BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Sebelumnya (State of the Art) Untuk menunjang penelitian “Pengaruh Brand Awareness AQUA terhadap Loyalitas Pelanggan Produk AQUA di Gereja GKII Jakasetia” dijelaskan dengan menggunakan penelitian yang sebelumnya sudah pernah membahas seputar Brand Awareness dan Loyalitas Pelanggan. Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya sebagai rujukan penelitian : Penelitian yang pertama berjudul “Importance of Brand Awareness and Brand Loyalty in Assessing Purchase Intentions of Consumer” Penelitinya adalah Malik, M. E., & Ghafoor, M. M. pada tahun 2013, dimana tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Brand Awareness dapat membuat pelanggan menjadi loyal akan produk yang ditawarkan perusahaan yang ditandai dengan adanya pembelian secara berulang. Penelitian sebelumnya mempunyai persamaan dengan penelitian ini dalam membahas Brand Awareness dengan Loyalitas Pelanggan. Penelitian yang kedua berjudul “Role of Brand Awareness in Health Care Industry” Penelitinya adalah Aluregowda,Assistant Profesor, Mandya, Karnataka pada tahun 2013, dimana tujuan dari penelitian adalah kesadaran merek diharapkan mampu menarik emosional masyarakat untuk dijadikan pelanggan bagi perusahaan .Merek yang datang pertama ke benak pelanggan dan mereka mudah mengenali produk yang ditawarkan. Penelitian yang ketiga berjudul “Marketing Communication dan Brand Awareness” Penelitinya adalah Dominikus Tulasi pada tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah, komunikasi pemasaran adalah untuk meningkatkan ekuitas merek sebagai cara perpindahan pelanggan dalam mengambil tindakan yang menguntungkan terhadap merek, yaitu mencoba, mengulangi pembelian dan, idealnya, setia terhadap merek tersebut. mempertahan-kan kesadaran merek tingkat tinggi adalah tugas yang berkelanjutan untuk semua merek. Penelitian yang keempat berjudul “Pengaruh Brand awareness terhadap loyalitas pelanggan TVPlus(25UHF) sebagai televise keluarga JABODETABEK”. Penelitinya adalah Rosita Gustina pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel produk, merek, dan perusahaan terhadap loyalitas pelanggan, dan setelah diadakan penelitian maka terjawab bahwa terdapat pengaruh antara variabel produk, merek, dan perusahaan terhadap loyalitas pelanggan. Penelitian yang kelima berjudul “Pengaruh Brand Image Dan Brand Trust terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro”. Penelitinya adalah Mohammad Rizan, Basrah Saidani, dan Yusiyana Sari pada tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menunjukkan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan loyalitas merek,Teh Botol Sosro perlu mempertimbangkan citra merek dan kepercayaan merek karena faktor-faktor tersebut terbukti mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Tabel 2.1 State of Art No Nama Penulis, Judul Kesimpulan Penelitian dan Tahun Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Malik, M. E., Ghafoor, M. M. Persamaan dengan penelitian ini adalah pembahasan yang sama yaitu Brand awareness dan loyalitas pelanggan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam pembahasan. & Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya Brand Awareness dapat 2013 membuat konsumen sadar Importance of Brand akan kehadiran produk dan serta kemudahan Awareness and Brand jasa Loyalty in Assessing pencapaian mereka, dengan Purchase Intentions adanya kehadiran Brand Awareness terhadap produk of Consumer dan jasa perusahaan di lingkungan masyarakat dapat meningkatkan Brand Loyalty, yang ditandai dengan adanya tindakan pembelian secara berulang kali. Pada tahap Brand Loyalty, konsumen merasakan kepercayaan dirinya dalam membeli suatu produk dan jasa tersebut, yang kemudian menjadi sebuah Niat Pembelian yang dilakukan oleh konsumen. 2. Aluregowda,Assistant Kesadaran merek diperlukan Persamaan Profesor, Mandya, untuk menyebarluas-kan yang Karnataka informasi tentang arti merek. didapatkan Kesadaran merek juga dari 2013 diharapkan mampu menarik penelitian Role of Brand emosional masyarakat untuk sebelumnya Awareness in Health dijadikan pelanggan bagi dengan perusahaan .Merek yang penelitian ini Care Industry datang pertama ke benak adalah samapelanggan dan mereka sama mudah mengenali dan mengutamamengesankan adalah kan merek tantangan utama dari dalam penyedia layanan dalam mengembang pelayanan rumah sakit. kan brand awareness pada masyarakat. Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, penelitian sebelumnya bergerak dalam menanam- kan kesadaran merek pada bidang jasa dan pada penelitian ini pada produk. 3. Tulasi, Dominikus Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya pembahasan mengenai marketing communication yang tidak dibahas di penelitian ini. Jurnal ini menjelaskan bahwa tujuan utama dari 2012 komunikasi pemasaran adalah untuk meningkatkan Marketing Communication dan ekuitas merek sebagai cara perpindahan pelanggan untuk Brand Awareness mengambil tindakan yang menguntungkan terhadap merek, yaitu mencoba, mengulangi pembelian dan, idealnya, setia terhadap merek tersebut. mempertahan-kan kesadaran merek tingkat tinggi adalah tugas yang berkelanjutan untuk semua merek. Deskripsi tersebut memberi makna bahwa kesadaran merek hanya akan berfungsi Persamaan yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah brand awareness akan tercipta di benak masyarakat apabila dijalankan oleh sumberdaya manusia yang handal 4. Gustina, Rosita 2013 Pengaruh Brand awareness terhadap loyalitas pelanggan TVPlus(25UHF) sebagai televise keluarga JABODE TABEK dengan baik apabila semua elemen bauran pemasaran bergerak secara simultan dan terintegrasi, serta dijalankan oleh sumberdaya manusia yang handal. dan dapat dikomunikasi -kan dengan cara yang baik pula. Hasil penelitian yang telah diketahui bahwa (1) secara hubungan variabel produk, merek, dan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan (2) secara bersamaan variabel produk, merek, dan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Persamaan yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah samasama menguji data dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan mengadakan pengujian terhadap setiap variabel. Persamaan yang didapat juga variabel yang diteliti mengenai brand awareness terhadap loyalitas konsumen. Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya. 5. 2.2 Mohammad Rizan, Brand image dan brand trust Basrah Saidani, dan memiliki pengaruh positif Yusiyana Sari dan signifikan terhadap brand loyalitas. Temuan 2012 empiris menunjukkan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan loyalitas Pengaruh Brand merek,Teh Botol Sosro perlu Image Dan Brand mempertimbangkan citra Trust Terhadap Brand merek dan kepercayaan Loyalty Teh Botol merek karena faktor-faktor Sosro tersebut terbukti mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Persamaan yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah samasama menguji data dengan menggunakan metode penelitian kuantitati dan pengaruh terhadap loyalitas pelanggan suatu produk. Perbedaan yang didapat dari penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya membahas brand image dan brand trust. Landasan Konseptual Tujuan ilmu adalah menjelaskan fenomena-fenomena alam. Penjelasan mengenai fenomena alam tersebut dinamakan teori. Oleh karena itu, tujuan dasar ilmu ialah teori. Lebih jauh menurut Kerlinger menyebutkan tujuan-tujuan ilmu pengetahuan, yaitu menjelaskan, memberikan pemahaman, memprediksi/meramalkan, dan mengontrol/mengendalikan. Akan tetapi, jika kita menerima teori sebagai tujuan utama dan akhir dari ilmu, penjelasan dan pemahaman itu menjadi bagian dari tujuan utama tersebut karena batasan dan sifat hakikat suatu teori. “suatu teori ialah seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel untuk menjelaskan dan memprediksikan gejala itu”. (Ardianto, 2011:27) 2.2.1 Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses interaksi dimana seseorang menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik berupa pesan, ide, maupun gagasan melalui gerakan tubuh, simbolik, atau melalui media sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh penerima pesan,tujuan dan maksud pengirim dapat diterima atau dimengerti oleh si penerima pesan. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam hidup setiap manusia, karena tanpa adanya komunikasi, manusia tidak dapat saling mengerti apa yang mereka inginkan dan tidak dapat mencapai tujuan hidup mereka. (Mulyana, 2008:147) Menurut Effendi, kata komunikasi berasal dari perkataan bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukran pikiran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan. Komunikasi sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan untuk bimbingan penelitian. Komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan. (Ruslan, 2012:81) Istilah Komunikasi dalam bahasa inggris adalah Communication yang berasal dari bahasa Latin communis. Communis dalam bahasa inggris commun yang artinya sama. (Rohim, 2009:8), dan Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,ide,gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. (Rohim, 2009:14) Manusia pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, karena hakekat manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhannya misalnya untuk menyalurkan perasaannya dan untuk mempererat hubungan sesama manusia. Dari Uraian diatas menunjukan bahwa komunikasi merupakan proses dimana terjadinya pertukaran gagasan, ide, pikiran ataupun pengertian mengenai informasi antara pengirim pesan dengan penerima pesan. Maka, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari proses komunikasi, karena hampir setiap waktu manusia selalu berkomunikasi untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia juga perlu berkomunikasi guna untuk mempengaruhi dengan tujuan menyamakan makna, maka dari persamaan tersebut manusia dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dengan baik. Deddy Mulyana berpendapat bahwa “Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. 2.2.1.1 Fungsi Komunikasi Menurut Thomas M. Scheidel, fungsi komunikasi yang terutama adalah untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berprilaku seperti yang kita inginkan. (Mulyana, 2008:4) Menurut William I. Gorden (Mulyana, 2008:5-38) , komunikasi memiliki empat fungsi, yakni : 1. Komunikasi sosial : Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2. Komunikasi ekspresif: Komunikasi menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. 3. Komunikasi Ritual : Fungsi ini erat kaitannnya dengan komunikasi ekspresif, biasanya dilakukan secara kolektif. Mereka yang berkomunikasi dalam bentuk komunikasi ritual menegaskan kembali komitmen dalam tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Komunikasi Instrumental : Fungsi komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum, diantaranya menginformasikan, mengajar, menghibur dan mengubah sikap. 2.2.1.2 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Aktivitas komunikasi melibatkan delapan elemen berikut ini: (Mulyana,2008) a. Sumber Sumber (source) atau pengirim adalah orang atau kelompok orang (misalnya sebuah perusahaan) yang memiliki pemikiran (ide, rencana penjualan) untuk disampaikan kepada orang atau kelompok orang yang lain. b. Penerjemahan Encoding adalah suatu proses menerjemahkan pemikiran ke dalam bentuk bentuk simbolis untuk membantu komunikan menerima maksud dalam pesan yang disampaikan oleh komunikator. c. Pesan Pesan (message) adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran sang pengirim yang memiliki tujuan atau maksud yang ingin disampaikan kepada komunikan. d. Saluran Saluran penyampaian pesan (message channel) adalah suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan kepada pihak penerima pesan agar komunikasi efektif yang diharapkan dapat tercipta dengan baik. e. Penerima Penerima (receiver) adalah orang atau kelompok orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh pengirim dapat diterima oleh penerima pesan. f. Interpretasi Decoding melibatkan aktivitas yang dilakukan pihak penerima dalam menginterpretasi atau mengartikan pesan. g. Gangguan Gangguan atau distorsi adalah stimulus – stimulus eksternal yang mengganggu penerima dalam menerima pesan dalam bentuk murni dan orisinil. h. Umpan Balik Umpan balik (feedback), memungkinkan sumber pesan memonitor seberapa akurat pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas dan akurat. 2.2.2 Teori Komunikasi Pemasaran Pemasaran adalah suatu kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2013), Komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Intinya komunikasi pemasaran mempresentasikan “suara” perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen. 2.2.2.1 Bauran Komunikasi Pemasaran Bauran komunikasi pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2013) terdiri dari delapan model komunikasi utama : 1. Iklan : Semua bentuk terbayar dari presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa melalui sponsor yang jelas. 2. Promosi penjualan : Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa. 3. Acara dan pengalaman : Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu. 4. Hubungan masyarakat dan publisitas : Beragam program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individunya. 5. Pemasaran langsung : penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta respons atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu. 6. Pemasaran interaktif : Kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan untuk prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa. 7. Pemasaran dari mulut ke mulut : Komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antar masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa. 8. Penjual personal : Interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan. 2.2.2.2 Fungsi Pemasaran Menurut Wahyudi (2008), mengatakan terdapat 7 fungsi pemasaran antara lain sebagai berikut: 1) Analisis Konsumen Merupakan pengamatan dan evaluasi kebutuhan, hasrat, dan keinginan konsumen. Analisis konsumen melibatkan pengadaan survey konsumen, penganalisaan informasi konsumen, pengevaluasian strategi pemosisian pasar, pengembangan profil konsumen, dan penentuan strategi segmentasi pasar yang optimal. 2) Penjualan Produk/Jasa Penjualan meliputi banyak aktivitas pemasaran, seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan perorangan, manajemen tenaga penjualan, hubungan konsumen dan hubungan diler. 3) Perencanaan produk dan jasa Perencanaan produk dan jasa meliputi berbagai aktivitas seperti uji pemasaran, pemosisian produk dan merek, pemanfaatan garansi, pengemasan, penentuan pilihan produk, fitur produk, gaya produk, kualitas produk, penghapuasan produk lama, dan penyediaan layanan konsumen. Uji pemasaran merupakan salah satu teknik perencanaan produk dan jasa yang paling efektif karena uji pasar memungkinkan sebuah organisasi untuk menguji rencanarenana pemasaran alternatif dan meramalkan penjualan produk baru 4) Penetapan Harga Lima pemangku kepentingan (stakeholder) mempengaruhi keputusan penetapan harga (pricing): konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan pesaing. 5) Distribusi Distribusi mencakup penggudangan, saluran-saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi tempat retail, wilayah penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, kurir transportasi, penjualan grosir dan retail. Distribusi menjadi sangat penting ketika sebuah perusahaan berusaha menerapkan strategi pengembangan pasar atau intergrasi ke depan. 6) Riset Pemasaran Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatat, penganalisaan data yang sistematis mengenai berbagai persoalaan yang terkait dengan pemasaran barang dan jasa. Aktifitas riset pemasaran mendukung semua fungsi bisnis yang pokok dari sebuah organisasi. 7) Analisis Peluang Analisis peluang melibatkan penilaian atas biaya, manfaat dan resiko yang terkait dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang diperlukan untuk membuat analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis) : a. Menghitung total biaya yang terkait dengan suatu keputusan. b. Memperkirakan total manfaat dari keputusan tersebut, dan c. Membandingkan total biaya dengan manfaat. Apabila manfaat yang diharapkan melampaui total biaya, maka peluang itu menjadi lebih menarik 2.2.3 Brand 2.2.3.1 Definisi Brand American Marketing Association (AMA) berpendapat bahwa brand atau merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau kombinasi dari seluruhnya, yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang-barang maupun jasa dari suatu kelompok penjual dan untuk membedakan produk mereka dari para pesaing. Namun definisi ini banyak menjadi perdebatan. Brand bukan hanya sekedar produk karena brand memiliki dimensi nilai yang membedakan satu produk dengan produk lainnya (Keller, 2013:30). Kotler &Amstrong (2012: 231) mengartikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mendefinisikan barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Menurut Kotler ada enam makna yang disampaikan melalui suatu merek, yaitu : 1. Attribute (Atribut) Merek mengingatkan kepada atribut-atribut tertentu.Misalnya ,Mercedes menyatakan suatu yang sangat mahal, dibuat dan dirancang dengan kualitas dan desain terbaik, bergengsi tinggi, dan memiliki nilai jual kembali yang tinggi. Perusahaan dapat menggunakan satu atribut atau lebih untuk mengiklankan produknya. 2. Benefit (Manfaat) Merek tidak hanya serangkaian atribut. Konsumen tidak hanya membeli atribut dari produk, namun juga membeli manfaat dari produk tersebut. Atribut dapat dikembangkan menjadi manfaat fungsional atau emosional. Atribut mobil Mercedes “best security system” dapat dikembangkan menjadi manfaat fungsional atau emosional seperti “saya akan tetap aman apabila terjadi kecelakaan”. 3. Value (Nilai) Merek juga menyatakan nilai produsen.Mercedes menyatakan kinerja tinggi, keamanan, prestise, dan lain-lain.Pemasar harus dapat mengetahui kelompok pembeli mana yang mencari nilai-nilai ini. 4. Culture (Budaya) Merek juga mewakili budaya tertentu.Mercedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi, efisien, dan bermutu tinggi. 5. Personality (Personal) Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian orang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya. 6. User (Pemakai) Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes umumnya diasosiasikan dengan orang kaya,kalangan manager puncak. 2.2.3.2 Manfaat Brand Manfaat brand bagi konsumen (Tjiptono, 2005: 21), yaitu: 1. Kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dibutuhkan atau dicari oleh konsumen dan dapat memberikan makna bagi produk 2. Penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang dan loyalitas 3. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan tempat berbeda 4. Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi 5. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek logo dan komunikasinya Dengan kata lain tujuan sebuah brand dibuat adalah untuk membedakannya dengan kompetitornya yang lain. Brand mempunyai tiga definisi yang menyatu (Landa, 2006:4), yaitu: a. Semua karakteristik dari sebuah produk, jasa atau organisasi, termasuk fitur fisik, asset emosional, budaya dan asosiasi emosional; b. Identitas brand yang teraplikasi pada setiap produk atau jasa dan ekstensi dari produk, jasa atau organisasi; c. Persepsi audiens terhadap brand. Berbeda dengan yang lain, Neumeier menyatakan bahwa brand adalah perasaan seseorang terhadap sebuah produk, jasa atau perusahaan. Brand adalah perasaan karena semua manusia bersifat emosional dan merupakan makhluk intuisi, seberapapun kerasnya kita mencoba untuk menjadi rasional. Brand adalah perasaan seseorang karena pada akhirnya brand ditentukan oleh perseorangan, bukan perusahaan, pasar, maupun publik. Setiap orang menciptakan versi brandnya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa brand adalah wajah perusahaan, apa yang pertama kali diperhatikan individual mengenai suatu produk. Brand bisa berwujud suatu emosi yang ditimbulkan oleh brand tersebut. Brand bisa berupa banyak hal, dan meski tidak kita sadari, brand mempengaruhi segala aspek kehidupan kita. 2.2.4 Brand Awareness Brand awareness adalah kekuatan brand untuk melekat di ingatan publik, yang mana bisa diukur dengan kemampuan publik untuk mengidentifikasi sebuah merek dalam suatu keadaan. Brand awareness merupakan salah satu tahapan yang apabila tercapai, dapat membantu memperkuat ekuitas dan loyalitas merek. (Keller, 2013) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa brand awareness adalah pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen mengenai suatu merek sehingga memudahkan perusahaan untuk membuat konsumen untuk mengingat merek tersebut kembali. Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. (Suyanto, 2010:80) Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi adalah (Durianto, Sugiarto, & Budiman, 2010) : 1. Unaware of brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari suatu merek. 2. Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan peningkatan kembali lewat bantuan (aided recall). 3. Brand recall (peningkatan kembali terhadap merek) adalah peningkatan kembali suatu merek tanpa bantuan. 4. Top of mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness (Durianto, Sugiarto, & Budiman, 2010) 2.2.5 Loyalitas Konsumen Menurut Trisno Musanto (2005) mengatakan bahwa, “pelanggan (customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seseorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha”. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen. Loyalitas pelanggan memiliki peran dalam sebuah perusahaan, mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka (pelanggan). Loyalitas merupakan satu kata lama yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan terhadap Negara, gerakan atau individu. Loyalitas pelanggan juga menggambarkan sebagai kesediaan pelanggan agar senantiasa menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang, apalagi jika menggunakannya secara eksklusi, dan merekomendasikan produk-produk perusahaan kepada orang lain. Loyalitas pelanggan melampaui prilaku dan mencakup prefensi, kesukaan dan itikad di masa mendatang. (Lovelock, 2011:76). Loyalitas pelanggan merupakan sebuah komitmen dari pelanggan untuk tetap menjatuhkan pilihan pembelian kepada produk dan jasa dari perusahaan serta akan mengabaikan berbagai persuasi dari perusahaan kompetitor. Pelanggan yang loyal digambarkan sebagai seseorang yang memiliki keterkaitan kepada sebuah merek dan akan membeli produk yang sama lagi sekalipun tersedia alternatif lainnya. (Tjiptono & Chandra, 2012:80) Dari beberapa penuturan diatas dapat dipahami bahwa loyalitas pelanggan bukanlah hanya sebatas sampai pada level pembelian ulang semata (Pembelian ulang bisa disebabkan karena merek yang bersangkutan merupaka satu-satunya penyedia produk dan jasa sehingga konsumen atau pelanggan tidak mempunyai pilihan lain dan juga bisa saja dikarenakan oleh karena promosi penjualan yang menyebabkan pelanggan kembali lagi untuk membeli namun pada saat perusahaan menghentikan promosi penjualan tersebut, maka dengan mudah pelanggan akan beralih kepada penyedia produk dan jasa lainnya.) namun lebih dari itu loyalitas merupakan sebuah sikap dan komitmen dari pelanggan untuk terus menggunakan produk dan jasa dari penyedia atau merek yang sama walaupun ada penawaran lain yang dilakukan oleh penyedia-penyedia atau merekmerek lain. 2.2.5.1 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Menurut Griffin (2005:13) mengemukakan definisi pelanggan yang loyal adalah pelanggan membeli berulang kali secara teratur atau membeli produk dengan merek yang sama. Sesuai dengan pandangan tradisional pelanggan adalah setiap orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan tertentu. Sesuai dengan pandangan modern pelanggan mencakup pelanggan eksterl dan internal. Pelanggan eksternal adalah setiap orang yang membeli produk dari perusahaan, sedangkan pelanggan internal adalah semua pihak dalam organisasi yang sama, yang menggunakan jasa suatu bagian atau departemen tertentu. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang terdiri dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, merupakan bagian terpenting bagi perkembangan suatu perusahaan. Tanpa adanya pelanggan pada suatu perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan usahanya, karena pelanggan adalah seseorang yang secara terus-menerus dan berulang kali daya ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan kebutuhan atau keinginannaya dengan memiliki suatu produk atau jasa dari perusahaan tersebut. 2.2.5.2 Tahap-Tahap Loyalitas Pelanggan Menurut Griffin (2005) , terdapat 7 tahap dalam loyalitas pelanggan,: 1. Suspect (Tersangka) Adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa suatu perusahaan. 2. Prospect (Prospek) Adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan memiliki daya membeli. Meskipun prospek belum membeli dari perusahaan, mereka mungkin telah mendengar tentang perusahaan yang dituju, atau seseorang yang merekomendasikan perusahaan yang dituju kepadanya, tetapi prospek masih belum membeli dari perusahaan tersebut. 3. Disqualified Prospect ( Prospek yang didiskualifikasi) Adalah prospek yang telah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan untuk membeli produk perusahaan. 4. First Time Customer (Pelanggan Pertama Kali) Adalah orang yang telah membeli produk/jasa perusahaan satu kali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan perusahaan dan sekaligus juga pelanggan pesaing perusahaan. 5. Repeat Customer (Pelanggan Berulang) Adalah orang-orang yang membeli perusahaan dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk/jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih. 6. Client (Klien) Klien membeli apapun yang perusahaan jual dan dapat ia pergunakan.Orang ini membeli secara teratur. Perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut dan menjadikannya kebal terhadap perusahaan pesaing. 7. Advocade (Penganjur) Seperti klien, tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli produk perusahaan yang ia sedang/ telah gunakan. Ia membicarakan produk perusahaan kepada orang lain, melakukan pemasaran bagi perusahaan, dan membawa pelanggan baru bagi perusahaan tersebut. 2.2.5.3 Siklus Pembelian atas Loyalitas Pelanggan Menurut Griffin (2005:31), menyatakan pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (repeat buyer) Pelanggan yang membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan oleh perusahaan. 2. Melakukan pembelian seluruh lini produk dan jasa (purchases across product and service line) Pelanggan yang melakukan pembelian seluruh lini produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 3. Mereferensikan kepada orang lain (references other) Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk tersebut kepada orang lain. 4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan pesaing (demonstrates immunity to the full of competitors). 2.2.5.4 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut (Schiffman 2007): 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur. Pelanggan yang membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan oleh perusahaan. 2. Melakukan pembelian antar lini produk dan jasa. Pelanggan yang melakukan pembelian antar lini produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 3. Merefrensikan kepada orang lain. Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk tersebut kepada orang lain. 4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing lain. Pelanggan tidak akan tertarik terhadap tawaran produk sejenis yang dihasilkan oleh pesaing. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah dukungan dasar teoritis dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah. Sebagaimana diketahui, ilmu merupakan kesinambungan kegiatan yang telah dirintis oleh para pakar ilmiah sebelumnya. Oleh karena itu, penyusunan suatu kerangka pemikiran harus bertitik tolak dari seleksi evidensi-evidensi ilmiah berupa kesimpulan hasil penelitian para pakar ilmiah terdahulu, yang sampai sekarang masih berlaku, dalam arti belum pernah dibantah pihak lain. (Ardianto, 2011:20) (X) Brand Awareness (Durianto, Sugiarto, & Budiman, 2010) a. Top of Mind b. Brand Recall c. Brand Recognition d. Unaware of a Brand Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran (Y) Loyalitas Pelanggan (Schiffman 2007) a. Melakukan pembelian berulang b. Melakukan pembelian antar lini produk c. Merefrensikan kepada orang lain. d. Menunjukan kekebalan terhadap produk atau jasa pesaing