yaitu:
1. Date : merupakan atribut mengenai tanggal pada bulan dilakukannya
proyek. Atribut ini dapat dimodifikasi sesuai keinginan manajer
proyek.
2. Month and Year : merupakan informasi mengenai bulan dan tahun
dilakukannya suatu proyek.
3. Task : merupakan atribut untuk mengidentifikasi suatu aktivitas
proyek pada saat melakukan proses penjadwalan.
d. Cost Table
Cost Table juga merupakan bagian dari lembar kerja Gantt Chart.
Pada Cost Table terdapat beberapa atribut, sebagai berikut :
36
1. Fixed Cost, kolom ini berisi biaya tetap.
2. Fixed Cost Accrual, merupakan sistem pembayaran untuk Fixed Cost.
Sistem pembayaran terdiri dari 3 macam, yaitu :
1. Start, pembayaran yang dilakukan pada saat pekerjaan tersebut
dimulai.
2. End, pembayaran dilakukan pada saat pekerjaan selesai.
3. Prorate, pembayaran dilakukan berdasarkan persentase pekerjaan
tersebut.
Untuk Fixed Cost, seluruh pembayaran biasanya dilakukan pada
saat pembayaran dimulai.
1. Total Cost, kolom yang berisi hasil penjumlahan biaya yang
digunakan pada masing-masing task, ditambah dengan biaya Fixed
Cost.
2. Baseline, kolom yang berisi jumlah biaya yang ada pada total cost
setelah file proyek disimpan sebagai anggaran biaya tetap proyek.
Nilainya tidak berubah meskipun terdapat perubahan pada durasi dan
jumlah pemakaian sumber daya.
3. Variance, merupakan hasil pengurangan antara Total Cost dengan
baseline. Bila hasil pengurangan bernilai negatif, berarti pengeluaran
proyek lebih kecil dari rencana proyek semula.
5. Pengendalian Jadwal (Schedule Control)
Melibatkan pengendalian dan pengaturan perubahan kepada jadwal
proyek. Hasilnya meliputi pengukuran kinerja, rekomendasi tindakan
perbaikan, dan daftar aktifitas dan atribut serta rencana manajemen proyek.
37
2.6.3 Manajemen Biaya Proyek (Project Cost Management)
Menurut Schwalbe (2006, pp251-257), Project Cost Management terdiri
dari aktifitas persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen biaya
proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek
terselesaikan dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus
dapat meyakinkan bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai
perkiraan waktu dan harga yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis
dimana tim proyek terlibat dalam hal penganjuran tersebut.
Merupakan tugas manajer proyek untuk memuaskan stakeholders proyek
sekaligus memberikan tekanan yang berkelanjutan untuk mengurangi dan
mengontrol biaya.
Proses yang terlibat dalam manajemen biaya proyek :
1. Perkiraan biaya (Cost Estimating)
Melibatkan pengembangan sebuah pendekatan atau perkiraan dari
biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Hasil
utama dari proses ini merupakan perkiraan biaya, dan mendukung rincian,
dan sebuah perencanaan manajemen biaya.
2. Penganggaran biaya (Cost Budgeting)
Melibatkan pengendalian perubahan terhadap anggaran proyek. Hasil
utamanya adalah revisi perkiraan biaya, pembaharuan anggaran, landasan
biaya (Cost baseline), dan pengukuran kinerja.
38
2.6.4 Manajemen Kualitas Proyek (Project Quality Management)
Menurut Schwalbe (2006, pp 293-294), tujuan utama dari manajemen
kualitas proyek adalah untuk menyakinkan bahwa proyek akan memenuhi
kebutuhan yang akan diambil. Tim proyek harus mengembangkan hubungan
yang baik dengan stakeholders kunci, khususnya pelanggan utama proyek
tersebut untuk mengerti kualitas yang ada didalamnya. Jika stakeholders proyek
tersebut tidak puas dengan kualitas dari manajemen proyek atau hasil produk
suatu proyek maka tim proyek harus membetulkan ruang lingkup, waktu, dan
biaya untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan harapan-harapannya. Oleh
karena itu, tim proyek harus mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan
sesama stakeholders dan mengerti kebutuhan mereka.
Proses yang terlibat dalam manajemen kualitas proyek adalah:

Perencanaan kualitas (Quality Planning)
Melibatkan pengidentifikasian dimana standar kualitas berhubungan dengan
proyek yang akan dilakukan dan bagaimana mencapai keduanya.

Meyakinkan kualitas (Quality Assurance)
Melibatkan evaluasi menyeluruh secara berkala mengenai kinerja proyek
untuk meyakinkan proyek akan memenuhi standar kualitas yang diinginkan.
Proses meyakinkan kualitas melibatkan pengambilan tanggung jawab untuk
kualitas selama proyek berlangsung hingga proyek berakhir.
39

Pengontrolan kualitas (Quality Control).
Melibatkan pengawasan hasil proyek khusus untuk meyakinkan apakah
proyek sudah sesuai dengan standar kualitas yang berhubungan sementara
mengindentifikasi cara untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh.
2.6.5 Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek (Project Human Resource
Management)
Menurut Schwalbe (2006, p345-346), Manajemen sumber daya manusia
proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk melakukan efektifitas dari
penggunaan orang yang terlibat dengan proyek. Manajemen sumber daya
manusia menyangkut semua stakeholders proyek seperti : sponsor, pelanggan,
anggota tim proyek, staf pendukung, para penjual yang mendukung proyek, dan
lain – lain.
Proyek utama yang terlibat dalam manajemen sumber daya manusia
proyek adalah:

Perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Planning)
Melibatkan pengidentifikasian dan pendokumentasian peranan proyek,
tanggung jawab, dan pelaporan hubungan. Hasil kunci dari proses ini
meliputi peranan dan tanggung jawab, bagan organisasi untuk proyek dan
rencana manajemen staf.

Perekrutan tim proyek (Acquiring the Project Team)
Melibatkan cara mendapatkan personil yang dibutuhkan utnuk penugasan
dalam proyek. Hasil kunci dari proses ini adalah penetapan tugas untuk setiap
40
proyek,
informasi
ketersediaan
sumber
daya,
dan
memperbaharui
perencanaan manajemen staf.

Pengembangan tim proyek (Developing The Project Team)
Meliputi pembangunan kemampuan individu dan tim untuk meningkatkan
kerja proyek.

Pengaturan tim proyek (Managing The Project Team)
Meliputi kegiatan melacak kinerja anggota tim, memotivasi anggota tim,
menyediakan umpan balik secara tepat waktu, memecahkan isu dan konflik,
serta mengkoordinasi perubahan untuk membantu meningkatkan kinerja
proyek.
2.6.6 Manajemen Komunikasi Proyek (Project Communications Management)
Menurut Schwalbe (2006, p388), tujuan dari manajemen komunikasi
proyek adalah untuk meyakinkan waktu dan turunan yang benar, pengumpulan,
penyebaran, penyimpanan, dan penempatan dari informasi proyek.
Proses utama dalam manajemen komunikasi proyek adalah:

Perencanaan komunikasi (Communication Planning)
Melibatkan penentuan informasi dan komunikasi kebutuhan stakeholders
yaitu yang membutuhkan informasi, kapan membutuhkan informasi tersebut
dan bagaimana informasi itu diberikan kepada mereka.

Pendistribusian Informasi (Information Distriution)
Melibatkan pengadaan informasi yang dibutuhkan bagi stakeholders dalam
kesatuan waktu.
41

Pelaporan Kinerja (Performance Reporting)
Melibatkan pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja, termasuk
laporan status, perbandingan kemajuan dan peramalan terhadap kinerja.
Rencanan proyek dan hasil – hasil kerja merupakan masukan terpenting
dalam pelaporan kinerja.

Pengaturan stakeholders (Managing Stakeholders)
Melibatkan pengaturan komunikasi untuk memuaskan kebutuhan dan
harapan dari stakeholders proyek dan untuk memecahkan isu.
2.6.7 Manajemen Resiko Proyek (Project Risk Management)
Menurut Schawlbe (2006, p425-429), Manajemen resiko proyek
merupakan seni dan ilmu pengindetifikasian, penganalisaan, dan penanggapan
terhadap resiko melalui siklus hidup dari proyek dan berpatokan pada
tercapainya tujuan proyek. Tujuan dari manajemen resiko proyek dapat
dipandang sebagai peminimalan resiko negatif potensil dan pemaksimalan resiko
positif potensial.
Menurut Pressman (2003, p146-149), resiko selalu melibatkan dua
karakteristik yaitu:

Ketidakpastian (Uncertainty)
Resiko yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Ada atau tidak ada resiko
kemungkinan terjadinya adalah 100%.
42

Kerugian (Loss)
Jika resiko menjadi kenyataan, konsekuensi atau kerugian yang tidak
diinginkan akan terjadi.
Saat resiko – resiko sedang dianalisa, tingkat ketidakpastian dan
tingkat kerugian untuk setiap resiko sangat penting untuk dihitung dan
diketahui.
Beberapa kategori resiko yang dipertimbangkan untuk mengukur
tingkat ketidakpastian tersebut yaitu:
1. Project risks mengancam perencanaan proyek. Jika Project risks menjadi
kenyataan, hal ini akan mengacaukan jadwal proyek dan biaya juga akan
mengingkat. Project risks mengidentifikasi anggaran potensil, jadwal,
personil (staf dan organsasi), sumber daya, pelanggan, requirement
problem, dan dampaknya terhadap software project.
2. Technical risks mengancam kualitas dan ketepatan waktu produksi
software. Jika Technical risks menjadi kenyataan, implementasi akan
menjadi sulit bahkan tidak mungkin dilakukan. Technical Risks
mengidentifikasi desain potensial, implementasi, interface, verifikasi, dan
masalah – masalah dalam pemeliharaan (maintenance). Selain itu,
kerancuan spesifikasi, ketidakpastian teknis dan penggunaan teknologi
yang berlebihan juga merupakan faktor – faktor resiko.
3. Business risks mengancam kelangsungan pembuatan software. Business
risks terkadang membahayakan proyek atau produk. Lima kriteria
Business risks yang umum dan sering muncul dalam pengembangan
software adalah:
43

Mengembangkan produk atau sistem yang tidak sungguh – sungguh
diinginkan pasar (resiko pasar)

Mengembangkan produk yang sudah tidak cocok lagi dengan strategi
bisnis perusahaan yang senantiasa berubah (resiko strategi)

Mengembangkan produk yang tidak dipahami oleh penjual (sales)
sehingga tidak dapat dijual.

Hilangnya dukungan dari manajemen senior selama perubahan fokus
atau SDM (resiko manajemen).

Hilangnya komitmen personal atau anggaran (resiko anggaran).
4. Known risks merupakan resiko yang dapat muncul setelah dilakukan
evaluasi secara menyeluruh dan terperinci terhadap perencanaan proyek,
lingkungan bisnis, dan teknis pengembangan proyek dan sumber
informasi handal lainnya seperti tanggal pengiriman yang tidak realistis,
kurangnya dokumentasi akan kebutuhan atau lingkup proyek.
5. Predictable risks merupakan perhitungan kemungkinan dari pengalaman
proyek yang lampau seperti pengalihan staf dan kurangnya komunikasi
dengan pelanggan.
6. Unpredictable risks merupakan resiko yang dapat muncul kapan saja dan
sangat sulit untuk diidentifikasi.
2.6.8 Manajemen Pengadaan Proyek (Project Procurement Management)
Menurut Schwalbe (2006, p467-471), Pengadaan (procurement) proyek
mempunyai arti mendapatkan barang atau jasa dari sumber daya luar.
44
Manajemen pengadaan proyek itu sendiri meliputi proses yang dibutuhkan untuk
mendapatkan barang atau jasa untuk proyek dari luar.
Enam proses utama dalam manajemen pengadaan proyek adalah :

Merencanakan pembelian dan perolehan (Planning, Purchases and
Acquisitions)
Meliputi penentuan apa yang harus ada, kapan, dan bagaimana. Dalam
merencanakan pengadaan sumber daya yang mana perlu untuk di-outsource,
menentukan tipe dari kontrak, dan mendeskripsikan kerja untuk penjual yang
potensial (kontraktor, supplier, dan penyedia produk dan layanan untuk
organisasi lain).

Merencanakan kontrak (Planning Contracting)
Meliputi pendeskripsian kebutuhan untuk produk atau layanan yang
diinginkan dari pengadaan dan indentifikasi sumber potensial atau penjual.

Meminta Tanggapan Penjual (Requestng Seller Responses)
Meliputi perolehan informasi, penawaran atau proposal dari penjual yang
sesuai.

Memilih Penjual (Selecting Seller)
Meliputi memilih dari beberapa pemasok yang potensial, sesuai dengan
proses dari evaluasi penjual yang potensial dan negosiasi kontrak.

Mengatur Kontrak (Administering The Contract)
Meliputi pengaturan hubungan dengan penjual yang dipilih
45

Menutup Kontrak (Closing the Contract)
Melibatkan penyelesaian dan penetapan kontrak. Proses ini biasanya
mencakup verifikasi produk, dan penerimaan formal dan penutupan, serta
audit kontrak.
2.6.9 Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management)
Menurut Schwalbe (2006, p116-117), Manajemen integrasi proyek
meliputi proses yang terlibat didalam mengkoordinasi semua area pengetahuan
manajemen proyek lain melalui daur hidup proyek. Hal ini untuk meyakinkan
bahwa semua elemen dari proyek digunakan bersama pada waktu yang tepat
untuk menyukseskan suatu proyek.
Tujuh proses utama dalam manajemen integrasi proyek adalah:

Mengembangkan Project Charter
Meliputi bekerja dengan stakeholders untuk membuat dokumen yang
mengesahkan proyek secara formal.

Membangun preliminary project scope statement.
Melibatkan pekerjaan dengan stakeholders khususnya user dari proyek,
layanan, atau hasil, untuk membangung kebutuhan ruang lingkup tingkat
tinggi.

Membangun Perencanaan Manajemen Proyek
Meliputi koordinasi semua usaha perencanaan untuk membuat dokumen
yang konsisten dan terpadu sesuai dengan perencanaan manajemen proyek.
46

Mengarahkan dan mengatur eksekusi proyek secara langsung
Meliputi
perhatian
pada
perencanaan
manajemen
proyek
dengan
menampilkan aktifitaas – aktifitas yang terkandung di dalamnya.

Memantau dan mengendalikan kerja proyek
Meliputi pengaturan kerja proyek untuk menemukan tujuan yang dihasilkan
dari proyek

Menampilkan pengontrolan perubahan yang terigentrasi
Meliputi pengkoordinasian perubahan yang berdampak pada tujuan proyek
dan aset dari proses organisasi.

Menutup proyek
Meliputi penyelesaian semua aktifitas proyek untuk menutup proyek secara
formal.
2.7
Review Meeting
Menurut Budi Santosa (2003, p129-130), Dalam manajemen proyek
dikenal Review Meeting. Tujuannya adalah untuk:
1. Mengetahui masalah-masalah yang berkenaan dengan jadwal, dan biaya serta
bagaimana hal ini diselesaikan.
2. Mengetahui masalah-masalah yang mungkin muncul di waktu mendatang.
3. Mencari kesempatan untuk memperbaiki performasi proyek.
Pertemuan untuk memantau proyek diadakan secara teratur. Waktunya
bisa satu minggu, setengah bulan atau setiap bulan. Laporan terbaru mengenai
47
status proyek serta prediksi mengenai biaya untuk menyelesaikan proyek harus
dipersiapkan untuk pertemuan ini.
Dalam pertemuan ini harus diusahakan untuk terjadi saling tukar
informasi dengan terbuka. Manajer proyek berperan sebagai fasilitator yang
memungkinkan setiap orang memberikan informasi yang benar. Dengan
demikian akan diketahui masalah-masalah yang ada. Pertemuan juga harus bisa
mengatasi konflik yang terjadi antara orang-orang yang terlibat dalam proyek.
Setelah masalah diidentifikas dalam pertemuan (review meeting) maka perlu
dibuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Rencana tindakan ini harus
memuat pernyataan tentang masalah, tujuan dari pemecahan masalah, langkahlangkah yang diperlukan, waktu target, dan siapa yang bertanggungjawab.
Rencana ini harus didokumentasikan untuk melihat hasilnya dalam pertemuan
berikutnya setelah tanggal target dilampaui. Review meeting lebih cenderung
menjadi pertemuan evaluasi bagi kalangan internal pengelola proyek. Ini berbeda
dengan audit yang banyak melibatkan pihak luar yang independen dan objektif.
2.8
Pelaporan
Menurut Budi Santosa (2003, p130-131), Manajemen perusahaan sudah
seharusnya tahu mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, karena proyekproyek itu akan menjadi penentu keberhasilan perusahaan. Untuk itu perlu
adanya laporan dari pelaksanaan proyek kepada manajemen perusahaan tentang
jalannya proyek. Selain itu pihak user perlu juga untuk secara periodik diberitahu
mengenai kemajuan proyek.
48
Manajer proyek dibantu staf proyek mempersiapkan laporan untuk
manajemen perusahaan yang berisi:
1. Ringkasan mengenai status proyek
2. Bagian-bagian dimana koreksi telah atau perlu dilakukan.
3. Perubahan jadwal, ramalan mengenai jadwal dan biaya.
4. Kemungkinan masalah yang akan timbul, cara mengatasi dan akibatnya.
5. Situasi biaya saat ini.
6. Rencana tenaga kerja dan keterbatasan yang ada.
Jika kebetulan perusahaan mempunyai beberapa proyek pada saat yang
sama maka perlu bagi manajemen puncak untuk mencatat untuk setiap proyek:
nama user, nama manajer proyek, tanggal mulai, rencana biaya, resiko yang ada,
kerugian dan keuntungan. Dengan ringkasan seperti itu manajemen puncak bisa
melihat secara cepat status setiap proyek secara relatif terhadap proyek lain dan
pengaruhnya keseluruhan terhadap perusahaan. Laporan ini juga akan membantu
pengalokasian biaya, pengkoordinasian sumber daya serta menghindari adanya
pengabaian terhadap salah satu proyek.
Manajer proyek sendiri harus selalu menerima laporan dari bawahannya
mengenai perkembangan proyek. Laporan itu berisi perkembangan untuk setiap
paket kerja sampai dimana pekerjaan sudah selesai, ramalan memgenai biaya
yang sudah diperbaiki, jadwal yang diperbaiki. Manajer proyek juga perlu
mengetahui perkembangan kondisi keuangan mengenai biaya yang sudah
dikeluarkan dibandingkan dengan rencana.
Download