Tokisisitas Obat

advertisement
Tokisisitas Obat
Obat
Uji keamanan, efektivitas, mutu
Diedarkan/dipasarkan
Uji Keamanan
Uji Toksisits
akut
• u/ mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal
yg masih dpt ditoleransi oleh hewan coba yg
hasilnya akan ditransformasikan pd manusia
Uji Toksisitas
sub akut
• u/ menentukan organ sasaran (organ yg
rentan)atau tempat kerjanya
Uji toksisitas
kronik
• Sm dgn uji toksisitas su akut, tetapu
membutuhkan waktu uji yg cukup lama(jk
nanti obatnya akan digunakan dlm waktu yg
cukup lama)
Uji efek pd
organ
reproduksi
Uji
karsinogenik
Uji mutagenik
• u/ melihat perilaku yg berkaitan dgn
reproduksi (perilaku kawin), perekembangan
janin, proses kelahiran, dan perkembangan
janin setelah dilahirkan
• u/ mengetahui apakah suatu zat jk dipakai dlm
jangka panjang akan menimbulkan kanker
• u/melihat adanya perubahan gen jika zat
digunakan jangka panjang
Tujuan menggunakan hewan coba pd uji
keamanan
 Menentukan profik toksikologi secara umum
 Menentukan target organ/sistem yang sangat
berguna pada saat uji klinik
 Untuk memprediksi keamanan pd manusia
 Setalh uji keamanan dilakukan, kemudian zat
tersebut dikatakan aman atau memenuhi syarat
sebagai obat
formulasi
 Formulasi
uji formulasi
Uji Klinik
Efek yg merugikan obat (adverse drug reaction)
Tipe A
• ADRSs yg biasanya sudah terdeteksi pd saat uji
klinik bersifat dose-related dan timbul berkaitan
dgn efek farmakologisnya dr zat aktifnya
Tipe B
• ADRs hasil dari reaksi alergi terhadap obat
• ADRs ini umumnya berbahaya atau berat dan sering
emngancam kehidupan
Tipe C
• ADRs yg sanagt sulit terdeteksi
• Adanya ADRs tipe C ditandai dgn terjadinya
peningkatan suatu penyakit secara spontan,
kejadiannya acak, atau setelah dipicu penggunaan
suatu obat dlm waktu yg lama
Bencana Obat
 Obat-obat yg sudah mengalami serangkaian uji pada
manusia, tetapi tetap sj dapat menimbulkan efek
toksik yg merugikan ketika digunakan.
Contoh bencana obat
Timbulnya jaundice dan nekrosis hepatic karena
penggunaan arsen-organik seperti yg terdapat pd salvarstan
u/pengobatan sivilis pd tentara saat perang dunia I (1920)
• Terjadinya agranulositosis karena penggunaan amidopirin sebagai
analgetik dan antipiretik yg telah berlangsung selama setengah obat
(1933)
Eliksir sulfonamid yg mengandung etilen glikol telah
menyebabkan kematian sedikitnya pd 76 orang, kebanyakan
anak-anak karena gagal ginjal (1930)
• Fenasetin yg pertama kl digunakan thn 1887 dan efektif sebagai analgetik
dan antipiretik, ternyata menyebbakan gagal ginjal kronik
Talidomid penyebab bencana yg sanagt terkenal pd
tahun 1960 karena efek teratogeniknya pd janin dari
seorang ibu ketika hamil mengkonsumsi talidomid
sebagai anti muntah
• Kliokinol yg menyebabkan sub acute-nyelo-opticoneuuropathy
(SMON) yg dapat menimbulkan kebutaan dijepang (kliokinol
ditambahkan pd obat diare)
Obat sedatif;hipnotik triazolam suatu derivat
benzodiaozepin dapat menimbulkan reaksi eksistasi
atau psikotik akut, sehingga obat ini di Inggris ditaik
pd tahun 1991
Penarikan obat dr peredaran
 Penarikan obat dari pasaran dpt dilakukan oleh
pabrik, atau pemilik atau oleh pemerintah dalam hal
ini oleh regalator obat di Indonesia oleh BPOM.
 Alasan penarikan obat diantaranya menimbulkan
efek samping atau efek toksik yg berat dan tidak dapt
ditoleri, obat sudah tidka dibutuhkan lagi, mutu obat
tidak memamdai atau efektifitas obat tidak terbukti.
Beberapa contoh penarikan obat
No
Nama Obat
Alasan
1
Amfetamin
Lebih sering disalahgunakan
2
Indometasin
Perforasi usus halus
3
Indoprofen
Gangguan Gi dan karsinogenik
4
Zimeldin
Neurotoksik
5
Zomepirak
Alergi
6
Oksifenbutazon
Gangguan Gi dan hematologi
7
Sulfametoksipiridin Gangguan hematologi dan kulit
Toksisitas Radikal bebas
 Radikal bebas adalah suatu atom, molekul atau
senyawa yg dapat berdiri sendiri, mempunyai
elektron satu atau lebih yg tidak berpasangan pada
orbital terluarnya
Stress Oksidatif
 Dapat terjadi jika didalam tubuh banyak terdapat radikal
bebas berlebihan yang tdiak dapat diimbangi dgn
antioksidan yg ada
 Kondisi stress oksidatif yg ringan masih dapat ditoleri
dgn peningkatan antioksidan enzimatik (dr dalam tubuh)
atau penambahan antikosidan dr luar tubuh.
 Radikal bebas yg tidak dapat dinetralisir dpt
menimbulkan kerusakan pasa sel atau komponen sel dan
telah diyakini sebagai penyebab tmbulnya berbagai
macam penyakit seperti DM, aterosklorosis, ulcuspeptic,
alzheimer, rematic
Mekanisme kerja Radikal bebas
Reaksi dgn enzim
Radikal bebas bersifat oksidator yg dpt mengoksidasi
enzim yg mempunyai gugus thiol (-SH) dan enzim
lain seperti glyceraldehide-3-phosfat
dihididrogenase suatu enzim pd rx. Glikolisis.
Sel yg terpapar radikal bebas pd kadar tertentu tidak
mampu memetabolisme glukkosa menjadi ATP.
Kekurangan ATP dapat menyebakan kematian
1.
2. Reaksi dgn DNA atau Asam Nukleat
Radikal bebas bereaksi dgn DNA atau asam nukleat
berakibat kerusakan yg dapat memacu timbulnya
kanker
Ini telah dibuktikan melalui penelitian yg
menggunakan bakteri, binatang dan klutur tanaman
3. Reaksi dgn karbohidrat
Radikal OH dapat berekasi dgn karbohidrat yg
terdapat pd struktur DNA. DNA adalah polimer yg
tersusun dr basa purin, pirimidin, fosfat dan gula
ribose.
Reaksi radikal bebas dgn gulla menghasilkan
bermacam-macam senyawa yg bersifat mutagenik
Antioksidan
 Zat yg memperlambat atau mengahmbat stress oksidatif pd
molekul target
 Antioksidan melindungi molekul target anatara lain dgn bbrp
cara:
1. Menangkap radikal bebas dgn menggunakan protein atau
enzim atau bereaksilangsung
2. Mengurangi pembentukan radikal bebas dgn merubahnya
menjadi radikal bebas yg kurang aktif
3. Mengikat ion logam yg dapat menyembakan timbulnya
rekasi Fenton yg menghasilkan radikal bebas
4. Melidungi komponen sel utama yg menajdi sasaran radikal
bebas
5. Memperbaiki target organ dari radikal bebas yg telah rusak
6. Menggantikan sel yg rusak dgn sel baru
Toksisitas lainnya
 Senyawa logam berat
1. Pb
2. Hg
3. Cd
4. AS
5. CD
 Pestisida
 Toksisitas narkotik
 Toksisitas psikotropik
 Limbah rumah tangga
 Alfatoksisn (bakteri)
Terapi Antidotum
 Tata cara yg digunakan untuk membatasi intensitas
efek toksik zat kimia atau menyembuhkannya
sehingga bermanfaat dlm mencegah timbulnya
bahaya selanjutan.
Terapi non spesifik
Menghambat absorbsi racun
Membersihkan atau mencuci kulit yg terkontaminasi
zat toksik, mengeluarkan racun dl lambung,
mencegah absorpsi dan mmeberikan pencahar,
pemberian arang aktif
1.
2. Mempercepat eliminasi
Kecepatan eliminasi akan mempengaruhi jumlah oba yg
berada di sel sasaran.
Percepatan eliminasi dpt dilakukan dgn cara
meningkatkan ekskesi melalui pengasaman atau
pembasaan urin dan diuresis paksa
Pengasaman urin diberikan zat seperti ammonium
kloridan vit.C
Pembasaman urin diberikan zat natrium karbonat
Hemodialisis adalah salah satu cara u/mempercepat
eleiminasi suatu zat dan mengembalikan elektrolit
Terapi Spesifik
 Terapi antidotum yg hanya efektif untuk zat-zat
tertentu
Antidotum yg bekerja secara kimiawi
 Penggunaan zat pembentuk kelat
 Penggunaan antidotum jenis ini akan menyebabkan
terjadinya reaksi antara antidotum dgn zat toksik
membentuk suatu produk yg kurang toksik dan
mudah diekskresikan
 Zat-zat anti kelat : dimercaprol, EDTA (etilendiamin
tetraasetat), cuprin,deferoksamin
Antidotum yg bekerja secara farmakologi
 Antidotum yg bekerja mirip dgn zat toksik, bekerja
pd reseptor yg sama atau berbeda
Nalokson
HCL
Flumazamil
Oksigen
• Keracunan opioid dpt menyebabkan koma, depresi pernapasan, dan
pupil mengecil
• Nalokson adaljah antagonis opioid yg bekerja pd reseptor yg sm
sehingga berkompetisi dlm memperrebutkan reseptor opioid
• Antagonis benzodiazepin
• Benzodiazepin sebagai obat tunggal dpt menyebabkan mengantuk,
ataksia, dan kadang2 depresi
• Flumazamil dpt digunakan u/diagnosa dlm memastikan adanya
keracunan yg penyebabnya tidak jelas
• Co dapat menyebabkan keracunan karena kemampuan dlm mengikat
HB dan membentuk zat komplek yg tidak dpt berfungsi mengikat
oksigen
• Dgn pemebrian oksiegn dlm jumlah banyak dna murn dpt mendesak
iktan Hb-CO dan menggantikan posis CO kembali ke oksigen
Download