1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar atlet

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar atlet mengalami kehilangan banyak cairan selama
beraktivitas sehingga menyebabkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi yang dialami
para atlet dapat menurunkan performa dan fungsi fisiologisnya (Casa dkk., 2000).
Dehidrasi juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju aliran, osmolalitas
dan protein total pada saliva (Walsh dkk., 2004). Berdasarkan penelitian Farajtabar
dkk. (2012), didapatkan bahwa atlet yang melakukan latihan fisik mengalami
penurunan laju aliran saliva dan perubahan komposisi saliva, yaitu penurunan kadar
natrium, kalsium dengan magnesium dan peningkatan kadar kalium disertai protein
total pada saliva.
Orang yang berolahraga cenderung mengalami penurunan pH dan laju aliran
saliva serta berisiko terhadap terjadinya erosi gigi. Durasi olahraga yang dilakukan
atlet juga sebanding dengan terjadinya prevalensi karies gigi yang dialaminya
(Mulic dkk., 2012; Frese dkk., 2014). Para atlet mempunyai risiko yang lebih besar
terhadap karies dan erosi gigi dibandingkan dengan bukan atlet (Bryant dkk., 2011;
Frese dkk., 2014).
Erosi gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor kimia, biologi dan
tingkah laku. Faktor kimia yang dapat mengakibatkan terjadinya erosi gigi di
antaranya pH, kapasitas dapar, kemampuan adhesi material yang terdapat di
permukaan gigi, chelation product, konsentrasi kalsium, fosfat dan fluor pada
1
2
saliva (Lussi dkk., 2002). Derajat keasaman, kapasitas dapar, kandungan
karbohidrat dan kadar asam yang tidak berdisosiasi, kandungan fosfor dan fluor
dalam minuman juga berkaitan dengan intensitas terjadinya erosi gigi (Prasetyo,
2005; Min, 2011; Attin dkk., 2003). Faktor biologi yang dapat mengakibatkan
terjadinya erosi gigi di antaranya kemampuan stimulasi, laju aliran, komposisi,
kapasitas dapar dan pH saliva, kemampuan difusi dan ketebalan acquired pellicle,
struktur dan komposisi gigi, oklusi dan anatomi gigi, anatomi jaringan lunak mulut
yang berhubungan dengan gigi dan pergerakan fisiologis jaringan lunak (Lussi dkk.,
2002; Walsh, 2007). Faktor tingkah laku yang dapat mengakibatkan terjadinya erosi
gigi di antaranya kebiasaan makan, konsumsi buah dan sayur yang mengandung
asam, konsumsi makanan dan minuman asam, olahraga, diet dan kebersihan mulut
(Lussi dkk., 2002).
Jenis asupan yang dikonsumsi atlet selama berolahraga dapat memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap saliva. Atlet yang hanya mengonsumsi air selama
berolahraga tidak mengalami penurunan kapasitas dapar dan pH saliva. Atlet yang
tidak mengonsumsi apapun ataupun yang mengonsumsi air dan makanan selama
berolahraga mengalami penurunan kapasitas dapar saliva. Atlet yang mengonsumsi
minuman isotonik ataupun mengonsumsi minuman isotonik dan makanan selama
berolahraga mengalami penurunan kapasitas dapar dan pH saliva (Tanabe dkk.,
2013).
Minuman isotonik adalah minuman yang mengandung karbohidrat,
elektrolit dan air yang dikonsumsi oleh para atlet untuk segera mengembalikan
kondisi tubuhnya seperti semula (Casa dkk., 2000). Para atlet mengonsumsi
makanan dan minuman yang mengandung elektrolit sebelum, selama dan sesudah
3
berolahraga untuk meminimalkan terjadinya dehidrasi serta perubahan yang
berlebihan dalam keseimbangan elektrolit (Sawka dkk., 2007).
Minuman isotonik yang dikonsumsi atlet dapat berdampak buruk pada gigi
karena mampu menurunkan kekerasan permukaan email dan menyebabkan
terjadinya erosi gigi (Wongkhantee dkk., 2006; Owens dkk., 2014). Semakin tinggi
frekuensi para atlet mengonsumsi minuman isotonik yang bersifat asam maka
semakin besar pula risiko terjadinya erosi gigi (Sirimaharaj dkk., 2002; Venables
dkk., 2005). Minuman isotonik mengandung pengatur keasaman, di antaranya
berupa asam sitrat. Asam sitrat dapat mengikat kalsium dan menekan kadar ion
kalsium bebas dalam saliva (Walsh, 2007). Konsumsi minuman isotonik yang
bersifat asam dapat meningkatkan demineralisasi fosfat email sehingga email
mengalami kerusakan (Ramadhani, 2013).
Kalsium dan fosfat berperan pada proses remineralisasi dan demineralisasi
gigi dalam mulut. Tingginya kadar kalsium dan fosfat dalam saliva berkontribusi
terhadap maturasi dan remineralisasi email gigi (Humphrey dan Williamson, 2001).
Ketika derajat keasaman (pH) di bawah 5,5 maka hidroksiapatit mulai terlarut dan
ion fosfat bebas berusaha mengembalikan keseimbangan pH (Llena-Puy, 2006).
Derajat keasaman (pH), konsentrasi ion kalsium, fosfat dan fluor bebas dalam saliva
mempengaruhi regulasi keseimbangan hidroksiapatit (Llena-Puy, 2006; Pedersen,
2007).
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana efek konsumsi minuman
isotonik terhadap faktor erosi gigi pada saliva pelari?
C. Keaslian Penelitian
Pada penelitian Tanabe dkk. (2013), mengenai “Pengaruh Rehidrasi dan
Konsumsi Makanan Terhadap Laju Aliran, pH dan Kapasitas Dapar Saliva pada
Dewasa Muda Olahraga Ergometer” didapatkan baik pada atlet yang tidak
mengonsumsi apapun ataupun yang mengonsumsi air dan makanan selama
berolahraga mengalami penurunan kapasitas dapar saliva. Atlet yang mengonsumsi
minuman isotonik ataupun mengonsumsi kombinasi minuman isotonik dan
makanan selama berolahraga mengalami penurunan kapasitas dapar dan pH saliva.
Sejauh penulis ketahui, penelitian mengenai “Efek Konsumsi Minuman Isotonik
Terhadap Faktor Erosi Gigi pada Saliva Pelari” belum pernah dilaporkan.
D. Tujuan
Berdasarkan permasalah yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek konsumsi minuman isotonik terhadap faktor erosi
gigi pada saliva pelari.
E. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
5
1. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi ilmiah mengenai
pH, laju aliran saliva, kadar kalsium dan fosfat pada pelari yang mengonsumsi
minuman isotonik.
2. Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan kesadaran orang yang
berolahraga untuk lebih menjaga kondisi kesehatan gigi dan mulutnya dengan
memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
3. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian
selanjutnya.
Download